Cerita mula tentang hatiku yang jatuh ke Paradigma. Sejak baca prolog, buku ini terus menyeret pembacanya ke halaman-halaman selanjutnya. Saya sudah dibuat jatuh cinta dengan setiap kata-kata menarik yang keluar dari mulut Rana. Sederhana, tapi bikin mikir dan membenarkan.
Banyak banget ketertarikan yang saya dapat dari buku ini, dan tentu saja yang paling utama adalah karakter Rana yang mengidap Dissociative Identity Disorder (DID). Tema ini adalah salah satu tema yang selalu saya cari.
Saya juga mendapat banyak pelajaran tentang mempelajari manusia disini. Dari hubungan percintaan Rana dan Ola, tokoh Anya yang bisa menjadi dirinya sendiri tanpa berusaha menjadi menarik di hadapan Rana, orang yang disukainya.
Cara pikir Ola tentang sebuah hubungan yang ternyata banyak terpengaruh oleh lingkungan, bukan atas dasar pemikirannya sendiri. Hubungan Rana dan Ola yang ternyata adalah sisi keegoisan masing-masing, yang ingin diterima oleh pendapat mereka masing-masing.
Kisah hidup keluarga Rana yang membuatnya menjadi seorang yang rapuh dan egois hingga berusaha memunculkan sosok ibu pada dirinya sendiri. Membaca Paradigma membuat saya membuka pikiran tentang mempelajari manusia, terlebih tentang kesehatan mental.
Paradigma bener-bener bikin saya jatuh cinta. Saya pikir ini adalah novel romansa, tapi ternyata meleset jauh dari dugaan saya.
Tema yang dibawa Mas Iid tentang kesehatan mental dan pengetahuan baru untuk otak saya mengenai segala hal tentang manusia, menempatkan Paradigma sebagai salah satu buku yang berpengaruh terhadap pikiran dan tulisan saya ke depannya. Semoga.
Setelah ini, sepertinya bakal balik baca Egosentris dan meluncur menemui Saddha. Dan semoga bisa adopsi buku fisiknya segera.
Terimakasih Mas Iid,
Terimakasih Rana, Anya dan kawan-kawan yang sudah hidup dalam Paradigma.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh