, 42 tweets, 9 min read
My Authors
Read all threads
[SEBUAH UTAS: ANCIENT GREEK PHILOSOPHY 101 DARI AVATAR THE LEGEND OF AANG]

Kali ini kami membahas sedikit cerita Avatar: The Legend of Aang dan mengaitkannya dengan filsafat Barat Kuno, khususnya Pra-Sokrates dan Stoikisme.
Dalam cerita Avatar: The Legend of Aang (selanjutnya disingkat ATLA), disebutkan bahwa dunia terdiri dari empat negara elemen dengan penduduk yang dapat mengendalikan elemennya; terdiri dari api, udara, air, tanah.
Avatar merupakan satu-satunya manusia yang dapat mengendalikan keempat elemen tsb sekaligus menjadi jembatan antara manusia dengan roh. Karena itulah, Avatar disebut sebagai makhluk terkuat di dunia.
Seperti kata Paman Iroh kepada Zuko:

“Memahami orang lain, elemen-elemen lain, bangsa-bangsa lain, akan membantumu menjadi utuh. Kombinasi dari empat elemen dalam satu orang yang membuat Avatar begitu kuat. Tapi itu bisa membuatmu lebih kuat juga.”
Disebut bahwa Avatar pertama di dunia adalah seorang penduduk kura-kura singa api (cikal bakal Negara Api) yang bernama Wan. Wan kemudian belajar dari kura-kura singa elemen lain dan bersatu dengan Roh Terang yang bernama Raava sehingga menjadi Avatar.
Dari Negara Api, terdapat tokoh Jendral Iroh atau Paman Iroh yang begitu bijak, sabar, dan sadar akan pentingnya harmoni dari keempat elemen. Meskipun ia seorang pengendali api, ia mempelajari elemen lain juga.
Dengan ia mempelajari teknik pengendalian air, Paman Iroh menciptakan teknik pengalihan petir.
Dengan mempelajari teknik “mendengar, menunggu, kemudian serang” dari pengendalian tanah, ia rela menyerah pada Zuko dan Azula, dipenjara, dan menunggu waktu yang tepat untuk menghidupkan kembali organisasi White Lotus dan mengembalikan Ba Sing Se.
Dengan mempelajari teknik pengendalian udara, Paman Iroh mengajarkan Zuko yang hendak menyusup ke Suku Air Utara untuk tidak lupa melakukan teknik pernapasan, karena pernapasan dapat dijadikan sebagai cara bertahan hidup di es.
Beralih ke Team Avatar, masing-masing tokoh memiliki halangannya sendiri.

Seperti Aang yang dilema untuk membunuh Raja Api Ozai, Katara yang tidak diperbolehkan mempelajari pengendalian air karena ia perempuan, Toph yang dibatasi mempelajari pengendalian tanah karena ia buta...
...dan Zuko yang selalu menaruh harapan dan kehidupannya kepada ayahnya Ozai dan adiknya Azula disebabkan oleh kompleksnya permasalahan dalam keluarga mereka.
Nah, sekarang kita mulai masuk ke konteks filsafatnya.

Stoikisme merupakan filsafat yang bersifat materialis dan praktis. Mereka terpengaruh oleh pemikiran Heraclitus, salah satu filsuf alam Pra-Sokrates.
Heraclitus meyakini kalau setiap benda terdiri dari hal-hal yang saling berlawanan namun tetap memiliki satu kesatuan. Perkataannya yang paling terkenal adalah “phanta rei kai uden menei” yang artinya “segala sesuatu mengalir dan tidak ada sesuatu pun yang tetap”.
Heraclitus mengatakan bahwa segala sesuatu atau asas pertama (arkhe) dari alam semesta ini adalah api, karena api melambangkan kesatuan dalam perubahan. Hal ini berbeda dengan pandangan dari filsuf pra-Sokratik lain.
Misalnya, pandangan Thales yang menganggap kalau asas pertama adalah air. Semua yang ada di alam semesta ini berasal dari air dan akan kembali ke air.
Kemudian Anaximenes, yang menganggap kalau asas dari asal usul segala sesuatu adalah udara. Jiwa bisa hidup dengan bernapas yang membutuhkan udara. Anaximenes juga mengatakan kalau bumi melayang di atas udara.
Lalu ada Empedocles, yang menganggap kalau asas dasar tsb tidaklah tunggal seperti api/udara/air/tanah saja, tetapi keempatnya.

Ia menyebut keempat elemen tersebut dengan “akar” atau “rizomata”, yang kemudian Plato artikan sebagai “anasir” atau “stoikheia”.
Empedocles menyatakan keempat elemen (api, udara, air, tanah) bersifat tetap dan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini terdiri dari keempat elemen tsb.
Kembali ke filsafat Stoa. Menurut mereka, elemen yang utama dari alam semesta adalah api yang diperintahkan oleh rasio (logos). Rasio menjadi pengendali atas segala kejadian yang muncul secara niscaya dalam alam semesta.
Stoikisme menyebut rasio sebagai Yang Ilahi, Sebab, Intelek, Nasib. Di sini, rasio mengambil peran sebagai prinsip kosmis yang ilahi, namun tidak bersifat supranatural.

Ingat, sifat filsafat Stoa adalah materialistik dan praktis!
Stoikisme memandang segala sesuatu di alam semesta terdiri dari dua prinsip: Yang Ilahi (Api Kreatif) dan Materi. Keduanya adalah prinsip kekal. Api Kreatif prinsip aktif, sedangkan Materi adalah prinsip pasif.
“Loh, katanya filsafat Stoa itu materialistik, tapi ini kok malah nganggep Materi sebagai prinsip pasif?”

Balik lagi, gaes. Filsafat Stoa menganggap hal yang kekal dan ilahi tetap dalam konteks materi, karena menganggap bahwa Yang Ilahi berbentuk Api Kreatif yang material...
...Paradoks, memang. Dan hal ini wajar banget dalam filsafat kuno.

Tapi, Api Kreatif di sini gak bisa disamain sama api yang kita tau biasanya, ya. Api Kreatif yang dimaksud adalah api kehidupan yang semacam daya hidup yang mengatur dunia (kosmos).
Materi menerima bentuk dan kualitasnya dari Api Kreatif. Berkat proses pemberian bentuk dari Api Kreatif kepada materi, maka muncul empat elemen dasar: api, udara, air, tanah. Dan dari keempat elemen ini, segala hal ada di dunia.
Dalam konteks manusia, jiwanya merupakan prinsip kehidupan yang rasional. Dengan rasionya, manusia bisa diperbandingkan dengan Yang Ilahi. Karena rasionalitasnya, idealnya manusia terbebas dari segala gangguan emosi negatif.
Emosi negatif seperti rasa marah, iri, benci, dsb berasal dari keinginan manusia akan sesuatu yang kecil kemungkinannya ia dapatkan. Maka, filsafat Stoa menawarkan prinsip dikotomi kendali.
Yang pertama adalah yang dapat kita kendalikan seperti pikiran, tindakan, tujuan, kita.

Yang kedua adalah yang tidak dapat kita kendalikan seperti tindakan, pikiran, dan persepsi orang lain, kondisi saat kita lahir, dan peristiwa alam.
Mudahnya, Stoikisme mengajarkan bahwa kita hanya perlu fokus pada apa yang berada di bawah kendali kita. Hal-hal yang berada di luar diri kita tak perlu kita khawatirkan.
Jika kita fokus pada sesuatu yang berada di luar kendali kita, kita jadi mendapatkan emosi-emosi negatif, menderita, dan merasa terganggu.

Stoikisme memiliki empat kebajikan utama: kebijaksanaan, keadilan, keberanian, dan penguasaan diri.
Kebijaksanaan terkait dengan pengambilan keputusan yang terbaik melalui rasio.

Keadilan terkait dengan tindakan memperlakukan orang lain dengan jujur.

Keberanian berarti tidak membatasi diri.

Dan penguasaan diri terkait dengan kontrol diri dan disiplin.
Jika kita kaitkan ALTA dengan filsafat Barat Kuno yang telah dijelaskan, terlihat bahwa Paman Iroh melakukan apa yang diajarkan Empedocles. Ia mempercayai pentingnya kesadaran akan empat elemen.
Paman Iroh juga tidak memandang api sebagai elemen kehancuran, tetapi sebagai kehidupan dan sumber energi. Hal ini bisa disetarakan dengan pandangan Stoikisme tentang Api Kreatif.
Konsep Yang Ilahi dalam Stoikisme terkait juga dengan siklus Avatar. Seorang penduduk kura-kura singa api, yang kemudian menguasai elemen tiga lainnya dan menjadi pengatur keseimbangan dunia.
Karena Api Kreatif erat kaitannya dengan rasio, seorang Avatar juga diwajibkan untuk memiliki pikiran yang jernih dan rasional dalam menguasai dan mengendalikan elemen, menyeimbangkan dunia, dan menciptakan harmoni.
Seperti Avatar Aang yang akhirnya dapat menghilangkan pengendalian Raja Api Ozai, karena ajaran kura-kura singa api kepadanya:

“Untuk mengendalikan energi orang lain, dirimu sendiri harus tangguh, atau kamu akan rusak dan hancur.”
Aang dan teman-temannya juga mengambil langkah yang berada di bawah kendalinya untuk berkembang. Mereka terlihat menerapkan kebajikan utama dari Stoikisme.
Dalam kasus Aang, karena ia terlahir sebagai seorang Avatar (yang berada di luar kendalinya), ia akhirnya menerima takdir itu namun ia memilih untuk tetap berada dalam prinsipnya yang tidak mau membunuh.
Aang tidak menyandarkan langkah hidupnya pada Avatar-Avatar pendahulu yang menyuruhnya untuk membunuh Raja Api Ozai. Ia mengandalkan dirinya sendiri: sebagai seorang Pengembara Udara sekaligus Avatar.
Katara melakukan keberanian dengan tidak membatasi dirinya yang merupakan seorang perempuan untuk menjadi ahli pengendalian air. Ia berani menantang Master Pakku dan mematahkan tradisi tsb.
Serupa dengan Katara, Toph juga tidak membatasi dirinya dengan kondisi kebutaannya. Malah dengan kondisi tsb dan sadar akan kesatuan elemen, ia menjadi pengendali tanah terbaik dan menemukan teknik pengendalian besi.
Zuko akhirnya menjadi dirinya sendiri, mendapatkan kehormatannya, dan menjadi ahli pengendalian api ketika ia mulai bersandar pada dirinya sendiri. Tidak lagi pada persepsi dan opini ayahnya maupun adiknya.
Maka, kita bisa lihat kalau ATLA sangat kental dengan unsur filosofis.

Dan ini baru sebagian kecil, loh. Masih banyak unsur filosofis lain yang ada di ATLA. Tidak hanya berdasarkan tradisi Timur, tetapi juga dari pemikiran Barat. Menarik ya!
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Keep Current with ScholeID

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!