bagi saya, menjalani relasi cinta itu seperti menjalani sekolah kehidupan yang tidak pernah ada ujungnya.

kalau berhenti belajar sebentar saja -entah karena males, cape, terdistraksi, ataupun sibuk- pasti akan ada konsekuensi negatif ke hubungannya..
banyak orang biasanya berperilaku serupa di bidang pekerjaan & bisnis. mereka proaktif mikirin how to improve skills dg baca buku dan nonton video, gabung komunitas dan support groups, ikut trainings, dsb..

jika berhenti belajar, berasa jadi stuck, ga efektif, atau ketinggalan.
jadi sebenarnya mereka sudah punya mindset yg baik: always learning, always growing. sayang, itu ga diaplikasikan dlm hubungan.. alias setelah PUNYA PASANGAN/HUBUNGAN, kelar deh learning/growing-nya.

khususnya di laki-laki, seperti bahasan tempo hari. 👇
wanita masih lebih rajin utk learning/growing sih dlm aspek relationship maintenance skills, TAPI biasanya agak telat alias belajar setelah ada masalah.. dan biasanya belajar sendiri juga, alias GA MAKSA pasangannya ikut belajar.

makanya rada percuma, minim atau nihil efeknya.
misalnya, semalam saya dorong seorang wanita utk konsul ke psikolog brg pasangannya.

dia: "Masa perlu gitu, Lex? Emg udah separah itu? Bukannya ini soal cara komunikasi aja? Aku udah belajar dr byk buku kok setahun belakangan."

saya: "Ga ngepek kl kamu doang yg belajar."
dia TELAT baru actively making efforts belajar ttg relationship SETELAH suami terbukti punya simpenan dlm tiga tahun terakhir. dia juga belajar sendiri dan perbaikin diri sendiri, pdhl mestinya yg BANYAK belajar+perbaikin diri adl si pelaku selingkuh.. bukan dia.

t e l a t.
andai sejak awal sang istri BELAJAR dan suami juga IKUT BELAJAR BARENG, mereka bisa terhindar dr kondisi itu.

seandainya pun sejak awal sang istri BELAJAR SENDIRI dan suami ga mau ikutan, dia akan bs BACA SITUASI dan CEPAT HINDARKAN/SELAMATKAN DIRI dari tertipu tiga tahun itu..
sudah belajar saja masih mungkin kecele, salah ambil keputusan, tidak kuat, gelagapan, apalagi jika kita tidak/berhenti belajar.

itu salah satu alasan yg membuat saya sulit berhenti mengisi otak dan mengasah diri ttg berbagai kompetensi relasi cinta.
sama seperti saya ingin always growing dlm aspek kemampuan sosial, kemapanan finansial, kematangan emosional, dsb.. demikian juga saya ingin always growing dlm aspek relasi cinta.

bagi saya, hubungan cinta itu terlalu kompleks (dan berharga!) untuk dibiarkan ngalir gitu aja.
menurut studi, married couples cuma ada waktu berdua 2 - 2,5 jam / hari. sulit building intimate conversation, krn biasanya SAMBIL urus rumah, tagihan, anak, lanjutin kerjaan kantor, dsb..

wajar kebahagiaan menurun.
dan telat kalo baru belajar SETELAH merit.
ga ada waktu juga!
mestinya belajar memiliki PENGETAHUAN, KEMAMPUAN, dan GAYA HIDUP/RELASI yg sehat itu sudah dimiliki sejak pacaran, shg kebiasaannya terus terbawa saat menikah: udah terbiasa bagi waktu utk urus segudang tetek bengek, dan siapin time slot utk intimate conversations tiap hari..
intimate conversations itu apa aja sih?

macem-macem, salah satunya yang saya bahas di sini:

ga bisa pendek ngobrol hal begitu, ga bisa di-skip dan dilupakan juga. emang mesti dicicil, dijadikan kebiasaan harian untuk connect and relate with each other.
ya ga ada istilah telat belajar sih, krn kesalahan/kegagalan pun sebuah platform pembelajaran.

tapi baiknya sih kita bisa belajar SEBELUM terjun, berjalan, tergelincir dlm hubungan: biaya belajar di awal begitu biasanya lebih 'murah' dan less cape/sakit..
sama kayak biaya pola hidup sehat itu biasanya lebih murah dibanding biaya bayar obat dan penyembuhan setelah jatuh sakit. mencegah lebih baik daripada memperbaiki..

jadi semasa kita lajang atau hubungan terasa aman/kalem saja, itulah momen tepat untuk MULAI AKTIF belajar.
analogi saya begini: waktu terbaik untuk merawat rumah (apalagi kalau kita tahu ada bagian yang rusak/lubang/bocor) adalah ketika langit sejuk cerah, bukannya ketika langit mendung, badai, dan hujan parah..

masuk akal, 'kan? 😉
saya percaya semakin terbiasa belajar (tentang relasi cinta), semakin kita jadi menghargai dan mengagungkan hubungan itu.. krn cinta adalah hasil investasi. 😊

orang yg peduli akan sesuatu akan mau banyak mempelajarinya, shg dia jadi makin peduli lagi. siklus yg positif. 👍
kontinyu belajar juga punya efek positif yang mendewasakan dan merendahkan hati: semakin banyak tahu, semakin kita tahu kita belum seberapa tahu..

justru yang bahaya adalah orang-orang yang MERASA TAHU SEDIKIT dan CUKUP TAHU, apalagi ketika mereka BERHENTI BELAJAR.
dari tahun ke tahun, pemahaman saya ttg relasi cinta terus berevolusi. ada items yg kini saya sadar keliru dan buang, ada items yg kini makin tajam dan kelam, ada items yg kini jadi halus dan kalem, dan ada lebih banyak lagi items yg saya akui sangat rumit belum bisa dimengerti..
it's a humbling process to realize that we were wrong, misguided, or reckless. it's very humbling to admit our ignorance and lack of knowledge. it's even more humbling to keep on learning, making adjustments daily, growing to a better lover..

it's painful, but useful.
sepenuhnya sadar pria punya tendensi merasa (sok) tahu/hebat dan pertahanin status quo itu juga yg bikin saya NGOTOT cari pasangan yg SELEVEL atau LEBIH CERDAS/SUKSES di berbagai bidang..

I want to be challenged, coached, influenced, etc.
I want to keep on learning and growing.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Lex dePraxis | Follow IG for LIVEVIDEO+STORIES!

Lex dePraxis | Follow IG for LIVEVIDEO+STORIES! Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @lexdepraxis

Nov 12, 2019
bila pasangan berbuat salah (mis. merusak kepercayaan kita), yang perlu memperbaiki ya dia..

bukan KITANYA yg berusaha keras memperbaiki dan mempercayai dia lagi. kita kan 'sakit', jadi 'bed rest' sante aja.. dia-lah yang perlu banting tulang merawat dan memperbaiki.
pasangan perlu bersikap lebih dari sekedar mengaku salah dan minta maaf. dia perlu tunjukkan perubahan sikap dan gaya hidup, baik yang terkait lsg dg pelanggaran kepercayaan maupun yang tidak terkait lsg..

semakin fatal kesalahannya, semakin banyak yang perlu ditunjukkan.
misalkan pelanggarannya adl selingkuh dg teman kantor.

perubahan yg terkait lsg: putus kontak dg selingkuhan, engga lembur lagi, pindah divisi/kantor, dsb.

perubahan yg ga terkait lsg: ajak pasangan ngobrol tiap malam, adain date night tiap minggu, dsb.
Read 32 tweets
Oct 29, 2019
pengen jadian yang berasa ngalir alamiah begitu aja tanpa perlu nembak-nembakan?

silakan curi dan modifikasi pola ini.. 😊
ada banyak prinsip terkandung dlm pola sederhana di atas. saya break down bbrp yah..

pertama, prinsip momentum alias pergerakan.

PDKT itu bukannya periode utk memberi kenyamanan dan memenuhi kebutuhan. itu adl periode utk bergerak, berubah, beraktivitas. ga bisa anteng diem.
kebanyakan orang berusaha banting tulang bikin gebetannya comfortable bahkan puas terpenuhi, sehingga dia jadi pasif, tidak terlibat mikir boro-boro usaha, cuek diem kayak batu, dsb..

itu buruk. itu yang bikin PDKT jadi lambat, membosankan, bertele-tele.
Read 18 tweets
Sep 9, 2019
saya percaya relasi cinta di usia dewasa kita sangat diwarnai (kalau tidak disetir) oleh pengalaman² kita semasa kecil dan remaja dulu..

kita bukan tertarik pada hal yang baik, positif, berguna, melainkan pada hal yang terasa dekat, nyaman, familiar.
kita cenderung (tanpa sadar) menyukai dan mencintai seseorang/hubungan yang merekonstruksi pola cinta yang kita FAMILIAR alias terbiasa lihat, dengar, rasakan semasa kecil dulu.. walau itu menyakitkan dan kita berani sumpah ga mau mengalaminya lagi.
apakah kita bs nyalahin ortu atas kesalahan/kesulitan dlm relasi dewasa kita?

menurut saya tidak, krn mereka pun diwariskan kekacauan serupa oleh generasi² sebelumnya. life was so tough, they had to follow the tradition.. they didn't have options, they didn't know any better.
Read 9 tweets
Sep 7, 2019
menu hidangan gathering siang-sore nanti.. 😊

bisa tebak topik nomor berapa aja yang saya paling males bahas?
saya paling males bahas nomor 7.. 😊

bukan karena jawabannya ga penting ga berguna, tapi karena pertanyaannya mengandung/memperkokoh asumsi yang kurang sehat: bahwa kita perlu menaklukkan seseorang agar jadi mau/suka sama kita.

I'm not a fan of such idea.
knp sih orang sampe mikir/nyari cara ampuh utk pedekate?

BIASANYA SIH krn dia pgn deketin seseorang yg memang tidak tertarik/berminat/selera, bahkan kdg sudah jelas² menolak dan menjauhkan diri..

makanya dia keukeuh cari cara yg 'lebih/paling ampuh' utk mengakali situasi itu.
Read 12 tweets
Jul 16, 2019
sama seperti usia tidak bisa jadi ukuran kedewasaan, demikian juga siap menikah tidak bisa jadi tanda siap punya anak..

nikah ya nikah, punya anak ya punya anak. itu perlu dua kematangan dan skillset yang berbeda. mereka tidak sama-dengan ataupun harus berdekatan jaraknya. 😊
sama seperti saya rekomen pacaran setidaknya dua tahun dulu sebelum nikah, demikian juga saya rekomen kosong setidaknya setahun pertama dulu sebelum memutuskan coba hamil..

belajar hidup harmonis serumah berdua dulu, jangan langsung lompat munculin anak (baca: masalah baru).
itu angkanya sudah saya kurang-kurangin lho, kayak the mininum required time spy sempet dapet basic lessons-nya.

my default recommendation is 3 years of dating (pacaran) before getting married and 3 years of just-the-two-of-us marriage before trying to get pregnant.. 😊
Read 21 tweets
Jul 7, 2019
tau ga ASPEK APA yang semakin lama durasi hubungan (pacaran/rumahtangga), biasanya semakin engga (banyak) dibahas, bahkan kadang diabaikan dengan bangga/sengaja?

tebak dulu deh tebak,
sebelum saya jawab. 😊
wah jawabannya ada banyak, dan kamu bener semua kok.. 😁👍 namun satu jawaban yg saya mau bahas adl PERASAAN.

makin lama usia hubungan, biasanya makin jarang banget abisin waktu ngebahas apa yg masing² RASAKAN.

no more CURHAT²an like we used to in the beginning.

yes? 😉
apalagi setelah menikah dan punya anak, tidak ada waktu lagi utk santai menyuarakan perasaan, bertukar keluh kesah, menemani dan mengayomi gejolak internal masing².

yg diobrolin cuma masalah eksternal dan permukaan melulu: konflik, anak, urusan domestik, tagihan, mertua, dsb.
Read 37 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(