Boleh jadi saya bukan sahabatnya yang terdekat. Tapi setidaknya saya mengenalnya cukup lama, 18 tahun. Ini cerita tentang Si Bung. Tentu akan subyektif. Tapi inilah Bung @febridiansyah yang saya kenal. #CeritaSiBung
Saya mengenal si Bung ketika kami sama-sama masuk @law_ugm tahun 2002. Kami sama2 nge-kos di Sagan. Kos2annya dulu adalah yang paling sederhana bahkan mungkin paling ‘memprihatinkan’ di Sagan. Tapi dari keprihatinan itu, sepertinya dia belajar memimpin. #CeritaSiBung
Kebiasaannya yg selalu sy ingat adlah datang ke kampus dgn sepeda ontel, kaos oblong dan tas selempang mirip kantong terigu, yg ia isi dgn satu-dua buku. Saya tak seberapa ingat buku hukum apa yg dia bawa. Tapi sy ingat tetralogi-nya Pram selalu mengisi tas kantong terigunya itu.
Dari awal, Si Bung sudah memperlihatkan bakat kepemimpinan yg menonjol. Dia kritis tapi juga pandai merangkul (memobilisasi?) kawan-kawannya. Dia terbiasa bersilang pendapat, tp itu ia lakukan dgn tutur kata lembut dan dg ketenangan yg jarang dimiliki oleh orang-orang sebayanya.
Bukan hanya brilian dalam menyusun argumen hukum yang kukuh. Si Bung juga sepertinya memiliki nyali yang tak mudah runtuh. Ia juga seorang yang wara' (menjaga diri). Soal yang terakhir ini saya ada cerita sendiri. #CeritaSiBung
Jadi, menjelang akhir kuliah seorang dosen mendekati dia. Kebetulan IPK si Bung nyaris Cum Laude. Hanya kurang nol koma nol sekian. Merasa 'iba', Pak Dosen menawari utk mengulang satu mata kuliahnya sehingga ada kmungkinan si Bung mndapat nilai A, dan IPK-nya mnjadi Cum Laude.
Si Bung menolak tawaran baik Pak Dosen. Entahlah. Mungkin karena sudah ingin cepat2 lulus atau (ini yg paling mungkin) utk menghindari hutang budi seakan2 dia dapat Cum Laude karena jasa Pak dosen tadi. Akhirnya sampai lulus, Si Bung tetap puas dengan predikat nyaris Cum Laude.
Semasa kuliah, si Bung aktif di @mahkamahnews , Persma-nya FH UGM. Saya selalu menikmati tulisan-tulisannya. Dia menulis dgn gaya bahasa sastrawi, tapi tetap ringan. Istilah nya nggak ndakik-ndakik. Saya ga tau apakah kemampuannya itu pernah dia gunakan untuk menggombal😀
Tulisannya yg tajam dan kritis bisa menyasar siapapun. Dari aparat pmerintah, birokrat kampus bhkan kami, sesama mahasiswa. Sy ingat ktika kami dari Dewan Mahasiswa mnyampaikan Laporan Pertanggungjawaban, sidang berlangsung sampai dini hari, krna si Bung mnghujani kami dg kritik.
Lepas kuliah, kami berpisah jalan. Saya di birokrasi, dan si Bung di lembaga swadaya masyarakat antikorupsi. Kami jarang bertemu, tapi selalu berusaha menjaga komunikasi. Saya lihat saat itu namanya sudah berulangkali nangkring di rubrik opini Kompas. #CeritaSiBung
Ketika saya menikah, Si Bung menyempatkan datang. Bukan cuma datang, dia jg menyampaikan sambutan. Sambutannya akan selalu saya kenang sampai kapanpun. Bayangkan saja, saya menikahi perempuan Jawa dengan segala adat istiadatnya. Dan si Bung memberikan sambutan dgn gaya Minke😅😅
Ketika diangkat sbg jubir KPK saya sengaja mngurangi komunikasi dngannya. Bukan apa-apa, selain karena alasan profesional jg krena saya tdk ingin mngganggu waktunya. Bbrpa kali dia mmpersilahkan sy main ke rumahnya (mugkin utk pamer ikan hiasnya😆), tapi saya sungkan menerimanya.
Ketika saya akan berangkat ke Doha saya sempat mengunjunginya di kantornya. Banyak yang menduga kami berbincang hal serius, padahal tidak ada yang serius. Cuma soal siomay, batagor dan sesekali nasi padang.🙃
Satu-satunya yang serius adalah sarannya kepada saya untuk membuat akun medsos. Katanya, sekedar untuk bercerita ttg matahari di Doha. Karena saran itu pula, bulan lalu akhirnya sy membuat akun twitter. Si Bung pula yg mnjelaskan apa itu utas dan cara membuatnya.😁 #CeritaSiBung
Hari ini si Bung mengambil jalan baru. Mengundurkan diri dari lembaga yg sgt dicintainya. Saya tidak terkejut, meski tidak mnyangka akan seringkas ini. Mungkin dia ingin menjalankan bhw tugas manusia adalah menjadi Manusia. Tak harus dgn 'M' besar. Tapi cukup dg kontribusi besar.
Selamat meneruskan perjalanan, Bung. Seperti katamu, 'kita tak pernah benar2 berpisah, kita hanya membagi tugas'🙏🙏🙏
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
1. Ini cerita ttg pershabatan, dan barangkali jg ttg harapan.
Namanya Muhammad Taufan. Saya mngenalnya di tahun 2007, atau tepatnya ketika kami sama2 ikut test CPNS Kemenlu.
Baru2 ini Taufan (36th), trpilih sbgai Vice President (VP) SPLOS di PBB, New York. Mungkin VP trmuda..
2. SPLOS atau State Parties to the Law of the Sea adalah "muktamar" nya negara-negara pihak UNCLOS 1982. Kita tahu, Indonesia adlah salahsatu arsitek utama pmbentukan UNCLOS 1982 yg oleh para diplomat dan ahli hukum intrnasional disebut2 sbg konstitusi-nya hukum laut dunia.
3. Setiap tahun negara2 pihak dari UNCLOS bersidang dalam forum SPLOS. Salahsatunya utk mengukur dan mengevaluasi ketaatan negara2 pihak kpd UNCLOS. Meski Indonesia adalah negara utama dalam UNCLOS namun untuk duduk sebagai presiden atau wakil presiden SPLOS tidaklah mudah.
Qatar mungkin tdk mmiliki warisan sejarah yg segemerlap negara2 lain. Tp perhatian negara ini pada benda sejarah/seni patut diacungi jempol. Museum dan galeri-galeri indah dibangun. Salahsatunya adalah Museum of Islamic Art (MIA).
Akhir pekan ini saya sempat mengunjungi MIA, museum yg berlokasi di pinggir pantai dg pmandangan menakjubkan. Meski koleksinya masih terbatas, tapi kliatan Pem. Qatar tdk maen2 mmbangun museum ini. Bukan hny arsitekturnya yg nyeni, tp juga teknologi di museum ini sgt modern.
Ini adalah salah satu koleksi MIA. Lembaran mushaf al quran yang berasal dari abad ke-7 M (generasi khalifatur rasyidin). Ditulis di atas kulit hewan. Tentu perlu kehati2an ekstra utk menjaga koleksi ini tetap bs dinikmati hingga skarang.
Dulu waktu saya tugas di Kuala Lumpur, ust Ali Jaber beberapa kali mampir. Dia suka sekali makan di restoran Hadramaut yg ada di samping KBRI. Beberapa kali saya menemaninya makan. Kita ngobrol tntang banyak hal.
Dalam obrolan, tidak seluruhnya kita bersepakat. Tapi, seingat saya dulu, dia orang yg bs menerima perbedaan, asalkan kita mau trus belajar. Tutur katanya juga lembut dan jarang bahkan tidak pernah mau membahas politik. Oiya dia pengagum Jusuf Kalla.
Keinginannya yg terbesar adalah agar al Quran bisa dibaca oleh banyak orang. Saya ingat, stiap kali dia datang, dia selalu bersemangat brcerita ttg proyeknya utk mencetak alQuran dalam huruf braille. Dia ingin alQuran tsb bs disebar kpd para tunanetra scra gratis.
Mumpung lagi selow, ada yg ingin sy tambahkan nih di thread 'perempuan dan profesi diplomat' kmaren. Mudah2an bs melengkapi. #ceritadiplomat
Kmaren sy menyebut diplomat perempuan akan dihindarkan utk ditugaskan di tempat rawan dan brbahaya. Tapi kenyataanya ada lho, teman2 yg atas kemauannya sendiri memilih penempatan di lokasi rawan dn berbahaya. Jadi soal keberanian, mereka sama militanya dg diplomat laki2👍👍
Makanya ga heran jika makin byk diplomat perempuan di @Kemlu_RI yg dipercaya untuk menangani isu2 yang dianggap berat, atau secara tradisional dianggap "manly". Direktur Keamanan Internasional dan Pelucutan Senjata, misalnya, saat ini dipegang diplomat perempuan.
Pengen bikin utas singkat soal perempuan dan profesi diplomat. Tapi mohon maaf ya klo nanti bahasa dan susunannya agak kacau. Lagi nyambi jaga anak, hehe🙏
Jadi wktu saya test masuk @Kemlu_RI tahun 2008, ada 100 orang yg dtrima. Seratus orang ini bner2 bragam background-nya, dr mulai asal daerah, smpai asal Universitas (jgn dibayangkan smua dr Univ 'mainstream'). Dari Aceh sampe Papua. Persis miniatur Indonesia. #ceritadiplomat
Tpi yg mmbuat sy surprise, trnyata lebih dr separuh yg dtrima tsb adlh perempuan. Ini luar biasa, karena dlm bayangn awal sya diplomat itu krjanya 'mobile' dan dtuntut siap 24 jam (ini bener sih). Dgan ritme kerja sprti itu (ga brmaksud sexist) psti akan sgt mnantang bg prempuan.
Hari ini saya mengantar anak masuk sekolah utk pertama kalinya setelah lebih dari 6 bulan belajar dr rumah. Ehh katanya jadi anak diplomat itu enak, bisa pindah2 sekolah internasional di LN, bener ga sih? #ceritadiplomat
Klo sekolah di LN nya mungkin bener ya. Tapi klo sekolah internasional, belum tentu. Kenapa? Karena tidak semua anak2 diplomat bersekolah di Sekolah Internasional. #ceritadiplomat
Beberapa teman yg ditugaskan di tempat2 yg memiliki Sekolah Indonesia seperti Kuala Lumpur, Bangkok, Singapura atau Den Haag, ada yg memilih menyekolahkan anaknya di Sekolah Indonesia tsb. Mengapa? #ceritadiplomat