Bahasa surga seringkali menimbulkan salah paham di kalangan masyarakat Muslim awam. Masih ingat saat Agnes Monica tampil di konser perayaan ulang tahun Indosiar ke-21, Senin (11/01/16) yang menuai kontroversi di media sosial?
Pasalnya, Agnes mengenakan pakaian yang menerawang dengan tulisan berbahasa Arab al-muttahidah yang artinya persatuan. Sebagian masyarakat menganggap bahwa bahasa Arab yang dikenakan Agnes dengan pakaian mininya itu sebuah pelecehan
terhadap bahasa Arab sebagai bahasa Islam, bahasa ahli surga. Benarkah demikian?
Selain itu, ada juga masyarakat Muslim yang berlebihan untuk mengganti nama orang lain yang berbahasa Jawa atau bahasa Nusantara lainnya dengan bahasa Arab.
Padahal nama Jawa tersebut mengandung arti yang baik. Padahal tidak ada anjuran dalam Alquran maupun as-Sunnah untuk memberikan nama Arab kepada bayi yang baru lahir.
Pemahaman demikian tidak terlepas dari riwayat hadis yang menyatakan bahwa bahasa Arab itu adalah bahasa surga.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas yang mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
Cintailah bangsa Arab karena tiga hal: saya itu orang Arab, Alquran itu berbahasa Arab, dan bahasa penduduk surga itu bahasa Arab.
Riwayat hadis ini terdapat dalam banyak kitab hadis, seperti al-Mujam al-Ausath karya at-Thabrani, al-Mujam al-Kabir karya at-Thabrani,
al-Mustadrak karya al-Hakim, Syuab al-Iman karya al-Baihaqi, Ilal al-Hadits karya Ibnu Abi Hatim, al-Maudhuat karya Ibnu al-Jauzi, dan lain sebagainya. Namun demikian, tidak setiap hadis yang disebutkan dalam banyak kitab hadis itu otomatis sahih.
Dalam ilmu hadis, perlu dikaji sanad (jalur periwayatan) hadis terlebih dahulu.
Kees Versteegh dalam The Arabic Language menjelaskan bahwa bangsa Eropa di abad ke-18 pernah menekuni bahasa-bahasa rumpun Semit yang di antaranya terdapat bahasa Arab dan Ibrani.
Saat itu, bangsa Eropa yang diwakili Prancis sempat mengklaim bahwa bahasa penghuni surga itu adalah bahasa Ibrani yang saat ini menjadi salah satu bahasa umat Yahudi.
Tampaknya,bahasa tertentu sebagai bahasa surga itu merupakan klaim kesukuan yg masih kental di masyarakat Arab.
Bahasa Persia sebagai bahasa ahli neraka juga tidak terlepas dari sejarah buruk hubungan Arab vs Persia hingga har ini.
Selain masih didominasi bahasa Inggris, pengkhususan bahasa Arab sebagai bahasa agama atau bahasa surga justru membuat bahasa Arab itu tidak begitu berkembang dengan baik di Indonesia sebagai bahasa internasional, diplomatik, teknologi, dan sosial-politik.
Imam al-Dzahabi menganggap hadis di atas sebagai hadis mauhdhu (palsu). Hal ini pun diamini Syekh Ibnu Qayim al-Jauzi dalam kitab al-Maudhuat. Dalam Majmu al-Fatawa,Syekh Ibnu Taimiyyah mengatakan bahwa bahasa Arab sebagai bahasa surga itu tidak terdapat keterangan dalam Alquran,
hadis sahih, maupun dari sahabat.
Selain itu, menurut Syekh Ibnu Taimiyah, bahasa persia adalah bahasa ahli neraka juga tidak benar dan tidak ada dalil yang sahih. Wallahu alam.
"Kisah Habib Mundzir Mencium Tangan Preman Tanjung Priok"
Dikisahkan oleh Habib Mundzir di suatu daerah Tanjung Priuk Jakarta Utara tempat yang sangat rawan dengan kriminal, pernah ada seorang preman yang hobinya mabuk, sering menyiksa bahkan tak segan-segan membunuh orang.
Ia adalah bos preman yang konon kebal dan menguasai ilmu-ilmu kejahatan.
Suatu ketika ada pemuda sekitar wilayah tersebut ingin mengadakan majelis, namun takut pada preman kejam itu. Lantas ia mengadu pada Habib Mundzir.
Habib Mundzir mendatangi rumahnya, lalu mengucapkan salam, tapi ia tidak menjawab. Ia hanya mendelik dengan bengis sambil melihat Habib Mundzir dari atas kebawah, seraya berkata, “Mau apa kamu!”
KH.M. Arwani Amin atau Mbah Arwani dikenal sebagai ulama yang ‘alim ‘allamah.
Disamping itu, beliau juga dikenal oleh masyarakat luas sebagai sosok ulama besar yang lembut dan rendah hati.
Kemuliaan akhlak dan ketawadhuan beliau tidak hanya diakui oleh masyarakat biasa, bahkan para ulama hingga wali-wali Allah pun mengakuinya.
Setiap tamu yang sowan ke rumahnya diterimanya dengan sangat baik oleh beliau, baik tamu itu berasal dari kalangan biasa, ulama, ataupun pejabat negara. Sangking hormatnya beliau kepada tamu, beliau sendiri yang menyuguhkan jajanan/hidangan ke para tamu satu persatu.
*KENAPA HABIB LUTHFI BIN YAHYA FANATIK KEPADA NU? INI JAWABANNYA*
*Oleh: Maulana Habib Luthfi bin Yahya*
Dulu saya sering duduk di rumahnya Kyai Abdul Fattah, untuk mengaji. Di situ ada seorang wali, namanya Kyai Irfan Kertijayan.
Kyai Irfan adalah sosok yang nampak hapal keseluruhan kitab Ihya Ulumiddin, karena kecintaannya yang mendalam pada kitab tersebut. Setiap kali ketemu saya beliau pasti memandangi dan lalu menangis. Di situ ada Kyai Abdul Fattah dan Kyai Abdul Adzim.
Lama-kelamaan akhirnya beliau bertanya, “Bib, saya mau bertanya. Cara dan gaya berpakaian Anda kok sukanya sarung putih, baju dan kopyah putih, persis guru saya.”
"Ngger iki Jagad taline wis pedot.
Iki wayah kucing do kerah. Rerebutan balung.
Yen pengen Selamet. Mulo sing akeh te'e ndungo, ben tentrem Dunyone.
Syarate GULO KLOPO JANUR KUNING."
___
Maknane kurang lebih:
Wong sak niki, tepo slero wis ora ono.
Konco (sejati) wis logko.
Konco iku ngancani dewe nak nembe apes.
Jaman sak niki, sambung rakete ati meh ora ono.
Saiki konco sesuk musuhan.
Saiki musuhan sesuk kancanan.
Gulo klopo niku.
Nduwe urat sing manis. Lego karo sopo wae. Rak usah mikir pie wong iku, sing penting niti awak'e dewe jejeg teteg nggondeli Allah Ta'ala.
Lintas Ziarah dan Bertawassul di KH. Nur Muhammad Magelang
Sekilas Sejarah
KH. Nur Muhammad Ngadiwongso dulu adalah Ulama sakti yang menjadi guru Pangeran Diponegoro sekaligus patih di Magelang.
KH. Nur Muhammad juga terkenal penyebar agama islam di wilayah Salaman, Kabupaten Magelang. Makamnya banyakdikunjungi peziarah dari luar daerah hingga luar Jawa.
Karomahnya
1. Pertemuan KH. Nur Muhammad dan Mbah Dalhar saat Berhaji
Kiai Ahmad Dalhar, Watucongol, Muntilan, Magelang suatu saat melakukan rangkaian ibadah haji. Ia bertemu dengan seorang lelaki yang sebelumnya belum pernah bertemu sama sekali.
Gus Baha : "Jangan terlalu membesar-besarkan hal yang berpotensi membuat orang biasa jadi susah menjalankan syariat Islam".
“Hindarilah omongan seperti misalnya saat bulan ramadhan: "Rugi, ramadhan hanya setahun sekali kok gak sholat tarawih di masjid berjama'ah."
Itu namanya tak menghargai perasaan orang.
“Di luar sana itu, ada satpam, penjaga toko, tukang ojek, tukang parkir, dan banyak pekerja di malam hari yang mungkin menangis di dalam hati. Mereka juga ingin tarawih, tapi apa daya mereka sedang bekerja.”
“Tarawih itu sunah. Sementara mencari nafkah itu wajib. Menghindari diri dari kemiskinan secara ekonomi supaya tidak menjadi beban orang lain, itu hal yang paling utama".