SimpleMan Profile picture
Dec 11, 2019 97 tweets 15 min read Read on X
-Aksara Kolojiwo-

Horror story-

@bacahorror #bacahorror Image
cukup lama waktu untuk Mira sendiri, sebelum Eka datang menjemputnya, mengatakan Rasyid dan yg lain siap lanjut, Mira melewati Eka namun Eka menarik lengan Mira, "kamu di depan aja, setelah ini akan semakin sulit jalurnya, biar aku yg di belakang"

Mira mengangguk.
jalanan semakin gelap, Guntur ada di samping Mira memandunya sementara Rasyid memimpin jalan, "aneh" pikir Mira, malam seperti ini tak seharusnya mereka memaksa lanjut tapi di kelompok ini seakan tak perduli dengan itu,

"pos 1 ada di depan" teriak Rasyid memberi gestur,
Guntur mengangguk, ia mengerti, Guntur meminta Mira lanjut ke tempat Rasyid menunggu sementara Guntur diam menurunkan tasnya, Mayang di belakang sementara Eka adalah orang terakhir, mereka bergerak bersama dalam kesunyian hutan yg kian lama kian mencekam.
Rasyid menunjuk sebuah rumah gubuk mengatakan itu adalah pos pertama menginap, Mira mengamati rumah itu tampak berantakan tak hanya itu sedari tadi ada perasaan tidak enak di dalam dirinya, ia melihat Mayang mulai menyusul sementara di belakang Gunur dan Eka mengikuti.
sampailah Mayang, mata Mira bertemu dengannya ada wajah puas saat ia melihat gubuk tua itu. "akhirnya sampai juga" kata Mayang, ia mendekati Mira dan Rasyid namun sesaat sebelum ia sampai, sebilah kapak menancap tepat di batok kepalanya.

Mayang melotot sebelum jatuh tersungkur.
Mira diam, ia termangu mematung bingung dengan apa yg terjadi

Guntur menendang kepala Mayang, mencabut kapak itu sebelum Rasyid mendekati mereka, menghujani tubuh Mayang dengan bilah belati di perutnya berkali-kali, semua di akhiri ketika Eka menghantam kepala Mayang dengan batu
"Bangsat!! Mati kau!! ini untuk teman-teman kami yg sudah kau habisi sialan!!" teriak Eka. ia terus menerus mengambil Batu besar itu menghantamnya lagi dan lagi sembari terus mencaci maki Mayang yg sudah tak bergerak, semua selesai saat Rasyid menghentikannya.
Rasyid mencoba menenangkan Mira ia meminta semua temannya diam sebelum mengatakannya, "denger Mir, sekarang aku tanya, kamu mau ikut apa gak? bilang saja"

"ikut kemana? ngapain aku harus ikut?"

"karena dia akan hidup lagi" ucap Rasyid, Mira.. terhenyak diam.

"Hidup. lagi?"
"benar" kata Eka, "aku sudah pernah gilas badannya pake mobil 3 kali Mir, dan dia hidup lagi. bangsat nih anak!!"

"aku pernah bakar rumahnya dan lihat sendiri dia terbakar habis di depan mataku tapi dia masih hidup" teriak Guntur, "sampe kami tahu dia mempelajari Kolojiwo!!"
"kami mencari tahu sampai bertemu banyak sekali orang yg tak pernah tahu ini, hingga aku bertemu seseorang, ia mengaku tahu cara menangkal Kolojiwo dengan membunuh 7 kali si pemilik ilmu ini, dan ini adalah kematian ke 6 dirinya" Rasyid menatap Mayang sebelum membakarnya.
kobaran api masih menyala, Rasyid menarik tangan Mira meninggalkan Mayang seorang diri, ia mati. benar-benar mati.

menyusuri jalanan yg kian menanjak, Mira berlari bersama yg lain namun ada perasaa kosong di dalam dirinya. benarkah Mayang masih bisa hidup lagi.
sepanjang jalanan tanah yg lembab Mira dan yg lain terus berjalan menyibak dedaunan dan semak belukar. Hutan ini benar-benar menunjukkan siapa dirinya. tak ada satupun sinar yg bisa menerangi bahkan senter di tangan Rasyid pun tak mampu mengusir kengerian dari segala penjuru.
"Ka, di mana?" tanya Rasyid, Eka berhenti sejenak ia tengah berpikir dengan nafas terengah-engah, sementara Guntur sesekali memperhatikan apa yg ada di belakang seakan-akan ada seseorang yg akan mengejarnya. Mira ikut memperhatikan namun tak ada siapapun di sana. hening.
hutan ini lebih sunyi dari yg pernah Mira bayangkan, ia tak lagi mendengar jerit dari suara yg memanggilnya seakan suara itu lenyap seiring dengan kematian Mayang.

Guntur masih berjaga, sementara Rasyid dan Eka saling menukar kompas. masih hening, sebelum.

suara itu kembali.
panik. itu lah hal pertama yg Mira rasakan, suara ini tak hanya memanggilnya namun juga berkelakar bahwa Mira harus pergi.

wajah panik Mira mendapat perhatian Rasyid yg kemudian mendekatinya, namun mata Mira menangkap sosok nan jauh dari balik semak belukar, Mayang di sana.
semua orang menatap kemana Mira melihat, dan wajah panik seketika muncul. Eka dan Guntur mundur mendekati tempat Rasyid dan Mira.

tapi ada yg aneh dari Mayang, ia mengenakan pakaian yg berbeda, dan caranya berjalan terseok-seok dengan leher patah.

"itu Mayang yg ku tabrak!" Eka
ini adalah kali pertama Mira melihat hal seperti ini.

Guntur menghunus kapaknya namun Rasyid menghentikannya, "jangan. kata orang itu belum waktunya, tunggu sampai tempat itu terbuka"

"tempat itu terbuka" ulang Mira namun tak ada satupun yg mau memberitahu apa maksudnya.
Mayang terus mendekat, lehernya yg patah serta dua kakinya yg bengkok membuat Mira dan yg lain mematung sebelum bedannya tertekuk ke belakang, ia tampak kewalahan dengan kondisi tulangnya yg hancur namun satu yg Mira tahu, ia tiba-tiba berteriak keras sebelum menunjuk Eka.
Eka menutup telinganya rapat-rapat, merintih menahan sakit, godaan untuk mendengar teriakan itu terus memaksa membuat Eka secara tidak sadar mulai seperti kehilangan akal, Eka dengan suka rela memelintir pergelangan tangannya sampai terdengar suara tulang berkemelatak.
melihat gelagat sial itu, Guntur melemparkan kapaknya tepat di perut Mayang sebelum menarik Eka, Rasyid dan Mira kemudian mengikuti mereka berpacu menembus apapun yg ada di depannya meninggalkan Mayang yg kembali bangkit meski di perutnya tertancap kapak milik Guntur.
nafas Mira berpacu semakin cepat mengejar yg lain, Rasyid terus berteriak agar Mira tak kehilangan arah, namun Mira tak pernah sekalipun menginjak gunung, medannya yg sulit benar-benar tak mampu menyamai mereka semua.

Mira berhenti, membiarkan Rasyid dan yg lain pergi.
dengan tenaga yg tersisa Mira berjalan menapaki medan, namun tubuhnya semakin lama semakin nyeri, tempat ini kian sunyi dan tak ada satupun suara yg bisa Mira dengar selain teriakan agar ia meninggalkan tempat ini. di belakang, Mira mendengar suara langkah kaki, Mira berhenti
di belakangnya sosok itu berjalan tertatih-tatih mendekatinya

"tolong" katanya, Mira melangkah mundur, "tolong saya"

Mira masih tak mengerti, sosok itu terus menggapai-gapai dirinya sebelum melewati Mira yg kebingungan, sosok itu tidak mengejarnya lantas dia bicara dengan siapa
hujan turun dengan deras. Mira masih berusaha menerabas medan. tanah keras menjadi berlumpur, Mira masih memikirkan kejadian yg menimpanya, Mayang meminta tolong tapi bukan kepada dirinya karena bila melihat dari gerakan tangannya Mayang seperti tak meihatnya.
setelah berjalan sendirian di tengah kegelapan hutan, Mira melihat pondok lain, kali ini pondoknya berbeda dari rumah pondok pertama, tak hanya itu, di celah-celah gubuk Mira melihat cahaya di dalamnya.

dengan tubuh menggigil akibat hujan, Mira mendekati pondok.
Mira mengetuk pintu, dari samping jendela wajah familiar yg Mira kenal mengintip sebelum membuka pintu.

"Mir" katanya, Eka mengamati Mira tak ada sepatah katapun yg Mira ingin katakan termasuk Rasyid yg buru-buru keluar saat mendengar nama Mira di sebut. mata Mira bertemu sengit
Eka memperhatikan sekeliling sebelum menutup pintu untuk memastikan.

"maaf" kata Rasyid, "kami harus lari bagaimanapun juga, kami semua sebenarnya sudah di jampi sama anak itu. Mayang menjampi-jampi kami agar ikut apapun yg dia perintahkan termasuk-"

"-bunuh diri".
"bunuh diri?" tanya Mira.

"iya benar." kata Eka tiba-tiba ikut bicara, "sini Mir, aku tunjukin sesuatu" Eka menarik tangan Mira membawanya ke salah satu kamar, Mira terlihat bingung apa yg mau di lakukan perempuan ini, tiba-tiba Eka membuka bajunya tepat di depan Mira.
Mira gemetar menyaksikannya. "itu kenapa?"

"bangsat kan!!" Eka menutup kembali bajunya setelah menunjukkannya pada Mira, "Rasyid dan Guntur sama seperti kami, sejak kejadian itu satu persatu dari kami mati. MATI. berengseknya hanya Mayang yg tidak mendapat penyakit ini."
Mira melangkah keluar menatap Rasyid dan Guntur yg tengah duduk, "kalian juga mendapatkan itu"

"iya. pilihannya hanya ada dua, bunuh diri atau habisi satu kali lagi Mayang, tapi yg jadi masalah adalah" belum selesai Rasyid bicara, tiba-tiba Mira bergerak melihat ke jendela,
di lihatnya jauh dari pondok berada, berdiri kurang lebih 6 sosok yg tengah menatap pondok rumah.

semuanya menyerupai Mayang.

Mira terdiam karena suara yg ia dengar kini tertawa-tawa di dalam kepalanya. Rinjani tertawa.
belum selesai menguasai keadaan tiba-tiba Guntur bicara, "Syid" katanya, semua orang menatap Guntur yg berdiri paling belakang di kepalanya tertancap kapak, Guntur jatuh tersungkur di belakangnya ada seseorang yg wajah dan tubuhnya hancur karena terbakar.

"kurang loro"
Mira dan yg lain mematung, belum selesai dengan ini tiba-tiba terdengar pintu di ketuk, semua mata tertuju pada pintu, dari luar terdengar suara familiar yg Mira kenal memanggil.

"syid, ka, Mir, buka pintunya. ini aku, Mayang. kenapa kalian ninggalin aku?"
Mira membuka pintu di lihatnya Mayang berdiri menatapnya namun tak di temuinya sosok yg ada di belakang termasuk sosok yg menyerupai dirinya yg baru saja menghantam kepala Guntur. Mayang tersenyum sebelum berujar pada Mira. "kenapa? mau bunuh aku juga?"
Eka dan Rasyid menatap sengit Mayang sebelum perempuan itu masuk dan menatap Guntur, "sudah mati ya" Mayang menatap yg lain saat Rasyid menghunus belatinya, Mayang masih diam.

"ndak usah bunuh-bunuhan lagi. lagipula aku kan sudah bilang sama kalian, jangan mandi dari tempat itu"
"aku sudah bilang, aku hanya antar bukan untuk menyalahi aturan, kalian yg memulai, kalau kalian gila bukan salahku"

Mayang menyentuh wajah Guntur, di belai wajahnya saat Mira menyaksikan Mayang seperti itu, suasana tempat ini menjadi lebih dingin sebelum Guntur membuka mata.
"aku gak gila May!!" ucap Eka, "AKU GAK GILA MAY!!"

Mayang lantas menarik kapak di kepala Guntur sebelum menghempaskannya tepat di wajahnya dan membuat wajah lelaki itu terbelah dua, "kalian sakit. biar aku sembuhkan ya"

Mayang bangkit dari tempatnya berdiri sebelum berujar,
"pukleken gulumu"

Eka tiba-tiba mengangguk sebelum mematahkan lehernya sendiri tepat di depan Mira. perempuan itu tewas seketika. kini Mayang menatap Rasyid, ia tahu ajalnya tak lama lagi.
Mayang mendekati Mira. berbisik tentang sesuatu.

tatapan mata Mira pada Rasyid tiba-tiba berubah, ia tak percaya dengan apa yg ia dengar namun Mayang tampak tak berbohong sedikitpun. Mira melangkah keluar mengunci pintu tak lama kemudian suara Rasyid berteriak terdengar.
hujan masih turun, Mayang melangkah keluar dari pondok mendekati Mira yg sedari tadi menunggunya.

"maturnuwun Mir, awakmu wes percoyo ambek aku" (terima kasih Mir, kamu sudah percaya sama saya)

Mayang memberi penutup kepala berupa kain yg langsung di kenakan oleh Mira.
bersama-sama, mereka melanjutkan perjalanan berdua saja. Mira menatap pondok itu untuk terakhir kalinya, saat Mayang keluar dari dalam pondok sekilas Mira melihatnya.

ia melihat Rasyid tergantung di atas langit-langit.
"siapa sebenarnya Rinjani itu? kenapa dia di tempatkan di sini?" tanya Mira yg tak di tanggapi sama sekali dengan Mayang.

mereka sudah melewati banyak sekali pepohonan yg kian lama kian rapat. tak hanya itu, udara yg kian dingin membuat Mira menggigil.
Mayang terus berjalan tak sedikitpun dia terlihat lelah sebaliknya ia seperti tampak terburu-buru sembari sesekali melirik sekeliling.

"Mayang. kenapa tidak menjawab pertanyaanku"

"jangan sebut nama dia di tempat ini. jangan pernah!!" ucap Mayang.
perjalanan yg jauh dan melelahkan itu berujung pada satu pohon besar yg terlihat begitu keramat, siapa sangka di balik akar menjuntai tepat di bawahnya Mayang memotong dahannya. cairan kemerahan itu Mayang hisap sebelum memberikannya pada Mira. "teloto. rasakno"
Mayang menceritakan siapa Codro, ia mewarisi salah satu ilmu yg di ajarkan langsung oleh Codro namun ada harga yg harus di bayar.

"apa yg di minta olehnya"

"menurutmu apa yg di minta oleh orang tua uzur yg tak pernah mau menikah pada gadis kecil?"

Mira mematung ia tahu apa itu
Mayang tersenyum namun Mira tak habis pikir bila hal itu terjadi pada adiknya kira-kira bagaimana ia akan menyikapi semua ini.

"sekarang akan ku bawa kau ke tempat itu, hanya kau seorang.." wajah Mayang mendekati wajah Mira sampai mereka seperti akan berciuman sebelum,
Mayang menggorok leher Mira dengan cepat.

Mira tersungkur, dengan wajah setengah sadar Mira menahan darah yg terus keluar dari lehernya. di tatapnya Mayang yg mengamati, karena sebelum semuanya hitam, Mayang berbisik, "pilihane onok nang awakmu"
"Kolojiwo iku kanggo ngiket nyowo nang tumbal sing mok persembahno" (Kolojiwo itu ilmu untuk mengikat nyawa pada tumbal yg kamu persembahkan)

Mayang melihat anak lelaki kecil, di depannya ada kakek tua, di belakangnya ada seorang pria yg mengenakan blankon. mengawasi.
"persembahno tumbalmu, setan-setan sing nang ndunyo bersumpah ngganteni awakmu, wujudmu, nyowomu ra bakal entek sampek ping pitu" (persembahkan tumbalmu maka setan di dunia akan bersumpah menggantikanmu, hidup menyerupaimu hingga tujuh kali kematianmu)
"nanging tumbalmu ra isok sembarangan, sing di tumbalno kudu cah cilik wedok soale iku sing di janjino nang trah Codro ket pertama gawe perjanjian iki, tumbalmu tambah akeh abdimu tambah kuat maneh" (namun tumbalmu tidak boleh sembarangan karena harus anak perempuan)
(itu yg dulu sudah di janjikan semenjak perjanjian pertama antara keturunan Codro, tumbalmu semakin banyak maka yg mengabdi padamu akan bertambah kuat lagi)

Mira hanya mendengarkan. ia tak tahu di mana ini dan kenapa ada di sini namun wajah anak kecil itu familiar.
pintu terbuka seorang lelaki yg mengenakan pakaian putih masuk ia membisiki pria berblankon sebelum pria itu pergi meninggalkan ruangan. Mira melihat anak lelaki itu untuk terakhir kalinya ada saat di mana anak itu sempat menatap ke arahnya.

"onok opo gus?" (ada apa gus) tanya-
si lelaki tua. anak itu menggeleng sebelum menatap kembali lelaki tua di depannya.

Mira mengikuti pria berblankon, ia di tuntun menuju sebuah ruangan, sebelum pintu di tutup Mira melesat masuk, di atas ranjang Mira melihat seorang gadis kecil.

"Mayang" kata si pria berblankon
gadis itu hanya menunduk, ia menahan tangisannya. "mari iki awakmu tak uruki opo iku Kolojiwo" (sebentar lagi akan ku ajarkan dirimu Kolojiwo)

pria itu masuk ke ranjang sebelum menutup tirai putih, Mira tertegun sesaat menyaksikan semuanya sebelum sesuatu menarik dirinya
tangan kurus pucat, bahkan bila di lihat dengan mata kepala sendiri sosok yg menarik Mira terlihat bukan seperti manusia lagi. Mira tersentak mundur, ia begitu terkejut menyaksikan seorang perempuan, tingginya mungkin lebih dari 2 meter, begitu jangkung dengan rambut panjangnya.
"akhire kowe tekan nduk, anak-pepet ku" (akhirnya kamu datang juga nak, anak dari ikatan ari-ariku)

Mira masih terpaku melihat betapa mengerikannya sosok yg ada di depannya. tangannya tidak normal, begitu panjang sampai menyeret lantai, "ojok wedi ambek ibuk" (jangan takut)
(sama ibuk nduk)

"sinten njenengan?" (siapa anda) tanya Mira.

sosok itu masih bersimpuh sebelum Mira tahu di tubuhnya di tancapkan sebuah pasak kayu, ia menyeret satu kakinya yg lumpuh, sebelum ia mencoba membelai kepala Mira ia berucap dengan suara lirih. "Rinjani".
meski penampilannya tak seperti manusia namun tatapan matanya yg putih begitu sayu, ia seperti tersiksa di kurung di sebuah tembok batu yg begitu dingin.

"akeh sing tekan mrene gawe golek sugih, golek urip enak, tapi aku mong ngenteni kowe kanggo-"
(banyak yg datang ke tempat ini untuk mencari kekayaan, mencari hidup yg layak, tapi aku cuma nunggu kamu untuk-) sebelum sosok itu menyelesaikan ucapannya, mulutnya memuntahkan cairan keputihan yg aromanya begitu busuk. membuat Mira begidik ngeri, "ra sah wedi" (jangan takut)
"aku ra isok ngomong perkoro takdirmu sing ireng kui, tapi aku isok ngekeki awakmu pilihan, cah kui, adikmu-opo kowe kepingin nyelametno dek-e" (aku gak bisa bicara masadepanmu yg sangat hitam tapi akubisa memberimu pilihan untuk dia, adikmu apa kamu ingin menyelamatkannya?)
"tapi tak ilingno, bapakmu wes gawe janji ambek aku, nek sampe kowe salah milih, uripmu ra bakal tenang, aku isih menungso sak dapuranku ajor ngene aku tetep menungso nduk tak ilingno-" (tapi aku ingatkan, ayahmu sudah membuat janji sama saya, jika sampai kamu salah memilih-
hidupmu tidak akan pernah tenang, meski wujudku terlihat bukan seperti manusia lagi tapi ku ingatkan)

Rinjani menatap wajah Mira, "ojok sampe awakmu sekutu nang Ratu" (jangan sampai kamu bersekutu dengan Ratu)
"pilihan sak iki nok nang awakmu"
untuk pertama kalinya Mira berani menatap wajahnya, ia begitu lama mencarinya, dan sekarang Mira sudah ada di hadapannya, Lindu dalam bahaya cengkraman Codro, dan Mira sudah melihat Codro seperti apa. saat mendengar Codro mati, tubuhnya tak sepenuhnya mati. lantas Mira, memilih-
Lindu.

"sak iki aduso, resikono rogomu nang Padusan pituh-" (sekarang mandilah, bersihkan ragamu di pemandian tujuh) Rinjani menunjuk sebuah pintu yg baru pertama Mira lihat, "Rogot nyowo- bakal di bukak nduk" (Rogot nyowo- sebentar lagi di buka nak)

Mira menatap Rinjani
dari bola matanya yg putih, Rinjani menangis dengan air mata yg begitu hitam.

putih dan hitam adalah gambaran dari manusia yg mencari kebebasan. kebebasan untuk lepas dari Ratu yg dia sebut dalam suaranya. Rogot nyowo. akan memulai semuanya. Mira meninggalkan Rinjani.
di balik pintu kayu. Mira melihat sebuah mata air dengan pancuran dari berbagai simbol patung yg tidak Mira kenali namun Mira pernah menggambarnya, mengumpulkannya di papan tempat Riko sekarang menyimpannya.

simbol patung itu memiliki bentuk berbeda-beda, setiap pancuran, dijaga
ada seorang gadis yg menjaga setiap mata air itu. ia tak mengenakan pakaian. caranya melihat begitu kosong, Mira tertegun menyaksikan mereka semua seakan sudah menunggu Mira.

"mriki mbak" (kesini mbak) satu dari 6 gadis kecil memanggil dirinya. Mira mendekatinya.
setiap dingin air mengguyur tubuhnya, Mira merasakan sentuhan bahwa tempat ini begitu kosong. tak ada siapapun lagi di sini, namun dari setiap guyuran itu Mira melihat kilas peristiwa, sebuah pernikahan berdarah-di mana semua undangan tewas memuntahkan darah hitam dari mulutnya.
Mira juga melihat seseorang yg begitu hina dan busuk tengah di penggal oleh seorang wanita yg mengenakan sanggul sebelum wanita itu memenggal yg lainnya. ia membawa dua kepala itu di tangannya sebelum pergi meninggalkan lelaki tua buncit yg kemudian membersihkan semuanya.
jauh dari tempatnya. ada sebuah rumah dengan sosok berwujud wanita tua tengah menjilati tubuh seorang gadis yg terbujur kaku di dalam sebuah keranda bambu kuning, gadis itu tengah di mandikan namun sosok tua itu terus menerus menjilati tubuhnya. Mira hanya bisa melihat sosok itu.
Mira tidak tahu kilasan peristiwa-peristiwa itu kapan terjadi namun dirinya terhenyak saat melihat seorang tengah duduk di bangku kosong dengan sebuah meja panjang, ia menyendiri, Mira mendekati sosok itu, tak beberapa lama masuk 3 orang ke ruangan itu. mereka ikut duduk
"yo opo, wes mok pikirno, menungso nek wes rumongsu dukur derajate iku sombong, ra iling ambek uripe sing biyen!!" (bagaimana, sudah kalian pikirkan. manusia kalau sudah merasa derajatnya tinggi memang sombong. tidak ingat dengan masa lalunya!!) sosok itu berkelakar, semua diam.
"mas, aku hormat kale njenengan tpi ra isok ngilangke siji tko pitu, nek iku di lakoni ra bakal onok sing selamet, sampeyan dewe ngerti mas" (mas, aku sangat menghormatimu tapi tidak bisa menghilangkan satu dari tujuh, bila itu dilakukan tidak akan ada yg selamat, anda lebih tau)
"METU SING RA GELEM MELOK, BEN TAK LAKONI DEWE!!" (KELUAR SAJA YG TIDAK MAU TERLIBAT, BIAR KU LAKUKAN SENDIRI!!)

dua dari tiga orang itu membungkuk sebelum keluar, namun hanya ada satu seorang yg masih duduk.

"Koen yok opo nduk, opo Atmojo bakal melok aku"
(kamu gimana nduk, apakah Atmojo akan ikut aku?)

"nggih mas. Atmojo siap ngelakoni sumpah, tapi tak ilingke rong keluarga gurung mesti nang pihak'e kene" (nggih mas, Atmojo siap menunaikan sumpah, tapi tak ingatkan masiha da 2 keluarga yg belum memutuskan kemana mereka memilih)
sosok yg duduk itu berdiri ia mendekati seorang yg di panggil Atmojo, Mira persis di sampingnya, masih mencoba melihat apa yg terjadi di sini, saat tiba-tiba sosok itu berucap lirih, "GORONG WAYAHE" (Belum waktunya!!) sembari menarik tangan Mira.

Mira tersentak kembali.
Rinjani menatapnya. "sak iki awakmu wes bersih nduk, aku jek ngekeki pilihan soale opo sing mok tompoh iki abot!!" (sekarang ini dirimu sudah bersih. aku masih bisa memberi pilhan)

Mira menatap Rinjani, tangannya gemetar hebat saat melihat wajah sosok itu.
"kulo siap" (saya siap) ucap Mira, ia tak bergeming meski Rinjani sudah mengingatkannya.

"awakmu bakal mati maneh, ra onok menungso sing kuat nompo iki nek gak mati disek" (kamu bakal mati lagi, tidak ada manusia yg kuat menerima ini kalau tidak mati terlebih dahulu)
Rinjani membuka mulutnya sebelum mencekik leher Mira, saat Mira membuka mulutnya ia memuntahkan semuanya, Mira mengejang hebat, Rinjani masih menangis, air matanya yg hitam perlahan kembali, wajah keibuan dirinya terlihat di depan Mira, sebelum semuanya gelap, Rinjani mengucapkan
"terimakasih"

Mira membuka matanya, ia melihat Mayang di depan wajahnya. Mira memeriksa tenggorokannya, namun irisan leher yg tadi menggorok dirinya kembali pulih.

"dan kutukan Rinjani sudah ada dalam dirimu, begitu juga berkah yg dia miliki?" tanya Mayang, Mira mengangguk.
Mayang menarik tangan Mira, mereka berdiri bersama, langit masih gelap namun hujan sudah perlahan reda.

"sekarang bagaimana cara menolong Lindu" tanya Mira,

Mayang mendekati Mira berbisik, "Codro sudah gak butuh adikmu, dia lebih butuh apa yg ada dalam dirimu"
"adikmu sudah aman. tapi-" Mayang menghentikan langkahnya, ia terdiam melihat sekeliling, gemerisik suara di sekitar tiba-tiba mengalihkan perhatiannya.

Mira baru menyadari, di tempat dia berdiri banyak sekali sosok yg familiar ia kenal.

"gundik'colo Anggodo datang!!"
hampir di setiap sudut, Mira dan Mayang melihat banyak sekali wanita dengan rambut di sanggul membawa parang

Mira tahu siapa mereka dan betapa sintingnya mereka, Mayang pun tampak sudah pernah bertemu dengan mereka namun ini adalah kali pertama Mayang melihat ada puluhan di sini
"nduk, melok aku yo" (nak ikut saya ya) kata salah satu wanita yg pernah Mira lihat.

Mira melangkah mundur, Mayang juga tak banyak bergerak, wajah sinting mereka masih ada di dalam kepala Mira.

"apa lari saja" kata Mira berbisik,

"gak bisa Mir, lari di sini itu mustahil"
"lantas gimana?"

Mayang menatap Mira, ia berbisik, "mereka mau dengan apa yg ada dalam dirimu, gak ada cara lain. semoga kita ketemu lagi"

Mayang menggorok leher Mira untuk kedua kalinya.
kilasan terakhir yg Mira lihat sebelum semuanya hitam adalah, Lindu yg tengah duduk di atas ranjang kosong, tak beberapa lama seorang pria tua melangkah masuk sebelum, ia menyeringai pada Mira, dan semuanya selesai.
Mira membuka matanya . ia tengah berada di sebuah ruangan dengan orang-orang yg tampak khawatir menatapnya, saat melihat Mira mereka berteriak satu sama lain.

"sudah sadar!! pasien sudah sadar!!"

Mira berteriak meminta adiknya Lindu namun orang-orang itu menghentikannya.
ia hanya bicara bahwa sudah tiga hari Mira di bawa ke tempat ini setelah di lakukan pencarian satu minggu lebih dengan di temukannya 4 mayat yg tewas di atas gunung, saat semua foto 4 mayat itu di tunjukkan, Mira mengenali semuanya.
itu adalah Guntur, Eka, Rasyid dan Mayang.

Mira tidak tahu harus mengatakan apa selain, apa yg sebenarnya terjadi kepada dirinya.
sore itu langit mulai menggelap. Mira turun dari ranjangnya tanpa sepengetahuan orang, ia melangkah keluar berjalan sendirian di lorong. pikirannya begitu kosong tak ada lagi yg bisa ia lakukan. seolah jiwanya sudah di renggut Mira menelusuri jalan sebelum berdiri di tengah jalan
Mira menatap sebuah Bus yg tengah melaju dengan kencang, semua orang yg melihat Mira berteriak agar perempuan itu menyingkir namun anehnya Mira justru tertawa sebelum tubuhnya di hantam oleh Bus. darah mengalir. Bus berhenti dan semua orang mendekat.
"Minggir-minggir!!" teriak seorang lelaki, "Goblok, wes eroh onok Bes tambah mandek gok tengah dalan, golek mati cah Edan!!" (Bodoh, sudah tahu ada bus tambah berhenti di tengah jalan, cari mati nih anak sinting!!)

lelaki itu menerobos kerumunan, "Gus!! ojok ngelamun, mrinio"
lelaki yg satunya mendekat, "Mati gak Rus??" tanya si lelaki.

"yo mati talah goblok, justru nek urip berarti guk menungso, wes talah lalekno menungso edan wingi" (ya mati lah bodoh. justru kalau masih hidup berarti bukan manusia, sudah lupakan manusia gila yg kemarin)
tepat setelah mengatakan itu, tiba-tiba kerumunan orang yg ada di sekeliling berjingkat terkejut, lelaki itu bingung. ia melihat si perempuan yg leher dan anggota tubuhnya lain patah berlumuran darah tiba-tiba bergerak. ia mengejang, sebelum satu persatu meluruskan tulangnya.
si lelaki melangkah mundur begitu juga orang-orang, anehnya hanya Agus yg mendekatinya.

"ibuk" katanya.

"ibuk matamu" ucap Ruslan, namun Agus mendekatinya, Mira menatap si lelaki sebelum berujar, "Rogot Nyowo baru saja di lepaskan" suara Mira terdengar lirih.
Agus terperangah. kalimat yg paling ia takuti terdengar lagi dari mulut perempuan asing.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with SimpleMan

SimpleMan Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @SimpleM81378523

Jan 19
BUHUL UTH-

sebuah pengiring dari serangkaian ketidaktahuan.

a thread Image
lama sekali saya gk menulis utas di sini, jadi maaf kalau tangan saya agak kaku, so langsung aja, dari serangkaian cerita yg saat ini tersimpan dalam memorry laptop saya, cerita ini memiliki bagian paling menarik, jadi nikmati saja ini sebagai bentuk rehat dari riuhnya tahun ini.
Juli, tahun 1998

Rumah itu masih terlihat bagus, meski pun desainnya terlihat seperti rumah tahun 60’an tapi temboknya terlihat masih kokoh, halamannya juga luas dengan banyak pohon besar tumbuh disekelilingnya termasuk satu pohon yg paling mencolok saat melihat rumah itu.
Read 140 tweets
Feb 1, 2023
-Panggon-

Horror Story

@bacahorror_id #bacahorror Image
Sebelum memulai ceritanya, rasanya kangen saya sedikit terobati terutama saat memulai sebuah tread dengan tulisan judul dan fotonya, dan tentu saja mention @bacahorror_id dan hastag bacahorror yg sudah saya pakai sejak akun ini pertama berdiri.

semoga cerita pembuka ini cukup,
cukup untuk membuka rentetan cerita yg sudah saya siapkan selama saya mengistirahatkan diri ya. baiklah, malam ini, mari kita mulai ceritanya.
Read 61 tweets
Feb 1, 2023
Halo???
Lama sekali gak mampir ke burung biru, saat rehat dan beristirahat menjadi fokus paling utama.

tapi malam ini, setelah duduk merenung sebentar sambil melihat layar hp, ada kerinduan yg datang lagi.. gak tau kenapa rasanya kangen..

kangen buat punya tenaga nulis seperti dulu.
butuh waktu buat ngumpulin tenaga dan fokus bahkan untuk sekedar menulis pesan ini dilaman twitter saya, tapi rasanya kangen yg sekarang sudah tidak terbendung lagi,

jadi kalau ada yg masih terjaga sembari menatap layar handphone, pemanasan yuk,

pemanasan untuk satu cerita saya
Read 4 tweets
Oct 29, 2022
Kalau dalam Kejawen, ini disebut Renggati atau Renggat nang jero ati, yaitu saat kita melihat sesuatu terutama yg tidak pernah kita lihat visualnya sedang mencoba berinteraksi dengan kita, apa pun itu selalu ada maksud tersembunyi dan memang gak ada salahnya untuk berjaga-jaga.
seperti yg terjadi pada beliau ini, mungkin secara gak langsung si wanita berpakaian hijau ini sedang mencoba berinteraksi dan tentu saja ada sesuatu yg sedang dia inginkan.

dulu, si mbah melakukan Wijih, yaitu membaca petunjuk dengan meletakkan telur ayam kampung di dalam besek
kali aja mas @FazaMeonk mau melakukannya. hahahaha. tapi ya sekali lagi, yg di lakukan si mbah saya dulu itu untuk sekedar berjaga-jaga, karena kaum dari bangsa Jin memang sukar dipercaya, karena memang begitulah tugas mereka bahkan sampai di akhir zaman.
Read 5 tweets
Oct 9, 2022
Udah pernah nonton video yg dimaksud sama thread ini 2 tahun yg lalu, tapi sempet lupa sama cerita sampe akhirnya kemarin baca ulang lewat trit ini, trus kepikiran lagi.. hahaha, karena lagi nunggu kereta, coba saya tulis teori liar menurut pandangan saya..
di dalam cerita ini ada 8 karakter nama yg disebut dalam rentetan cerita ini, coba saya jabarin namanya satu-satu, Puteri, Bi Ida, bu Rana, Donny, Pak Budi, Munchkin ( seekor kucing), Dina (temen Puteri yg cuma disebut namanya?) dan terakhir tentu saja Mama.
dari awal, kita dikenalin sama karakter Puteri yg anaknya kaya tertutup tapi suka sekali cerita tentang hidupnya sama orang yg belum jelas statusnya lewat pesan hp, Doni.

Doni ini statusnya gak jelas, dibilang temen tapi dia gak tau rumahnya Puteri, tapi kok cukup akrab.
Read 10 tweets
Sep 30, 2022
Halo, di sela waktu malam ini, bolehkah saya meminta bantuan untuk memilih cover yg akan menjadi buku kolaborasi pertama saya bersama dengan para penulis-penulis hebat yg ada di twitter ini.

diantaranya, @diosetta @qwertyping @cerita_setann @nuugroagung Image
buku ini digagas oleh penerbit @Bukune , untuk memberi lingkup bahwa cerita horror memiliki rasa dan tema yg berbeda-beda, semua ketakutan akan dituangkan dengan narasi dengan gaya kami masing-masing. dengan adanya buku ini saya juga berharap menambah banyak referensi baru- ImageImage
tentang kekayaan budaya, mitos dan sebagainya yg hidup dalam masyarakat. semoga buku ini juga bisa sedikit mengobati rasa rindu setelah lama saya tidak menerbitkan buku lagi, sekaligus sebagai lembaran baru untuk kembali aktif dan lebih sering muncul di aplikasi burung biru ini.
Read 4 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(