"Nggak bar, nanti kita langsung cari kost ya,duitmu ada kan buat kost?"
Jawab Wan penasaran.
"Uangmu dl wan nanti gajian tak bayar hhe"
"Oalah yo wes" balas Wan singkat.
(Oalah yaudah)
"Cari kosan mas?" Tanya Bu Sum.
"Nggih bu.. yg kosong ada brp kamar?"
"Semua lagi kosong kok mas, mau dua kamar?"
"Iya bu.." Kompak kami menjawab.
"Oh iya makasih bu.." jawab kami
Bu Sum melipir ke dapur membuatkan kami dalgona coffee, eh teh anget maksudnya.
"Ndak paham aku, tanya aja nanti"
Mataku kemudian berhenti melirik seisi rumah setelah bu Sum datang membawakan dua cangkir teh hangat.
" Kamarnya yg mana ya buk..?" Tanyaku.
Bu sum tersenyum dan berdiri dari duduknya.
"Rumah kost ibuk bukan disini tapi jalan keatas lagi 200 meteran, ibu anter sekarang biar tahu ya"
Setelah sedikit mendaki sampailah kami di depan rumah tua bu sum, tidak terlalu terawat, tapi masih layak untuk ditinggali orang gak punya duit kayak aku.
"Ya okelah, udah capek jg cari yg murah" jawab wan.
Kami bergegas turun kembali ke rumah Bu Sum, motor selalu dititipkan di garasi rumah bu kos, hanya kunci gerbang bu Sum dan kunci rumah tua itu yg diberikan.
Halaman depan dipenuhi tumbuhan dan pohon pisang sampai jambu, jalan setapak untuk turun ke rumah warga hanya ditandai batu batu sungai serayu yang tidak jauh dari rumah ini, suara sungai jg terdengar, hari itu juga kami bersihkan seisi rumah dan sedikit tumbuhan liar.
Wan sedang serius menerima telepon dari entah siapa, aku memutuskan untuk lebih dulu mandi.
"Aku abis isya balik dulu ke karangkobar, ngambil berkasku bar.."
"Lah terus gak nginep dulu disini? Langsung pulang dulu?" Jawabku setelah keluar dari kamar mandi.
"Dadakan og bar.. "
"Yowes Wan rejekimu iku"
(Yasuda Wan Rejekimu itu)
"Hhhhhhhhrrrr" "hhhhhrrrr"
Kerja di hari pertama, aku menaiki motorku dan bergegas ke peternakan ayam usaha milik orang tua Wan, harapanku hari ini Wan bekerja bersamaku tapi Wan sudah dapat pekerjaan yang dia impikan dari awal ya daripada mengurusi bau ayam di peternakan kan pikirku.
Aktifitasku masih sama, aku mulai bersiap bekerja dengan keadaan penasaran dengan suara langkah semalam, langkah menyeret itu ku cek kebenarannya, mungkin ada bekas tapaknya tapi di sekitar pohon pisang tidak ada tanda apapun, heran aku.
Hari ke 4 sampai 6 tidak ada apapun yang terjadi semua berjalan lancar, sampai aku sadar bajuku sudah habis, aku harus mencucinya tapi karena masih malas aku bekerja memakai baju kemarin, hmmm bau tai ayam.
Alarm azan subuh bunyi dari hapeku yg miskin fitur, aku terbangun dan bergegas shalat, selepas itu aku mencuci beberapa pakaianku dan kemudian langsung menjemurnya di tali yang kuikatkan malam lalu.
Aku menyapu kamar sampai ruang tengah, saat aku hampir membuka pintu, tiba-tiba dari jendela ruang tengah aku melihat sesuatu yg berayun.
"Walaikumsalam mak,,"
Kami berbincang saling bertanya kabar, ku tanyakan masakan mama apa kala itu, kemudian mamaku seolah tahu aku sedang 'terganggu'
(Mas, banyak doa, jangan ngelawan kalau ada yg ganggu,jgn berantem,sabar aja mama doakan selamat)
Semangkuk bakso yg datang menghampiri mengakhiri percakapanku,bakso Banjarnegara di kedai ini enak sekali, ingin pesan lagi tapi aku gak mau besok berakhir lapar dan ngemil kerikil, akhirnya ku urungkan niatku dan kembali ke kost, duitku entek su.
Sampai tiba-tiba suara lain ikut hadir dalam satu sunyi yang benar hening malam itu.
suara sapu lidi di ruang tengah sedikit membangunkan tidurku, aneh padahal headset masih menancap di kuping, eh tapi kenapa suara radio mati dan bisa-bisanya terbangun karena suara janggal itu.
"Kelalen aku maghriban" ( lupa aku maghriban)
Dengan cepat aku ke halaman depan menyalakan kran dan shalat.
ku sorot ke atas lampu tidak ada apapun..
ku sorot ke arah kamar 1,2 tidak ada apapun..
ku sorot kamar no 3,4,5 tidak ada apapun...
Tidak ada apapun..
Sampai dibalik gorden pink bermotif bangau mataku melihat ada seperti sosok yang diam tidak bergerak, rambutnya panjang, cahaya dari lampu warga di halaman rumah membuatku bisa melihat sedikit bayangan hitam itu, kuperhatikan lagi dan lagi..
Lampu kembali menyala, sosok itu hilang, bayangan pohon jambu kah itu tadi? Entahlah, badanku gemetar, ku matikan senter ponselku, ku kembali ke kamar dan persetan dengan mata yg masih segar, aku berselimut, memejamkan mata dan tak sadar aku tertidur.
"Met Paghi..." Dering notifikasi ponselku berbunyi, ucapan pagi dari gebetan memang suka bikin senyum sendiri.
Tapi maaf aku masih dalam keadaan takut, kutelpon Wan saja dulu hari itu.
(Wan ini kosan gak bener, anjir aku digangguin terus kok" nadaku kesal.
"Lah batirmu akeh dadine"
(Lah temenmu banyak jdnya")
balas Wan meledek
(Kamu jauh ke banjar mau cr duit fokus duit,aku tahu km lg susah)
Kamarku nang karangkobar kosong, pindahlah kalo gak betah disitu" Wan membuatku terdiam.
"Yowis, disitu ajalah, aku berangkat kerja dlu bar assalamualaikum" Wan mematikan ponselnya
"Walaikumsalam"
"Belum salam balik woy" kesal aku.
Hmm ada yang suka mendoan campur bumbu pecel?
"Tok tok..Assalamualaikum"
"Maaf boleh pinjam toiletnya bu.." pinta aku dengan senyum menahan hasrat ini.
"Boleh dibelakang belok kiri mas.."
Ku berjalan cepat dan menutup pintu kamar mandinya sebelum kecelakaan terjadi.
Bahagianya dalam hati karena ibu Sum ini termasuk bu kost idaman buat penghuni misqin sepertiku sekarang.
"Astaga, ada aja cobaan orang ganteng" ucapku dalam hati.
Hujan berhenti, tangan pegal, badan remuk.
(Anjing, tidur dmana aku)
Lupa menyalakan lampu kamar untuk memastikan keadaan adalah salah satu penyesalan malam itu.
"ZZEEET" badanku susah digerakkan, mataku terbuka, mulutku terkunci, aku ketindihan!.
Badanku sakit, gorden yang semalam tertutup terbuka lebar pagi itu, entah apa yang aku lihat kalau badanku menghadap jendela dan aku ketindih seperti semalam?
Hari ke 10 sampai 13 aku memilih menginap di mess Wan yang terletak di Bawang.
" 35 rb ajalah yo, aku gak ada lagi" Wan menjawab.
"Minta bapakmu loh banyak duitnya" sindir aku.
"Cocotmu, Bapakku seng sugih udu aku" (mulutmu, bapakku yg kaya bukan aku)
"Tof, kamu sama cewekmu jadi ke sini?"
Percakapanku bersama Tofa lewat ponsel menemani makan siangku saat break bekerja.
"Beruang Tof, yo ikan, cilacap kan dekat sama laut, gmn kamu ini" kesalku menjawabnya.
"Ikan lele po?"
(Tof tof,ngmg sama kamu jadi emosi aku, terserah iwak pitik bawa aja)
"Yowes bar tak kabari maning ngko"
(Yasudah bar aku kabari lagi nanti)
Jawab Tofa
"Astaghfirullah kaget" ucapku spontan.
"Halo Tof..."
Tidak ada jawaban tapi detik telepon berjalan yang menandakan kami tersambung.
Tidak ada jawaban sampe akhirnya.
Muncul suara tangisan, tangisan yang tiba-tiba dari saluran telepon itu.
Tangisan malah semakin dalam,ditambah dengan sesenggukan dan misterius.
"Toff woy budeg ya malah nangis Tofff???"
Masih terdiam...
Hanya suara sinyal seakan berdengung, ku tunggu suara tofa tanpa ku tanya lagi, kami saling berdiam dalam jalur yang sama.
Kemudian...
"Huaa wadon asuu" Tofa tiba-tiba menjawab setelah lama.
"Cocotmu loh, kaget aku, dienteni malah ngmg karo nangis"
(kaget aku, ditungguin baru ngmg sambil nangis) ucapku.
(Tak tinggal kencing bar..aku putus sama leni) Jawab Tofa dengan tangis yang mulai mereda.
"Besok aku cerita langsung disitu, stress aku" Balas Tofa.
"Yowes, sabar ya Tof.."
"Yo bar, besok tak kabari kalau otw"
"Sip Tof"
Akhirnya kami mengakhiri telepon pagi buta itu.
Kain putih itu memang lengket, seperti direndam berhari-hari dan tidak diperas langsung dijemur, baunya juga seperti tanah liat. Kemudian ku urungkan niatku menggesernya lagi.
Sangat menyesal, karena dihadapanku sekarang...
Tapi aku melihat kain putih yang tadi kupegang...
"Astagfirulloh" entah berapa kali kuucapkan sampai matahari muncul dan tertidur dalam balutan selimutku yang melindungiku pagi buta itu.
Tofa dalam chatnya
Aku menelpon Tofa dan ternyata mereka sudah berada di rumah Kakek Wan di Rakit lebih dulu, aku langsung memutuskan untuk mandi dan pergi menyusul.
"Sudah dari tadi bar, mulai sore juga kan" Wan menjawab.
"Ciee Lastri, ada Wan ada Lastri" ledek aku kemudian.
"Sampluk sendalku Bar, pengen?" (Lempar sendalku nih,mau?) Kesal Lastri padaku.
"Gak banyak, bentar"
Kemudian playlist galau Tofa menenami kami dan bernyanyi malam itu bersama-sama.
"Bar, kamu katanya suka diliatin dikosan, liatin apa gitu?" Tanya Lastri
"Oalah serem.." ucap lastri.
Makanan kami sudah siap, wangi ikan bakar membuang perutku berbunyi terus, kemudian kami membawanya ke teras rumah untuk kemudian bersantap.
"Tofa dmana,dah laper gini" tanya Wan pada kami.
Oh iya saat kami sibuk membakar ikan dan ayam aku tidak sadar Tofa kemana.
"Tadi ke arah wc, mules kayaknya" Lastri menjawab.
"Aku wae aku juga pengen pipis" aku berdiri dan memang memilih daripada canggung berdua di keheningan malam bersama Lastri didepanku.
"Tof, buruan laper nih ditungguin, Tof"
"Plung.."
Wan pasti banyak cerita tentang aku yang sering digangguin, ah tapi ini bukan di rumah tua itu.
"Tofa,, suwe temeen" (Tofa lama sekali)
Teriakku.
Sampai jantungku berdegup kencang dengan apa yang aku lihat dari balik tembok pembatas sumur dan kebun pisang.
Ya itu pocong.
"Asu, koe tak samper malah nang kene" (anjing,kamu tak samperin malah disini)
Umpatku depan Tofa
"Aku udah balik kok dr toilet kata Wan kamu pipis dulu" balas Tofa buatku bingung.
"Aku dari wc og, kamu gak ada aku liat.." jawab Tofa
"Lah aku kira gantian ke wc" Wan menimpal
"Bentar-bentar, kamu lihat pocong yo bar?" Tanya Lastri dengan muka tidak kaget.
yang belum love RT threadnya bantuin napa hehe.
Mungkin beginilah sosok yang hampir mirip dengan yang kulihat. ilustrasi saja kok. Sudah yakin mau dilanjutkan?
"Makan dulu udah dingin ini, abis makan aku mau ngomong sama km bar" Lastri meneruskan ucapannya.
Aku meminta Wan mengambilkan tasku yang berada disampingnya.
"Ya udah malam begini baru dibuka, basilah bar" Celetuk Wan membalas.
"Gak tahu sih" jawab Wan
Ku buang sisa jajan yang tak ku makan habis, dan melanjutkan makan malamku.
kataku melihat Tofa sudah membelakangi kami dan tertidur.
"Bar jgn kbykn melamun, gampang masuk nanti" Wan mengalihkan.
"Tahu gak bar kata kakekku kalau orang yang tiba-tiba banyak liat jin atau hal gaib dari dimensi lain itu biasanya bisa baca karakter atau hati orang lain loh.." Wan melanjutkan cakapnya dalam sunyinya malam itu
"Km bisa baca perasaan Lastri ke aku nggak? hehe" Wan melanjutkan.
"Mbohh Wan!" Balasku kecut.
Perbincangan-perbincangan unfaedah kami bicarakan sampai rasa mengantuk datang dan akhirnya Wan lebih dulu tertidur dan aku menyusul tidur kemudian.
Tepukan itu semakin kencang, tidurku mulai terganggu, mataku mulai melihat dari samarnya malam itu ketika lampu ruang tv dimatikan.
Aku baru sadar karena saat melihat tempat tidurnya Tofa kosong.
"Ilang bar.." Lastri menjawab
"Bali?" (Pulang) Tanyaku lagi
"Motore yo esih nang ngarep" (motornya ya masih di depan) Wan memotong.
"Sandalku ketinggalan satu di deket sumur tadi.. " ucap aku.
"Bentar tak ambilin.." Lastri langsung berjalan ke arah sumur tanpa ragu.
Kami mencari dalam kegelapan dan bermodalkan satu senter, kami tidak memanggil Tofa karena tidak ingin membangunkan siapapun malam itu.
"Anjir anjir..innalillahi..." ucapku pelan.
Aku kaget.
kami melihat dari kejauhan Tofa sedang mematung di pohon pisang paling ujung dekat sawah, kami mempercepat langkah untuk memastikan, sampai kami tiba di sebelah pohon pisang itu dan memanglah itu Tofa.
"Zrettttt" tanganku seperti kesetrum sampai badanku, dingin sekali rasanya.. kemudian tak lama aku tertawa dengan mulut menganga seperti ada yang masuk dalam tubuhku.
"Hhhhheeaahhhhaaaahaa"
"Lah kok malah ketawa bar?" Tanya Wan.
"Gak ngerti aku.." jawabku bingung.
"Rokokmu masih wan?" Tofa meminta rokok pada Wan kemudian berjalan pergi kembali ke rumah.
Badanku terasa panas sekarang, seperti ada yang memperhatikan di sekitar tetapi sampai pada Tofa membuka pintu rumah aku tidak melihat apapun sepanjang perjalanan.
"Leni.." jawab Tofa singkat
"Asik makan enak yo nang gon mu" (asik makan enak ya di tempatmu) aku mengiyakan.
"Yo pasti" jawab Wan.
Aku pergi menaiki motorku menuju ke rumah kost untuk mengambil beberapa baju kemudian kami melanjutkan pergi ke rumah orang tua Wan.
"Aku bolos" jawab Wan singkat
Enak juga ya terlahir dari orang tua banyak duit pikirku, aku aja rela ketemu demit mulu yang penting punya kerjaan.
"Astaghfirullah" ucapku dalam hati.
"Kamu ditanya Lastri dinasihati Lastri yo diem mulu kemarin pas di rakit, si Tofa cerewetin kamu yo sama aja didiemin"
Wan kesal mengalihkan.
Aku bingung
"Gak ada ilmuku buat jelasin, tanya Lastri nanti.." Tambah Wan membuatku makin bingung.
Kemudian aku tidur karena besok pagi harus kembali ke kost, lelah sekali bolak-balik sebenarnya.
4 Hari aku tidur di kost ini, suara apalagi yang ku dengar? Hampir sama seperti apa yang aku dengar sebelumnya, lemparan batu ke genting, pintu yang dimainkan dan kadang samar suara gamelan dari malam yang hujan.
"Mas Bar, kemarin pas mas Bar pergi ada empat orang lihat kostan katanya mau nempatin kamar yang satu sama dua, nanti kenalan aja ya mas" info Bu Sum ini seperti rejeki bagiku.
"Kunci kamar semua ibu gantung di depan kamar no 1 mas, tolong cekin ada yang rusak gak ya mas.. ibu lagi kondangan di wonosobo" Bu sum melanjutkan.
"Nggih bu.." jawab aku.
"Kok malah dikunci, gak dianggep ya aku?"
dan kemudian melihat pintu kamar no 1 terbuka.
"Nggih mas...uhuk" kakek itu menjawab lirih dan batuk, aku menyalakan lampu kamar 1 dan ruang tengah agar kakek bisa bekerja lebih mudah.
"Nggih..." Jawab kakek masih berjibaku dengan pekerjaannya.
"duggg duggg dugg"
Batuk yang keras sekali dengan suara kayu dipaku terdengar sampai kamar mandi, aku guyur kepalaku untuk membersihkan sisa shampoo dan kemudian dengan balutan handuk aku berjalan cepat menghampiri kakek, saat aku sampai.
Assalamualaikum mas Baro,Maaf lupa ngabarin, anak yang mau ngekost nggak jadi katanya...
Besok kuncinya bawa ya kalau ambil motor...
Aktifitasku monoton, aku seperti biasa berjalan kaki menuju tempat kerja, sebelumnya aku mematikan dulu kran di halaman rumah.
"Siapa yg ngopi di kebon orang tapi gak diminum, gabut banget" sindirku setelah melihat kopi hitam di gelas plastik dekat dengan pohon jambu.
"Halo Tri?"
"Balik kerja jam brp? Aku Wan sama Tofa nginep kostmu ya..gak usah nolak jawab ae jam berapa"
"Sebelum maghrib aku udah di kostan kok" kataku
"Yowes, tak tunggu"
Berdengung?" Tambah lastri
" 10.15 mbak lastri" jawab tof pelan
"Jam 12 kita mulai coba ya bar, gpp?" Lastri meminta yang aku tidak tahu
"Iya tri.."
"Mulai yo.."
"Tofa ceritamu omongna saiki,gak usah ada komentar,gak usah buka mata"
"Tof mulai.." pinta lastri
"Nang rakit aku petukan karo baro nang ngarep wc tapi baro ngadeg meneng nang sumur ora obah"
(di desa rakit aku jumpa sama baro di depan wc tapi baro berdiri diem di sumur gak gerak) cerita tofa membuatku takut
lastri melanjutkan.
"Nang rakit mbahku karo lastri sing buang ghoib nang ragamu" (Di rakit kakekku sama Lastri yang buang ghoin di tubuhmu) Wan menambahkan
"Ngggggggggg"
Jadi bukan Tofa yang menghilang di wc rakit itu tapi aku yang dibawa ke alam lain?.
Pintu kamar kosanku seperti terbanting, aku tetap memejamkan mata, Tofa membuka matanya
"Asu kaget" teriak Tofa.
Kami semua membuka mata mendengar Tofa.
Tofa berdiri kebingungan, Wan memegang lastri, aku panik.
"Cekelo sikile.." Wan memintaku
Lastri membuka mata dan meminta minum air putih.
"Iki proses perjodohan..." (Ini proses perjodohan)
Kami tertidur di ruang tengah bersama, aku sekarang tidak membalikan badanku menghindari jendela rumah.
Sampai akhirnya ada bayangan hitam di depan halamam rumah. Aku melihatnya sendiri..
Tidak ada kata kata dari lastri hanya tepukan tiga kali.
"Bar, besok gajianmu?" Wan bertanya padaku.
"Iya wan, utangku tak balikin kok santai" balasku
"Gak usah, utangku ikhlas cari kosan lagi gpp mahal bar, gak usah dsni lagi" Wan meminta.
"Aku yg ngmg sama bapakku nanti" tambah wan membuatku tenang.
"Suwun loh" balasku senang.
"Gpp bar, aku di sanggar ya biasa jadi media, cuma tetep gak bs ilangin sendiri" lastri sebelum izin pulang dgn wan.
"Dah janjian sama Leni?" Tanyaku
"Udah bar tp gpp tak disini dulu"
"Masih lama...gpp aku pengangguran og,kan bsk kamu gajian bar hehe" balas Tofa.
"Sipp" Tofa membalas.
Aku sudah gajian beberapa hari lalu, hatiku riang, gangguan tidak lagi muncul saat malam tiba, sampai di subuh terakhirku di rumah kost tua ini aku bangun untuk menjemur bajuku.
Aku sempat menyentuh bajunya yang basah, bajunya lengket sekali,seperti baju rendaman berhari-hari, kemudian dalam diam anak kecil itu membawa batunya menuruni bukit kecil rumah ini ke arah sungai.
"Ayune ora eram bar" (cantiknya gak wajar bar)
"Ssst" balasku.
"Hehe buru buru mbak, Bu Sum ga di rumah?" Tanyaku balik.
"Ibu sakit"
Kemudian kami izin pamit dan pergi ke Purwokerto untuk meninggalkan Banjarnegara.
"Baru liat juga aku Tof" balasku
"Harumnya keinget terus loh waduh bar bar" Tofa membalas.
Aku mengambil ponselku dari saku dan menerima pesan dari Wan.
Bar, Lastri demam, kamu dah pulang kan? Jangan nginep sehari lagi di rumah kost itu,titik.
Iyo wan aku sudah di rumah ortuku, suwun ya ngerepotin, Lastri gmn? aku jenguk sama Tofa po besok?
Gak usah Bar, kamu di rumah dulu jangan ke Banjar dulu.
Beberapa bulan ke depan aku masih suka ketindih dan diganggu hal kecil tapi berangsur hilang.
Bahkan saat ibuku ketindih dan aku ke kamarnya aku terbanting ke lantai sebelum sampai pintu kamar ibuku.
END
Pamit undur diri silakan berdiskusi.
Yang aku tangkap itu rumah ada yg bikin perjodohan buat aku mgkn atau buat siapa gak bs pastiin.
Kalau aku sering bikin thread horror gini setuju gak?
Untuk mandi di gunung slamet itu aku gak sengaja ketemu juru kunci yg bilang kalau aku disukai sama penunggu dan mau jagain. Nanti kalau mau dibikin thread sendiri
Pindah wattpad atau banyakin sudut pandang wan,tofa,lastri dalam bentuk buku ya?
ilustrasi: @billy_berlian17
