Ardyan M. Erlangga Profile picture
Aug 18, 2019 17 tweets 5 min read Read on X
#InstantReview

‘Bumi Manusia’ (2019); sutradara Hanung Bramantyo.

——sebuah utas (biar kekinian)——

#BumiManusia
Sha Ine Febriyanti berhasil menjadi Ontosoroh. Darsam mencuri perhatian. Pemeran Annelies bersinar menjelang klimaks.
Minke masih terasa Iqbaal di sana-sini.

Poin plusnya, tiga jam durasi tidak pernah terasa kepanjangan.

#BumiManusia
Pola dramatisasinya ’Hanung banget’—warna prop dan kostum harus mencolok, emosi karakter disorot lewat medium shot dan fokus pada wajah (terutama saat mereka berteriak/mengucapkan dialog penting), serta selalu ada gerak lambat menggambarkan kerusuhan/kerumunan manusia.
Ada pilihan kreatif tim Falcon yang mengganggu. Misalnya sisipan lagu ‘Ibu Pertiwi’ yang bikin emosi, atau adegan seks yang kikuk seperti di novelnya. Padahal dibikin lebih passionate mah gapapa juga kali. Klasifikasinya juga untuk dewasa.

#BumiManusia
Tiap adegan pengadilan terasa buru-buru. Selain itu rasanya penonton yang tidak sigap (atau belum membaca novelnya), bakal bingung memahami substansi kasus yang menyeret Minke dan keluarga Mellema ke hadapan majelis hakim, karena gerak plot demikian gegas.

#BumiManusia
Film adaptasi novel punya strategi beda-beda. Tapi Hanung dan Falcon tampaknya berhitung banget sama perasaan pembaca buku Pram. Jadilah tak banyak tafsir atau visi sutradara masuk. Semua peristiwa penting buku dipindah ke film.

#BumiManusia
Kentara sekali Hanung berupaya menghasilkan versi penyederhanaan (simplified) ‘Bumi Manusia’. Saya ingat tugas awal kuliah dulu, dosen mengizinkan kami membaca versi simplified novel-novel kanon macam ‘Wuthering height, ‘A Tale of Two Cities’, sampai ‘The Scarlet Letter’.
Novel simplified biasanya mempertahankan gagasan utama, minim kalimat majemuk bertingkat, subplot hilang, dan deskripsi rumit dipangkas. Target pembacanya anak atau remaja, supaya mereka tak gentar membaca sastra yang terlanjur dikanonkan.

#BumiManusia
Namanya juga penyederhanaan, pasti butuh pengorbanan. Saya penginnya ada porsi lebih transformasi Sanikem menjadi Ontosoroh (karena itu bagian yang paling saya sukai, sekaligus rasanya paling filmis, dari ‘Bumi Manusia’). Harapan itu tak kesampaian.

#BumiManusia
Andai lanjutan tetralogi ikut difilmkan, saya berharap subplot Surati anak Sastro Kassier digarap serius. Perjalanan hidup Surati yang tertular cacar demi merebut kembali harga dirinya adalah salah satu cerita sampingan terbaik sepanjang karir Mbah Pram.

#BumiManusia
Jika target Falcon adalah menggaet fans Iqbaal sekaligus memperkenalkan gagasan Pram dalam novel pembuka Tetralogi Buru pada awam, poin itu rasanya tercapai. Di Depok, saya nonton bareng banyak sekali pasangan muda (rata-rata masih SMA kalau nguping obrolan mereka).
Cewek sebelah saya hingga separuh film konsisten tanya ke pacarnya, “gundik apaan dah?”, sementara si cowoknya blo’on juga, geleng-geleng doang. Gatel pen nyeletuk. Tapi mereka tidak pernah tertidur lho, menangis jelang klimaks, bahkan tepuk tangan usai kredit muncul di layar.
Saya rasa, film ini tidak sekeji itu mereduksi ‘Bumi Manusia’ jadi cinta-cintaan remaja belaka, sebagaimana dikhawatirkan banyak orang. Debat makna menjadi modern muncul sesekali, sementara politik bahasa dan rasisme sistem kolonial berulang kali jadi konflik utama.
Tersemainya ide nasionalisme di kepala Minke turut disinggung.Saya mengapresiasi keputusan Hanung dan Salman Aristo mempertegas bahwa ‘nama asli’ Minke adalah ‘Tirto Adhie’; sehingga penonton awam yang belum pernah membaca buku Pram tertarik melacak kiprah 'sang pemula' itu.
Berbekal strategi simplified tadi, Hanung memosisikan filmnya sebagai gerbang awal—mempersilakan penonton awam membaca tetralogi jika ingin memperoleh konteks, nuansa, dan gagasan Pram lebih lengkap. Plus, film ini hendak merespons persoalan identitas di Indonesia kiwari.
Pendektan Hanung tidak akan termaafkan bagi 50 persen pembaca setia karya-karya Pram. Tapi sisanya, sekira 15 persen yang masih mau menonton dengan ekspektasi terjaga, tidak akan sampai terpicu merajam dan mengolok-oloknya.

#BumiManusia
Harapan kecil di atas, seperti disampaikan Hanung dalam wawancara menarik bersama Warningmagz (yang bisa kalian baca lewat tautan bawah), rasanya tercapai lewat film adaptasi ini.

Demikian review singkat #BumiManusia dari saya.

warningmagz.com/wawancara-hanu…

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Ardyan M. Erlangga

Ardyan M. Erlangga Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(