#Spiritual#Ajaran Leluhur Nusantara
MENUJU
SAPTA MANDALA SALIRA
(Tujuh lapisan Kesadaran dalam diri)
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°✓✓✓ 1. MANDALA KASUNGKA 2. MANDALA SEBA 3. MANDALA RAJA 4. MANDALA WENING 6. MANDALA WANGI 7. MANDALA AGUNG 8. MANDALA HYANG
=================✓✓
Ajaran Leluhur Bangsa Nusantara
1. Yang pertama adalah MANDALA KASUNGKA dalam tingkatan ini seseorang masih memikirkan tentang” NAFSU SYAHWAT, GAYA HIDUP, KEKUASAAN ” serta segala yang bersifat “kebinatangan”. Merupakan kualitas manusia yang “terenda
2. Yang kedua adalah MANDALA SEBA tingkatan ini dimana seseorang masih memikirkan tentang “DIRINYA SENDIRI”.
3. Yang ketiga adalah MANDALA RAJA tingkatan ini hanya dapat tercapai jika seseorang memikirkan tentang “KEBAJIKAN DAN KEBAJIKAN”.
4. Yang keempat adalah MANDALA WENING dalam tingkatan ini hanya dapat tercapi jika seseorang telah memikirkan tentang “KASIH SAYANG’.
5. Yang kelima adalah MANDALA WANGI tingkatan ini hanya dapat tercapai jika seseorang telah memikirkan tentang “KEBENARAN”.
6.Yg keenam adalah MANDALA AGUNG hanya dpt tercapai tercapai jika seseorang telah memikirkan tentang “KEHIDUPAN BANGSA & NEGARA”.
7. Yang ketujuh adlh MANDALA HYANG dlm tingkatan ini mungkin seseorang ditingkat kewalian yg dpt tercapai jika seseorang tlh memikirkan “KESEMESTAAN”
Salam Cahaya Kebajikan
SATU JIWA SATU HATI dalam
SILIH ASAH ASIH dan ASUH
Semua bisa tercapai dgn laku, tirakat, ritual, bimbingan leluhur & semedi dll.
Salam #olahrasa
Rahayu 🙏🙏
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
SPIRITUAL tdk bisa dilahirkan dari orang2 BERAGAMA.....
SEBAB bertentangan dengan orang2 beragama.
SPIRITUAL itu untuk mencari KEBENARAN, bukan asal MEMPERCAYAI yg diajarkan dlm AGAMA..
Dari PULUHAN bahkan RATUSAN ajaran dlm AGAMA akan DIHAYATI. dibantu dengan guru2 SPIRITUAL, baru akan dimulai PERJALANAN spiritual..
seorang spiritual jka BERDEBAT dengan ahli AGAMA tdk akan bertemu kata MUFAKAT.
Sebab ahli AGAMA mengimani AYAT atau SUTRA,
Sedang ahli spiritual mencari KEBENARAN dari AYAT maupun SUTRA..
hanya sedikit yg ahli agama mengambil jln SPIRITUAL,sbb akan bertentangan dengan AGAMANYA,yg akhirnya akan dianggap ANEH oleh kaum AGAMANYA..
jka kalian memilih jln spiritual, jadilah kalian PENGHAYAT, HAYATI
Suro Diro Joyonirat lebur Dening Pangastuti merupakan suatu ungkapan bahasa Jawa yang mempunyai makna teramat dalam dan merupakan peninggalan budaya para leluhur kita pada zaman dahulu.
Ungkapan tersebut bisa dijadikan suatu motivasi bagi kita dalam menapaki jenjang spiritual yang agung sebagai wacana dalam mengarungi samudera kehidupan. Dari uraian kata perkata Suro Diro Joyoningrat Lebur Dening Pangastuti dapat diartikan sebagai berikut.
Suro = Keberanian. Dalam diri manusia, mempunyai sifat berani. Sifat berani tersebut kalau lepas dari kendali bisa mengarah untuk tindak kejahatan dan kesewenang-wenangan.
Diro = Kekuatan.
Kekuatan manusia bila diperdayakan akan menjadi kekuatan yang luar biasa,
Sembahyang berasal dari kata sembah dan hiang, Yaitu menyembah hiang widi (sang maha kekal), dalam islam di sebut solat menyembah gusti allah,
Akan tetapi sembahyang kang sejati atau solat yang hakiki itu tidaklah hanya sebatas ritual rukuk dan sujud
akan tetapi solat yang hakiki adalah eleng gusti kang sejati atau ingat terhadap tuhan yang sesungguhnya,
Banyak orang menyebut nama hiang widi menyebut gusti allah hanya tau namanya saja tapi tiada tau sang pemilik nama, maka sembahyangnya solatnya tidak sejati tidak hakiki,
Setinya sembah hakekatnya solat itu eleng gusti kang moho langgeng, firman gusti allah: wa akimis solaata liddikri: dan dirikanlah solat untuk mengingatku.
Hakekat salat itu untuk mengingat gusti allah, orang yang solat rukuk dan sujut lima kali sehari tapi lpa pada gusti allah
Paribasane kenek kanggo ngunduh tawon..
"AKSORO JOWO" upapi di woco kebalik paribasane mirip koyo KULHU BALEK
"AKSORO JOWO" setiap huruf wonten maknane..
Makna dari "AKSORO JOWO"
HA : hana urip wening suci.
NA : Nur condro, gaib condro, warsitoning condoro.
CA : cipto wening, cipto mandulu, cipto dadi.
RA : Roso ingsun handulusih.
KA : karsaningsun memayu hayuning bawono.
DA : dumadining dzat kang tanpo winangenan.
TA : tatas,tutus,titis. Titi lan wibowo.
SA : sifat ingsun handulu sifatulloh.
WA : wujud hono tan keno kiniro.
LA : Lir handoyo paseban jati.