SimpleMan Profile picture
Aug 21, 2019 91 tweets 13 min read Read on X
-si Anak-

Horror story-

@bacahorror #bacahorror Image
seakan Nia merasa, ada seseorang yg berbaring diatas ranjang-ranjang kosong itu.

namun, tidak ada siapapun disana, hingga, Nia sampai, di pintu terakhir, satu pintu yg konon kata ni Ika adalah kuburan dari pemilik yayasan ini sebelumnya, Nia berhenti lama, sebelum, membuka pintu
Nia mendapati Ica sedang meringkuk, saat Nia memanggilnya, Ica berbalik lantas kemudian berdiri, kakinya seakan menutupi sesuatu, wajah Ica, panik

"kamu ngapain?"

"Nia, aku gak ngapa-ngapain kok" ucap Ica

"kamu nanam sesuatu kan disana?" kata Nia, Ica tetap menolak tuduhan itu
"aku lihat kamu nanam sesuatu" Nia mendorong Ica, memintanya menyingkir, lantas, menggali dengan tangan kosong, sama seperti Ica, di tanganya, jelas-jelas ia baru saja menggali sesuatu, meletakkan entah apa itu disini, namun, aneh, saat Nia selesai membongkar gundukan itu,
Nia tidak mendapati apapun disana.

Ica yang masih terlihat panik, lantas berucap "aku gak nanam apa-apa kan, aku, malah nyari sesuatu disini"

"apa" Nia lantas bertanya,

"apa yang kamu cari?" tanya Nia,

"kuburan janin-janin yang sudah mati itu, disini kan?"
"aku penasaran sejak awal, rumah ini dulu adalah rumah Berangon kan" ucap Ica,

"Berangon?"

"rumah tempat gugurin janin pada jaman dahulu"

"kamu tau darimana?" Nia masih beriskeras menolak kata-kata Ica,

"tumbuhan Salak, dulu, digunakan untuk menyamarkan bebauan darah janin"
"dan kamu tau kenapa harus salak" tanya Ica

Nia menggelengkan kepala,

"konon, setiap tumbuhan Salak, selalu ada yg jaga, untuk menahan roh dari janin-janin yg sudah digugurkan" Ica mendekati Nia, "dia suka sekali dengan darah janin, dia selalu menjilati darah janin"
"siapa" tanya Nia,

"Genderuwo" bisik Ica, saat itu juga, pintu tiba-tiba dibanting dengan keras, lalu tertutup dengan sendirinya.

Ica dan Nia, memandang pintu, mereka berdua saling menatap satu sama lain.
Ica membuka pintu, menarik Nia kemudian mereka pergi, Ica juga beberapa kali melihat ke kamar bangsal, kaki Nia semakin nyeri, tapi Ica mengatakan, "denger suara mereka gak, banyak sekali yg jerit di kamar-kamar kosong ini"

Nia tidak menjawab Ica, ia ingin segera sampai di kamar
Nia menarik Ica, ia harus segera pergi darisana, sebelum pamong tahu apa yg mereka lakukan, saat melewati pintu tanpa tangga, tiba-tiba, Nia berhenti, ia memandang tajam pintu kamar itu,

untuk pertama kalinya, Nia berkeringat, dengan wajah tegang, matanya tertuju pada pintu itu
Nia melihat sekelebat bayangan sosok wanita masuk kesana, bayangan mata itu lenyap, Ica, tidak kalah dengan Nia, kaki dan tangannya gemetar hebat, lantas, Ica berucap dengan kalimat terbata-bata,

"wanita di foto itu bukan"

Ica menatap Nia, mereka pergi dari tempat itu
saat Ica menggandeng tangan Nia yg merasakan nyeri yg luar biasa, tiba-tiba, ni Ika muncul, lantas memegang tangan Nia,

"kamu bisa pulang kan dek, sudah malam loh, ibumu pasti khawatir kalau anaknya kenapa-kenapa"

ni Ika mengatakan itu sembari tersenyum, Ica pun pamit, ia pergi
Nia menatap ni Ika, ekspresinya tidak berubah, ia tetap tersenyum, namun, sebelum Nia menjelaskan apa yg terjadi, ni Ika langsung memotongnya.

"kamu bisa kembali ke kamar sendirian kan Nia," ucapnya, "Silvi, sudah menunggu kamu daritadi"

tanpa pamit, ni Ika pergi begitu saja.
Nia membuka pintu, saat itu juga, Nia bisa melihat Silvi, ia duduk di lantai, meringkuk, sendirian, suara lonceng pintu Nia, membuat anak itu mengangkat punggungnya, kemudian, ia menatap Nia selama beberapa detik sebelum mengatakan

"ook aaah, oook aaaah iaaa"
"kamu ngomong apa" Nia mendekatkan diri,

"oook aaah, aam ii oook aaan aaang!" Silvi masih bersikeras menjelaskan "Iaaaa" Silvi menunjuk Nia, "eeeiii aaaa aaiii iii"

Nia tetap tidak mengerti, lantas, Silvi berdiri, keluar dari kamar, sebelum ia menutup pintu, Silvi menangis
Nia mulai memejamkan matanya, memanjakan dirinya dengan lelap yg sudah memenuhi isi kepalanya, keheningan seketika menelan Nia, dalam sunyi, Nia tertidur

namun, tiba-tiba, terdengar suara pintu terbuka, lonceng berdenting, dan Nia membuka matanya
sekilas, saat Nia membuka mata, ia melihat seorang perempuan berambut panjang, ia mengenakan gaun putih hingga menutupi kakinya, berjalan melintasi kamar Nia, perut wanita itu buncit, menyerupai wanita yg tengah mengandung

Nia, beranjak dari tempat tidurnya, lalu pergi memeriksa
Nia tidak melihat siapapun disana, dengan cepat ia langsung menutup pintu kembali, menguncinya

namun, belum juga Nia kembali ke ranjang, ia merasa, dibelakang, seseorang tengah membelai rambutnya yang panjang, menciuminya, nafasnya terasa ditengkuk Nia,

Nia mulai menangis
Nia yg sudah tidak tau lagi harus bagaimana, lantas, nekat untuk melihat siapa yg ada dibelakangnya, namun, saat Nia berbalik, ia tidak menemukan siapapun disana, namun, pintu yg sudah dikunci oleh Nia, terbuka kembali, Nia mendengar langkah kaki ditangga, Nia mengikutinya
Nia merasa ia harus mengikutinya, seakan memang Nia dituntun untuk tahu lebih jauh apa yg sebenarnya terjadi di rumah ini,

sampai, sosok itu melangkah di anak tangga kamar misterius itu, sebelum ia masuk kesana, ia melihat Nia,
aneh, Nia tidak tahu, bila sekarang, ada anak tangga didepan kamar misterius itu, tanpa berpikir apapun lagi, Nia menaiki anak tangga, lalu masuk kesana,

saat Nia sudah masuk, pintu, tiba-tiba tertutup dengan sendirinya.
hal pertama yang Nia rasakan adalah, bau apak yg membuat Nia tidak nyaman, selain bau apak, Nia juga merasa, ruangan ini jauh berbeda dari semua ruangan yg pernah Nia masuki, hal yg mengganjal tentu adalah, hampir disetiap sudut ruang, Nia bisa melihat semua benda berserakan
debu seakan menjadi kawan, Nia menelisik setiap sisi ruang ini, benar, guratan disepanjang tembok, tidak diciptakan dengan sengaja, ada goresan dari darah yg menghitam, ada sayatan kasar, dan geligih daging kering yg terkelupas masuk kedalam guratan itu,

siapa pemilik kamar ini
satu yg Nia tahu, siapapun yg mendiami kamar ini, setiap detik, ia pasti menggaruk atau meronta mencakar sisi tembok dan segala apa yg bisa ia dapat

percikan darah kering disana-sini, membuat Nia merasakan perasaan merinding yg tak terjelaskan, sampai, ia kembali menatap kursi
dengan perasaan ragu, Nia berhenti tepat didepan kursi usang itu, Nia perlahan menatap langit-langit, mencoba menebak dari presepsi liar ketika mengamati ruang ini,

mata Nia terbelalak menyaksikannya,

tepat seperti dugaan Nia, disana, ada tali gantung yg masih tersampul
si pemilik kamar ini, mati, gantung diri.
semakin lama didalam ruang ini, Nia merasa bahwa dirinya semakin terancam, ia berlari meski harus menyeret kakinya, Nia menuju pintu, namun, pintu terkunci

dengan nafas memburu, Nia menggebrak pintu, berteriak-teriak, namun, tak ada satupun yg menjawab
perlahan-lahan, terdengar suara tawa ringkih, menyerupai suara bayi yg tergelak, suara itu, terdengar dari bawah ranjang, Nia yg benar-benar mendengarnya, tak berniat untuk memeriksanya, ia harus keluar dari tempat ini, Nia terus menerus berteriak sembari menggebrak pintu
frustasi karena tak kunjung mendapat jawaban, Nia mengintip dari lubang kunci, tempat biasa Nia melihat pintu dari bawah anak tangga, siapa sangka, kini Nia ada didalam ruang itu, dan darisana, Nia melihat sesuatu

Silvi, tengah ada dibawah anak tangga, melihat pintu, sendirian
"SILVI!! SILVI!!" bentak Nia, namun, gadis kecil itu, melangkah pergi, "SILVI, BUKA!! BUKA!!"

Nia terdiam, tidak mengerti, sampai, pandanganya tertuju pada sisi bawah ranjang, Nia, mendekatinya
rasa nyeri di kaki Nia semakin menyiksa, namun, suara-suara mengerikan itu, memancing rasa penasaran bagi Nia

seakan suara itu ingin menunjukkan eksistensinya, kini, Nia berjongkok, menahan perih, menekuk kakinya, Nia, menyentuh kain putih yg menutup ranjang, perlahan membukanya
tidak ada apapun disana, kecuali ruang kosong dibawah ranjang,

tidak ada, sampai, Nia merasakan sentuhan di kakinya, perlahan, hanya ada satu sentuhan, namun, semakin lama, tangan-tangan asing seperti berebut menyentuhnya, Nia melirik sosok itu,
Nia melihat dengan mata kepala sendiri, sosok kecil merangkak dengan lendir merah darah, berebut menjilat kaki Nia, mengerumuninya, ada puluhan, lebih, memenuhi sisi ruang lain, mereka seakan-akan memenuhi tubuh Nia, jeritan Nia, memutus malam itu,
Nia terbangun, tepat di bawah kamar, ia seperti gadis yg kosong, tidak tahu apa yg terjadi dan bagaimana semua berlangsung secepat itu, namun, Nia hanya ingat satu hal, kakinya bernanah, semakin nyeri, manakala Nia mencoba untk bangun, ia terjatuh, dengan kepala menghantam lantai
setiap Nia memaksa untuk bangun, kakinya seperti kehilangan tenaga, Nia akan tersungkur, wajahnya terus menerus menghantam lantai, sampai darah terus mengalir dari hidung, Nia mulai menangis, berteriak meminta tolong kepada siapapun
dengan perasaan kacau balau, Nia hanya bisa menggunakan kedua tangannya, ia merangkak dan terus meminta tolong, sampai, seorang anak memergokinya, ia tampak shock melihat Nia, lantas mendekatinya dan bertanya apa yg terjadi,

"AKU TERJEBAK DI KAMAR ITU!!"
aneh, wajah anak itu, tampak kebingungan.

"PANGGIL NI IKA DAN SEMUA PAMONG"

anak itu, masih memandang Nia kebingungan, apa, anak itu, seperti tidak mengerti apa yg dikatan oleh Nia, sampai, anak lain datang dan bertanya, anak itu lantas menjawabnya

"Nia, tidak bisa bicara"
di ruang kecil, Nia terduduk lemas, matanya kosong, menerawang jauh entah kemana

ni Elin dan ni Eva hanya menatapnya prihatin, mereka melihat kaki Nia yg semakin dilihat semakin membuat mereka berdua bingung, bagaimana luka sepele tiba-tiba menjadi seperti ini,
tak beberapa lama, ni Ika melangkah masuk, ia menatap Nia, seakan tahu apa yg menimpa gadis malang itu, ia berbisik pada Nia, "ikut saya ya nak"

detik itu juga, Nia dibawa pergi.
selama diperjalanan, Nia masih menatap kosong, ia tidak mau berbicara, dan memang, tidak akan ada yg bisa mengerti apa yg ia ucapkan, bahkan, saat ni Elin membujuknya untuk bercerita, Nia enggan menuliskannya, ia hanya terbayang Silvi kecil, kenapa dan apa yg ia lakukan
tak beberapa lama, sampailah mereka disebuah rumah duku, dengan pohon besar familiar, Nia dibantu oleh ni Elin, ia dituntun menuju pintu rumah, mengetuknya, dari dalam, terdengar suara serak, yg menyuruh mereka masuk,

saat pintu dibuka,
terlihat seorang wanita tua duduk di kursi roda, di belakangnya, ada seseorang yg gaya berbusananya sama persis seperti busana milik para Pamong, namun, dilihat dari usianya, tampaknya ia masih sangat muda,

sementara, si wanita tua, di bibirnya, ia menggigit gambir
dengan rambut disanggul menyerupai wanita jawa, ia menatap Nia, matanya picing, seakan tidak suka dengan kehadiran Nia, pun, dia meludahi Nia seakan tidak sudi dan tahu apa yg akan ni Ika sampaikan,

si wanita, dengan nada marah berujar, "Ka, melok aku" (ikut aku)
gadis itu mendekati Nia, ia tersenyum lantas bertanya pada Nia, "kamu sudah melihatnya, Momok" ucapnya, Nia yg sedari tadi tidak mau bicara, lantas menjawabnya, membuat ni Elin mengangkat alis pertanda tidak mengerti, namun, si gadis, ia mengerti apa yg Nia katakan, ia mengangguk
terdengar suara perdebadan antara ni Ika dengan wanita tua itu, Nia merasa bersalah mendengar bagaimana ni Ika di cerca dengan kalimat yg menghina,

si gadis itu, menenangkan Nia, bahwa, ia akan baik-baik saja, hanya saja, ia akan sedikit terkejut dengan apa yg akan ia terima
tak beberapa lama, si wanita keluar bersama ni Ika, ia memperkenalkan dirinya sebagai pemilik yayasan itu, ia biasa di panggil, Asih,

ni Asih, meminta Nia mengikutinya, ia, membawa Nia masuk jauh kedalam rumah, yg memiliki bangsal yg sama persis dengan rumah yg Nia tinggali
dibantu si gadis, Nia dituntun untuk ikut, namun, ada kejadian menarik, Nia juga menemukan foto wanita dengan pose menimang anak, sama persis dengan yg ada di yayasan itu, dan bila ditelisik lebih jauh, ni Asih, menyerupai wanita dalam foto itu, namun, Nia tidak mau berspekulasi
disebuah kamar kayu, ada sebuah ranjang tepat ditengah-tengah, dengan meja dipenuhi congkak dari tanah liat, debu dan asap dari kemenyan, serta air dalam caruk, Nia dipaksa berbaring diatas ranjang itu, sementara ni Asih, membuang gambir di bibirnya, ia berdiri dari kursi rodanya
si gadis mengambil beberapa bahan yg sudah dipilih oleh ni Asih, ia kembali ke meja disamping ranjang, lalu, menyalakan lilin, dan kemudian bersiap pamit, ia sempat melirik Nia, sorot matanya, tampak memelas, seakan tahu, apa yg terjadi selanjutnya
ni Asih kembali, wajahnya masih tampak keras, tak nampak senyuman sedikitpun disana, bahkan saat menyentuh Nia, ia menyentuh dengan kasar, seakan ia melakukan ini karena sebuah paksaaan yg tidak ia kehendaki,

ia meletakkan sanggah besi diatas lilin, memanaskan sebilah pisau
"padahal dia cuma nyentuh kakimu saja ya, tapi akibatnya bisa sampai seperti ini, saya tidak mau membayangkan pada apa yg terjadi pada anak kecil itu, yg lidahnya sampai ditarik olehnya" ucap ni Asih, ia menyeringai

"anak itu" tanya Nia, ni Asih mengangguk
ia lantas menyuruh Nia menggigit gambir, sebelum mulai memijat kakinya, di sela-sela ia melakukan itu, ni Asih mengunyah banyak sekali bahan yg sudah ia persiapkan, setelah semua dirasa siap, ia, mengambil sebilah pisau yg ia panaskan sedari tadi,

"ini akan sangat sakit nak"
tanpa membuang waktu, ni Asih mengiris luka Nia, dan Nia meronta-meronta, teriakannya tertahan gambir yg ia gigit, ototnya mengejang, rasa sakit luar biasa yg bahkan Nia tidak pernah bayangkan sebelumnya, Nia terus menerus mencoba melepaskan diri dari jeratan, namun, sia-sia
ada saat-saat dimana Nia bahkan berpikir untuk mati saja, namun,ia terus sadar dan merasakan semuanya, dunia seperti beputar semakin cepat, ni Asih terus bergumam jampi-jampi yg bahkan Nia tidak tahu apa yg ia katakan, yang Nia sadar adalah, ada sosok dibelakang ni Asih
sosok yg pernah Nia lihat, berdiri dibelakang ni Asih, menatapnya dengan kepala miring, seakan menikmati rasa sakit yg Nia rasakan, ni Asih lalu berteriak "AKU EROH KOEN NANG KENE!!" "saya tahu kamu ada disini"

Nia masih menekan rasa sakitnya, bercampur dengan rasa takutnya
"jangan takut nak, yang kamu lihat, adalah ibu saya" untuk kali pertama, Nia mendengar suara ni Asih begitu lirih, begitu menenangkan, sosok itu hanya berdiri sebelum Nia akhirnya tidak sadarkan diri, ia terbangun, menatap ni Ika yg duduk disampingnya
ni Ika lantas bangun, membelai rambut Nia, memintanya untuk istirahat, sebelum, ni Asih masuk dan mengatakannya, "malam ini, kunci anak ini lagi di kamar itu"

"apa tidak bisa ni, bila dilakukan saat Nia sudah jauh lebih baik"

ni Asih tersenyum sinis, ia menatap Nia,
"ia masih menganggap anaknya masih hidup, anak yg sudah digugurkan itu. anak yg memang tidak ada sejak kejadian itu, ia tidak akan melepaskan Nia, tidak sampai Nia sendiri yg mengatakan, si Anak bukanlah Nia itu sendiri, Nia harus bertemu ibu saya"
hari mulai petang, mobil yg membawa Nia mulai memasuki pagar, Nia melihat semua anak berkumpul menungguinya, namun, Nia tidak melihat kehadiran Silvi, lantas, Nia duduk di kursi roda, ni Ika mendorongnya, menuju, kamar itu.
Sekarang, Nia tahu, bagaimana ni Ika menyembunyikan tangga, rupannya, begitulah cara pamong menyembunyikan segalanya, ni Eva dan ni Elin membantu Nia, menuntunnya perlahan-lahan, hingga Nia bisa mencium lagi, bau apak yg pernah ia hirup di dalam kamar ini.
Ni Ika mendudukkan Nia di sebuah kursi lusuh yang pernah Nia lihat sebelumnya, Nia hanya duduk sembari mengawasi ni Ika yg membersihkan apa yg bisa ia bersihkan.
“dulu, rumah ini adalah rumah tempat wanita-wanita mengaborsi janin yang ia kandung” ucap ni Ika, ia beberapa kali melirik Nia, memastikan gadis itu tetap nyaman ditempat duduknya.
“Setiap hari, berkali-kali, jeritan ibu-ibu yang tidak siap mengurus anak terdengar di kamar bangsal-bangsal” ni Ika menatap nanar jendela, “dan mungkin, pemilik rumah ini adalah sosok paling berdosa dibalik semua peristiwa kelam itu”
“namun, tidak ada yg pernah berpikir bahwa ia menyimpan penderitaan itu sendirian, berkabung seorang diri, sampai, suatu malam, ia bermimpi, mimpi, bahwa ia tengah mengandung seorang anak” ni Ika menatap Nia, "namun, yg sebenarnya terjadi, ia tidak pernah mengandung"
"setiap kali ia diingatkan, bahwa ia tidak mengandung janin didalam perutnya, ia menolak, bersikeras bahwa ia mengandung" "ia akan marah dan meronta mengatakan bahwa kami membohonginya dan mencuri bayi miliknya, lantas, ia menjadi gila" ni Ika berbisik pelan,
"untuk dosa dari banyak janin yang telah berhasil ia bantu gugurkan, justru, ia menanggung, kesedihan teramat dalam yg membuat isi kepalanya rusak berkeping-keping" ni Ika masih menatap Nia, "ia memanggil bayi kecilnya, si Anak"

"sianak" "sianak" "sianak" itulah yg ia katakan
"setiap hari, ia melukai dirinya, mengurung diri dikamar sendirian, mencakari tubuhnya, menjambak rambutnya, terus dan terus, menutup diri hingga," ni Ika melihat keatas, langit-langit "mengakhiri dirinya di tali gantung, di kamar ini"
"lalu, siapa ni Asih, ia bilang, dia adalah ibunya?"

ni Ika tersenyum, "ia, dia adalah ibunya, ibu kami juga"

Nia tampak bingung, sebelum ni Ika mengatakannya, "kami semua anak angkat, dan ia tidak pernah bisa memiliki bayi, karena ia"

"mandul" sahut Nia, ni Ika mengangguk
"bila Nia bertanya, alasan kenapa disetiap pintu terdapat lonceng adalah, ia sangat suka menimang anak yg tidak pernah ada dengan suara lonceng itu, ia menimang anak, yg bahkan tidak pernah aku lihat ada" "ia mati dengan membawa kegilaan bahwa ia memiliki sianak"
"lewati malam ini, katakan padanya, bahwa kau bukan sianak, dan setelah itu, aku akan mengatakan kepadamu, ada sebuah keluarga yg siap menerimamu Nia, selesaikan semuanya malam ini" ucap ni Ika, ia melangkah ke pintu, menutupnya, setelah ni Eva dan ni Elin berpamitan.
Nia hanya duduk sendirian, sementara malam semakin larut, sayup angin masuk, Nia merasakannya, kehadirannya, ia berdiri dibelakang Nia, menyentuh rambutnya, membelainya dengan lembut, membisiki Nia dengan satu kalimat yg menusuk "anakku"
terdengar riuh saat sesuatu merangkak keluar dari bawah ranjang tempat Nia melihat sosok janin yg pernah menghantuinya keluar, gelagat mengerikan itu seakan tercium manakala, sosok yg keluar adalah, Silvi

Nia terperanjat menatap Silvi, yg sedari tadi, rupannya bersembunyi disana
"Nia" kata Silvi, "Nia jangan bicara"

Silvi menatap Nia, kali ini ia bisa menangkap bibir Silvi, apa yg coba ia sampaikan, apa yg ia coba katakan, Nia bisa mendengarnya,
sosok itu masih membelai rambut Nia, seakan Nia bukan anaknya, sementara Silvi, ia berdiri dan memperhatikan Nia, memintanya untuk tidak mengatakan sepatah katapun, seakan Silvi pernah mengalaminya,

"diam Nia, diam saja"
ia memperhatikan Nia dengan seksama, sebelum, ia mengalihkan pandanganya pada Silvi, sosok itu mendekati Silvi,

"Nia boleh pergi, Nia bukan sianak, pergi Nia"
pintu tiba-tiba berderit terbuka, Nia melihat Silvi dan sosok itu, bersamaan itu Nia melangkah turun, ada dorongan dimana ia harus mengikuti ucapan teman sekamarnya yg bahkan tidak dipahami oleh banyak orang, namun Silvi ia, lebih tau, siapa dan kenapa ia harus menurutinya
saat Nia turun, ia melihat ni Ika rupannya sudah menungguinya, "anak itu disana ya"

Nia mengangguk pasrah,

"sial sekali nasib anak itu," sahut ni Ika, "sejak pertama di rumah ini, anak itu tak pernah punya kawan selain teman sekamarnya, karena ia berteman dengan mereka"
"mereka" ni Ika tersenyum lesuh, "ia selalu bercerita, ada bayi-bayi kecil yg selalu menemaninya bermain, membuatnya dikucilkan dan dijadikan sumber masalah, sampai ia masuk ke kamar itu dan mendapati penghuni kamar"

"Momok" kata Nia,
"butuh waktu berbulan-bulan dulu, untuk membuatnya bisa menjadi seperti sekarang, karena setiap kali ia mengingat kejadian itu, trauma yg membuatnya tidak bisa bicara lagi akan kembali, selama ini, aku yg menyembunyikan dia di kamar agar ia tidak menemuimu dulu,"
"namun, ia pergi lagi dan bersikeras membantumu, Silvi anak yg baik Nia, sama seperti kamu" "setidaknya, biarkan Silvi bersamanya, ia tidak sendirian" ni Ika menuntun Nia, memperhatikan kamar itu, sebelum meninggalkan tempat itu.
"pagi-pagi sekali, kamu harus langsung pergi darisini, tempat ini tidak bagus lagi untuk kamu tinggal, pun dengan keadaan Silvi setelah ini, maaf Nia, kamu nurut saja ya" bisik ni Ika, sebelum ia, menutup pintu.
namun, setelah berjam-jam Nia mencoba menutup mata, ia terbayang wajah Silvi, gadis itu, tahu banyak tentang tempat ini, namun, ia menutupi semua, menyimpannya rapat-rapat, hingga, terdengar suara bising dari luar kamar
Nia mendekat ke jendela, menatap 2 pamong, mengangkat seseorang, memasukkanya dalam mobil, lantas kemudian pergi, Nia berjalan mundur, ia tahu, siapa yg ada disana.

"Silvi"
pagi-pagi buta, Nia tidak tidur semalaman, ia melihat ni Ika, menatapnya biasa saja, seakan tidak mengatakan apapun, begitupun Nia, ia tidak membicarakan apapun yg ia lihat, lantas, kemudian ia mengatakannya, "kamu bisa pergi, sekarang"
sebelum meninggalkan tempat itu, Nia terdiam menatap foto, memandanginya lama, lantas kemudian berjalan pergi, "nanti ada keluarga yg akan menerima kamu sama baiknya seperti kami menerima kamu, jaga diri baik-baik, satu lagi, Silvi baik-baik saja"

"bohong" batin Nia,
namun Nia tidak mengatakannya, ia pergi seperti perintah, namun, bila memang gadis kecil itu baik-baik saja, maka setidaknya Nia ingin bertemu sekali saja, namun, hal itu, tidak akan terjadi, Nia pergi, meninggalkan tempat itu, mengunci dirinya sendiri dengan segala hal buruk
rahasia apapun yg dimiliki rumah itu, Nia merasa seperti memang sengaja tidak di ungkap, namun satu yg ia pelajari, bila memang dulu, rumah itu adalah tempat untuk pijat aborsi, apakah, selamanya mereka yg gagal untuk lahir, terus dan terus akan membayangi sisi rumah ini,
entahlah, Nia pergi dan tidak akan menengok rumah itu lagi, tidak, bahkan hingga saat ini,
terimakasih buat kontributor yg cerita tentang cerita ini, gara-gara cerita ini, saya jarang tidur, tapi apapun itu, saya pribadi mengucapkan banyak sekali terimakasih, ntuk kontributor yg mengirim ceritanya di DM, lain kali saya baca ya kalau senggang, saya mau rehat
rehat sebentar saja ya,

btw, saya mau tanya, kemarin ada yg ngomong "LEMAH LAYAT" padahal, perasaan saya belum pernah bahas ini bukan ya?? kok bisa tahu,

kita adu, LEMAH LAYAT apakah bisa mengalahkan SEWU DINO, tunggu aja, kali ini, saya akan serius dalam menggarapnya
sebuah fenomena tentang "LEMAH LAYAT"yg menjadi salah satu cerita wajib di tanah jawa, tunggu saja ya,

btw, saya pergi dulu ya, terimakasih, selamat malam.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with SimpleMan

SimpleMan Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @SimpleM81378523

Oct 31
OMAH JABANG MAYIT

A THREAD

@bacahorror #bacahorror Image
kata orang jaman dulu. kalau ada perempuan yg tengah mengandung, banyak yg harus dijaga dari segala tutur prilakunya. lisan, sifat, semuanya untuk menghindari hal buruk pada si ibu dan jabang mayit, karena setiap perbuatan selalu memiliki sebab akibat.
cerita ini dimulai dari seorang perempuan. sebut beliau dengan nama Tina.

mbak Tina baru 2 tahun menikah. ia mendapat seorang laki-laki dari luar pulau jawa. awal pernikahan mereka tinggal di salah satu kota S, hidup damai, hidup rukun, sebelum si suami, mas Agung, undur diri.
Read 96 tweets
Sep 12
-RUMAH RIAK-

Horror Story-

@bacahorror #bacahorror Image
“ini rumahnya ma?”
“iya pak. Teman yg saranin, halamannya luas, pohonnya rindang dan tanahnya itu loh, gak gersang, kayanya ibuk bisa produktif kalau tinggal di sini”
“harus di sini ya?”
“iya. Dari pertama mama lihat, mama ngerasa kalau berjodoh sama rumah ini”
Pak Prasto terdiam melihat rumah itu. Tidak ada yg salah dengan rumah yg saat ini ada dihadapannya, karena seperti apa yg dikatakan oleh Dona, isterinya, dari luar rumah itu, kelihatan sejuk, damai, serta tenang seperti yg diinginkan oleh seluruh keluarga,
Read 82 tweets
Sep 2
Rumah bekas pembunuhan itu rumah paling aman, karena sekalipun penghuninya nampakkan diri cuma sebatas maen petak umpet, tapi. kalau rumah itu bekas sekte atau perkumpulan yg gak bener, apalagi kalau pelakunya udah bukan sebatas nyari harta, mending lupain rumah itu!!
karena yg begini gak cuma ngebahayain 1 orang. satu keluarga pun bakal dijabanin. Gak cuma nyiksa secara mental psikis tapi bisa berujung sampe maut. serius!!
Mau cerita dikit. Pengalaman sendiri.
Read 34 tweets
Jan 19
BUHUL UTH-

sebuah pengiring dari serangkaian ketidaktahuan.

a thread Image
lama sekali saya gk menulis utas di sini, jadi maaf kalau tangan saya agak kaku, so langsung aja, dari serangkaian cerita yg saat ini tersimpan dalam memorry laptop saya, cerita ini memiliki bagian paling menarik, jadi nikmati saja ini sebagai bentuk rehat dari riuhnya tahun ini.
Juli, tahun 1998

Rumah itu masih terlihat bagus, meski pun desainnya terlihat seperti rumah tahun 60’an tapi temboknya terlihat masih kokoh, halamannya juga luas dengan banyak pohon besar tumbuh disekelilingnya termasuk satu pohon yg paling mencolok saat melihat rumah itu.
Read 140 tweets
Feb 1, 2023
-Panggon-

Horror Story

@bacahorror_id #bacahorror Image
Sebelum memulai ceritanya, rasanya kangen saya sedikit terobati terutama saat memulai sebuah tread dengan tulisan judul dan fotonya, dan tentu saja mention @bacahorror_id dan hastag bacahorror yg sudah saya pakai sejak akun ini pertama berdiri.

semoga cerita pembuka ini cukup,
cukup untuk membuka rentetan cerita yg sudah saya siapkan selama saya mengistirahatkan diri ya. baiklah, malam ini, mari kita mulai ceritanya.
Read 61 tweets
Feb 1, 2023
Halo???
Lama sekali gak mampir ke burung biru, saat rehat dan beristirahat menjadi fokus paling utama.

tapi malam ini, setelah duduk merenung sebentar sambil melihat layar hp, ada kerinduan yg datang lagi.. gak tau kenapa rasanya kangen..

kangen buat punya tenaga nulis seperti dulu.
butuh waktu buat ngumpulin tenaga dan fokus bahkan untuk sekedar menulis pesan ini dilaman twitter saya, tapi rasanya kangen yg sekarang sudah tidak terbendung lagi,

jadi kalau ada yg masih terjaga sembari menatap layar handphone, pemanasan yuk,

pemanasan untuk satu cerita saya
Read 4 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(