75 thn lalu, kemerdekaan Indonesia diproklamirkan. Sehari sesudahnya, tujuan berdirinya Republik Indonesia ditetapkan.
Apakah setelah 75 tahun Republik Indonesia sudah memenuhi tujuan pendiriannya? Yuk bareng kita renungkan....
1/ "Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia"
Apakah baik pekerja maupun pengusaha sama2 dilindungi? Atau hanya pengusaha yg dilindungi tapi pekerjanya dikorbankan demi investasi? Bagaimana dgn perlindungan atas masy adat?
Apa tanah & air (& udara) Indonesia dilindungi dr pencemaran? Atau, demi investasi, RI akan biarkan tanah, air & udara Indonesia tercemar?
Bgmana dgn SDA tambang kita? Apa yg nikmati kesejahteraan dr situ adlah masyarakat, atau pemodal asing?
2/ "Memajukan kesejahteraan umum"
Angka kemiskinan RI sdh turun banyak. Tp apa sejahtera hny soal duid? Apa sejahtera namanya kalo pny bny duid tp diserang ketika beribadah? Apa sejahtera jika makan cukup tp mulut dibungkam, cara berpakaian diatur UU?
3/ "Mencerdaskan kehidupan bangsa"
Berapa bnyk warga +62 yg mengkonsumsi hoax? Berapa bny warga +62 yg menunggangi teori konspirasi, fitnah utk raup keuntungan pribadi dari kemarahan massa? Sampai kapan ini akan dibiarkan?
4/ "Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial"
Sdh brpa patuh RI thdp perjanjian2 internasional yg sudh diratifikasinya sendiri? Konvensi2 HAM, Konvensi2 ILO.... apakah peraturan & UU mencerminkan nilai2 global ini?
75 tahun usia RI, sdh bnyk kemajuan kita nikmati. Tapi PR-nya jg masih berjibun. Dan, yg terpenting, tujuan para pendiri bangsa ini membangun Republik Indonesia masih jauh panggang dari api. Kita masih tidak setia pd tujuan berdirinya Republik ini.
Yuk kita sama2 punya tekad:
Setia pada NKRI = setia pada tujuan didirikannya NKRI.
Namanya demonstrasi, tidak perlu sopan. Karena ketidaksopanan bukan tindakan kriminal. Mengejek polisi, mengejek pemerintah, wajar saja dalam demonstrasi. Beda halnya kalo ybs ikut merayakan kekerasan sipil vs sipil.
Jari tengah ini ditujukan buat lembaga. Terimalah sbg kritik.
Kenapa pemerintah dan aparatnya boleh diejek/dicaci-maki? Krn itu imbangan dari kuasa yg diberikan padanya. Di satu pihak, org diberi kuasa oleh publik; di seberangnya, publik boleh mengritik, mengejek, bahkan mencaci-makinya. Imbang.
Ini sama prinsipnya dgn "apakah TNI/Polri punya HAM"? Engga. Krn mrka sdh diberi hak yg ga dimiliki semua warga negara lain: mrka pegang senjata dan punya hak membunuh utk melindungi nyawa. Makanya, ketika menjalankan tugas negara, anggota TNI/Polri ga dilindungi HAM. Imbang.
Cara2 kelompok anti demokrasi merayakan pemukulan thdp Ade Armando: 1. Terang2an
Ini yg paling brutal. Kelompok 212 atau yg teridentifikasi ke sana jelas merayakan kekerasan.
Mrka menari2 ketika lihat darah, ketika menyiksa musuh2nya. Haus darah. Sakit jiwa.
2. Blame the victim
Ini org2 yg ingin merayakan kekejaman tp ga menemukan cara utk membenarkan perilaku ini. Agar tdk merasa bersalah sdh bergembira melihat darah, mrka mempersalahkan korban.
"Sdh tau kami ini binatang buas, kamu masih mendekat. Ya bukan salah kami kmu bonyok."
3. Giring opini/blur the issue
Ini org2 yg biasa tampil "suci" pdhal hatinya busuk. Mrka berusaha cari pembenaran. "Polisi jg suka main pukul", "Ini akibat rakyat ga percaya aparat". Intinya, salahkan semua org, asal bukan para pelaku.
Tgl 21 Mei 1998, Suharto turun tahta. Seantero Indonesia bersorak: Reformasi!
Dalam euphoria-nya, kita lupa bhw Demokrasi bukan privilese, ia adlh Resultan, perimbangan kekuatan pro-demokrasi dan anti-demokrasi. Di kala pro-demokrasi kuat, Negaranya demokratis.
Kondisi demokrasi satu negara mencerminkan perimbangan kekuatan ini. Saat pro-demokrasi lebih kuat drpd anti-demokrasi, negaranya demokratis. Saat gerakan pro-demokrasi lemah, tentu saja Negara akan bergeser ke arah anti-demokrasi.
Reformasi dpt diandaikan sebuah pernikahan. Bulan madu cuma sekejap saja. Sisanya perjuangan utk komitmen, perimbangan relasi kuasa antara pihak2 dlm pernikahan itu. Relasi kuasa dlm pernikahan adlh cermin kekuatan riil yg dipegang masing2 pihak, scra ekonomi atau sosial.
Dulu org bilang: WA ga aman, pake Telegram aja. Skrg ada yg komplen akun Telegram-nya dibajak.
Yawdah. WA bs dibajak, Telegram bs dibajak. Pake telepati aja biar ga bs dibajak.
FYI, cara terampuh utk hacking sbnarnya bukan pake teknologi tapi pake social hacking atau phising.
Obrolan grup WA atau Telegram bocor, dikira canggih banget teknik hacking-nya. Pdhl mah ada sleeper di dlm WAG/TG....
Kalo emang niat bikin grup WA yg isinya obrolan sensitif, beli hape murah2 sbg hape kedua. Isi dgn kartu yg didaftarkan atas nama org lain. Perkuat sistem keamanan di hape itu dgn firewall, anti-crack dll yg serba ribet itu. Cuma org tertentu yg tau nomornya.
Ini utas yg kujanjikan ttg zionisme. Krn soal ini sensitip dan mbulet, utasnya terpaksa panjang banget.
Spy pemirsa ga capek, aku bagi utas ini jadi 3: 1. Zionisme dulu & skrg 2. Imperialisme di Timteng 3. Palestina, Quo Vadis?
Sbg preemptive strike vs kemungkinan bully, ini rujukan yg aku pakai utk utas ini. Bbrpa dr sumber ini hrs dibaca dgn kritis krn interpretasinya berat sebelah.
Msh bnyk lagi sumber rujukan yg kupakai: jurnal, ensiklopedi, artikel dan berita. Tp sbgian besar data aku ambil dari sumber yg aku sebutkan di jurnal2 di twit seblumnya.
Aku mau garis bawahi "kecerdasan ditentukan oleh kesediaan utk belajar, memecahkan masalah dan mencoba hal baru."
Benar, smua anak muda hrs mulai dr sikap pemberontakan thdp tatanan. Tp memberontaklah dgn cerdas, bukan asal berontak aka awur2an.
Bangsa ini punya banyak masalah. Anak muda harus bantu memecahkan masalah, dgn mata dan jiwa yg masih segar, energi masih full, ga ada beban cicilan.
Aku dukung penuh pemberontakan kalian. Tp berontaklah dgn cerdas. Temukan alternatif, temukan solusi bg mslh2 bangsa ini.
Kalo org dr generasi gw masih jg nyinyir dan ga mau kasih solusi, ya mau gimana lagi, dah mentok kecerdasannya di situ. Tinggal bny2 amal sholeh dan ngapalin kunci jawaban alam kubur.
Tp anak muda msh pny waktu panjang buat belajar. Buat temukan solusi atas masalah.