ERA.id Profile picture
Bikin Paham, Bikin Nyaman~ Instagram: eradotid. YouTube: eradotid

Sep 21, 2023, 22 tweets

[INDONESIA BERDARAH: PERISTIWA PEMBAJAKAN GARUDA INDONESIA 206]

Siapa sangka, Indonesia pun pernah mengalami pembajakan pesawat oleh ektremis!

Komando Jihad, cabang DI/TII, membajak pesawat demi menuntut kolega mereka dibebaskan & diusirnya orang Israel dari Indonesia...

🧵

Bandung, 11 Maret 1981.

Keputusan Imran bin Muhammad Zein sudah bulat. Pimpinan Jamaah Imran dari Komando Jihad ini memerintahkan anggotanya Salman Hafidz untuk memimpin 13 jamaah menyerbu Kantor Polisi Kosekta 8606 Pasirkaliki, Cicendo, Bandung.

Saat itu sudah lewat tengah malam & hanya ada 4 polisi yang berjaga. Dengan cepat anak buah Salman Hafidz mengendalikan situasi.

Keempat polisi itu dihujani peluru oleh kelompok Salman...

Setelahnya, polisi pun menyelidiki & menangkap sejumlah anggota Jamaah Imran.

Para jamaah itu terancam dieksekusi sebagai teroris.

Namun, Imran tidak terima. Ia pun merencanakan penyerbuan lain untuk membebaskan anggota-anggotanya.

Kali ini, ia memerintahkan anggotanya yang lain, Mahrizal, untuk membajak sebuah pesawat.

Palembang, 28 Maret 1981.

Pilot Herman Rante (38) bersiap untuk menerbangkan pesawatnya: Garuda Indonesia DC-9 dengan nomor penerbangan 206. Pesawat yang disebut "Woyla" itu sebenarnya bertujuan ke Medan dari Jakarta, namun Herman harus mampir di Palembang untuk transit.

Usai transit, penumpang pesawat bertambah jadi 48 orang.

Sekitar pukul 10, kegaduhan tiba-tiba terdengar. Dua pramugari pesawat, yakni Deliyanti & Lydia, jatuh setelah mereka ditabrak orang.

Awalnya, Herman belum curiga. Ia fokus menerbangkan pesawatnya.

Yang menabrak Deliyanti & Lydia dengan kasar adalah Abu Sofyan. Sebelum kedua pramugari itu bisa menenangkan diri, seorang pria berbadan kekar muncul di antara mereka & Sofyan: Zulfikar.

Zulfikar adalah seorang mantan satpam & karateka level sabuk biru.

Zulfikar menarik Deliyanti, sementara Sofyan masuk ke kokpit dengan menodongkan pistol, mengejutkan Herman & kopilotnya.

Mahrizal menyusul masuk & ia pun menyatakan Woyla kini ada di tangan mereka alias sudah berhasil dibajak.

Herman tidak sepenuhnya panik.

Setidaknya, ia berhasil diam-diam mengirim pesan dengan suara gugup ke A. Sapari, pilot Garuda F-28 yang baru lepas landas dari Pekanbaru.

"Being hijacked... Being hijacked..." tuturnya pelan, yang artinya pesawat kini sedang dibajak.

Total ada 5 orang pembajak Woyla: Zulkifli T Djohan Mirza, Abu Sofyan, Wendy Muhammad Zein, Mahrizal, dan Abdullah Mulyono. Mereka menyatakan pesawat berpindah tujuan ke Bangkok, Thailand.

Mereka juga menyampaikan tuntutan-tuntutan mereka pada pihak Indonesia.

Kelimanya bersenjata api: pistol & granat. Mereka juga sudah mulai berpencar: ada yang bertugas mengawasi kokpit & ada juga yang bertugas mengawasi para penumpang.

Sebelum tiba di Bangkok, Herman diperintahkan untuk mendarat di Penang, Malaysia, untuk isi bahan bakar.

Selain bahan bakar, para pembajak juga menuntut agar diberikan stok makanan.

Mereka menyampaikan keinginan mereka: anggota Jamaah Imran yang ditangkap dalam Peristiwa Cicendo dibebaskan, uang tebusan $1.5 juta dolar, & pesawat untuk menerbangkan para pembajak ke Libya.

Di Indonesia, Presiden Soeharto keluar dari ruangannya hanya dengan kain sarung. Ia baru saja dikabari mengenai pembajakan Woyla & mempercayakan operasi pembebasan pada Asisten Intel Hankam Letjen Benny Moerdani.

Benny mengatakan probabilitas keberhasilan operasi adalah 50%.

Asisten Operasi 2/Operasi Kopassandha (kini Kopassus) Letnan Kolonel Sintong Panjaitan diperintahkan untuk menangani operasi pembebasan ini.

Dari 72 personel, hanya 30 anggota Kopassandha yang dikirim ke Bangkok untuk pembebasan.

Bangkok, Thailand, 31 Maret 1981.

Salah satu dari puluhan penumpang yang disandera dalam Woyla, Emma, pura-pura tidur.

Komplotan Mahrizal berperilaku jahat pada para penumpang sejak pesawat berhasil dibajak beberapa hari sebelumnya.

Semua penumpang diperintahkan untuk melucuti dompet, perhiasan, arloji, & kartu identitas. Kemudian, penggunaan toilet dibatasi.

Puncaknya, para pembajak menanyakan, "Siapa namamu? Apa agama & sukumu?". Apabila para pembajak tidak puas akan jawabannya, penumpang akan dianiaya.

Lebih menjijikan lagi, para teroris kerap melecehkan penumpang-penumpang perempuan & mengatakan saat para penumpang pria nanti dibunuh, para penumpang perempuan akan dibawa pergi.

Emma memilih untuk pura-pura tidur demi menghindari penganiayaan para pembajak.

Para pembajak juga melarang para penumpang makan sehingga banyak yang jatuh lemas & kepanasan karena pengapnya udara tertutup pesawat.

Perilaku pembajak makin beringas. Mereka terus mengingatkan apabila tuntutan mereka tidak dipenuhi, pesawat akan diledakkan.

Pihak Indonesia mencoba mendistraksi para pembajak dengan negosiasi, bertingkah seolah-olah akan memenuhi tuntutan-tuntutan mereka.

Akhirnya, Kopassandha berhasil menyerbu masuk pada pukul 03.00 pagi.

Baku tembak tak dapat dihindari.

Kelima pembajak tewas dalam baku tembak itu. Namun, Letnan Satu Achmad Kirang gugur setelah ditembak di bagian perut yang tidak ditutupi rompi antipeluru.

Sang pilot Herman Rante pun tewas dalam baku tembak.

Hebatnya, pasukan antiteror yang dibentuk dadakan itu mampu melumpuhkan para pembajak dalam waktu 3 menit saja!

Untungnya, para penumpang tidak ada yang cedera dalam baku tembak & segera diamankan.

Seminggu kemudian, Imran ditangkap. Ia dieksekusi pada 1983.

Pembajakan ini merupakan aksi terorisme berbasis jihad pertama yang terjadi di Indonesia...

Sumber:




era.id/sejarah/58056/…
historia.id/politik/articl…
news.detik.com/x/detail/inter…

Share this Scrolly Tale with your friends.

A Scrolly Tale is a new way to read Twitter threads with a more visually immersive experience.
Discover more beautiful Scrolly Tales like this.

Keep scrolling