Disclaimer:
Twit ini dibuat rangka Hari Perhubungan Nasional, diurutkan sesuai urutan barat ke timur, serta dilakukan secara subjektif.
Kalo bandara kotamu nggak masuk ya... mohon jangan marah 🙏
1. Bandar Udara Internasional Kualanamu (KNO)
📍Deli Serdang, Sumatra Utara
Komentar:
Salah satu pionir bandara kontemporer di Indonesia yang gue suka. Interiornya cantik, banyak motif Batak-nya. Oh iya, kereta bandara pertama juga adanya di sini.
2. Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II (PKU)
📍Pekanbaru, Riau
Komentar:
Bandara yang cukup banyak nuansa ornamentasi Melayu. Di bagian depan, ada taman luas yang pas buat foto-foto sebagai pertanda udah pernah ke sana.
3. Bandar Udara Sultan Thaha (DJB)
📍Jambi, Jambi
Komentar:
Pertama kali gue mendarat di sini, kesan pertama... wow ornamennya kuning semua. Identitas Melayu-nya kuat banget, apalagi penggunaan motif Angso Duo di mana-mana.
4. Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta (CGK)
📍J̶a̶k̶a̶r̶t̶a̶ Tangerang, Banten
Komentar:
Bandara dengan rancangan arsitektur tropis beratap Jawa dan memiliki taman-taman cantik di antara massa bangunannya. Perhatian, yang bagus cuma Terminal 1 dan 2-nya aja ya. Trims.
5. Bandar Udara Internasional Jawa Barat (KJT)
📍Majalengka, Jawa Barat
Komentar:
Cakep sih. Meski materialnya baja-kaca-ACP semua, tapi banyak bentukan dan ornamentasi Sunda di beberapa bagian. Kekurangannya cuma satu: jjjaoooooooooohhhh.
6. Bandar Udara Internasional Ahmad Yani (SRG)
📍Semarang, Jawa Tengah
Komentar:
Bandara baru yang banyak taman dan area terbuka. Tetep menarik meski ornamen lokalnya nggak sebanyak bandara lainnya.
7. Bandar Udara Internasional Yogyakarta (YIA)
📍Kulonprogo, Yogyakarta
Komentar:
Dari fotonya aja udah cakep banget. Pengen banget liat langsung. Nahhhhhh ini nihhhh bandara yang berkolaborasi dengan puluhan seniman, bukan kayak......
8. Bandar Udara Internasional Juanda (SUB)
📍S̶u̶r̶a̶b̶a̶y̶a̶ Sidoarjo, Jawa Timur
Komentar:
Bandara jadul. Klasik tapi ngangenin. Entah kenapa gue suka banget sama T1. Biasanya gue sengaja dateng 1.5 jam lebih cepet supaya bisa jalan-jalan liat toko dari ujung ke ujung.
9. Bandar Udara Internasional Banyuwangi (BWX)
📍Banyuwangi, Jawa Timur
Komentar:
Bandara hasil rancangan tangan dingin Andra Matin. Banyak taman, kolam, bukaan jendela dan celah, tanpa AC. Penasaran banget pengen ke sini...
10. Bandar Udara Internasional Ngurah Rai (DPS)
📍Denpasar, Bali
Komentar:
Suka sama terminal domestik dan internasionalnya, tapi lebih suka yang domestik karena lebih lokal suasananya. Artworks ada di mana-mana. Dimaklumi sih, namanya juga pulau wisata.
11. Bandar Udara Internasional Komodo (LBJ)
📍Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur
Komentar:
Ya Allah, kapan hamba ke Pulau Komodo..........
12. Bandar Udara Tjilik Riwut (PKY)
📍Palangka Raya, Kalimantan Tengah
Komentar:
Meski materialnya ya itu lagi itu lagi (ACP-kaca-ACP-kaca), entah kenapa gue suka bentukan massa bangunannya.
Atapnya dibuat melengkung dan dibuat celah-celah buat masukin cahaya.
13. Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan (BPN)
📍Balikpapan, Kalimantan Timur
Komentar:
Bandara kontemporer yang beberapa kali menang penghargaan. Sekalinya gue berkesempatan pergi ke Balikpapan-Samarinda, pas turun gue langsung ngeh. Pantesan.......
14. Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin (UPG)
📍Makassar, Sulawesi Selatan
Komentar:
"Bandara kekinian" di Indonesia yang gue suka itu ada tiga. Hasanuddin, Kualanamu, Sepinggan.
Bentuk fasadnya ikonis, dalemnya nggak norak. Beneran berasa ada di bandara internasional.
15. Bandar Udara Jalaluddin (GTO)
📍Gorontalo, Gorontalo
Komentar:
Bandara yang nggak sengaja ketemu pas lagi bikin daftar ini. Bentuk atapnya "berani beda" kalo dibanding bandara2 baru lainnya. Kayaknya sih dari arsitektur setempat, cuma gue belum nemu referensinya.
16. Bandar Udara Domine Eduard Osok (SOQ)
📍Sorong, Papua Barat
Komentar:
Bandara di kepala burung Pulau Papua yang diresmikan 2016 silam. Salah satu yang gue suka (kalo diliat dari fotonya) adalah penggunaan motif lokal di beberapa bagian interior bandara.
17. Bandar Udara Mopah (MKQ)
📍Merauke, Papua
Komentar:
Bandara kontemporer yang permainan fasad yang ikonis, nggak asal kaca begitu doang. Oh iya, bandara ini adalah bandara paling timur kedua se-Indonesia setelah Bandara Sentani di Jayapura.
Demikianlah 17 bandar udara paling ciamik di Indonesia menurut gue. Semoga 2021 kita bisa jalan-jalan berpesawat ria kembali tanpa rasa was-was :"
Yang mana bandara favorit kalian? Mari bergosip!
Epilog: ternyata gue cuma pernah ke tujuh bandara dari 17 yang gue bikin daftarnya.
Semoga 2021 banyak kesempatan survei-survei lagi...
✈️
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
BANDING-BANDINGKE CAPRES 2024
based on dokumen visi-misi
per 21 Oktober 2023
dari sudut pandang:
warga Bekasi anker Depok, single, under 30, ngeriset & ngajar, durung nduwe omah
-ulasan sekilas-
1. Tentang Perjabodetabekan
Visi-misi Anies-Imin nggak ada kata IKN, tapi nyebutin in general Jabodetabek mau diapain.
Visi-misi Ganjar-Mahfud nyebut IKN, tapi nggak disebut Jabodetabek setelahnya mau diapain.
Nggak ada yang bikin Provinsi Jabodetabek gitu? 🤔
2. Soal Perkotaan
Dua-duanya sensitif soal transit oriented development dan transportasi publik. Sayangnya kagak ada yang nulis "ESKALATOR DAN LIFT YANG TANGGUH, SELALU NYALA, DAN MEREK INTERNESYENEL"
Medan Merdeka emang ditetapkan sebagai cagar budaya. Tapi, apakah cobblestone-nya juga? Eits tunggu dulu.
Cobblestone Monas baru dipasang tahun 2000-an di era Bang Yos. Penggantian aspal jadi cobblestone ini justru nunjukin kalo perubahan di kawasan ini bisa dilakukan.
Apakah kalo udah jadi cagar budaya, lantas udah nggak bisa diapa-apain? Tetot kurang tepat.
Menjadikan sesuatu sebagai cagar budaya bukan berarti kita nge-freeze objek itu dan nggak boleh diapa-apain. Perubahan bisa dilakukan secara terbatas asal tidak merusak apa yang esensial.
Di UU No. 11 tahun 2010 ttg Cagar Budaya juga dibahas soal apa aja yang bisa dilakukan untuk melestarikan: 1. Pelindungan (Penyelamatan, Pengamanan, Zonasi, Pemeliharaan, Pemugaran) 2. Pengembangan (Penelitian, Revitalisasi, Adaptasi) 3. Pemanfaatan
Bukan cuma melihat Jakarta sebagai kota tunggal, 1965 bahkan udah dipikirin kalo Jakarta "bengkak", nanti ngembangnya ke mana.
Ada poros Timur-Barat, ada juga ke selatan. Titik pancarnya 15 km dari Monas.
Namanya "Jakarta Metropolitan", tahun 72-73, barulah muncul Jabotabek.
Masterplannya diambil dari buku, masterplan keluaran Direktorat Tata Kota & Daerah 1965, yang mana nggak mungkin banget kalo BK nggak terlibat di dalamnya.