"Rata-rata benar ya. Cendana, atau cendana wangi, merupakan pohon penghasil kayu cendana dan minyak cendana. Kayunya digunakan sebagai rempah-rempah, bahan dupa, aromaterapi, campuran parfum, serta sangkur keris(warangka)." ujarnya sambil membuka buku panduan.
"Kayu yang baik bisa menyimpan aromanya selama berabad-abad. Konon di Sri Lanka kayu ini digunakan untuk membalsam jenazah putri-putri raja sejak abad ke-9." Ia memperhatikan murid-muridnya lagi.
"Apa terlalu cepat?"
Mikhael meletakkan sekotak snack di meja murid-muridnya sambil berkeliling memeriksa catatan mereka.
"Cendana adalah tumbuhan parasit pada awal kehidupannya. Kecambahnya memerlukan pohon inang untuk mendukung pertumbuhannya, karena perakarannya sendiri tidak sanggup mendukung kehidupannya."
"Karena prasyarat inilah cendana sukar dikembangbiakkan atau dibudidayakan. Kayu cendana wangi (Santalum album) kini sangat langka dan harganya sangat mahal. Kayu yang berasal dari daerah Mysoram di India selatan biasanya dianggap yang paling bagus kualitasnya."
"Di Indonesia, kayu cendana dari Timor juga sangat dihargai. Sebagai gantinya sejumlah pakar aromaterapi dan parfum menggunakan kayu cendana jenggi (Santalum spicatum). °°
°°
Kedua jenis kayu ini berbeda konsentrasi bahan kimia yang dikandungnya, dan oleh karena itu kadar harumnya pun berbeda." Ia berdeham karena nyatanya penjelasan materi hari ini banyak juga.
"Kayu cendana dianggap sebagai obat alternatif untuk membawa orang lebih dekat kepada Tuhan."
"Minyak dasar kayu cendana, yang sangat mahal dalam bentuknya yang murni, digunakan terutama untuk penyembuhan cara Ayurveda dan untuk menghilangkan rasa cemas." Mikhael sudah kembali di depan papan tulis.
"Rasa cemas pada umumnya. Kalian tahu bukan bahwa aromaterapi bisa membuat orang lebih relax..? Nah seperti itu. "
"Maaf, tidak semua pertanyaan saya jawab karena waktunya terbatas. Jangan lupa dikumpulkan di ruangan saya ya catatannya. Deadlinenya Jumat malam." Ia mengambil wand di sakunya, hampir melupakan fakta bahwa wandnya selalu berada di saku jasnya.
"Ini oleh-oleh buat kalian. Terima kasih sudah hadir di kelas terakhir herbologi term ini. Semangat ujiannya! Selamat malam~"
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Mikhael berdiri kemudian menghampiri pintu kelas. "Grade 1 silahkan masuk kelas daripada di depan pintu."
Ia memperhatikan banyaknya murid yang datang sambil membagikan perkamen di masing-masing meja. "Ini rules untuk kelas saya. Minggu ini saya penuh toleransi, minggu depan tidak ada toleransi."
"Jadi..." Ia menatap murid-muridnya dari depan kelas. "Selamat malam dan selamat datang di Ilvermorny, semoga betah ya. Masih minggu-minggu adaptasi ya."
'G4 silahkan menuju rumah kaca karena pelajaran akan berlangsung di rumah kaca.
Mikhael Jean S.'
"Selamat malam!" sapanya. "Ayo duduk dulu, kita akan mempelajari tanaman yang wangi." Mikhael mengembalikan pot Asphodel ke tempatnya lagi.
"Lavender, bunganya sangat harum berwarna ungu. sosok pohonnya mirip rumput. Ada yang menyebutnya Rumput Raksasa. Tetapi ada juga yang menyebutnya si ilalang. Tanaman ini berasal dari Eropa, tepatnya di wilayah Perancis."
"Saya bagaikan orang ketiga di sini." Ia berdeham.
"Selamat malam! Gimana ujian kemarin? Susah?"
Ia tersenyum. "Tidak akan sulit kok kalau kalian memperhatikan." Mikhael membuka buku pedomannya.
"Tanaman ini berwarna hijau dan berduri, memiliki gigi dan beracun. Tanaman ini tergolong berbahaya karena durinya dapat mengeluarkan racun. Kira-kira tanaman apa ya?"
"Selamat malam!" Mikhael memasuki kelas untuk mengecek daftar absennya. "Ok, ayo semuanya ikut saya ke rumah kaca. Kita praktek bercocok tanam." ujarnya sambil tersenyum.
Mikhael kembali keluar kelas dan memimpin di depan agar murid-muridnya mengikuti. Ia juga membukakan pintu rumah kaca agar yang lain bisa masuk duluan.
"Hm, anggap saja cabut rumput." jawabnya sambil terkekeh pelan.