Tulis sejarawan dan ahli bumi abad 10, Al-Muqaddasi dalam Ahsan at-Taqasim fi Ma’rifat al-Aqalim.
Al-Muqaddasi melanjutkan, “Mosul merupakan kota yg sangat terkenal, memiliki sejarah yang sangat kuno, dijejali oleh pasar-pasar besar dan penginapan². Ia dihuni oleh banyak macam orang, dipenuhi oleh sarjana², ia juga tidak kekurangan ahli hadits, atau pakar hukum yang disegani.
Dari sana datang perbekalan untuk Bagdad; menuju ke sana pula, karavan dari Rihab berdatangan memenuhi pasarnya.”
“Selain itu, Mosul memiliki taman-taman, keistimewaan, buah-buahan yang berkualitas, tempat mandi(hamam) yang bagus, rumah-rumah yang megah, dan daging yang segar. Segala sesuatu dalam kota itu bergerak berkembang dan tumbuh subur.
Kota yg terletak di Utara Irak, merpkn kota terbesar ke 2 di ngr itu stlh Bagdad. Ia menjelma menjadi pusat perdagangan & industri di kawasan Utara. Membentang di pinggiran sungai legenda, Tigris, kota itu dikelilingi oleh reruntuhan peradaban kuno spt kota kuno Asiria, Nineweh.
Dahulu, orang-Arang arab setelah menaklukkan kota Mosul menyebutnya Al-Fayha al-Khadra (Surga Hijau). Di sana juga, kesarjanaan dan geliat intelektual muslim pernah berkembang dan melahirkan deretan intelektual yang namanya mencakrawala.
Dari tanah itu, lahir filsuf Bakr bin Qasim al-Mawsili, penganggit buku filsafat berjudul Fi an-Nafs (tentang jiwa) yang ditulisnya antara tahun 900-950 M. Bakr al-Mawsili menyebut intelek (akal) sebagai jiwa yang rasional.
Intelek tidak mendapatkan pengetahuan melalui kontak dengan “sesuatu” yang transenden, yang teramat tinggi, melainkan melalui refleksi terhadap dirinya sendiri.
Al-Mawsili menulis, “Kita memang bisa berbuat kesalahan, bisa karena imajinasi yang salah, tapi itu bisa terhindar apabila kita melihat ke dalam prinsip-prinsip awal (pemikiran logis) secara rasional.
Prinsip² utama itulah, yg menjadi dasar bagi yg ada di atasnya, kebenaran/kesalahan sgl sesuatu bergantung.”
Mosul jg melahirkan dokter spesialis mata tersohor, Ammar bin Ali. Latin menyebutnya Canamusali. Pada abad 11 M, dia mengembangkan operasi katarak melalui metode isapan.
Dalam bukunya yang monumental, Al-Muntakhab fi ‘ilmal-‘Ayn wa ‘Ilaliha wa mudawatiha bi al-adwiya wa al-Hadid, Canamusali memperkenalkan cara operasi katarak dengan jarum cekung melalui membran sklerotik dan mencabut lensa dengan isapan.
Metode ini dipakai untuk mengindari adanya sayatan atau bedelan dalam anterior chamber dan menghidari konsekuensi hilangnya beranda depan mata (aqueous humour).
Mosul lalu diharumkan oleh datangnya sejarawan besar dalam cakrawala Islam, Ibnu Al-Athir (wafat 1233 M). Dia memberi hadiah berharga untuk khazanah literatur klasik: buku sejarah berjumlah 14 jilid, Kitab Al-Kamil fi at-tarikh.
Buku sejarah besar ini banyak menyeret perhatian sarjana dunia, seperti orientalist Denmark C.J. Tornberg yang menganggap karya ibnu al-Athir ini sebagai sumber paling berharga dalam sejarah Islam, dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan.
Sarjana Prancis Fagnan memakai karya Ibnu al-Athir dalam penelitiannya mengenai Maroko, Sicilia dan Spanyol.
Deretan nama-nama besar dalam khazanah keilmuan lainnya ikut mengharumkan kota itu zaman dahulu.
Seperti pelancong & petualang al-Harawi yang pernah “ngupret” ke Eropa & menyaksikan erupsi gunung Etna di Italia Selatan. Perjalanan itu ia rekam dlm buku petunjuk bernama Kitab al Isharat fi Ma’rifat al-Ziyarat.
Jagat kedokteran, farmakologi, dan matematika dijejali oleh nama-nama raksasa seperti Kamal al-Din bin Yunus yang mengajarkan siapa itu Al-Farabi, ibnu Sina, Ptolemi dan Euclid kepada muridnya Theodorus.
Muridnya, Al-Mufaddal ibnu Ummar al-Abhari menjadi filsuf, matematikawan & astronom yg menulis Hidayat al-Hikmah dlm filsafat, Al-Mu’adalat ttg persamaan matematis, kitab Fi ‘Ilm al-Hay’ah dlm astronomi,
Risalah fi Ma’rifat al-Astrulab tentang astrolab yang kini manuskripnya ada di Kairo & Istanbul.
Pada 10 Juni 2014, kota yang diberi julukan “Mutiara Utara” ini dikuasai oleh ISIS, organisasi militan sempalan al-Qaeda yang dipimpin Abu Bakar al-Baghdadi, ketua Al-Qaeda cabang Irak dan mantan narapidana penjara Amerika Buca.
Dibantu loyalis Sadam Husein; partai Ba’ath, ISIS mencaplok Mosul setelah sebelumnya memborbardir kota kuno itu dengan beberapa serangan bom bunuh diri di pusat kota.
Hanya dengan 800 anggota ISIS, bersama pasukan loyalis Saddam, mereka mampu mengamankan kota yang berpenghuni 1,8 juta orang. Sebuah kesuksesan yang bahkan ISIS sendiri terkejut dibuatnya.
Dengan menguasai kota itu, mereka mendapatkan barang rampasan piranti-piranti militer Amerika seperti tank-tank raksasa M1-A1, artileri 155-milimeter, Humvee, atau MRAP (Mine-Resistant Ambush Protected), sebuah pencapaian yang barangkali Bin Laden pun tidak pernah memimpikannya.
Horor di Mosul dilanjut dengan penghancuran situs-situs sejarah seperti makam Nabi Yunus, patung Bunda Maria, makam Nabi Set, makam Nabi Jarjis (direnovasi oleh Tamerlane pada tahun 1392), makam Imam Ibnu Hassan Aounuddin (dibangun Atabeg Mosul, Badruddin Lu’lu pada tahun 1248).
Barangkali alasannya masih klasik, makam-makam tersebut bisa memacu kemusyrikan.
Dalam bidang akidah, mengapa Ahlus Sunnah diwakili oleh dua kelompok besar: Asy’ariyah dan Maturidiyyah?
A THREAD
1. Kedua mazhab akidah ini tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Hanya perbedaan ringan yang mudah
ditakwil untuk dipertemukan.
2. Imam Abul Hasan al-Asy’ari giat membela akidah. Pengikutnya sangat banyak. Penerusnya secara bersambung meneruskan dan mengembangkan mazhab asy’ari, seperti Ibnu Mujahid.
“Pakaian perempuan apapun bentuknya,” tulis koran media cetak Al-Azhar itu, “tidak bisa menjadi justifikasi atau pembenaran dari pelecehan seksual.”
(((Utas)))
1. Mendukung kaum perempuan dalam menuntut hak-hak mereka terhadap pelaku yang mencederai kehormatan mereka, bukan justru menghakimi mereka atau menganggap ringan luka perasaan mereka.
2. Setiap individu hrs bersikap proaktif dg apa yg terjadi di lingkungannya. Bersikap diam & tutup mulut pd pelaku pelecehan seksual adl tindakan yg dimurkai. Yang wajib dilakukan adl mencegah pelaku berbuat & bahkan menyerahkannya ke pihak yg berwenang agar diproses sesuai hukum
Alasan Kenapa Berdiri Ketika Mahallul Qiyam Dianjurkan
Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki menyebutkan bahwa ada beberapa aspek mengapa berdiri ketika pembacaan maulid sangatlah disukai dan dianjurkan oleh para ulama:
(((Utas)))
- Berdiri ketika maulid telah banyak dilakukan oleh khalayak dan disukai oleh para ulama timur dan barat. Apa yang disukai oleh muslimin maka di sisi Allah adalah baik dan apa yang dianggap buruk oleh muslimin maka di sisi Allah adalah buruk.
- Berdiri untuk orang yang memiliki keutamaan sangatlah disyariatkan dan telah ditetapkan oleh dalil-dalil yang banyak. Seperti contohnya ialah kitab yang disusun oleh Imam Nawawi yang diberi nama Raf'ul Malam ‘anil Qoil bi Istihsanil Qiyam.
Nabi Nuh melewati seorang nenek yang sedang meratapi anaknya yang mati.
"Apa yang terjadi?," Nabi Nuh bertanya
"Anakku mati, dan umurnya belum 300 tahun," jawabnya sambil terisak
Nabi Nuh menghibur, "Tak usah menangis.
(((Utas))))
Aku sesungguhnya diberitahu, akan ada sekelompok kaum yang umurnya hanya sampai 60 atau 70 tahun. Bayangkan jika kamu dan anakmu di antara mereka. 300 tahun menjadi umur yang cukup panjang."
Si nenek kaget.
"Jika aku bagian dari mereka, maka aku akan habiskan hidupku untuk bersujud pada Allah."
Belajar Menghargai Waktu dari para Ulama Terdahulu
Para ulama terdahulu mengerti betul arti waktu & merasa rugi bila terlewat dalam amal & karya. Ada yg sampai tidak ikut menguburkan jenazah anaknya & ada pula yg sampai terjungkal menemui ajalnya.
Simak kisah menariknya di sini
Waktu merupakan satu dari sekian banyak nikmat agung yang diberikan Allah swt kepada manusia. Menurut Syekh Abdul Fattah Abu Ghudah, waktu atau zaman termasuk salah satu jenis nikmat pokok seperti halnya nikmat sehat dan nikmat ilmu.
Begitu istimewanya, Allah swt berulang kali menegaskan arti penting kedudukan waktu dalam Al-Quran. Tidak sedikit pula Allah swt mengambil sumpah dengan waktu. Hal ini tiada lain hanya untuk menjelaskan keagungan dan kedahsyatannya.
Di antara sifat-sifat khusus Kanjeng Nabi SAW yg disebutkan oleh Syeikh Nawawi al-Bantani dlm Syarah Bidayatul Hidayah:
Kanjeng Nabi SAW sama sekali tidak pernah mimpi basah. Beliau juga tidak pernah menguap (angop, dlm bahasa jawa).
Hewan-hewan tidak pernah berlari jika didekati beliau, alias semuanya tunduk.
Tubuh beliau tidak pernah dihinggapi lalat. Semua yang ada di belakang beliau jelas terlihat layaknya yang ada di hadapan beliau.
Bekas air kencing beliau tidak pernah terlihat, alias langsung terserap ke dalam tanah. Hati beliau tidak pernah tertidur meskipun mata terpejam layaknya orang yang sedang tidur. Beliau tidak pernah terlihat bayangannya di bawah sinar matahari.