Thread by @projectm_org

Pandemi COVID-19 bukan hanya memorak-porandakan kehidupan sosial dan perekonomian Masyarakat Hindu Bali. Ngaben, sebagai prosesi sakral ditiadakan selama pandemi dan digantikan dengan kremasi untuk menghindari kerumunan.

#YaAkuBakalDibaca

projectmultatuli.org/amor-ing-acint…

Bagi mereka, pandemi turut mengekang bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena Ngaben merupakan salah satu dari lima keyakinan masyarakat Hindu Bali, Panca Sraddha, yang tak boleh terlepas selama jantung masih berdetak.

projectmultatuli.org/amor-ing-acint…

Masyarakat di luar Bali mungkin sukar menemukan perbedaan antara Ngaben dan kremasi, karena sama-sama membakar jenazah. Namun, bagi umat Hindu Bali, Ngaben lebih dari itu.

projectmultatuli.org/amor-ing-acint…

Pernahkah kamu menyaksikan ritual Ngaben? Atau kamu bertanya-tanya seperti apa ritual upacara tersebut?

Cerita foto terbaru di Project Multatuli kali ini mencoba memberikan gambaran visual.

projectmultatuli.org/amor-ing-acint…

Satu tahun pasca-pelarangan Ngaben, muncul protes pembangunan krematorium. Ketua Yayasan Krematorium Sagraha Mandrakantha Santhi ikut berpendapat atas fenomena penolakan yang terjadi.

“Di luar COVID-19, kremasi di krematorium tidak akan menggantikan posisi pelaksanaan Ngaben.”

Setelah upacara Ngaben selesai, biasanya pihak keluarga juga akan berbagi makanan dengan warga. Dengan kremasi, keluarga dan banjar hanya tinggal terima jadi dan tanpa ritual berbagi.

projectmultatuli.org/amor-ing-acint…

Ni Wayan Inda Mahatalyana, salah satu masyarakat Desa Adat Dalung, Kuta Utara, Badung, Bali, bercerita kepada pewarta foto Project Multatuli mengapa sebagian masyarakat Bali sulit menerima kehadiran krematorium.

projectmultatuli.org/amor-ing-acint…

Kembali pada Panca Sraddha, umat Hindu Nusantara meyakini bahwa perbuatan hari ini akan menghasilkan karma pada masa depan.

projectmultatuli.org/amor-ing-acint…