film-film panas lokal yang semestinya kamu tonton sebelum kiamat tiba. fak film artsy, dukung karya anak bangsa.
Bebas Bercinta (1995). Inneke Koesherawati terlibat dalam drama penuh hasrat dengan Ibra Azhari. adegan panas dibalut bersama sederet konflik, mulai dari urusan warisan sampai mafia.
Suami, Istri, dan Kekasih (1994). rumah tangga pasangan urban seringkali dinarasikan berjalan tak harmonis, dan di sinilah peluang buat main serong muncul ke permukaan. saudari Ibra, Ayu Azhari, giliran yang jadi bintang.
Setetes Noda Manis (1994). landasan cerita, sekaligus masalahnya, bertumpu pada "salah milih jodoh." jauh sebelum budaya glamor khas Jakarta ditentang beramai-ramai oleh kelompok konservatif, film ini lebih dulu memblejetinya tanpa tedeng aling-aling.
Kabut Asmara (1994). sebelum dikenal sebagai presenter acara klenik, Torro Margens bikin film panas ini, menggandeng nama-nama kayak Kiki Fatmala. bagian yang epic sudah muncul di awal film: seorang anak tiba-tiba ditemukan di tengah laut. bajilak.
Rahasia Rumah Bordil (1995). kalau nanti Gareth Evans atau Timo Tjahjanto butuh ide buat bikin film laga-kekerasan yang ada bau noir-nya, ini bisa jadi pertimbangan. tak cuma 'panas,' Rahasia Rumah Bordil juga politis: ngangkat isu eksploitasi manusia.
Penari Malam (1997). idola aing, Sally Marcelina, tampil begitu paripurna sebagai penari malam yang berupaya bertahan di tengah ganasnya Jakarta. nggak kalah sama Demi Moore waktu main Striptease (1996).
Susuk Nyi Roro Kidul (1993). jelas kurang afdol kalau omongin film panas Indon tanpa menyebut elemen klenik macam begini. kaitan antara pengkultusan Nyi Roro Kidul dengan segala hal yang berbau fantasi masih laris manis di pasaran.
Selir Sriti III (1993). setting-nya ngambil era kerajaan, mirip Game of Thrones. ada saling klaim kepemimpinan, rebutan umat, intrik-intrik istana, dan, tak ketinggalan, adegan hoho-hehe di pemandian air panas. ceritanya panjang sampai bikin tiga jilid.
Di Balik Pelukan Laki-Laki (1995). ini jadi film panas yang bikin frustasi, saking dark dan ber-twist. kayak nonton film-film Korea di era Oldboy.
sebetulnya masih banyak katalog film-film panas yang pernah berjaya di Indon. contoh di atas baru yang mekar di dekade 1990-an. kita belum bicara perkembangan di era Eva Arnaz waktu bulu ketiaknya masih rimbun kayak lambang Golkar.
udah pasti era yang kelak disebut para kritikus sebagai masa seksploitasi sinema Indonesia itu nggak sekonyong-konyong lahir gitu aja. ada hubungan erat dengan konteks politik Orde Baru-nya Soeharto.
ketidakjelasan sistem sensor perfilman lokal, yang berkelindan dengan pengaruh asing yang sudah dibuka selebar-lebarnya sejak Harto memerintah, menjadi faktor kuat mengapa film-film panas menjamur bak cendawan.
ketidakjelasan Orde Baru kurang lebih seperti ini: mereka membiarkan adegan seks, kekerasan, hingga horor yang brutal, tapi melarang adanya unsur kesenjangan sosial yang dipertontonkan secara gamblang.
dinamika tersebut, mau tak mau, menjadikan proses pembuatan film di masa Orba tak ubahnya kerja kesenian yang sangat menguras tenaga. akhirnya, ketimbang pusing tujung keliling, para sineas melewatinya dengan jalannya sendiri.
film-film panas pun, di saat bersamaan, dapat dibaca sebagai perlawanan para sineas lokal terhadap pembungkaman ekspresi kesenian yang dilakukan Orde Baru.
melesatnya film panas tak cuma disebabkan oleh banyaknya jumlah rilisan, dengan judul yang provokatif, tapi turut pula disumbang keberadaan para bintang di dalamnya yang nantinya ditempatkan sebagai ikon.
Ibra Azhari. doi bisa dibilang Reza Rahadian-nya skena film panas lokal. sering memainkan peran sebagai fuckboy yang terbungkus status eksmud.
Reynaldi. di film-filmnya dicitrakan sebagai laki-laki yang macho dan anak orang tajir yang hobinya main ke diskotek.
Sonny Dewantara. beberapa kali berbagi panggung dengan Sally Marcellina. tipikal om-om yang cocok dipanggil dengan sebutan "Roy": kumis tebal, rambut agak gondrong, dan suka ngisep cerutu sambil pamer Jeep.
Barry Prima. konsisten memainkan peran pendekar yang punya kewajiban membasmi kejahatan. adegan panas yang melibatkannya, biasanya, tak terlalu mendidih. tandem idealnya: Eva Arnaz.
Eva Arnaz. ngomongin film panas tanpa nyebut nama doi itu kayak sama aja kosong. dia udah jadi wajah film panas Indon. termasuk aktris yang berani mendobrak batas dan norma dengan sengaja menumbuhkan bulu ketiak yang nantinya dirayakan banyak orang.
Inneke Koesherawati. mungkin satu-satunya aktris film panas yang piawai banget mainin karakter bucin dan yang tersakiti. di setiap film-nya, pasti ada aja adegan yang nggerus bikin hati terkoyak.
Febby Lawrence. salah satu yang jadi rebutan para produser di eranya. selain bintang film, doi juga populer sebagai model.
Lela Anggraini. veteran di angkatannya. karakter di film-filmnya mencerminkan alpha woman: berdikari dan tak tunduk pada kehendak laki-laki.
masih ada banyak "ikon" yang belum dicantumkan, seperti Sally Marcellina, Kiki Fatmala, hingga Malfin Shayna. mayoritas adalah aktris, dan ini yang cukup bermasalah sehingga memunculkan kritik bahwa industri film panas di era Orba sekadar mengobjektifikasi tubuh perempuan.
salah satu yang kentara yaitu penyematan label "bom seks" yang ditujukan kepada para aktris ini oleh media. memperlihatkan betapa mereka dipandang dari aspek fisik semata, bukan kualitas akting.
problem berikutnya yakni masa edar industri film panas sendiri tidak berlangsung lama. usai Orba kolaps, para pelakunya dipaksa bertumbangan. tekanan cukup kuat muncul dari lahirnya aspirasi Islam politik, yang sudah pasti menganggap film esek-esek ini tak sesuai kaidah agama.
beberapa masih punya harapan dengan terjun ke dunia televisi, sementara yang lain harus menghadapi kenyataan pahit: pensiun dan kemudian memutuskan hijrah sebab ingin "kembali ke jalan yang benar."
Share this Scrolly Tale with your friends.
A Scrolly Tale is a new way to read Twitter threads with a more visually immersive experience.
Discover more beautiful Scrolly Tales like this.