Kelahiranku di dunia manusia memang tidak pernah diharapkan, sebab itu kemudian aku tumbuh dan berkembang di alam gaib, di rumah panggung. Disana aku tidak sendiri, kami berteman dengan anak-anak lain, anak-anak yang juga mati dari keguguran.
Orang tua kami, menguburkan kami di dekat rumah panggung ini, dan pada saat malam tiba, pada saat orang tua kami sedang tidur dengan pulas, kami sering datang masuk ke dalam mimpi mereka.
Aku sering datang dengan wujud sebagai pemuda tampan, berkulit putih dengan rambut keriting mirip seperti Bapakku, berhidung mancung dan memiliki lesung pipi mirip seperti Ibuku.
Kedatanganku tak lain hanya untuk bertemu dengan Ibuku, sosok yang sering aku rindukan, terkadang dalam mimpi aku sering meminta sesuatu kepada Ibu, aku minta dibelikan pakaian baru, topi, dan jaket yang tebal.
Awalnya aku berpikir bahwa Ibu tidak akan mengerti dengan maksud kedatanganku masuk ke dalam mimpinya, namun akhirnya Ibu mau datang juga, Ibu datang ke tempat dimana aku dikuburkan.
Ibu datang sambil membawa semua barang yang aku minta, Ibu menaruh semua itu diatas kuburanku, Ibu kemudian mendoakan keselamatanku, saat itu aku merasakan kehangatan energi yang membantuku merasa bahagia.
Namun itu tidak berlangsung lama, entah mengapa aku mulai kesulitan masuk ke dalam mimpi Ibuku, aku pikir di alam sana, Ibu sudah tidak lagi merindukanku, mungkin Ibu sudah melupakanku, Ibu sudah tidak lagi pernah mengirimkan doanya lagi untukku.
Terakhir yang aku ingat, saat aku berhasil masuk ke dalam mimpi Ibuku, adalah saat dimana aku meminta sebuah nama pada Ibuku, nama untuk anak kandungnya sendiri, nama yang indah untukku, nama anak lelakinya.
Memang pada saat itu Ibu akhirnya mau memberiku sebuah nama, pemberian nama yang tidak sembarangan, karena Ibu melakukan pemberian nama, lewat ritual selamatan tradisi bancakan, tradisi bagi-bagi nasi kepada anak-anak sekampung.
Nasi putih yang dihidangkan bersama kluban yaitu urap, aneka sayuran hijau yang direbus, diberi parutan kelapa berbumbu, dengan ditambahi beberapa lauk, yang kemudian dibungkus menggunakan daun pisang.
Aku memang sudah tidak lagi bisa berkomunikasi dengan Ibu lewat mimpi, karena itu aku mencoba menemui Ibu langsung dengan menampakkan diri, aku tidak bermaksud untuk membuat Ibu ketakutan.
Tapi penampakan pada malam hari itu, cukup membuat Ibu menceritakan peristiwa itu kepada salah satu sesepuh di kampung kami, Mbah Tejo akhirnya melakukan ritual, memanggilku untuk datang berdialog dengannya.
Sebelum aku diminta bercerita, Mbah Tejo tampaknya sudah tahu siapa diriku sebenarnya, Mbah Tejo memintaku untuk tidak menampakkan diri kepada Ibuku lagi, dengan sedikit kesal dan marah, aku menjelaskan bahwa aku sama sekali tidak bermaksud untuk menampakkan diri.
Aku hanya ingin Ibu tidak lupa dengan keberadaanku, tidak lupa mengirimkan doanya untukku, dan aku pun masih ingin meminta permohonan yang terakhir kepada Ibu.
Dalam dimensi kami, yang tak beda dengan dimensi manusia, kami bisa tumbuh seperti manusia, bahkan bisa kawin, dan beranak pinak, aku cerita banyak soal itu kepada Mbah Tejo, tentang keinginanku dan permintaan terakhirku kepada Ibu.
Jika semua itu terpenuhi, aku berjanji tidak akan menampakkan diri kepada Ibuku, atau kepada siapapun itu, kami akhirnya bersepakat, dan Mbah Tejo akan segera menyampaikan itu semua kepada Ibu.
Sejak dialog dengan Mbah Tejo itu selesai, aku bisa kembali masuk ke dalam mimpi Ibu, tampaknya Ibu sudah kembali mendoakan keselamatanku, dan sudah mau mengabulkan permohonanku yang terakhir.
Sebab pada saat malam itu tiba, di rumah panggung, di dalam bekas wahana permainan anak itu, Ibu datang kembali, sambil membawakan sesuatu yang aku minta, sepasang cincin untuk kami tunangan.
Kontributor: Deli Putra
Ilustrator: Kakak Day
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Kenapa kepala negara (presiden) TAKUT untuk berkunjung ke Kediri?
Padahal Kediri kotanya nyaman, makanannya enak-enak, dan sarat nilai historis yang identik dengan kerajaan di Nusantara.
Ada apa ya?
Kita bahas perlahan ya.
Ini berdasarkan dari yang kami dapatkan waktu bertahun lalu berkunjung Kediri. Tentu kami terima ada masukan untuk melengkapi informasi ini.
Kediri itu berasal dari kata "Ke" dan "Diri" yang secara awam bisa deterjemahkan sebagai Diri Sendiri, atau Jati Diri.
Jati Diri, berarti sebenar-benarnya diri. Jadi mau pake topeng sebanyak apapun pasti akan terungkap juga aslinya. Jadi tidak ada kepura-puraan sama sekali.
Kalau diibaratin kaya botol tapi transparan gitu, packagingnya ga ngaruh, isinya langsung keliatan.😂
Kita bahas sedikit. Sebelumnya, tetap jaga kiri kanan kalian untuk teman-teman yang turun di jalan. Sifatnya sekadar himbauan, boleh percaya boleh tidak. Utamakan keselamatan dan tetap waspada. #kawaldemokrasi
Jangankan yang elit, yang pejabat kecil aja suka kok cari “bekingan.” Ini pejabat kecil skala perangkat desa ya bahkan. Kami sebut orang yang punya kuasa itu bukan semata masalah uang. Banyak yang dipertaruhkan. Banyak kita tahu calon pejabat yang gagal nyalon jadi gila kan?
Kisah tentang bisikan untuk bunuh diri yang berdengung di jiwa-jiwa yang putus asa.
Thread Kisah Tanah Jawa
“Nah…Mulyanah…”
Untuk kesekian kalinya aku mendengar suamiku mengucapkan nama perempuan itu dalam tidurnya. Dulu, awal nama itu terucap dalam lelapnya, aku cemburu dan marah.
Kupikir suami yang sudah kunikahi 25 tahun lamanya ini berselingkuh. Kini, tiap nama itu kudengar-rasa cemas dan takut mengerumuniku.
Di keramaian kudengar suara Herman berteriak. Aku menoleh ke kanan saat motor yang Herman kendarai mendekat. Herman, dengan raut paniknya kembali berteriak:
“Rum, woi! Jangan ngelamun. Ada kunti di pundak lo!”
Thread Kisah Tanah Jawa
“Hah?”, ucapku berbarengan dengan Ucup yang memboncengkanku. Kami keheranan karena sepanjang jalan kami berbincang tanpa jeda untuk membunuh waktu. Lalu apa maksud perkataan Herman itu?
Sontak aku menoleh ke pundak kiriku yang sedari tadi terasa berat. Tak kulihat apapun selain helai rambutku yang terbang disapu angin. Rambut yang seingatku sudah kupotong sepanjang tengkuk dua minggu lalu.
Sebelum bercerita, perkenalkan nama aku Adi dari kota plat AG. Aku punya pengalaman horor tentang satu keluarga yang terkena santet dari salah satu keluarganya sendri! Saat itu aku dengan kakak sepupuku ikut membantu menyembuhkan satu keluarga tersebut. Banyak hal-hal di luar nalar terjadi saat itu, dan cerita itu bermula seperti ini….
𝐒𝐀𝐍𝐓𝐄𝐓 𝐒𝐀𝐓𝐔 𝐊𝐄𝐋𝐔𝐀𝐑𝐆𝐀
Thread Kisah Tanah Jawa
Saat itu aku masih kelas 12 dan aku punya teman sekelas bernama Tio. Tio inilah yang akhirnya menyeretku masuk dalam permasalahan santet ini. Sebetulnya dia sudah sering mendapatkan gangguan semenjak kelas 10. Ia sering bercerita tentang hal yang dialaminya ke aku dan temanku satunya, namanya Tama.
Aku dan Tama memang bukan orang pintar atau sejenisnya, hanya saja Tio adalah teman dekat kami. Jadi tentunya kami punya rasa peduli yang lebih padanya. Lagipula sepertinya belakangan gangguan itu semakin hebat. Sampai aku dan Tama diundang untuk berkunjung ke rumahnya.