VOA Indonesia Profile picture
Press Freedom Matters Akun resmi @VOAIndonesia. Temui kami juga di https://t.co/LS7CODCVEy | https://t.co/4oFFbFNXgg | https://t.co/ohDw3h7TmS

Feb 21, 2023, 9 tweets

Tweeps, kenal istilah 'thrifting'? Bisnis pakaian bekas kini punya pasar yang lebih luas lho. Bisnis ini tak hanya menguntungkan secara finansial, tapi juga memberikan kontribusi positif pada lingkungan. Simak kisah mereka yang sudah menekuninya di #Threads ini!

Zulfah Nazala adalah pendiri Bazooqu, toko online yang menawarkan produk pakaian bekas yang dipermak & diberi sentuhan kreatif. Ia mendirikan bisnis ini pada akhir 2017. Awalnya, ia hanya menjual pakaian bekas saja, tapi kini pakaian bekasnya ia "sulap" menjadi "baru" lagi. [1]

“Aku membangun Bazooqu tidak sekadar ingin jualan untuk dapat uang banyak. Kalau kalian membeli produk-produk Bazooqu sama artinya dengan menyelamatkan bumi dari limbah fesyen,” kata Zulfah. Kenapa begitu? Dari data, di dunia ada 92 juta ton sampah pakaian tiap tahunnya. [2]

Modal Zulfah untuk membli baju bekas itu hanya Rp20 ribu - Rp 50 ribu per potong. Setelah dipermak & dimodifikasi, ia bisa menjualnya seharga sekitar Rp200 ribu - Rp250 ribu. Ini artinya, ia memetik keuntungan yang cukup signifikan. [3]

Bazooqu yang berada di Bandung kini bisa mendapat Rp50 juta hingga Rp 60 juta per bulan. Zulfah menuangkan ide kreatifnya dibantu kakaknya, Fauzani Nafilah, & 4 penjahit tetap. Para penjahit itu pun direkrut karena kondisi ekonomi mereka yang sulit. [4]

Hana Surya juga memanfaatkan peluang bisnis limbah fesyen ini. Ia mendirikan Threadpeutic, studio kerajinan tangan di bidang tekstil di Jakarta Timur. Ia memanfaatkan spanduk bekas & bahan kain bekas perancang untuk diolah menjadi tas, dompet, hingga sarung bantal. [5]

Kebanyakan bahan untuk produksinya didapat dari limbah industri pakaian, secara gratis, tapi bukan pakaian bekas. Threadpeutic, yang hanya dioperasikan oleh 8 orang, bisa meraih pendapatan rata-rata Rp 500 juta per tahun. [6]

“Saya tidak mau bilang saya orang yang sangat ecoconscious. Saya hanya melihat kesempatan bahwa raw material sebuah bisnis tidak harus dari bahan yang baru. Terbukti bahwa kita bisa memanfaatkan waste, utamanya fashion waste," kata Hana. [7]

Nah Tweeps, tertarik untuk terjun ke bisnis ini juga? Peluangnya menjanjikan, dan bisa berkontribusi terhadap lingkungan. Untuk kisah yang lain, simak artikel lengkapnya di sini ya! voaindonesia.com/a/bisnis-limba…

Share this Scrolly Tale with your friends.

A Scrolly Tale is a new way to read Twitter threads with a more visually immersive experience.
Discover more beautiful Scrolly Tales like this.

Keep scrolling