NitNot ❘ Profile picture
Kebahagiaan datang ketika pekerjaan dan kata-kata anda menjadi manfaat bagi dirimu dan orang lain. - Buddha - || Akun ke-2 https://t.co/dPJZFe5DA5

Apr 23, 2021, 20 tweets

MERAJUT TITIAN MASA DEPAN
.
.
.

Optimis kita bersama sebagai bangsa sedang diaduk-aduk. Dibuat seolah tak berasal dari pikiran waras dan masuk akal hingga julukan "halu" mereka sematkan pada rasa optimis kita.

Bahwa benar negara kita memiliki garis pantai terpanjang nomor 2 di dunia, luas ZEE kita pun terbesar nomor 6, luas daratan pada urutan nomor 13 dan jumlah penduduk terbesar pada urutan 4 di dunia tak mereka perhitungkan.

Belum tentang besarnya potensi sumber daya alam di dalam perut bumi kita.

Melihat potensi dan data yang ada, menjadi salah satu negara terkaya di dunia seharusnya bukan sesuatu yang mustahil. Bahkan, itu harus!!

Itu sangat wajar kecuali dari 270 juta jumlah rakyat kita, 50 - 70% nya benar-benar bodoh. Itu beban bukan keuntungan. Pada titik itu, kita tetap menjadi negara miskin, menjadi masuk akal.

SDA berlimpah. SDM jumlahnya pun lebih dari cukup. Adakah hal lain sebagai penghambat kecuali rasa pesimis itu sendiri?

Sementara ketika kita mencari tahu siapa mereka yang pesimis dan nyinyir ternyata tak jauh dari kelompok yang senang dengan narasi sorga.

Bukit Algoritma sebagai sebuah gagasan demi bangkit nalar dan logika kita mereka sebut sebagai proyek halu. Mereka identifikasikan sebagai proyek tak masuk akal.

"Benarkah?"

Adakah KCC perusahaan dari Korea Selatan yang produk utamanya adalah kaca adalah proyek halu dengan berinvestasi di Batang?

Adakah rencana nya yang sudah spesifik dengan data akan menempati lahan seluas 49 ha dan menurunkan dana sebesar Rp 5 triliun layak disebut halu?

Ataukah kawasan Industri Batang yang menjadi salah satu gagasan Presiden didirikan pada luasan area hingga 4500 ha juga akan mereka sebut proyek tak masuk akal?

Yang jelas, proyek tak masuk akal dalam pikiran mereka telah dibuktikan terbangun oleh Presiden.

Infrastruktur dalam bentuk jalan, bandara hingga pelabuhan bahkan dari Morowali, produk stainless steel sudah menjadikan Indonesia sebagai negara eksportir terbesar nomor 4 dunia.

Itukah halu?

Belum lama ini, sejumlah pihak yang terlibat membangun 'Silicon Valley'-nya Indonesia atau Bukit Algoritma berkunjung ke Cikidang, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Mereka adalah para pihak yang berkepentingan ingin segera merealisasikan proyek tersebut.

Investasi sebesar Rp,18 triliun sudah mereka dapat dan setelah lebaran tahun ini BUMN AMKA sebagai kontraktor sudah diperintahkan memulai pembangunan infrastrukturnya.

Targetnya adalah menghadapi New Normal dan Revolusi 4.0.

Dalam kunjungan tersebut, bahkan tennant ikut pula diajak.sebagai bukti bahwa ini bukan proyek abal-abal apalagi halu.

"Mas Karim adalah salah satu yang akan menjadi tenant di sini untuk membuat Center Of Artificial Intelligence, untuk kecerdasan buatan.

Saya dengan tim menyediakan sumber daya manusia para peneliti, investor dan pasar," beber Budiman Sudjatmiko sebagai penggagas sekaligus Ketua Pelaksana KSO Kiniku Bintang Raya KSO.

Adakah halu memiliki bentuk?

Target sudah dicanangkan. Sejumlah rencana sudah pula dibukukan. Pusat kajian kewilayahan dan ekspansi ruang udara bagi pembuatan drone militer, drone spy hingga drone kargo bahkan membuat nano satellite, seukuran handphone sudah pula menjadi bidikannya.

Di sana, ada pula industri kesehatan mulai dari jarum suntik, nano robot, sampai yang paling sederhana yakni masker sudah pula menjadi bagian dari apa yang harus dicapai.

Nano teknologi untuk atom, neuroscience dan biologi molekular pun tak ketinggalan menjadi bidikan demi negara ini tak lagi hanya sebagai pembeli.

Ini bukan tentang proyek halu. Ini tentang ikhtiar anak bangsa yang ingin mewujudkan ambisi logis atas seharusnya kita sebagai bangsa besar. Bangsa pemilik garis pantai terpanjang di dunia, ZEE terluas dan SDA berlimpah harus diberdayakan

dengan maksimal dan itu hanya dapat dilakukan oleh sumberdaya manusianya yang unggul.
.
.

Ini tentang kita bersama ingin membangun sumberdaya manusia sebagai titik lemah kita selama beberapa dekade lalu dan itu hanya dapat kita lakukan dengan keterlibatan langsung dalam proses meneliti, membuat dan mengembangkannya.

Dalam skala industri, Morowali dan Batang adalah pusat di mana kegiatan produksi akan menjadi ujung tombak. Dalam penelitian dan pengembangan, Bukit Algoritma adalah tentang asa kita agar tak lagi menjadi bangsa yang hanya sebagai bangsa pengunduh namun pengunggah.
.
.
.

Share this Scrolly Tale with your friends.

A Scrolly Tale is a new way to read Twitter threads with a more visually immersive experience.
Discover more beautiful Scrolly Tales like this.

Keep scrolling