Ruang Taktik Profile picture
Kanal Analisis Taktik Pertama di Indonesia • Analis di Technical Study Group @pt_lib • D Licensed • YT: Ruang Taktik FC Kontak: playmaker@ruangtaktik.com

Dec 30, 2021, 17 tweets

[ANALISIS INDONESIA VS THAILAND]

Partai final #AFFSuzukiCup2020 tampak bakal jadi antiklimaks lagi bagi timnas Indonesia. Di leg 1, Ricky Kambuaya dkk dibekuk 0-4 oleh Thailand. Sebelum menyongsong leg 2, setidaknya ada beberapa pelajaran yang bisa dipetik skuat muda Garuda.

(1) Anak asuhan Alexandre Polking menunjukkan cara bermain high pressing dgn baik kpd pemain timnas. Agresif kepada pemegang bola dan menjaga ketat opsi-opsi terdekat. Akibatnya, timnas yg terbiasa bermain umpan pendek saat build up jadi kesulitan. Ini momen sebelum gol pertama.

Gol pertama Thailand via Chanatip (AM) tidak lepas dari kegagalan Edo dan Irianto menjegal pergerakan Roller (RB). Dewa bereaksi meninggalkan penjagaannya pada Chanatip untuk menutup Roller. Dengan cepat, set up dari Roller diselesaikan dengan first time shoot oleh Chanatip.

Prinsip high press yang diperagakan Thailand membuat pemain timnas sering melakukan salah umpan, entah keluar lapangan atau direbut lawan. Jikapun tidak, maka umpan panjang tidak terarah terpaksa dilepaskan. Skema ini berjalan konsisten nyaris sepanjang laga.

Timnas juga memeragakan high press, namun lebih mudah dieliminasi. Persoalannya terletak pada tidak agresifnya tekanan yang diberikan kepada pemegang bola dan tidak terjaganya opsi umpan terdekat Thailand. Ini membuat Thailand leluasa mengontrol permainan.

Tanpa high press, gol ketiga Thailand lahir. Kritsada (CB) tidak dipress, sehingga mudah mengakses Chanatip (AM). Chanatip dan Supachai (CF) bermain cepat mengakses Roller (RB) di kanan selagi pertahanan timnas disorganisasi. Cutbacknya berhasil mencapai Supachok (RW).

Dengan margin empat gol, high press timnas wajib diperbaiki menjelang leg 2. High press bisa jadi kunci menyulitkan Thailand dan memaksa mereka melakukan kesalahan. Beberapa keberhasilan pressing sempat terlihat di leg 1, namun masih minim.

(2) Timnas juga mesti belajar bgmn kolektivitas Thailand mampu menghidupkan koneksi antarpemain. Polking tidak ragu menempatkan banyak pemainnya ketika menyerang dengan jarak yang berdekatan. Pola ini selalu terbentuk, baik itu ketika menyerang dari sayap atau dari tengah.

Spt momen di bawah. Supachok (RW) memang berhasil melewati Dedik dan Irianto. Namun lihat koneksi yg tercipta di sekitar dirinya. Ada Teerasil (CF) dan Weerathep (CM) di depan, serta Roller (RB) dan Bordin (LW) di sisi terjauh. Thailand nyaris menambah gol di ujung babak pertama.

Agar tercipta koneksi antarpemain, Polking membolehkan pemainnya keluar dari posisi untuk menciptakan jalur umpan ke berbagai arah. Sekaligus mencegah situasi kalah jumlah. Konsistensi ini membuat permainan Thailand terus berkembang dan tidak terbendung.

Gol kedua Thailand tercipta berkat konektivitas dan kolektivitas yang selalu terjaga. Meski gol ini diperoleh dari situasi transisi positif atau counter attack, pemain Thailand lain sadar harus memposisikan diri di mana menyesuaikan dengan posisi pembawa bola.

Bordin melakukan one touch pass kepada Supachok dalam situasi transisi cepat. Ketika menyerang, Teerasil menyediakan opsi umpan. Pemain belakang timnas sempat mampu ganggu upaya serangan Thailand. Chanatip kemudian hadir dari second line menyediakan koneksi atau opsi umpan.

Koneksi ini penting untuk memprogresi bola ke depan, seperti saat momen satu-satunya tembakan on target timnas. Kambuaya dan Dedik menghidupkan koneksi dengan Ridho, lalu koneksi ke sayap ada Irja. Hal ini perlu dilatih, serta dilakukan berulang kali saat leg 2 nanti.

(3) Counterpress juga jadi senjata Thailand. Hal ini dilakukan untuk mengakomodasi kolektivitas Thailand saat menyerang dengan banyak pemain. Jadi ketika kehilangan bola, Thailand berupaya merebut bola secepat mungkin, sebelum terancam lewat situasi counter attack timnas.

Witan baru saja merebut penguasaan bola dari Thailand dan memindahkannya kepada Dewa. Alih-alih regroup, pemain Thailand lain bereaksi secepat mungkin merebut bola atau memaksa timnas gagal melakukan counter attack.

Gol terakhir Thailand juga diperoleh dgn cara yg sama. Asnawi memberi umpan nanggung kepada Egy. Berkat counterpress, Thitiphan (CM) bisa merebut bola, lalu mengubah situasi dari kehilangan bola menjadi mengancam dan menciptakan gol dalam sekejap. Thitipan -> Worachit -> Bordin.

Thread ini dibuat oleh @abraak_.

Simak juga ulasan video di channel Ruang Taktik yg menyoroti pergantian taktik STY di tengah babak

Share this Scrolly Tale with your friends.

A Scrolly Tale is a new way to read Twitter threads with a more visually immersive experience.
Discover more beautiful Scrolly Tales like this.

Keep scrolling