2. Statistik itu berubah ubah dari satu survei ke survei yg lain. Karena itu hasil lembaga survei berbeda-beda. Perbedaan hasil itu adalah keniscayaan bukan keburukan.
3. Walaupun statistik itu berbeda-beda dari satu survei ke survei yg lain dan hasilnya selalu berbeda dengan parameter tetapi kalau dirata2kan semua hasil survei itu maka hasilnya akan sama dengan parameternya.. ini sifat unik dan keunggulan dari statistik. #metodeIlmiah
4. Asalkan survei2 itu dilakukan berbasis contoh acak (random samples) maka rata2 dari hasil survei itu akan konvergen ke parameternya. Jadi QC konvergen ke RC asalkan QC didasarkan pada samples yg representatif. Ini dikenal dg sifat takbias (unbiased).
5. QC itu tdk spt hitung cepat yg dilakukan di RM Padang. Hitung cepat harga makanan disitu tidak boleh salah. Tapi kalau QC selalu mengandung kesalahan. Jadi dlm QC kesalahan itu adlh suatu keniscayaan, bukan keburukan.
6. Dalam bhs Inggris ada dua kata yg berarti kesalahan, yaitu “mistake” dan “error”. Kesalahan yg terjadi pada hitung cepat di RM Padang disebut “mistake”. Kesalahan yg terjadi pada QC disebut “error”. “Mistake” dan “error” adalah dua hal yg berbeda.
7. Apa beda kedua istilah itu dalam khasanah ilmu pengetahuan? “Mistake” adlh kesalahan yg bs dihindari shg bisa ditiadakan. Sdgkan “error” adlh kesalahan yg tdk dpt dihindari shg menjadi keniscayaan..
7. Ketika mhs ditanya brp 2+7 lalu dijawab 10, maka mhs ini telah membuat “mistake”. Tetapi jk mhs janji bimbingan dg dosen jam 7:00 dan mhs tiba ruang dosen jam 7:01 atau jam 6:59 maka mhs itu membuat “error”. Yg pertama bisa dihindari, yg kedua tidak bisa.
8. Untuk memperjelas beda kedua istilah itu misal kita menyuruh 2 anak dg kecerdasan yg sama utk menjawab 2+7 maka hslnya hrs 9. Jika hsl berbeda maka yg terjadi adalah “mistake”.
9. Tetapi jika kita ambil 2 butir jagung dr satu induk, lalu ditanam dg cara yg sama dan dikendalikan secara ketat maka hampir bisa dipastikan pertumbuhan keduanya berbeda. Inilah yang namanya “error”.
10. Lalu menjadi pertanyaan, jika QC itu jelas mengandung kesalahan (baca: “error”) apakah QC itu ada gunanya? Tidak perlu diragukan, pada saat pilkada kita masih menggunakan sistem pencoblosan manual spt sekarang ini maka QC banyak memberikan manfaat.
11. Manfaat pertama adalah hasil QC dpt mengobati rasa ingin tahu masyarakat thd hasil pilkada secara cepat. Sistem pencoblosan yg manual spt saat ini cukup lama proses perhitungannya. Dengan mengetahui prediksi hasilnya maka antisipasi bisa dilakukan.
12. Manfaat kedua adalah QC dapat menjadi pendorong atau penekan thd KPU agar bekerja serius, hati2 dan jujur dalam penghitungan perolehan suata paslon. Jika tidak maka hasil QC bisa menjadi pembandingnya. Perbedaan hasil QC dan RC hrs bisa dipertanggung-jawabkan.
13. Manfaat ketiga adalah QC bisa digunakan untuk mendidik masy agar melek statistik (statistics literate) atau skr disebut sbg “statisticacy”. Statisticacy merupakan ciri dari masy moderen. Sebaliknya ciri masy primitif adlh percaya pd mistik, rumor, atau fitnah.
14. Manfaat keempat adalah terbukanya lapangan kerja krn tumbuhnya industri lembaga survei. Banyak ahli pengumpulan data, analis data, pemrograman, dan ahli lainnya terserap bekerja di lembaga survei. Jadi ada kontribusi thd geliat ekonomi kita.
15. Manfaat kelima QC dapat menjadi pendidikan politik bagi masy. Perbedaan hasil QC yang selalu terjadi akan mengajarkan kpd msy bhw berbeda itu biasa dan tidak perlu harus anarkhis. Akhirnya masy akan mampu menerima perbedaan dlm politik.
16. Lalu bisakah kita menakar kualitas dari suatu QC? Bisa, tapi penjelasannya nanti saja ya.. mudah2an ada kesempatan berikutnya.. sekian dan TABIIIIK..
"Peningkatan kasus aktif di Jakarta melambat dari 49% menjadi 12% sejak Gubernur Anies Baswedan mengambil keputusan menarik rem darurat..."
Lalu ada tulisan yg seolah menyimpulkan terjadi PENURUNAN dalam penularan Covid-19.
2. Mari kita cermati apa itu kasus aktif? Tidak lain adalah jumlah orang yg masih belum sembuh, artinya positif covid-19 tetapi masih hidup.
Juga berarti bhw kasus aktif adalah jumlah orang yg positif dikurangi jumlah yg meninggal dikurangi lagi jumlah yg sembuh.
3. Dari hasil perhitungan nampak bahwa terjadi penurunan kasus aktif setelah Gubernur menarik rem.
Jadi tdk ada masalah dengan pernyataan pada butir 0 di atas bhw kasus aktif menurun dari 49% menjadi 12%. Good...
Terimakasih Prof @BurhanMuhtadi , data ini menarik dan memberikan beberapa insight kepada saya... waduh, saya jadi ingin nulis beberapa twit dari grafik ini..
1. Grafik ini merupakan grafik 3 dimensi walaupun disajikan dalam 2 dimensi. Dimensi 1: sumbu datar, pertumbuhan ekonomi. Dimensi 2: sumbu tegak, jumlah meninggal per 1 jt penduduk. Dimensi 3: luas lingkaran dari titik setiap negara.
2. Dimensi 1 dan 2 sudah jelas definisinya. Tapi dimensi 3 saya belum menemukan definisinya (silakan kalau ada yg tahu). Tapi saya duga (mungkin saya salah) dimensi 3 ini adalah jumlah test yg dilakukan oleh tiap negara. Semakin besar lingkarannya maka jumlah testnya makin besar.
1. Apakah benar IPB merupakan perguruan tinggi peringkat 1 di Indonesia? Ada yg bilang IPB bukan perguruan tinggi peringkat 1 tetapi IPB adalah perguruan tinggi yang masuk ke dalam klaster 1 dari lebih 2000 perguruan tinggi di Indonesia.
Klaster vs Peringkat
2. Memang benar klaster itu belum tentu peringkat karena klaster bisa merupakan suatu ciri atau tipologi kualitatif yang tidak dapat dibuat peringkatnya. Tetapi pada saat yang sama klaster juga bisa mencerminkan peringkat ketika terukur secara kuantitatif.
Klaster vs Peringkat
3. Ingat saja misalnya di kompleks perumahan ada yg termasuk klaster elit tapi ada juga yg termasuk klaster biasa. Ini jelas klaster yang terukur secara kuantitatif (misal dari aspek luas bangunan, luas tanah, dan harganya) shg bisa mencerminkan peringkat.
1. Berikut ini saya sajikan Grafik tiga dimensi yg menampilkan hubungan antara median umur, case fatality rate, dan jumlah kematian akibat infeksi Covid-19 di berbagai negara di dunia per 29 April 2020. Grafik ini dikutip dari Europian Centre for Disease Control.
2. Sumbu datar dari grfik tersebut adalah median umur, sumbu tegak adalah CFR (case fatality rate), sedangkan besar kecilnya titik menunjukkan besar/kecilnya kematian di negara tersebut akibat infeksi Corona.
3. Nampak bahwa Indonesia termasuk negara yang median umur warganya sekitar 27 tahun mirip seperti median umur di Mexico dan negara Timur Tengah. Juga tdk jauh dari median umur Turki. Tapi CFR Indonesia lebih tinggi dari CFR di negara Timur Tengah.
Pemerintah jangan hanya meminta orang tinggal dirumah tp tdk memikirkan nasib sehari hari mrk. Pemerintah harus cepat membangun "social safety net", gelontorkan BLT, gratiskan BPJS, bagikan sembako. Ajak semua pihak gotong royong membangun "social safety net". Jngan sampai rusuh.
BPJS tidak harus digratiskan selamanya tapi cukup selama beberapa bulan ke depan saja...
Kalau tidak dibangun "social safety net" kuatir terjadi kerusuhan dan penjarahan... orang yg lapar gampang sekali diprovokasi, mereka tdk punya pilihan....
1. Benar kata pepatah: "Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna.." Terlambat sudah jika meratap sekarang karena hinaan sudah dilontarkan dan menjadi viral serta berujung pada urusan hukum.
2. Lontaran kata-kata kasar kepada ibu Risma spt "sang legendaris kodok betina" tentu sangat disesalkan. Terlebih lagi yg melontarkan hinaan adalah ibu-ibu beragama islam dan yang dihina juga adalah orang islam. Ajaran islam mana yang membolehkan tindakan seperti ini???