Hari ini saya berdiskusi dg salah seorang penyuluh kesehatan masyarakat di DKI Jakarta
Penyuluh kesehatan ini memang tdk bergerak di ranah medis spt di RS atau Lab. Mereka langsung berinteraksi dg masyarakat—mengingatkan protokol kesehatan
{UTAS}
Mereka mungkin terjun bersama pejabat wilayah, Satpol PP atau pihak berwenang lainnya.
Tekanan mental hampir selalu terjadi setiap ada penolakan ataupun ekspresi ketidakpedulian atas anjuran 3M.
Lelah? Ya. Mereka mengaku lelah dan juga sedih
Dan jangan salah. Mereka juga punya risiko terpapar karena terjun ke masyarakat dan melakukan upaya contact tracing
Ditambah harus melatih kesabaran saat berhadapan dg masyarakat yg belum sepenuhnya patuh (atau mungkin memahami) pentingnya protokol kesehatan
Di sisi lain, setiap mereka kembali ke Puskesmas dan masuk ke ruangan UKM (Unit Kesehatan Masyarakat). Mereka kadang membantu surveilans untuk memasukkan (input) seluruh data terkait pandemi COVID-19
Surveilans inilah yang sejatinya membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan
Surveilans sendiri mulai kelelahan. Berada di hadapan layar seharian, memastikan data yg diinput itu tepat, bahkan terkadang di akhir pekan masih harus berkutat membereskan data yg menumpuk
Tapi masalahnya bkn hanya di jumlah tenaga surveilans atau penyuluh kesehatan yg kurang
“Per hari, input itu bisa mencapai ratusan. Bukan hanya satu jenis, tapi bisa 5-6 jenis. Sumber daya terbatas dan sekarang mulai pada sakit, kelelahan”
Begitu yang saya dengar dari Penyuluh Kesahatan tsb. Kata kuncinya pada 5-6 jenis inputan itu.
Jadi gini
Perlu disadari bersama bhw banyaknya jenis input itu tdk terlepas dari brbagai jenis formulir (platform) yg ada di berbagai jenjang
Mulai dari pemerintah daerah sampai pemerintah pusat punya format pengisian masing2. Apalagi ketika ada pendefinisian yg berubah. Eh 🤫
Artinya? Sistem kesehatan kita blm terintegrasi dg baik. Sebagian dari kita mungkin menyadari bahwa data yg disajikan Pemerintah Pusat dan Daerah itu setiap harinya terus menghasilkan gap yg makin lebar
Iklan judi online ini sebelumnya marak di YouTube khususnya pemain game yang bermain secara live dan membuka donasi/saweran.
Sempat juga hadir sebagai iklan video di beberapa platform. Sekarang masuk ke TikTok, whatsapp, dsb.
Harusnya bisa pakai metode “follow the money” untuk mengetahui dari manakah uang itu semua bermuara dan siapa orang di baliknya.
Saya khawatir Judi Online ini dianggap sebagai masalah individu aja. Masalah personal yg tdk menjadi political will secara struktural.
Padahal dampak dari Judi Online ini kan bisa jadi ke perekonomian nasional. Uang yg harusnya berputar di tengah masyarakat, justru lari ke luar
Dan kita tahu sendiri bahwa penopang paling besar pertumbuhan ekonomi kita adalah konsumsi rumah tangga. Yes, uang yang biasa kita pakai buat jajan sehari-hari.
Sebagian gaji kita itu bisa jadi sumber penghidupan bagi keluarga sebangsa.
Kalian tahu tidak sih...
Sejarah kata "santai" yg akhirnya jamak kita ucapkan hari ini?
Semua itu tdk terlepas dari peran jurnalis @tempodotco untuk mencari padanan kata "relax". Ternyata, santai diserap dari bahasa Komering di Sumatera Selatan
Jadi gini, pada tahun 1971, para penulis maupun wartawan kesulitan untuk mencari padanan kata "relax" dalam bahasa Indonesia.
Cara paling mudah memang cukup menuliskan "rileks". Sayangnya, tidak semua orang saat itu memahami maknanya sekaligus dirasa sulit dalam pengucapannya.
Nah...
Bur Rasuanto, novelis dan wartawan Tempo, memperkenalkan kata santai melalui artikelnya sebagai padanan kata Inggris 'relax' pada 1971.
Ah ya.. Bur Rasuanto juga merupakan penanggung jawab rubrik ekonomi majalah Tempo ketika itu
Kasih sayang dan kehangatan yang ia sulit dapatkan di rumah, justru ditemukan dengan teman-temannya.
Mereka kerap nongkrong hingga berganti hari, tanpa pengawasan orang tua.
Bagaimana ceritanya?
Saat saya mewawancarainya di Kepolisian... Anak ini mengaku kurang dekat dengan ayahnya. Orang tuanya kerap bertengkar hingga bercerai hingga Anak tidak fokus belajar dan akhirnya tidak menamatkan SD.
Sejak itu, Anak itu tinggal bersama ibu dan saudara-saudara kandungnya.
Remisi adalah pengurangan masa menjalani pidana yg diberikan kepada Narapidana yg memenuhi syarat-syarat yg ditentukan dlm peraturan perundang-undangan
UPDATE KASUS DUGAAN BAHAN PENGAWET BERBAHAYA DI ROTI
Selasa kemarin (23/7), BPOM akhirnya merilis hasil uji lab terkait kandungan Natrium Dehidroasetat pada produk roti dua merek berbeda, yaitu Okko dan Aoka.
Jadi benarkah ada kandungan berbahaya tersebut?
UTAS
HASIL UJI LAB ROTI AOKA
28 Juni 2024, BPOM mengambil sampel produk roti Aoka dari peredaran dan melakukan pengujian.
Hasil pengujian menunjukkan produk tidak mengandung natrium dehidroasetat.
Nah, hasil uji tersebut sejalan dengan hasil inspeksi BPOM ke sarana produksi roti Aoka pada 1 Juli 2024.
Inspeksi menunjukkan tidak ditemukannya natrium dehidroasetat di sarana produksi.