Bc kisah tragis Tanjung Priok, biar tahu siapa Soeharto!
Di tengah suasana yg terkesan represif itu,
1. terdengar kabar dr langgar kcl dipesisir utara ibukota. Abdul Qadir Djaelani, s’org ulama tokoh masyarakat Tanjung Priok, disbt2 kerap menyampaikan ceramah yg dituding aparat sbg provokatif & berpotensi mengancam stabilitas nasional.
dr situlah kejadian berdarah itu bermula.
2. Dalam eksepsi pembelaannya di pengadilan, Abdul Qadir Djaelani menyampaikan kesaksian yang barangkali berbeda dengan versi “resmi” pemerintah Orde Baru.
Selepas subuh usai peristiwa Tanjung Priok, Djaelani dijemput aparat untuk dihadapkan ke meja hijau. Akhir 1985, pengadilan
3. pengadilan menjatuhkan vonis thdp mantan Ketua Umum Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) itu. Djaelani dihukum penjara 18 tahun dgn dakwaan telah melakukan tindak pidana subversi melalui ceramah, khotbah, dan tulisan-tulisannya (Tempo, Volume 23, 1993:14).
Selain Djaelani,
4. persidangan juga menyeret sejumlah tokoh cendekiawan Islam lainnya seperti AM Fatwa, Tony Ardi, Mawardi Noor, Oesmany Al Hamidy, Hasan Kiat, dan lainnya, yang dituding sebagai “aktor intelektual” bentrokan tersebut.
Setidaknya ada 28 orang yang diadili dalam rangkaian sidang
5. yang berlangsung selama lebih dari 3 bulan itu. Majelis hakim menyatakan seluruh tertuduh dinyatakan bersalah, dan dijatuhi sanksi bui yang lamanya bervariasi, hingga belasan tahun seperti yang dikenakan kepada Djaelani #BELAJAR LAGI DRUN SEJARAH
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
by *Xhardy* seword.com/politik/ribut-…
Sy pikir Koalisi perubahan sdh adem, saat semuanya kompak mendukung anis sbg capres. Tinggal cari siapa cawapres yg bakal berduet dgn anis, dan urusan pun beres.
Tapi itupun terjadi perdebatan dan saling serang antara Nasdem, Demokrat dan PKS. Memang koalisi ini sedang tdk baik2 saja.
Ceritanya dimulai dari Andi Arief.
Jauh sebelum itu ada satu nama yang masuk dalam radar Cawapres Anies, yaitu Gubernur Jawa Timur sekarang ini, Khofifah.
Kenapa Khofifah? Karena suara Jatim dari Khofifah diharapkan bisa diraup kubu Anies.
Jawa Barat adalah wilayahnya Prabowo. Jawa Tengah adalah wilayahnya Ganjar. Jawa Timur nggak menentu. Makanya wajar kalau kubu Anies melirik Jawa Timur. Masih ada peluang. Karena kalau Jatim
*PEMBOHONG AKAN DI DUKUNG OLEH ORANG YG PUNYA WATAK SAMA*
Anies bohong lagi, mengaku terima kupon bansos dari Pemerintah AS, selama pendidikan di Universitas Maryland (1997) dan Northern Illinois University (1999).
Anies ketahuan bohong lagi, mengaku terima kupon bansos saat
tinggal bersama keluarga di Amerika medio 1997-1999. Diunggah di Channel Anies Baswedan (6/3).
Kata Anies; "Dulu kami terima kupon bansos untuk bayar susu, bayar makanan bayar," ujarnya, kupon ditukar di grocery (toko kelontong).
Tapi Faktanya; Kupon bansos hanya diberikan pada
warga negara Amerika khusus gelandangan. Bukan pelajar, imigran, atau pelancong seperti Anies. Bohong 'kan.
Radar KATA LOGIKA menemukan artikel Christopher Klein di History.com (27 Agustus 2019).
Dia bilang; "Pemerintah Amerika tidak lagi mengeluarkan kupon bansos
*Warga Plumpang Jadi Korban Mulut Manis Beracun Abud, Ahok Sekali Lagi Terbukti Benar!*
by *Manuel* seword.com/politik/warga-…
Warga Plumpang tanah merah jadi korban dari aksi pencitraan murahan dan juga menjilat rakyat dilakukan oleh pejabat publik yg ingin menang.
Kita melihat
bagaimana korban jiwa meninggal dan luka bakar yang begitu banyak memenuhi rumah sakit dan juga memberikan efek trauma kepada keluarga yang ditinggalkan.
Untuk kita ketahui bersama bahwa warga Plumpang itu sebetulnya tinggal di daerah ilegal yang dilegalkan oleh anis saat
dia menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta. Orang ini memiliki peranan besar dari akibat yang ditimbulkan dari tinggal di lahan ilegal.
Tanah tersebut sebetulnya milik Pertamina yang sebetulnya dari awal sudah diingatkan oleh Bapak Basuki Tjahaja Purnama untuk segera dikosongkan
*Supersemar: Kejatuhan Suharto Persis Ketika Dia Menjatuhkan Sukarno*
by *Agung Wibawanto*
Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) telah menjadi sejarah kelam pengambil-alihan kekuasaan dari tangan Sukarno yang dilakukan Suharto. Ada banyak keanehan yang terjadi kala itu,
sejak peristiwa G30S dan setelahnya. Salah duanya adalah, mengapa harto tdk jadi salah satu target jenderal yg harus disingkirkan Gerakan 30 September? Bukankah harto memegang posisi dan jabatan penting ketika itu?
Hal tersebut menjadi pertanyaan besar beberapa pengamat sejarah.
Sebab harto, kala itu, sdh sangat dikenal merupakan jenderal yg "dipelihara" oleh AS. AS sendiri sangat benci kpd Sukarno yg dianggap lebih berpihak kepada kaum kiri (Uni Sovyet dan RRT). Logikanya, jika G30S dilakukan oleh PKI, tentu harto akan menjadi the first enemy dari PKI.
Arab Saudi, meski bentuknya kerajaan, tetapi di sana ada Ka'bah dan Makam Rasulullah SAW. Jadi masih bisa disebut negara yang ada nuansa Islam-nya.
Iran, negara yang dulunya
ada kerajaan paling besar di dunia waktu itu, yaitu Persia. Lalu terjadi revolusi yg meruntuhkan kerajaan itu dan skrg bernama Republik Islam Iran. Jd negara ini juga bernuansa Islami. Apalagi pengerak revolusi Islam di Iran adlh seorang ulama besar yg pengikutnya paling banyak,
yaitu Ayatullah Imam Khomeini.
Nah, Arab Saudi & Iran dlm bbrp dekade ini bersitegang atau bahkan sangat lama tegangnya, dimana Arab Saudi waktu itu didukung oleh Amrik, karena Amrik paling benci juga dengan Iran, jadi lewat tangan Arab Saudi, serangan ke Iran gencar dilakukan,
*Menjelekkan Negeri Sendiri tapi Berharap Jadi Presiden, Apakah Abud Ini Sakit*
by *Widodo SP* seword.com/politik/menjel…
Membaca serangkaian berita mengenai curhatan Anies Baswedan di Australia, yang pada bagian tertentu terdengar menjelekkan kinerja pemerintah pusat dlm menangani
Covid-19, setidaknya menurut pendapat suyektif eks Mendikbud pecatan itu, kesan pertama yg muncul di benak saya:
_"Orang ini agak sakit."_
Kenapa saya berpikir begitu? Setidaknya ada tiga alasan yang saya bisa kemukakan di sini.
*Pertama,* Anies ini kan berbicara dalam konteks
posisinya ketika masih menjabat sbg gubernur ya. Secara struktural, dia jelas berada di bawah Kemendagri, yang jika dirunut ke atas lagi, ada Presiden Jokowi di sana. Apa hak dia kok sampai mengritik secara terbuka, apalagi dengan kondisi faktual yang berbeda, mengenai kinerja