My Authors
Read all threads
Cerita Sejawat dr Tenriagi Malawat Sp B - Courtesy of @AGIQ -BERBOHONG- (thread)

Tahu ini foto apa?
Ini kejadian beberapa menit lalu. Dan sepertinya masih berlangsung sekarang.
Seorang anak lakilaki umur 3 tahun masuk UGD dengan penurunan kesadaran. @blogdokter @drsyuk_InfoKes
Langkah pertama yang dilakukan petugas medis adalah meluruskan jalan napas (Airway), mengecek pernapasan (Breathing) dan mengecek sirkulasi dan mencari jalan masuk infus agar cairan dan obat bisa segera masuk (Circulation)
Setelah tindakan ABC ini dilaksanakan secara simultan maka tindakantindakan berikutnya segera dilaksanakan.
Semua sesuai prosedur, urutan dan tatacaranya.
Di meja lain UGD, dokter atau petugas UGD yang menanyakan data pasien, dan apa-mengapanya smp si Anak tdk sadar seperti itu.
Orang pertama yang ditanya (dianamnesis oleh dokter UGD) adalah Ibunya yang menggendongnya saat masuk, lalu Tantenya yang rumahnya ditinggali bermalam selama 2 hari, lantas Bapaknya.
Lalu kembali ke Ibunya.
Info yang didapat adalah si Anak batuk keras sejak hari Selasa karena kebanyakan makan Kacang Langkose (kacang besar tanpa kulit yang digoreng dengan taburan garam dan bawang putih, menjadi penganan khas Lebaran di Sulawesi Selatan).
Saya yang sedang nongkrong di UGD selesai thawaf visite mendengar dengan hati tak menentu. Saya mendekati si Anak, melihat rekan perawat membungkuk mencari vena untuk jalan masuk infus. Tidak ada. Semua kollaps.
Saya menyuruh petugas lab siaga mengambil sampel darah, termasuk Rapid Test untuk Covid-19 dan petugas Radiologi untuk segera membuat ronsen thoraksnya.
Feeling saya Kacang Langkose bukan tertuduh pada kasus ini. Selang oksigen sudah terpasang bersama sungkup anak.
Monitor ke dadanya juga sudah lengkap. Degupan jantung nadinya cepat namun lemah. Kollaps.
Saya mendengar salah seorang perawat yang tengah membungkuk berbisik, "Duuuh.... bagaimana ini? Tidak ada jalan... ini pasti sudah pernah ditusuk infus sebelumnya!"
Rupanya dia menandai 3 titik hitam seperti bekas infusan di punggung tangan si Anak.
Saya memantau seorang perawat yang terusmenerus memegang kepala, dagu dan leher pasien dengan jemarinya. Dia menetapkan Airway dan Breathing pasien tetap stabil.
Tapi saya yakin posisi tersebut akan membuat encoknya kambuh selama 4 hari berikutnya!
"Hatihati, teman, paparan bisa terjadi ini...." bisik saya padanya.
Dia sedikit meluruskan punggungnya, "Iya, Dok!"
Saya instruksikan persiapan operasi mencari jalan infus, "Siaga petugas untuk vena seksi, ya! Kita tidak bisa begini terus..."

Saya mendekati meja anamnesis, turut menemani Dokter UGD bertanya pada keluarga
"Ibu, saya mau Ibu jujur sekarang, anak ibu ini sudah pernah dirawat di mana sebelumnya?"
"Tidak pernah, Dokter," dia menangis, "Dia di rumah saja bermain dengan kakaknya..."
"Ibu harus jujur. Semua pertanyaan ini bukan hanya untuk keselamatan anak Ibu yang ini, tapi juga untuk keselamatan kakaknya, orang serumah Ibu, keluarga, tetangga. Semuanya!"

Si ibu tetap berkelit, sambil menangis.
Interogasi berlangsung terus. Mereka tinggal dekat RS ini.
Tidak ada orang lain yang sakit di rumahnya. Demikian pun tetangga sekitar. Anak sehat terus sampai hari Selasa. Tidak demam, tidak ada riwayat asma. Lahirnya dulu normal, cukup bulan, cukup berat badan. Batuk mulai Selasa.
Dua hari lalu.
Kacang Langkose tetap disebut berulangulang. Bersahutan dengan si Tante yang menyesali membiarkan kemenakanannya makan sedemikian banyak kacang.
Akhirnya karena bosan, saya menguncinya dengan, "Ibu, Bapak, kalau memang anak Ibu cuma batuk biasa, tidak mungkin keadaannya seperti ini. Ibu jujur sama kami, kami akan berusaha tolong anak Ibu sesuai penyebabnya. Begitu juga Ibu sekeluarga.
Kalau Ibu Bapak tidak jujur, kami angkat tangan. Sekarang ini anak Ibu tidak sadar, tidak bisa masuk infusnya juga. Lihat, kami tetap berusaha. Ibu lihat itu temanteman saya di sana? Kalau anak Ibu positif Covid, berarti semua orang di sana terpapar juga..
Belum keluarga Ibu yang lain. Bagaimana kalau kami semua tumbang juga? Atau begini saja, Ibu bawa pulang anak ibu sekarang ya!"
Ibu yang tampaknya sedang hamil itu tersentak, seperti akan jatuh terpelanting dari kursinya, tangisannya pecah lebih keras..
"Dokteeeeer...... tolong anak saya.... tolong Dokteeeeer...... iyaaaa iyaaaaaaa saya jujur sekarang. Saya bawa dia periksa ke klinik hari Minggu rawat jalan, dirujuk ke RS besar. Hari Selasa baru saya bawa ke sana. Mau diisolasi, tapi saya bawa pulang."
Hening...
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Keep Current with Podcast Dokter Pribadi

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!