Tulisan ini keras. Hrs diakui Jokowi gagal atasi COVID. Tp, ketimbang menghujat, mending kita lihat pelajaran dr negeri2 yg sukses membendung COVID, yuk. Biar ga asal nyablak, kita realistis opsinya apa.
Utas ini disarikan dari pengalaman Taiwan, Singapur, Korea Selatan, New Zealand, Australia, Kanada, Islandia, UAE, Yunani dan Vietnam.
Jd ini pengalaman lintas faktor geografis, ekonomi, garis politik penguasa.
Diambil dr berbagai sumber dgn keyword: successful against COVID
Negeri2 yg sukses menghadang COVID menerapkan sebagian besar/semua langkah2 berikut: 1) Percaya pd sains 2) Pemberlakuan Keadaan Darurat 3) Penutupan Tapal Batas 4) Pencegahan agresif incl. testing 5) Komunikasi efektif+dukungan rakyat 6) Stimulus ekonomi agresif
1/ Percaya pd sains
Ini pondasi dari kebijakan yg efektif u/ membendung COVID. Bukan kepentingan ekonomi atau politik yg jd pertimbangan utama dlm penanganan tp anjuran para ilmuwan.
DENGARKAN PARA ILMUWAN!
Perdana Menteri Australia Scott Morrison terkenal anti-sains. Sudah berkali2 dia dan partainya terlibat pertikaian dgn para ilmuwan, terutama terkait isu pemanasan global.
Tp soal COVID, dia ga ragu mempercayai kata sains. Dan karenanya, dia cukup sukses membendung COVID.
Jokowi jelas menempatkan pertimbangan ekonomi dan politik mendahului sains. Sikap bermusuhan jg nampak thdp ilmuwan2 yg kritis thdp cara pemerintah/pejabat pemerintah menangani COVID.
Selama cara pandang ini masih berlanjut, Indonesia tak akan selamat dr COVID.
2/ Pemberlakuan Keadaan Darurat
Hampir semua negara yg sukses menangani COVID bersegera menerapkan keadaan darurat. Dgn demikian, Negara dpt menerapkan upaya paksa, serta memotong birokrasi dlm penerapan pencegahan dan pencairan dana.
Ada dua kemungkinan Jokowi tak segera menerapkan keadaan darurat, bahkan sampai sekarang. Mungkin
1) dia takut dicap diktator oleh SJWs 2) dia meremehkan bahaya COVID
Atau mungkin gabungan kedua faktor itu.
Sekali lagi: dahulukan pertimbangan sains drpd popularitas politik!
Jokowi harus berani memobilisasi tentara dan polisi utk menerapkan langkah2 pencegahan secara agresif. Daripada tentara dan polisi ngurusi tanah rakyat, atau berantem sendiri, mending enerji mereka yg berlebih itu disalurkan utk penanganan COVID.
Ini saatnya tentara dan polisi dapat menunjukkan diri sbg abdi negara dan abdi masyarakat: ketika mereka berada di garis terdepan melawan COVID. Ketika mrka berkorban jiwa-raga, berjibaku menyelamatkan rakyat dari ancaman maut.
Buktikan Jiwa Korsa bs menang lawan COVID!
Jangan pas urusan tanah, tentara pada keluar barak; tapi giliran melawan ancaman nasional yg clear-and-present-danger, malah mereka mangkrak di barak2.
Ayo, Jokowi, ini saatnya tank2 tentara keluar kandang mengawal korban2 COVID agar jenazah mrka bs dimakamkan dgn layak.
3/ Penutupan Tapal Batas
Smua negara yg sukses menghadang COVID menerapkan penguncian tapal batas. Bukan sekedar kota atau propinsi tapi negara.
Ini merupakan opsi yg paling sulit diterapkan Indonesia.
Tapal batas Indonesia itu, sbgian besarnya, ada di laut. Sangat sulit utk menerapkan penguncian wilayah di sini.
Yg paling realistis adlh penguncian pulau.
Itu gubernur2 dlm satu pulau kudu ketemu utk bahas bgmana lakukan penguncian pulau.
Keuntungan dari penguncian pulau adalah bhw aktivitas ekonomi DI DALAM PULAU masih dapat dilakukan, dgn penerapan langkah pencegahan yg keras dan tegas.
Dan hanya aktivitas ekonomi yg diperbolehkan. Aktivitas sos-pol harus dikunci mati, kcuali terkait lgs dng penanganan COVID.
4/ Pencegahan dan testing yg agresif
Pengujian yg agresif, disertai penjejakan kontak pasien, adlah kunci lain yg harus diterapkan dlm menghadang COVID.
Smua negeri yg sukses membendung COVID menerapkan ini.
Tak mengapa bila pengujian mengungkap angka positif yg tinggi. Itulah saatnya mobilisasi aparatur negara utk membangun dan mengoperasikan pusat2 perawatan massal. Yg dikelola + dibiayai negara.
Saat ini, beban perawatan dipikul smata oleh rumah sakit dan dokter. Tumbanglah mrka.
Upaya pencegahan yg agresif ini tentu harus didukung pula oleh kebijakan dan anggaran negara.
Contoh: mobilisasi pabrik2 tekstil, kimia dll utk produksi masker, sanitizer dan hazmat. Negara yg beli. Lalu barang2 itu dilepas ke pasar dgn harga tersubsidi shg bs terbeli smua org.
Makanya harus berani nyatakan keadaan darurat, agar ga ada pabrik yg berani ngeyel. Agar ga ada pengusaha yg bikin masker, trus malah maskernya dijual ke luar negeri.
Kasi hukum berat buat pengusaha yg ngeyel dlm mobilisasi produksi sarana pencegahan COVID.
Mobilisasi produksi sarana pencegahan COVID ini bs sekaligus menopang penghidupan masyarakat yg mengalami kesulitan akibat terhentinya bnyk aktivitas ekonomi.
Negara boleh pula mendorong produksi rakyat atas sarana pencegahan ini. Bikin pendataannya agar bs terima subsidi jg.
Selain itu, kegiatan sosial-politik publik (termasuk entertainment, demo) harus dilarang keras.
Sebgai imbangan dr dibekukannya hak publik utk berkumpul dan menyatakan pendapat, pemerintah jg harus menunda pengambilan smua keputusan politik yg tdk terkait langsung dng COVID.
Krna hak publik utk berpartisipasi dlm pembuatan keputusan politik harus dibekukan demi pencegahan COVID, pembahasan smua RUU/peraturan yg tdk terkait langsung dgn COVID, harus dihentikan. Tunggu publik bs berpartisipasi lagi, baru mulai lg pembahasan.
Termasuk RUU Ciptaker.
Pemerintah HARUS BERANI larang smua aktivitas sospol yg tdk terkait lgs dgn penanganan COVID. Tangkap pelanggarnya, bila perlu.
Sederhana banget ini: smua pejabat publik TUTUP MULUT! Ini mulut besar pejabat publik yg bikin kacau.
Informasi ttg COVID hanya boleh datang dari satu pintu. Pejabat publik hny boleh sosialisasi langkah2 yg diambilnya dan harus dilarang berspekulasi.
Lihat negara2 yg sukses membendung COVID: pejabat2nya tutup mulut smua. Aliran informasi tersentral. Tidak ada/minim kebingungan di masyarakat menghadapi bahaya COVID.
Sbg imbangan info tersentral ini, buka ruang formal utk diskursus publik. Jgn biarkan liar.
Ada uang 90M buat bayarin influencer perkara RUU Ciptaker. Berapa yg dihabiskan pemerintah utk bikin influencer bicara ttg penanganan COVID?
Bukankah lebih baik duid yg terbatas diprioritaskan utk urusan yg memang prioritas? COVID dulu kelar, baru kita urus yg lain2....
Ajak influencer, buzzer, SJW atau apalah apalah utk membujuk masy agar menerapkan smua langkah pencegahan COVID dgn disiplin.
Dgn pemberlakuan keadaan darurat, org2 ini bisa dimobilisasi, bahkan di-conscript, apabila perlu.
Vietnam bahkan memobilisasi serikat2 buruh utk membantu pemerintah mendisiplinkan warganya dlm penerapan pencegahan COVID.
Pemerintah Indonesia hrs anggap organisasi rakyat sbg rekan dlm bersama melawan COVID. Ikutkan mrka dlm mobilisasi produksi dan informasi.
6/ Stimulus ekonomi yg efektif
Subsidi upah, tunjangan pengangguran, subsidi sarana pencegahan COVID, dana mobilisasi produksi dan informasi pencegahan COVID.... banyak yg harus ditalangi.
Kalau perlu, pemerintah bs terapkan Universal Basic Income.
Negeri2 yg sukses membendung Covid mengeluarkan setidaknya 10% dr GDP mrka untuk dana pencegahan COVID dan dampak ekonominya.
Indonesia menganggarkan 641 T utk tanggulangi dampak COVID, dgn GDP 15.833 T. Hanya 4% dari GDP.
Pelit. Medit.
Kalo negara berkilah ga punya duid buat dana pencegahan dan penanggulangan dampak COVID, potong gaji dan tunjangan smua pejabat negara sampai tingkat eselon terendah. Pejabat negara berkorban untuk kepentingan rakyat, pasti dipuji. Potong 50%. Kalo pd nangis, 20% aja deh.
Yg kayak gini yg harusnya diurusi wakil rakyat. Gimana memastikan pemerintah punya duid cukup buat tangani COVID dan dampaknya.
Bukan malah ngurusi RUU Ciptaker. Yg bahkan sm sekali ga ada urusannya dgn COVID.
Negeri2 lain sdh terbukti sukses membendung COVID dgn langkah2 di atas.... Indonesia masih ngeyel?
Jika ngeyel, ketika negeri2 lain sdh bebas COVID, tinggal Indo yg masih beresiko. Kalo dah gitu, memangnya investasi asing masih mau masuk?
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Namanya demonstrasi, tidak perlu sopan. Karena ketidaksopanan bukan tindakan kriminal. Mengejek polisi, mengejek pemerintah, wajar saja dalam demonstrasi. Beda halnya kalo ybs ikut merayakan kekerasan sipil vs sipil.
Jari tengah ini ditujukan buat lembaga. Terimalah sbg kritik.
Kenapa pemerintah dan aparatnya boleh diejek/dicaci-maki? Krn itu imbangan dari kuasa yg diberikan padanya. Di satu pihak, org diberi kuasa oleh publik; di seberangnya, publik boleh mengritik, mengejek, bahkan mencaci-makinya. Imbang.
Ini sama prinsipnya dgn "apakah TNI/Polri punya HAM"? Engga. Krn mrka sdh diberi hak yg ga dimiliki semua warga negara lain: mrka pegang senjata dan punya hak membunuh utk melindungi nyawa. Makanya, ketika menjalankan tugas negara, anggota TNI/Polri ga dilindungi HAM. Imbang.
Cara2 kelompok anti demokrasi merayakan pemukulan thdp Ade Armando: 1. Terang2an
Ini yg paling brutal. Kelompok 212 atau yg teridentifikasi ke sana jelas merayakan kekerasan.
Mrka menari2 ketika lihat darah, ketika menyiksa musuh2nya. Haus darah. Sakit jiwa.
2. Blame the victim
Ini org2 yg ingin merayakan kekejaman tp ga menemukan cara utk membenarkan perilaku ini. Agar tdk merasa bersalah sdh bergembira melihat darah, mrka mempersalahkan korban.
"Sdh tau kami ini binatang buas, kamu masih mendekat. Ya bukan salah kami kmu bonyok."
3. Giring opini/blur the issue
Ini org2 yg biasa tampil "suci" pdhal hatinya busuk. Mrka berusaha cari pembenaran. "Polisi jg suka main pukul", "Ini akibat rakyat ga percaya aparat". Intinya, salahkan semua org, asal bukan para pelaku.
Tgl 21 Mei 1998, Suharto turun tahta. Seantero Indonesia bersorak: Reformasi!
Dalam euphoria-nya, kita lupa bhw Demokrasi bukan privilese, ia adlh Resultan, perimbangan kekuatan pro-demokrasi dan anti-demokrasi. Di kala pro-demokrasi kuat, Negaranya demokratis.
Kondisi demokrasi satu negara mencerminkan perimbangan kekuatan ini. Saat pro-demokrasi lebih kuat drpd anti-demokrasi, negaranya demokratis. Saat gerakan pro-demokrasi lemah, tentu saja Negara akan bergeser ke arah anti-demokrasi.
Reformasi dpt diandaikan sebuah pernikahan. Bulan madu cuma sekejap saja. Sisanya perjuangan utk komitmen, perimbangan relasi kuasa antara pihak2 dlm pernikahan itu. Relasi kuasa dlm pernikahan adlh cermin kekuatan riil yg dipegang masing2 pihak, scra ekonomi atau sosial.
Dulu org bilang: WA ga aman, pake Telegram aja. Skrg ada yg komplen akun Telegram-nya dibajak.
Yawdah. WA bs dibajak, Telegram bs dibajak. Pake telepati aja biar ga bs dibajak.
FYI, cara terampuh utk hacking sbnarnya bukan pake teknologi tapi pake social hacking atau phising.
Obrolan grup WA atau Telegram bocor, dikira canggih banget teknik hacking-nya. Pdhl mah ada sleeper di dlm WAG/TG....
Kalo emang niat bikin grup WA yg isinya obrolan sensitif, beli hape murah2 sbg hape kedua. Isi dgn kartu yg didaftarkan atas nama org lain. Perkuat sistem keamanan di hape itu dgn firewall, anti-crack dll yg serba ribet itu. Cuma org tertentu yg tau nomornya.
Ini utas yg kujanjikan ttg zionisme. Krn soal ini sensitip dan mbulet, utasnya terpaksa panjang banget.
Spy pemirsa ga capek, aku bagi utas ini jadi 3: 1. Zionisme dulu & skrg 2. Imperialisme di Timteng 3. Palestina, Quo Vadis?
Sbg preemptive strike vs kemungkinan bully, ini rujukan yg aku pakai utk utas ini. Bbrpa dr sumber ini hrs dibaca dgn kritis krn interpretasinya berat sebelah.
Msh bnyk lagi sumber rujukan yg kupakai: jurnal, ensiklopedi, artikel dan berita. Tp sbgian besar data aku ambil dari sumber yg aku sebutkan di jurnal2 di twit seblumnya.
Aku mau garis bawahi "kecerdasan ditentukan oleh kesediaan utk belajar, memecahkan masalah dan mencoba hal baru."
Benar, smua anak muda hrs mulai dr sikap pemberontakan thdp tatanan. Tp memberontaklah dgn cerdas, bukan asal berontak aka awur2an.
Bangsa ini punya banyak masalah. Anak muda harus bantu memecahkan masalah, dgn mata dan jiwa yg masih segar, energi masih full, ga ada beban cicilan.
Aku dukung penuh pemberontakan kalian. Tp berontaklah dgn cerdas. Temukan alternatif, temukan solusi bg mslh2 bangsa ini.
Kalo org dr generasi gw masih jg nyinyir dan ga mau kasih solusi, ya mau gimana lagi, dah mentok kecerdasannya di situ. Tinggal bny2 amal sholeh dan ngapalin kunci jawaban alam kubur.
Tp anak muda msh pny waktu panjang buat belajar. Buat temukan solusi atas masalah.