(Halaaaah santai aja.. cuma pocong, pokoknya kamu semua jangan sampe kena ludahnya bisa gatal-gatal tiga bulan)
jawabku kepada hendro
Ada pocong memang yang bisa meludah, dan ludahnya jika terkena kulit akan melepuh, gatal-gatal dan membuat bekas koreng hitam bernanah dan baunya sangat busuk
Suno langsung mengambil langkah depan, sembari tertawa dan berkata
"Ojok sampek salah sijine koen-koen ngidoni aku karo koncoku, neg sampek iku koen lakokno, tak sikso koen cong pocong.."-
-(Jangan sampai salah satu dari kamu meludahi aku dan temanku, kalau sampai itu kamu lakukan, aku siksa kamu cong pocong..)
Kami memang tidak pernah takut dengan pocongan, genderuwo, kuntilanak, itu semua demit kelas teri bagi kami...
Aku dan suno suka sekali memainkan game, balapan pocongan dikampung dan tau pocongan mana yang ganas dan yang pemalu..
Mungkin banyak orang tidak percaya, tapi bagi kami itu biasa, kami tidak pernah takut dengan jenis demit/setan seperti itu, karena kami sudah dibekali ilmu mengaji dan ilmu spiritual khususnya mata batin sejak dini oleh keluarga kami
" wes talah, iku demit kampungan le ojok diladeni wes, ayo podo diobong.."
(Udahlah, itu setan kampungan le jangan diladenin, ayo cepat dibakar..)
lanjut suno padaku
Bagi kami demit kampungan atau demit yang sukanya mengganggu lebih biasa, daripada seramnya bertemu ibu kost, atau bertemu depcolektor tukang tagih kreditan..
setan kredit....
Pocongan-pocongan masih kelayapan dan mengintai kami, sorot matanya sangat jelas melotot, apalagi tidak hanya satu-dua pocongan, tapi puluhan pocongan..
Kami tak mau menghiraukan pocongan-pocongan itu..
Kami tetap melangkah dengan sekuat tenaga untuk mencapai batu bergambar merah itu...
Dalam lontar yang diberikan mbah buyut sebagai petunjuk arah kami, disana diberi tanda matahari dan meng-isyaratkan tidak boleh telat sampai disana, dan jangan sampai malam mendahului kami..
Pagi bergerak mendatangkan siang...
Siangpun cepat menyuguhkan petang..
"Wes sorop cuk, opo gak ono bahaya maneh tha maringene?"
(Sudah gelap cuk, apa tidak ada bahaya lagi nanti disini?)
kata hendro was-was pada kami
"sorop yow bahno le, sing di wedeni iku duduk sorope, tapi cangkemmu sing molai maeng mesah misoh ae.. gak bosen tha koen iku misuhan?" -
-(Gelap ya biarkan saja, yang menakutkan itu bukan gelapnya, tapi mulutmu itu yang dari tadi bicara kotor terus.. tidak bosan ya kamu bicara kotor?)
ucapku sembari menutupi ketakutan
Sore ini, petang ini, malam ini
Lolongan asu kikik/anjing hutan mulai membahana memenuhi alam
Padahal belum malam, kenapa kengerian ini sudah disuguhkan pada kami...
Bagaimana pun kami harus mencapai batu besar itu.
Memang sudah kelihatan dan tampak dekat, tapi kami rasakan batu itu seakan selalu menjauhi kami
Apakah cuma rasaku saja atau memang sering terjadi pada para pendaki lainnya?
terlihat dekat bukan berarti dekat memang
Sekitar satu jam kami menaiki jalan terjal untuk sampai di titik pertama kami, dan akhirnya kami sampai juga..
Batu biasa memang, tidak ada yang aneh..
tapi kenapa banyak penjaga tak kasat mata disana, batu itu bagaikan diselimuti kabut tipis, dan yang pasti kami dibuat ngeri lagi..
Dan yang kami herankan juga, kami selalu ditunjukkan bahwa ada dimensi lain yang akan kami lalui..
Kami dapat melihat semua demit alas semeru ini dengan mudah
Tanpa berpikir panjang, aku menyuruh suno untuk membakar kayu Perapian guna menghangatkan kami dimalam itu, tidak lupa kami membakar garam dari mbah buyut
Keanehan terjadi lagi...
ternyata mbah buyut tidak hanya membekali kami dengan garam, namun juga dupa tanpa kami sadari...
" koe kabeh ojo mlayu, bar iki ono menungso wujud buto"
(Kamu semua jangan lari, habis ini ada manusia berwujud raksasa)
suara itu kami dengar, tapi lagi-lagi tidak ada orang disekitar kami..
"rek koen krungu wong ngomong jek tas?"
(Bro kamu dengar sesuatu tidak?)
Tanya suno sambil berbisik pada aku dan hendro
"Iyo, tapi sopo yow?"
(Iya tapi siapa ya?)
Jawabku juga berbisik
"Ora usah kuatir, koncomu iki sing ngadepi neg ono buto teko, lha iki aku wes digawani menyan dupo ratus nang mbah mau isuk, aku yow dikongkon ngijolno dupo iki karo dalan munggah, koyo mbayar tiket ngono lho cok."
(Tidak usah khawatir, temanmu-
-ini yang akan menghadapi jika raksasa itu datang, lha ini aku sudah dibekali menyan dupa ratus dari mbah tadi pagi, aku juga disuruh menukar dupa ini dengan jalan naik, seperti bayar tiket begitu lho cok.)
Ucap si hendro sangat santainya
Sempat ku berpikir, apakah hendro kesurupan lagi??
Yang aku tau dia adalah seorang penakut yang cengeng, tapi kenapa sekarang dia bisa "berubah" ?
Mohon maaf (kelupaan)
Yang belum baca part 1 dan 2
Mohon dibaca dulu, jangan langsung beranjak ke part 3 biar bisa mengikuti alur cerita
Malam disertai hujan menambah beban tersendiri dihati kami
Kami tidak bertenda, namun berlindung di lobang kayu besar diatas batu bertulis itu
Benar saja...
Baru selang berapa lama, dari kejauhan kami melihat ada sebuah bayangan
Bayangan manusia apa hewan?
ahhh tidak terlalu jelas dengan hanya mengandalkan mata dan penerangan api perapian didepan kami itu
Lama memang, tapi terus mendekat ke arah kami...
Dan aku memutuskan sesuatu....
"wes saiki patenono perapen iku, ayo podo munggah nang duwur wit, ojo sampek makhluk iku nyekel lan nyilakakno awakedewe"
(Udah sekarang matikan api unggun itu, ayo cepat naik keatas pohon, jangan sampe makhluk itu menangkap dan mencelakakan kita)
Ajakku kepada suno dan hendro
Kami bergegas naik ke atas pohon besar itu,
Memang agak sulit memanjat batangnya yang sangat besar, namun lagi-lagi kami dibuat tidak masuk akal, kami dengan mudahnya menaiki dahan demi dahan sampai pada batang tertinggi menurut kami
Aku lihat dari arah barat, masih dan masih menuju kami..
Kami tidak percaya,
Seseorang dengan wujud itu
Berbadan tinggi besar melangkahkan kakinya menuju kami.....
Bahkan kayu yang kami naiki hampir sama dengan tinggi badannya, matanya memancarkan aura yang sangat kuat, dengan rambut sebahunya serta wajah sangar nya..
"Waduh Gusti, lakok elek temenan iki cok, aku gak wani cok ngejak barteran karo menyan neg rupane sangar medeni ngono cokkkk, koen ae wes pur sing ngomong,"
(Waduh Gusti, kok jelek banget ini cok, aku tidak berani cok mengajak barter sama menyan kala mukanya sangar menakutkan-
-begitu cokkkkk, kamu aja pur yang ngomong,)
ucap hendro yang berbanding terbalik dengan sikapnya tadi...
Siapa lagi...
Siapa lagi kalau bukan aku...
Aku yang harus bertemu dan berhadapan untuk menukar menyan ini
Aku berusaha menahan tangisku, aku berusaha berani
Apa ini?
Apakah ini yang biasa orang disebut b****** , atau apa......
Dalam gemetarku kubaca surat sang penguasa subuh dari kitab suciku
Ku ulang-ulang walaupun dengan nada yang terbata-bata
Ohh.. Tuhanku, aku yakin bahwa semua atas kehendakmu
Aku mati mereka mati dan semua pasti mati ya Tuhanku
Namun aku meminta pertolongan serta perlindungan dari-Mu semata
ohhh... Tuhanku.....
Kucoba membenarkan posisiku di dahan pohon besar itu, aku berdiri disalah satu rantingnya
Keberanikan diri kumantapkan hati...
Dan aku sudah siap!!!
Herrg herggg herrrggg.. (menggeram)
"Wes suwe aku gak ngrasakno getih, daging karo balungane menungso, koe kabeh iso dadi panganan ku ugo nambah kasaktianku...hwhaahahah"
(Sudah lama aku tidak merasakan darah, daging, dan tulang manusia,-
-kami siapa bisa jadi santapanku juga menambah kesaktianku... whahahah)
suara buto itu keras melengking serasa suara petir yang menyambar
Sosok ini ternyata adalah buto/raksasa dari golongan demit/setan
" sik-sik... Ojo kesusu,
Aku karo koncoku iki arep golek dalan amargo kesasar. Lha kok koen arep mangan aku, lha koen iku sopo? Koen wani bayar piro?
Opo koen gelem nanggung duso-dusoku karo koncoku"
(Sebentar... jangan tergesa, aku dan temanku ini mau cari jalan karena kesasar-
-lha kenapa kamu mau makan aku, lha kamu ini siapa? Kamu berabi bayar berapa? Apa kamu berani dosaku dan dosa teman-temanku)
"Ojo sampek koen buto aing kenek bendune pengeran lan walate kanjeng rosul.. opo koen mampu? Umpamane koen mampu yow sak karepmu ate opo ae karo awakku iki lan konco-koncoku iki"
(Jangan sampai kamu buto kena murka tuhan, wan karmanya rasul-
-apa kamu mampu? Seandainya kamu mampu ya terserah kamu mau melakukan apa saja terhadap aku da teman-temanku ini)
jawabku lantang dan berusaha tegar
"aku rojo b******* ora ono acara mundur! maju teros tak pangan dagingmu, tak kletak ndas mbunbunanmu, tak sesep getih lanangmu menungso!!! Hwahaha....,"
(Aku raja b******* tidak ada acara mundur! Maju terus aku makan dagingmu,-
-aku kunyah kepalamu ubun-ubun mu, aku hisap darah jantanmu manusia!!! Whahahaha.....)
jawab makhluk itu tak menggubris ucapanku
Tanpa kami sadari si Hendro membakar kemenyan yang diberikan mbah ditangannya dengan korek apinya..
Memang kecil tapi wangi menyan itu sangat harum dan belum pernah kami cium rasakan aroma seperti ini..
Malam yang sudah tak terhitung lagi mencekamnya kala itu....
Aku aku purnomo tidak pernah takut dengan setan demit apa saja, tapi aku takut sangat takut dan selalu takut bila teringat hal itu lagi...
Tak bisa dan tak bisa!
Aku dan kawanku harus hidup, harus selamat!!!!
--rehat---
Ada sedikit nyeri berat dikepala dan suara ramai di sekitaran telinga
Saya lanjutkan nanti
Mohon maaf
Matursuwun 🙏
"Ambune opo iki? aku mambu menyan dupo ratus khayangan alas b*****, sopo sing nduweni? aku njalok, aku njalok, aku njalok..." -
-(Bau apa ini? aku mencium menyan dupa ratus surga alas b*****, siapa yang punya? Aku minta, aku minta, aku minta..)
Ucap rojo buto diulang-ulang olehhya sambil mencari asal wangi dari asap menyan dupo ratus
"aaa... aku iiso ngekei koen, mung ono syarate, dadi buto sing bener, dadi buto sing bener, dadi buto sing manut kalian sang hyang betoro durgo"-
-(aaa... aku bisa memberi mu, tapi ada syaratnya, jadi raksasa yang benar, jadi raksasa yang menurut dengan sang hyang bathara durga)
ucap hendro sambil merapal mantra dengan terbata-bata
Seketika itu juga manusia setengah raksasa itu mundur dari kami, manusia setengah raksasa itu mundur dan memberikan semacam salam hormat kepada kami dengan membungkukkan badannya seraya menyentuh dadanya..
"Sepurone Aku ora ngerti, neg koen kabeh iku sik sak peduluran karo menungso ning alas b*****, aku iki pager lan kang mageri kampung alas b***** sak isine"-
-(Maaf aku tidak tahu, kalo kalian semua itu masih satu saudara dengan manusia di alas b*****, aku ini pagar dan menjaga kampung alas b***** seisinya)
Ucap makhluk itu sambil menunduk dan bersimpuh
Mahluk itu adalah raja buto (raksasa) namanya yai buto penjaga gerbang menuju alas suwung dan kampung alas b*****
"Aku ora wani mangan getih daging resi t********* lan anak sak keturunane, tolong sepurono awakku iki, tolong aku njalok sepuro"
(Aku tidak berani majan darah daging resi t********* dan keturunannya, tolong maafkan aku ini, aku minta maaf)
Ucap raja buto yang tak kami mengerti
Yang aku tau hanya permintaan maaf dari raksasa itu..
Apakah memang ada raksasa dijaman ini, apakah hanya perwujudan demit alas semeru saja yang menunjukan eksistensinya pada kami sebagai manusia..
Pertanyaan yang kembali tidak kami temukan jawabannya
Namun aneh terjadi kembali
Lagi-lagi suno merapal mantra, sepertinya dia sudah hafal diluar kepala, padahal setiap kata di mantra itu dengan bahasa sansekerta yang sangat tidak kami pahami
Hendro temanku merapal mantra dengan nada yang lembut tapi terasa tegas...
Kami merasakan getaran yang cukup kuat...
Apakah ini yang dimaksud gesekan dimensi?
Apakah ini yang dimaksud moksa ora ilang???
Dadaku berdegup kencang, serasa darahku mengalir derasnya ke ujung kepala
Rojo buto hanya diam tanpa nelangsa
Rojo buto tunduk pada temanku yang bukan apa-apa
Wahai sodaraku, tolong antarkan anak cucu manusia ini menuju dunia nyata
Dunia kebebasan dunia tempat mereka bertemu dengan keluarganya, dengan ibu yang melahirkannya, dengan bapak yang menafkahinya, dengan sesama saudaranya
Wahai sodaraku.....
Suara nurani ku penuh harap
Sempat kututup telingaku, terasa berat tubuh dan kepalaku...
Namun
Akhirnya...
"Monggo munggah teng pundak kulo, kulo saget nggowo njenengan sedoyo mlampah nganti keraton dewi ******"
(Mari naik kepundakku, saya bisa membawa kalian berjalan sampai keraton dewi ******)
"Keraton ingkang arupo ranu.. mung tetep kulo kalian njenengan sedoyo mboten wonten utang lan piutang teng alam nduyo utawi nirwono"
(Keraton yang berwujud ranu/danau.. tapi tetap saya dan kalian tidak ada hutang baik di dunia atau akhirat)
ucap rojo buto kepada kami
Kamipun segera naik ke pundak raksasa itu, hanya orang yang waras yang akan mengerti dan memahami tentang cerita kami...
Kami waras, penduduk alas b***** pun waras, bahkan agamaku juga mengharuskan kami mempercayai kewarasan hal dan alam ghaib
Apakah kalian waras
Atau hanya orang yang merasa waras???
Ahhh dunia tidak hanya bisa dihitung dari akal saja...
Bahkan Tuhan menciptakan sesuatu yang tak mampu akal ini memikirkannya..
Jangan kalian merasa waras, hanya karena kalian lebih rasional daripada kami
Kami waras karena kami manusia ciptaan Tuhan pencipta alam semesta
Sangat terasa bulu-bulu kasar dari punggung raksasa itu
Kamipun bercengkrama dan saling bercerita
Aku mendengar kisah kelam dari si buto, dia menceritakan bahwa dirinya diselamatkan oleh resi markandya dari kematian...
Apakah demit atau raksasa bisa mati?
Tapi nyatanya memang bisa, semua makhluk ciptaan tuhan bisa mati atas kuasa tuhan
Buto akhirnya bercerita bahwa dia berasal dari alas tengger
Dia serasa hidup nelangsa matipun tak akan ke nirwana imbuhmya..
Dia dikuasai oleh demit jahat yang memerintahkan dirinya membangun istananya di perbukitan utara tengger
Yang aku tahu ada memang sebuah perbukitan dan merupakan salah satu objek wisata di daerah itu
Sempat si buto ingin melarikan diri tapi tidaklah mudahhh.....
Ahhh...
Biarkanlah kisah kelam si rojo buto menjadi rahasiaku dan dirinya saja
Kurang begitu santun bila aku menceritakan apa yang dirasakan oleh nya dan rakyatnya kala itu
Cukup tau saja
Mungkin puluhan tahun yang lalu, atau ratusan tahun yang lalu ada seorang resi yang menolongnya
Dan sekarang rojo buto, akan dan akan selalu menjadi benteng pertama bila ada manusia luar yang ingin masuk ke wilayah alas b*****...
Sentuhan angin lembut menyeka muka dan jiwaku, kurasakan tubuhku berayun-ayun seirama dengan gerakan rojo buto..
Kami Kecil Tuhan...
Bayangkan saja kami bertiga ada di pundaknya(buto) dan digendongnya menaiki jalan terjal nan menanjak itu...
Kami bagai anak bayi yang digendong orang dewasa dikeranjang pundaknya...
Berkali-kali kami menyaksikan kayu dikanan dan kiri kami disibaknya dengan tangan kekar itu..
Tak jarang dia(buto) berpegangan pada batang-batang kayu besar agar tidak terpeleset dan mencelakakan kami yang ada di atas pundaknya..
Perjalanku bagaikan perjalanan......
Ahhh...
Aku sudah kehabisan kata-kata untuk menceritakan dan melukiskannya
Perjalanan yang tidak kami rencanakan dengan matang, tidak kami lakukan dengan pertimbangan, bahkan perjalanan dengan alasan segala kebohongan...
Tuhan..
Engkau masih sayang pada kami bertiga, engkau masih menginginkan kami bertiga ada di muka bumi yang kau ciptakan dengan segala keindahan nya..
Tuhan.......
Biarkan hambamu ini mengucap syukur atas semua karunia-Mu...
atas segala rencana-Mu...
atas samudera maaf-Mu...
Bahkan bila ada murka-Mu...
Aku akan selalu tunduk padaMu,
wahai sang pencipta ku.......
Penciptaku dari bapak ibuku,
Pencipta adam dan hawa manusia pertamaMu....
Tuhan terimakasih atas semua kesempatan dan pelajaran yang engkau gariskan pada kami dikesempatan ini.....
"teros langkahno lakumu menang ing dalan apik lan sae, urip kui duduk masalah sopo sing ngarani koe olo opo apik, urip kui sing penting mbok jalani lan berguno nggo koe lan wong sak liyane"
(Terus langkahkan perilakumu jaya di jalan kebajikan dan mulia, hidup bukan masalah-
-siapa yang menyebut kamu jelek atau buruk, hidup itu yang penting dijalani dan berguna untukmu dan orang lain)
ucap buto mengagetkan kami bertiga
"enggih yaii..."
(Iya yaii...)
Jawab kami serempak-serentak sedikit kaget
Tuhan selalu memberi kemudahan padaku..
Mulai dari mengirimkan lik slamet pembuat peta buta kami, pencari ijuk pemberi tongkat penjalin kami, wong agung soko (orang sakti dari) semeru penjaga kami, harimau jawa guardian Angel kami,-
warga alas b***** berserta keramahan dan dan tentunya perawan ayunya, sampai rojo buto yang dengan sukarela menjadi tunggangan kami melewati tanjakan dan celah alas suwung/ blank
Sungguh pemgalaman yang terasa sejuk, sakit, bimbang, bahagia, nelangsa, dan bercampur aduk dalam larutan turunnya dingin malam bertabur angan akan semua keselamatan dari kami bertiga...
Yai buto tidak segan-segan memberikan kami wejangan, walaupun itu dari sosok yang sangat menakutkan namun mulutnya mengisyaratkan kebaikan bagiku dan semua orang yang mampu mendengar serta melakukan semua kebaikan dihidupnya...
Banyak orang yang mengaku pintar namun tidak berguna, bahkan cenderung merendahkan dan selalu menyudutkan orang lain, apalah gunanya orang seperti ini, orang yang hanya melihat sesuatu dari apa yang masuk akal dipikiran mereka
Orang-orang pandai seperti ini lah yang akan menghancurkan dunia beserta isinya karena murka Tuhan
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Saya punya sekelumit cerita di sekitar saya, sebuah cerita yang membuat saya merinding ketika masih duduk dibangku menengah pertama. Yang paling saya ingat adalah ketika hendak pulang dari kegiatan ektrakulikuler pramuka tepat jam 06.00 wib, menjelang mau maghrib.
Saya melihat teman sekelas saya duduk sambil nulis di black board. Sebuah kata “genjer-genjer” tidak hanya itu.
Malam yang dingin di desa wanamaja, seorang anak laki-laki nampak terduduk lesu dibawah pohon randu. Ia menangis tersedu-sedu karena baru saja ia mendapatkan beberapa pukulan dari bapaknya.
Anak itu benar-benar nampak sedih dan berpikir apakah orang tua dan keluarganya menyayanginya. Ataukah ia hanya sebatas anak pungut yang dirawat kelurganya. Begitu banyak pikiran aneh berterbangan di benak kepala anak usia 7 tahun itu.
Dimanapun manusia berada ia akan selalu mencari cara instan dalam memperolah kekayaan.
manusia tidak pernah dilahairkan jahat, namun sifat jahat selalu mengikuti kemanapun manusia berada.
kali ini ijinkan saya bercerita tentang pengalaman narsumber saya yang bernama eko, dimana eko pernah melakukan sebuah ritual pesugihan dengan cara yang sangat mudah. tapi kini semua yang ia lakukan membuatnya dalam kata putus asa.