Namun sayang, sang proklamator harus wafat dalam keadaan yang sangat naas jika dibandingkan dengan kapasitasnya sebagai mantan orang nomor 1 di Indonesia ini.
Semua bermula pada 1967 saat Soekarno "diberhentikan" dari posisi presiden yg ia emban sejak efek domino dari kasus pemberontakan PKI membawa2 namanya
Walaupun kondisinya makin parah, Soekarno justru tidak mendapatkan perawatan dan penanganan medis yang layak.
Saat menjenguk Bung Karno bersama ayahnya di RSPAD Gatot Soebroto, Meutia menyebut wajah Bung Karno telah pucat dan tak sadarkan diri.
Namun, Bung Karno tiba2 siuman dan tangannya seperti menggapai-gapai dan menunjuk sesuatu di atas kepalanya. Gerakan itu mengisyaratkan perawat utk mengambilkan kacamata untuknya.
Menurut kesaksian Meutia Hatta, Soekarno mengucapkan kalimat yang sulit ditangkap, karena dalam bahasa Belanda: "Hoe gaat het met jou? (apa kabar?)" sambil menitikkan air mata.
Tanggal 21 Juni 1970 jam 03.50 pagi Soekarno kehilangan kesadarannya. Petugas medis mencoba menstabilkan kondisi Soekarno yang terus menerus menurun.
Suatu ketika sebelum wafat, Soekarno pernah berwasiat mengenai lokasi yang ia inginkan menjadi tempat makamnya kelak,
Di wasiatnya yg lain, Soekarno juga sempat berpesan untuk dimakamkan di salah satu pohon rindang yg berada di kawasan Kebun Raya Bogor.