1."Apa? Jadi, pasien B positif?" Lunglai seluruh tubuhku, tak berdaya. Pasien B adalah pasien yang kutangani kemarin, kuperiksa dengan seksama segala cidera pada tubuhnya.
Tak kusangka ternyata dia positif Corona.
Pasien B dilakukan operasi cito, artinya segera dikerjakan semua prosedur operasi untuk menyelamatkan nyawa. Namun, kebohongan keluarga membahayakan kami semua.
Mimpi buruk yang harus dihadapi, mengisolasi diri selama 14 hari. Segala ketakutan menjadi-jadi ketika teringat kondisi pasien waktu itu
Pasien rujukan dari sebuah RS swasta itu datang disambut sekuriti dan perawat yang bertugas. Dengan sigap menahan tubuh pasien yang sedang gelisah akibat kecelakaan
Spalk yang terpasang tak tentu letaknya, bergeser dan turun dari posisi semula. Muntah dan meludah ke segala arah.
Setelah difiksasi dan diberikan obat, pasien lebih terkontrol. Gangguan pada kepala sangat mempengaruhi tingkah laku, apalagi perdarahan di otak.
Sebagai dokter jaga, kulakukan primary survey dan secondary survey agar tak terlewat kondisi pasien yang setengah sadar ini.
Kupastikan lagi dengan memanggil istri pasien dan bertanya lagi: "Bapak kecelakaan dimana Bu? Naik apa? Dari luar kota tidak? Pekerjaan Bapak, apa?
Semua disangkal, bukan ODP apalagi PDP.
Hasil lab dan rontgen dari RS rujukan kuterima.
Perdarahan dari patah tulang terbuka yang belum juga berhenti membuatku memutuskan konsultasi ke dr.spesialis orthopaedi.
Alhamdulillah operasi berjalan lancar, kesadaran pasien mulai membaik.
Keluarga kembali dipanggil dan dimohon kejujurannya.
Rapid test dilakukan, hasilnya membuat semua shock, positif!
Karantina dilakukan bagi pasien dan petugas. Berpisah sementara pilihan terbaik saat ini.
Terpukul, stress, depresi, marah campur aduk jadi satu
Di hari ke-5 karantina, seorang dokter anestesi mengeluh demam, batuk dan sesak nafas
Dokter A diperiksa dan diswab, dirawat di ruang isolasi. Keadaannya memburuk. Begitu yang ku dengar.
Keadaan ini tentu saja membuat kami bertambah stress, menangis bahkan ada yang tidak mau makan dan mengurung diri di kamar.
Optimis bisa melalui wabah ini dengan selamat dan berbahagia, kembali berkumpul bersama keluarga tercinta.
# Buat masyarakat di luar sana, stay at home agar tak tertular atau menulari.
# Please jangan mudik.
dr. Hayati Salma (RSUD keraton Pekalongan)