Media sosial menjadi alat penyebarkan cerita hoax, alternative facts, post truth dg cara canggih melibatkanArtificial Intelligence tapi dengan sasaran sisi primitif manusia: Emosi dan Bawah Sadar. Di era yg konon industri 4.0, nasib manusia menjadi tidak lebih baik.
Nanti di masa depan manusia akan dikuasai robot? Salah! Bukan nanti, melainkan saat ini sudah. Robot AI membajak batang otak. Cara berpikir, cara melihat, cara mendengar dan cara bersikap manusia 4.0 SUDAH diarahkan algoritma AI dibalik aplikasi pencari dan platform media sosial.
Mengapa? Itulah takdir "attention economy". Ekonomi dimana perhatian manusia pada layar smartphone menjadi komoditi. Algoritma mesin2 AI dibalik mesin pencari dan media sosial bersekongkol untuk menarik perhatian manusia ke layar smartphone semaksimal mungkin.
Apa yg menjadi perangsang agar manusia khusyu menghadap layar berjam-jam? Di antaranya dg memicu sekresi dophamin ke otak manusia dg umpan RT, Like, Quote, Reply, View dan Followers. Persis mesin judi dan narkoba.
Modus mesin pencari dan platform media sosial ini akan berakibat lebih fatal ke masyarakat Indonesia dg literasi rendah. Baca tulis belum sempat menjadi budaya sudah digantikan dg budaya nonton (film/tv) dan dilanjutkan budaya medsos. Berbantahan tanpa ujung pangkal.
Karena dorongan emosi dan Bawah utk pertahanan diri (agar tetap nyaman), manusia cenderung utk melihat yg ingin dilihat dan mendengar yg ingin didengar. Kecenderungan ini yg dieksploitasi algoritma AI. Produk, berita, opini yg muncul di layar semakin sesuai dg profile pemakai.
Mengonsumsi berita dan opini sodoran algoritma AI media sosial menjadikan pengguna masuk selubung gaung. Mendengar dan melihat gaungan suara dan aksinya sendiri. Pengguna2 dg profile serupa akan mengelompok dan karena terpicu konflik, kelompok di luar selubung dianggap sbg musuh.
Mengapa dulu orang2 lebih woles berdebat soal politik? Karena dulu media sosial belum seintensif sekarang dipakai utk tujuan politik. Belum ada deployment pasukan khusus yg menggunakan media sosial utk membentuk opini dan menyerang kelompok lain.
Kombinasi mematikan: Algoritma AI yg menyasar sisi 'bawah' otak manusia dipakai oleh pasukan yg memang sengaja menyerang. Hasilnya, polarisasi kelompok netizen yg berseteru seolah tanpa ujung.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Dok, omnibus ini niru Amerika yg berbasis ekonomi liberal individualis.
Perhatikan dampak Omnibus Cilaka bgmn posisi pekerja dilemahkan di hadapan modal.
Mau konstelasi serupa terjadi di bidang kesehatan: pasien dan tenaga kesehatan dihambakan ke pemilik modal.
Bung Hatta nangis.
Dok @dr_koko28 bisa perhatikan yg sedang terjadi pada pekerja vs pemilik modal akibat UU Omnibus Cilaka. Hak2 pekerja dipretheli, privilege pemodal ditambah.
Lapangan kerja yg dijanjikan tidak terjadi pdhl pamer ekonomi tumbuh.
Data tambahan: Aset birokrat meroket.
Perjalanan menjadi Bangsa antara Amerika dan Indonesia sangat beda. Mereka mulai sbg kelompok2 perantau yg berontak ke pemungut pajak kemudian memutuskan bikin negara administratif yg tidak terlalu cawe-cawe ke urusan pribadi termasuk bisnis dan properti pribadi.
Menurut Pendiri CSIS Liem Bian Kie murid Pater Beek ini, yang dimaksud berani adalah berani campur tangan urus proses pencapresan. Sedang SBY dianggap terlalu berhati-hati tidak ikut campur soal proses pencapresan penggantinya.
Referensi lain: Reportase wartawan Belanda ttg Pater Beek yang di akhir masa kuasa Sukarno sangat berpengaruh. Menurut wartawan ini, dia yg atur demo2 mahasiswa. Di awal Orba, bahkan draft pidato Pak Harto pun dia yang buat.
Menteri @KemenkeuRI Sri Mulyani pun pasti setuju dg posisi @aniesbaswedan yg tegas tolak subsidi mobil listrik. Alasan Anies rasional bisa diuji dg tolok ukur apapun. Kalau tidak percaya, kita tanya Pak Kabir @prastow
Jika ada anak tentara gebukin kawannya yg kebetulan anak anggota ormas, apakah @Kemhan_RI dan Pak @prabowo harus ikut cawe2?
Please Pak @prastow, bantu bangsa ini kembali jernih.
Tapi ya mmg di jaman edan yen ora edan ora keduman.
Jauh lebih bermanfaat dan melegakan pembayar pajak jika Sri Mulyani @KemenkeuRI mulai periksa semua pegawai @DitjenPajakRI yg terlibat di Klub Belasting Rijder yg sekarang sudah bersih2 postingan di IG. Umumkan anggotanya, hartanya dan status pelaporan di Alpha ataupun LHKPN.