Jadi, 2 pekan di akhirnya agustus, diserang sariawan parah di lidah; iya sih, gue sejak kecil sering sariawan dan radang tenggorokan, kalo udah sariawan, badan biasanya anget, cuman gue terbiasa dengan keadaan gitu. Jadi, santei.
Siaran lanjut, belajar lari oke, badminton tetap.
Sampai akhirnya, Minggu 6 Sept, bangun tidur BADAN PANAS hampir sepanjang hari, gue memilih istirahat di rumah, dan membatalkan pelayanan minggu di gereja, karena sadar gejala dan resikonya ada di tempat ramai orang.
Senin 7 Sept - BADAN MASIH PANAS, gue memberanikan diri untuk rapid di klinik Suterapharma - Alam Sutera.
Hasilnya NON REAKTIF!
Pulang klinik, masih panas, dokter kasi obat puyer asam lambung, yang katanya bisa micu batuk, Puji Tuhan, ga ada batuk, demam, dll.
Panas aja.
Selasa 8 Sept, bangun tidur badan ga panas lagi, tapi muncul RADANG TENGGOROKAN.
inget-inget, karena sabtu siang sempat makan puding dingin. Mungkin itu yang bikin radang?!
Ohya, belasan tahun terakhir, gue ga bisa lagi makan or minum dingin, biasanya langsung radang guys.
Selasa sore, suara mulai bindeng, ngaruh radang tenggorokan ini. Jujur, radang tenggorokan ini lebih parah dari biasanya, sampe nelan lidah pas tidur malam, sakit banget, ga bisa pules, berasa kek nelen duri ikan cakalang 😀
Rabu 9 Sept - atas ijin pemred @gaibfiles - dan pede udah bisa siaran walo suara masih bindeng, berangkatlah ke studio, mandi air anget.
Saat siaran, ada info swap test di Kemensos dari Cak @Anang_trijaya untuk media, di daftarlah untuk swap.
Saat diswap, gue bilang ke dokter, 2 hari kemaren panas tapi ga demam, dan sekarang radang dok.
Eeh, waktu di swap, ga terlalu sakit sih.
Eeh, Kata orang, ga sakit saat swap pertanda positif, naah lhooo 😀
Sejak rabu - jumat, siaran, perasaan tenang, aman. Tapi saat di rumah, datang rasa kuatir, jangan-jangan positif?
Ditambah lagi, sejak rabu 9 Sept itu, gue mulai ga bisa nyium bau minyak kayu putih.
Bahkan, sorry, bau kentut aja ga kecium 😀
Doa gue, TUHAN GUE GA MAU POSITIF.
Rabu 9 - Sabtu 12 Sept, deg degan, rada setres, h2c, nunggu hasil swap.
Gue masih berpikiran positif, hasilnya ga masalah, akan negatif!
Dan, MINGGU PAGI 13 SEPTEMBER,
Tim Humas Kemensos minta foto KTP, katanya mau kirim hasil test.
WA pun datang, dengan hasil POSITIF. OMG
Badan langsung lemas, keringat dingin, udah ga berani masuk rumah.
Ohya, sejak Minggu 6 Sept, pas badan panas, gue udah pake masker di rumah, mulai curiga gejala.
Makannya pun di teras, lepas masker.
Ga kebayang paniknya istri, dan takutnya nona kecil gue pas tau hasil swap +
Puji Tuhan, setelah telp dokter yang periksa, diminta tenang, ikhlas, bersyukur gejalanya ga berat.
Dokter Steven minta segera isolasi, buka jendela, pintu dan pake masker 2 lapis.
Gue milih isoman di rumah sebelah, kebetulan kosong, ama pemiliknya mau dipake, bayar sih 😀
Opss, kamis 10 Sept, sempat ke.dokter umum, dikasi obat radang, antibiotik, dan vitamin.
Gue ngaku juga ke dokter, sedang nunggu hasil swap, soale bergejala covid.
Minggu pagi 13 Sept itu campur aduk,
Istri siapin kamar dan semua perlengkapan isoman, di WA ama penyintas covid Bung @LatiefSiregar, tetap tenang jo, semangat ikhlas, pasti sembuh.
Gue juga kontak dan konsultasi dgn dr Lies dari Dinkes DKI (gue masih ktp DKI 😀).
Hari Minggu ruaaarr biasa itu.
Ditelpon ama teman gereja yang pernah dirawat 25 hari juga, intinya tenang, bersyukur, jalani hari dengan happy, banyak nonton yang lucu, ga boleh sedih, dll.
Jujur, dalam hati tetap kuatir, stresss, kaki keringat dingin, dan perasaan macem2.
Selama beberapa hari, gue ga bisa tidur siang, tidur malam pun ga maksimal, karena alarm body gue udah diset, bangun sebelum adzan subuh, karena rutinitas siaran pagi.
Pikiran ga tenang, tapi gue update terus berita dan info soal covid 19.
Gue baca berita soal gimana cerita orang bisa sembuh, gimana gejala2, gimana kondisi yang terburuk, dll.
TAPI, PUNCAK KUATIR gue di Rabu 16 Sept, saat dengar sekda DKI meninggal, menteri kkp dan dino pati dirawat di RSPAD, itu berita menakutkan saatw isoman.
Ditambah dengan bunyi ambulance di jalan cileduk raya, hampir setiap 10 menit, lewat.
Gue berusaha nutupin suara sirine dengan dengan MUTER LAGU ROHANI, pujian dan penyembahan KENCENG-KENCENG
Puji Tuhan, hari tenang.
Kamis 17 Sept, hati lebih tenang, setelah diinfo dr Lies, virus melemah masuk hari 10, tak menular lagi, tp isoman lanjut hingga 14 hari.
Dan, tak.perlu swap test lagi, karena protokol baru bilang, otg, dan positif gelaja ringan dianggap sembuh setelah hari 14.
Happy kan,..
Jumat 18 Sept, gue ultah 😀
Ultah terbaik sepanjang hidup, dalam keadaan + covid 19, dan ada Corona Virus di tubuh gue.
Puju Tuhan, Tuhan baik tetap jaga gue 🙏🏽
Sampe akhirnya, Selasa 22 Sept, setelah daftar sehari sebelumnya gue memilih swap di RS Premiere Bintaro.
Cuman mau mastiin aja.
Nah, swap kali ini sakit banget, beda dengan swap pertama.
Rasanya, anjiiim banget 🤣🤣
Harusnya hasil test 3 hari, maklum ambil paket termurah, pahe, bayar ndiri pulaaak 😭
Eeh, besoknya rabu 23 Sept, saat ibadah malam, datanglah hasil swap, NEGATIF!!
Puji Tuhan, Alhmamdullilah guys.
Tapi, negatif bukan berarti bebas total.
Gue masih lanjutin isoman sampe sabtu besok 26 Sept, biar pas 14 hari.
Gue mulai berani ke lapangan deket rumah, jemur, lari kecil, dll.
Menhub @BudiKaryaS : Mulai hari ini pemeriksaan di semua pintu masuk WN China di laut/darat akan dilakukan lebih intensif, WN China yang masuk Indonesia HARUS PAKE MASKER!
Eng Hian: "Saya pribadi sangat mendukung kalau pemain ganda putri main rangkap di ganda campuran"
Saya melatih ganda putri Indonesia dari 2014, pemain putri kita ini kemampuannya rata-rata standard dari segi power, fisik, cara main. Ada yang istimewa, tapi kan nggak banyak, dalam berapa pulu tahun, paling berapa yang spesial? Main rangkap ini adalah salah satu solusinya.
Saat tim ganda campuran mau ngajakin Apri main rangkap, saya senang sekali, kalau bisa semua pemain saya main rangkap. Nanti di level tertentu, baru lihat condongnya ke mana, kalau memang lebih ke ganda campuran ya silahkan saja, semua kan untuk Indonesia.