Aero engineer bisa menyederhanakan penjelasannya mungkin?
ilmuterbang.com/artikel-mainme…
Dalam twit terlampir juga satir.
Yang bahas pro kontra tunge sebelum kawin sah, dah banyak.
Harusnya dah bisa ngerti sendiri.
Pilihan = Konsekwensi (risiko)
Kuantitatif, gw nihil pengalaman.
Hari ini, kita hidup di era dimana ada kemungkinan junior bisa lebih mutakhir.
Keahlian misalnya, junior lu:
➡️ Bahasa Inggrisnya lebih bagus
➡️ Lebih jago IT
➡️ Lebih jago fotografi
➡️ Dan lain sebagainya
Mungkin lu lebih berpengalaman dari junior lu, tapi, kalo junior lu lebih mutakhir dalam hal baru atau dalam suatu hal yang lu enggak, kenapa gak belajar dari dia?
Selalu ada ruang untuk 'ngobrol'
Yang penting, jangan musuhan.
Berangkat dari pemikiran,
Jarak dari 'penetrasi' Kpop ke 'penetrasi' (adopsi) produk skincare Korea, itu berapa lama?
Kan, gak serta merta?
Harusnya sih, udah ada.
Nah, ini. Gw pake contoh. Mundur ke tahun 2012/2013, ya. Terpaksa gw pake istilah 'harusnya'.
Harusnya, dulu udah ada yang bikin riset pemasaran tentang dampak Korean Wave ke trend:
a) Lifestyle
b) Influencer
Kenapa harus lifestyle?
Dari lifestyle, kita udah bisa prediksi, produk apa aja yang akan terdampak terkait trend Korean Wave.
Kenapa harus influencer?
Karena, influencer akan mempengaruhi selera pasar.
Apa manfaatnya ada hasil riset itu?
Tergantung kepentingan lu.
Misalnya:
a) Lu bisa bikin 'counter culture' ketika lu perkirakan ada dampak negatif dari definisi good looking yang baru
b) Lu bisa curi start untuk bikin produk yang selaras dengan selera penggemar K Wave. Local product.
Misalnya bisa bikin X jadi terobsesi untuk mengubah fisiknya jadi mirip idolanya padahal secara physical feature, jauh banget alias muluk2.
Masa, harus operasi plastik?
Gunanya, gak harus memutihkan. Bisa aja bikin glowing/cerah.
Untuk manfaat fungsional, lu bisa pake bahan yang mungkin ada Korea2nya. Misalnya, rumput laut (?)
Jadi, kolaborasi antara kearifan lokal dengan Korea.
Lu bikin riset saat itu, gak langsung jadi penjualan kan? Ada proses.
Tapi, jangan sampe obsessed.
Misal, sampe malak orangtua padahal orangtuanya gak sanggup.
Itu aja concern gw.
Case by case.
Casenya contohnya apa?
Gw pake contoh yang terlampir ya,
Influencer.
Nah, sementara nyari influencer yang bisa mewakili semua segmen, itu juga PR (challenging)..
Nah, disinilah lu butuh data kuantitatif. Bayangkan ada pie chart berisi usia konsumen lu, nah di pie chart itu potongan pie yang paling besar untuk rentang usia berapa konsumennya?
Target respondennya yang mewakili usia remaja muda tersebut plus 1 segmen yang potongan pienya paling kecil rentang usianya (ini untuk ngecek relevansi, sebab lu juga gak mau kehilangan segmen)
Benernya dalam tanda kutip karena kebenaran itu relatif. Tergantung kepentingan.
Kalo pengalaman gw, selama ini di consumer insight.
Tentang insight:
Namun gak menutup kemungkinan, ketemu sama non konsumen, dan bisa research b2b juga
Jadi, responden yang ditemui siapa aja?
5) Responden yang pernah gw temui antara lain:
a) Konsumen (pengguna suatu produk/merk)
b) Expert / profesional (dokter, mekanik, psikolog, etc)
Karena consumer research, biasanya ketemu Expert/profesional untuk validasi opini dari konsumen.
Seperti yang terlampir berikut ini:
Gw ceritain garis besarnya.
Tapi, ngopi ngudud dulu ye.
Kopi gw belum abis nih.
Hari Minggu moodnya laid back banget.
#nowlistening
Sedari dulu - Tompi
1. Market Research Brief: klien ngirim market (consumer) research brief ke agency
2. Proposal: agency bikin proposal sesuai brief
3. Proposal Win: klien ngumumin proposal tembus atau gak. Kalo win (tembus) bisa lanjut next step
Ini berlaku untuk consumer research pendekatan kualitatif ⬇️
4. Discussion guide: researcher bikin discussion guide untuk metode yang dipilih, misal: FGD, IDI atau Etnografi (karena pandemi, ada versi onlinenya)
Cont..
5. Recruitment screener: researcher bikin kuisioner sebagai screener. Isinya, kriteria responden yang mau direkrut. Formatnya mirip2 kuisioner kuantitatif, pake routing juga.
Cont..
6. ➡️ Recruitment briefing: Recruitment screener dikasih ke recruitment team (biasa disebut team operation),
researcher briefing recruitment team ngejelasin kriteria responden yang dicari. Waktu rekrutmen rata-rata 10-14 hari kerja.
7. Fieldwork: Pengambilan data
8. Analysis & reporting: researcher bikin content analysis dan bikin laporan.
Format file/dokumen di step 1 s.d 8 ini, ada dalam untaian kultwit ini juga.
Biasa disebut dengan Field Team (team lapangan) dan orang yang ngerekrut disebut dengan recruiter (rekruter)
Nyari responden, emang susah2 gampang, karena kriterianya berlapis.
Udah gitu, harus fresh respondents
Maksudnya fresh respondents adalah:
Gak pernah ikut riset (jadi responden) untuk kategori produk dan merk yang jadi objek riset.
Cont..
Taunya pernah / gak darimana?
MR agencies biasanya punya record datanya di software. Jadi, profil (identitas) responden itu penting banget. Gak bisa anonim.
Basi kan kalo riset tapi respondennya dia lagi, dia lagi.
Cont..
✅ Mau berpartisipasi secara sukarela, gak ada paksaan dari pihak manapun
✅ Bersedia hadir di waktu dan tempat yang telah ditentukan
Cont..
✅ Bersedia untuk menjaga kerahasiaan topik riset sebagaimana halnya identitas mereka juga dirahasiakan (confidential) oleh MR agencies ketika sedang berkontribusi dalam riset
Nominal insentifnya, relatif.
Faktor yang mempengaruhi itu antara lain SES, topik, metode studi
Beda memang dengan riset akademik, responden di consumer research itu gak gratisan, alias ada insentifnya.
Kasarannya, gw kan riset untuk produk A merk Y, gw dapet insentif dari riset ini, bukan berarti gw harus bagus2in produk A merk Y ketika berpendapat. Gitu maksudnya.
Tugas researcher mastiin, sesuai kriteria gak nih respondennya?
Insight yang didapat adalah dari konsumen.
Ketika berpartisipasi dalam riset, konsumen disebut sebagai responden, pendapatnya disebut data dan gw menjadi alat yang disebut moderator.