POSO MASIH MENUNGGU, KSPI MENYALIP DI TIKUNGAN
.
.
.
Tak mudah bagi negara ini bersikap. Mengutuk Israel tanpa meminta Hamas menghentikan serangan rudalnya, jelas sia-sia. Tak ada satu negara pun akan berdiam diri ketika rakyatnya terancam. Pun Israel.
Negara itu tak mungkin tak membalas atas serangan ribuan rudal meski kritik dan kutukan datang dari seluruh dunia. Hanya masalah waktu saja kapan balasan itu akan dilakukan oleh Israel. Bukan mustahil balasan itu akan sangat keras.
Tak mudah mencari ujung siapa yang salah, semua subyektif belaka.
Mungkin, dengan pemerintah telah mengutuk Israel, kelompok (oposisi dalam negeri) yang akan menjadikan isu itu menjadi besar dan tak berujung dapat negara minimalisir.
Ini perkara politik, bukan tentang harus membuat senang kelompok tertentu. Sekali lagi, ini bukan perkara mudah.
Pemerintah Indonesia telah menentukan sikap dan lantang telah mengutuk Israel tanpa embel-embel Hamas. Apapun yang dilakukan Hamas tak menjadi poin.
Bukankah korban meninggal terjadi pada keduanya?
.
.
Bila benar sikap resmi yg demikian cepat dikeluarkan pemerintah demi kondusif situasi politik dlm negeri, itu tak terlihat berhasil.
KSPI tak tanggung2 ingin menggelar demo dalam skala nasional pada Selasa 18 Mei 2021 nanti.
Mungkin kita bingung apa korelasi KSPI dengan politik di Palestina. Apa yang tampak mudah kita kaitkan adalah dimilikinya jumlah massa besar yang "ready" setiap saat, kini hanya dimiliki oleh KSPI setelah efpei tumbang.
Menelusuri dari mana dana bagi rencana demo berskala nasional yang terkesan tiba-tiba itu penting pemerintah selidiki. Apalagi terkait sentimen agama. Apalagi demo ini dilakukan pada masa pandemi di mana mudik saja dilarang bukan?
Sementara pada peristiwa 4 warga negaranya yang tewas dibantai teroris di Poso, hampir semua dari kita abai. Poso tak semenarik Palestina dan maka sibuk kita berbicara adalah tentang heboh negeri berjarak ribuan kilometer tersebut.
Mungkin bantuan dalam bentuk pemakaman layak telah negara beri, namun penangkapan dan pemberian hukuman setimpal kepada para pelaku kebiadabban tak berperikemanusiaan itu ditunggu keluarga korban.
Bukankah keluarga korban pada peristiwa yang sama yakni pada 2020 yang lalu masih tetap menunggu penyelesaian? Kenapa kini kejadian sama harus terjadi lagi?
Sebaiknya mata dan telinga negara lebih terfokus pada derita rakyatnya bukan pada mereka yang berjarak ribuan kilometer dan tak kita kenal dengan baik.
Satu hal yang pasti, negeri ini akan kembali ricuh dengan demo besar tersebut. Sikap cepat pemerintah yang telah mengutuk Israel ternyata tak membuat mereka berhenti mencari perkara bagi negeri ini.🙄
.
.
.
Share this Scrolly Tale with your friends.
A Scrolly Tale is a new way to read Twitter threads with a more visually immersive experience.
Discover more beautiful Scrolly Tales like this.