Pertanyaan: –barangkali di sini juga masih ada yang menanyakan hal yang sama– mengapa Bebaskan Buku! kerap membagikan buku atau bacaan tentang PKI, komunis, marxisme, kiri, dan seputar itu, mengapa tidak buku lainnya [?].
Jawaban: sebab golongan 'PKI' [dan yang tertuduh] adalah golongan, yang tidak hanya mengalami pembantaian massal paska '65, tetapi juga mengalami genosida intelektual.
Barangkali tidak ada kelompok, organisasi, atau gerakan lainnya yang mengalami kiamat semacam itu: manusianya ditahan; disiksa; diperkosa; dipenjara; dibunuh; disingkirkan, dan pengetahuan oleh dan atas mereka di-coba-hilangkan.
Terhitung dalam generasi intelektual; ratusan dosen dan ribuan mahasiswa ditahan, hilang, atau dibantai paska tragedi '65. Kampus UGM menempati urutan teratas: sejumlah 115 dosen dan 3.006 mahasiswa 'raib'.
Begitu juga banyak murid sekolah yang kehilangan guru-gurunya.
Tidak berhenti di situ. Setelah mereka dihabisi, organisasi dibubarkan, dan sosok mereka di-"hantu"-kan, bacaan oleh dan atas mereka dilarang, disembunyikan, dihancurkan, dan diskusi terkait hal tsb [juga upaya untuk memutus impunitas] seringkali dilarang dan dibubarkan.
Dus, tragedi '65 tidak hanya pembantaian terhadap manusia, tetapi juga pembantaian terhadap karya² warisan ilmu dan pengetahuan mereka.
Itu mengapa kami menganggap penting untuk mengenal sekelompok manusia yang dianggap jahanam ini, tidak hanya dari cetak biru penguasa [dan musuh²nya] saja, tetapi juga penting untuk mengetahui mereka dari "mulut" mereka.
Jika pada akhirnya kita memilih 'anti', 'mendukung', atau tidak keduanya, itu karena membaca mereka. Dan keputusan ada di tangan pembaca.
Namun, melampaui dari sekadar memilih posisi biner, kita harus mengakui bahwa mereka [terlepas dari pandangan politiknya; yang dianggap PKI, kiri, nasionalis progresif, dll] adalah seperti kita juga –diakui maupun tidak.
Generasi yang dihilangkan paska tragedi '65 tersebut adalah cerminan manusia Indonesia; mereka tidak lebih jahat dan tidak lebih baik dari masyarakat Indonesia pada umumnya.
Jika ada yang berkata: manusia PKI itu suka membunuh, jahat, kejam, dsb. atau sebaliknya menganggap mereka itu progresif, baik, dan militan, dsb. ya kira-kira begitulah kita; masyakarat Indonesia –tidak lebih buruk dan tidak lebih baik.
Membaca ulang teks sebelum '65 [konflik, gerakan, dan situasi nasio-internasional, dll] dan sesudah [dari berbagai macam sumber], bagi kami adalah bagian upaya untuk memutus kebodohan laten yang diwariskan oleh berbagai orde kekuasaan.
Tanpa memutus kebodohan yang diwariskan turun temurun, kami menganggap bahwa penuntasan pelanggaran HAM '65 –berikut juga kejahatan lainnya– yang seringkali disponsori oleh negara, akan sangat sulit untuk dituntaskan.
Dan jika kita tidak membayar lunas hutang sejarah tsb [menuntaskan tragedi '65 dan tragedi kemanusiaan lainnya], manusia Indonesia tidak akan kemana-mana, hanya akan berputar-putar dalam kubangan dosa sejarah yang penuh darah.
Oleh sebab itu, jangan menyapu debu dan menyembunyikannya di bawah karpet.
[]
[]
