(a thread)
Ini cerita nyata saya tahun 2016, waktu itu saya pastor muda, baru setahun jadi pastor. Siapkan kacang, kopi dan ubarampe lainnya. Jgn berharap ada humor di thread ini.
Suara diujung telpon adalah suara satpam. Oh, interkom:
“Romo, ini ada rombongan suster dan mahasiswa. Ada mahasiswa yg kerasukan. Romo yg terima ya”
Saya mencoba mengelak, saya tanyakan suster mau ketemu siapa? Kata satpam, Romo siapa saja yg bisa ngusir setan.
Satpam mengulangi permintaannya “Romo ya yg ngurus?” Akhirnya sy iyakan.
Di sisi lain, masa-masa sebagai imam yg diberi tugas belajar tentunya lebih banyak disetir logika, hal2 yg kena di nalar dan ilmiah. Tapi ini?
Seorang perempuan dari timur dibopong, suaranya bagai harimau menggeram. Badannya kaku, matanya melotot.
Awalnya ia menolak turun menuju ruang tamu. Tiga pemuda memegangi dan menuntun.
“Aku pengen baliiii...aku pengen bali...”
Saya nanya ke tmn2nya, apa anak ini bs bhs Jawa, sebab dia tampak org timur. Tmn2nya menggelengkan kepala.
Tiba-tiba pas doa bapa kami. Perempuan itu menjerittt.... “arghhghhhh”
Saya makin merinding....temen2nya terus megangi,
Syukurlah.
Ia telah pergi. Saya lega. Meski merinding dan Deg2an sampai kering di tenggorokan, tapi lega.
Namun, tiba-tiba matanya melotot lagi dan menggeram spt harimau...
Bajilak ki..
Pamit dulu ya, kalau ntar rame dilanjut. Mang susah biasanya cengengesan terus buat thread horor. 😁
Btw, itu kisahnya baru dimulai.
Maaf, lagi sibuk dari kandang.
Matanya melotot dan menggeram lagi.
Dalam hati sy: “iki..iki... lakon e ndadi...”
Dia memandangi kami satu-demi satu. Pandangan yg tajam setengah melirik. Menakutkan.
Saya ambil air suci dan salib.
Dengan satu tangannya, ia bisa menggeser kursi berat di sebelahnya. Ia melihat saya dg tatapan tak suka.
Ia masih menggeram dg suara berat. Saya menutup mata.
Saya pun lemas.
Ia bangun. Matanya sayu. Ia bersuara sbgmn suaranya sehari-hari. Kami senang. Ia sdh sembuh.
Namun, blm sempat sy bereskan perlengkapan tadi tiba2 matanya spt menyala, dan suaranya kembali suara simbah2 lagi.
“Wooo telo! Balik meneh, sangune mungkin kurang.”
“Kowe sopo, omahmu ngendi”
“Lapangan sing Ana ringin e”
“Opo panjalukmu?”
“Aku pengen Bali, pengen bali”
Setengah menggertak saya katakan: minggato, balio neng asalmu....
Saya tekan kuat2 telapak tangannya bagian antara jempol dan telunjuk.
Dia pun memberontak: lara, suuu!
Saya mau ngakak. Dhemit e ki po kancane @qzruh_jogja, wes dadi dhemit kok isih misuh2.
Setelah itu, dia gebrak meja di depannya. “aku pengen Bali...Bali...”
Terbesit dlm hati sy: mungkin harus diantar ke alun2.
Pada akhirnya, pandangan itu berakhir di aku.
Suaranya beralih-alih: menggeram, menangis dan beberapa bunyi ndak jelas.
Saya pergi sebentar menuju kapel.
Masuk ke ruang tamu lagi, setan yg merasuki perempuan itu nampak memandang meremehkanku. Kini bibirnya ia tarik-tarik, memperlihatkan gigi-giginya. Seolah ia mau bilang: kulumat Kalian semua nanti!
Saya letakkan minyak suci di meja.
Persis ketika ku oleskan minyak itu, dia seperti kesetrum, badanya bergetar dan menjerit, melengking. Badannya lemes. Matanya tertutup.
Syukurlah.
Apakah kisah selesai?
Belum.
Besok harus bangun pagi, ngasih makan ... halah. Besok ku selesaikan. Jgn lupa, berdoalah sebelum tidur.