Pasien ini masuk 3 hari lalu. Sadar, demam dan batuk 5 hari.
Riwayat kontak dgn kasus positif.
Ditanya lg, pernah makan di luar 1x.
Sejak malam kemarin, napasnya tb2 cepat. Kadar oksigen turun sehingga butuh support oksigen. Kami mulai bergerak cepat cari rujukan ICU.
Sudah bs diprediksi, sekian banyak rujukan kami sebar, semua menjawab full.
Pasien semakin sesak. Kadar oksigen darah turun perlahan tapi pasti.
Saat operan jaga dengan dokter dinas pagi, temanku cerita, “kak, bapaknya td bilang ke aku, dok.. saya akan meninggal disini ya?”
Saat dioperkan kondisi sdh sangat jelek. Kadar oksigen darah cm 50-60%. Napas 50x/mnt. Tinggal tunggu waktu kapan dia capek.
Keluarga sibuk membantu cari rujukan.
Beberapa jam kemudian, 1 RS memberikan jawaban. Di tengah persiapan, pasien memburuk dgn cepat. Tdk transportable.
Kami lakukan apa yg kami bisa di fasilitas kesehatan kami. Setelah berusaha 30 menit, lagi2 aku harus mengucapkan kalimat familiar itu.
“Pada hari ini, jam sekian, saya nyatakan pasien X meninggal dunia...”
Ingin rasanya menyelamatkan semua. Tapi tangan, fasilitas, dan tenaga, semua terbatas.
Bagi yg masih menganggap sepele, silakan. Itu hak kalian. Yang bisa kusampaikan cuma, covid ini nyata. Dan ya, kadang, dia bisa semenyeramkan itu.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Malem ini cerita waktu aku terdiagnosa (+) covid ah.
Pertengahan bulan Juli lalu, kerja lg hectic2nya. Pasien ICU ngalir ga berhenti.
Kasus lg byk2nya. Bbrp wkt sebelumnya, sempet ngerawat pasien (+). Sekeluarganya ngeyel. Ga percaya kl emang covid.
Wkt itu aku dicegat keluarganya di lorong. Keluarganya ngamuk2, blg ini “konspirasi” RS.
Kujelasin sabaaaar bgt dah. Keluarga intinya sih nerima. Tp keluarga “tambahan2nya” yg ribet, marah2. Akhirnya stlh ditunjukin hsl swab, br percaya.
Eh tp ujung2nya pasien plg APS juga 🤯
Ga brp lama stlh itu. Aku mulai sakit kepala, BANGET. Lemes, tiap plg kerja rasanya capeeeeek bgt. Pilek ga berhenti2. Bersin2. Sakit tenggorokan.
Krn sadar aku sering kontak, akhirnya aku mutusin buat swab mandiri.
Pulang2 mengeluh demam, lemes, sakit kepala. Ku cek lab, gaada masalah berarti. Kesannya demam biasa. Akhirnya kukasih obat, terus rapid. Hasil rapid negatif.
1 mgg dikasih obat gaada perubahan. Malah masih lemes, demam, ga nafsu makan, ga bs nyium bau. Ga ada batuk/sesak.
Dirapid ulang, hasilnya positif.
Ini masih awal2 pandemi ya. Jd akses swab yg cepet hasilnya masih langka bgt. Rata2 nunggu semingguan wkt itu.
Akhirnya aku, mami, papi diswab di rs swasta. Malemnya lgsg keluar hasil.
Si mami positif. Aku sm papi negatif.
JANGAN DITANYA GALAUNYA KAYAK APA. Ancur.
Yg ada di pikiran:
- ga mau bawa ke rs, mau rawat sendiri
- gimana nguatin keluarga
- gimana nguatin diri sendiri
Sejujurnya ya baru kali ini aku nemuin pasien dengan kadar oksigen 40% dalam tubuh & pasiennya MASIH SADAR. Logikanya, kalo udah tinggal segitu, organ2 vital seperti otak udah nggak akan dapet oksigen dan pasien ngga sadar.
Ini yang dinamakan happy hypoxia syndrome. Khas covid.
Eh ternyata viral ya post ini 😅😅
Pengalaman nanganin pasien blkgn ini, gejalanya ga signifikan lg, pasien bisa merasa tdk sesak, tapi rate napas tinggi lebih dari normal (>20x/mnt), kadar o2 dalam darah cm 60% (normal >92%)
Sewaktu2 pasiennya bisa memburuk cepat. Stay safe!