A.I. Fermadi (Didit Galaraka) Profile picture
Feb 16, 2021 57 tweets 7 min read Read on X
-THREAD HOROR-

LELEMBUT GUNUNG CIKURAY [BERTEMU ARWAH PENDAKI]

[BASED ON TRUE STORY]
@Bagihoror
@bacahoror
@IDN_Horor
@HorrorBaca
@horrornesia
@HorrorTweetID Image
Oke, sambil nunggu kekosongan gue diskusi sama narasumber di cerita pendakian yang gue maksud sebelumnya, gue post dulu cerita pendakian yang lain. semoga asupan horor kalian terpenuhi
Gue disclaimer dulu.
Cerita ini adalah pure cerita yang gue tulis dan gue kembangin, yang gue dapet dari salah seorang narasumber di facebook beberapa bulan lalu.
Ini dia ... "Lelembut Gunung Cikuray"
Retweet dulu biar rame.
Kisah ini baru-baru aja terjadi. Tepatnya tanggal 17-18 Oktober 2020
Semoga dari kisah ini, kita dapat mengambil apa arti sebuah tata krama di sebuah tempat.
******
Sosok itu berjalan menjauh sambil memeluk dirinya sendiri. Ia menggigil kedinginan lalu menghilang di antara gelapnya malam. Sedikit saja kesalahan, sukmaku perlahan dapat menghilang. Sebelum akhirnya aku bisa saja benar-benar kehilangan nyawa.
Masih ingat tentang wanita sang pecinta alam yang hilang Desember 2009 lalu di Gunung Cikuray? menurut penuturan dari berita, wanita itu hilang setelah ditinggalkan oleh seorang temannya untuk ikut mencari air menyusul temannya yang lain.
Ada dugaan kalau dia terjatuh ke jurang. Akan tetapi sampai saat ini, jasadnya sama sekali tidak pernah ditemukan. Ada dugaan lain juga kalau wanita itu berpindah alam dibawa oleh lelembut Gunung Cikuray. Semua upaya yang telah dilakukan keluarganya.
Tapi itu semua sia-sia. Tidak ada yang tahu keberadaannya kini dan hanya doa yang mampu mengeringi kehilangannya.
Ini kesaksianku. Benar-benar aku merasakannya. Nyata dan tak pernah akan terlupakan selamanya. Tanggal 17 Oktober 2020. Masih hangat diingatan. Kala itu, aku mendaki Gunung Cikuray bersama temanku, Agus. Ini semua berawal dari rasa penasaranku.
Dan aku mempunyai tekad kuat untuk menginjakkan kaki di atas puncaknya. Aku ingin menikmati pesona alam Cikuray. Menyegarkan isi kepalaku dari semua kepenatan rutinitas sehari-hari.
Aku tinggal di Kota Subang. Bersama temanku Agus, perjalanan dari Subang aku mulai pada pukul 04.30 pagi. Pagi sekali memang, tapi apa boleh buat. Jarak antara Kota Subang dan Kota Garut terbilang jauh. Aku tidak ingin terlalu siang sampai di sana.
Sekitar 5 jam waktu yang dibutuhkan olehku untuk sampai di pos pendaftaran Kiara Janggot. Jalur pendakian ini adalah salah satu jalur pendakian di Gunung Cikuray selain jalur Pemancar dan Bayongbong.
Awalnya, semua terasa asyik, karena Agus adalah seorang yang humoris. Ia selalu melempar candaan kepadaku. Candaannya tak sedikit mengundang gelak tawaku. Canda tawa itu membuat suasana pendakian tidak terasa garing.
Ya ... awalnya tidak terasa garing karena banyak cerita humor. Namun pada akhirnya, semua itu ... berbalik menjadi banyak cerita horor.
Oh, ya, sebut saja namaku Iis. Setibanya di pos pendaftaran Kiara Janggot, aku dan Agus mengurus administrasi pendakian. Kami memulai langkah sekitar pukul 10.20. Langkah mulai bergerak.
Melangkah beriringan menempuh asa yang terselip di antara cucuran keringat dan beratnya massa cerrier di punggung.
Tujuan pendakian ini hanya satu: menikmati pesona Sang Pencipta dari balik ciptaan-Nya yang bernama “Gunung”. Bukan untuk ditaklukan. Sama sekali tak ada niatan untuk itu—karena sesungguhnya manusia tak pernah bisa menaklukannya.
Akan tetapi, untuk bersahabat dengannya yang akhir-akhir ini menjadi tempat favorit untuk dijadikan destinasi berlibur.
“Is, di gunung kan banyak mistisnya, kaya gimana, ya, ketemu hantu di gunung?”. Celetuk Agus. Suaranya diikuti desir angin lembut yang menghujam keningku.

“Hush, kebiasaan lo, ya. Jaga omongan lo, Gus. Gunung ini gak maen-maen”. Ujarku mengingatkan.
Ini yang kukhawatirkan sebelumnya. Selain humoris, Agus juga dikenal dengan mulutnya yang suka asal ceplos. Dia sering tidak tahu kondisi dimana dia berada. Celetukan itu selalu muncul. Bahkan di saat mendaki gunung sekalipun.
Jarak Pos pendaftaran menuju Pos 1 berjarak lumayan jauh. Terlebih dahulu, kami harus melewati perkebunan warga yang terdapat di kaki gunung. Aku meminta Agus untuk berjalan di depan.
Dalam pendakian itu, Agus mengaku tidak pernah berjalan kaki ke gunung sejauh dan setinggi Gunung Cikuray.

“Btw, Gue sebenernya belum pernah jalan kaki sejauh ini loh, Is”, Ucap Agus.
“Yaa, bagus. Ini bisa jadi pengalaman lo juga, kan? Lagian lo laki ... harusnya lo kuat, dong. Jangan kalah sama gue yang cewek,” Timpalku menanggapinya.

“Ya harus lah. Secara cowok itu lebih strong, hehe” Tawa kecil Agus mengiringi perkataannya.
“Eh, eh, bentar bentar,” Langkahku seketika terhenti.
Aku merasa beban cerrierku timpang. Berat sebelah. Agus tidak menggubrisku. Ia tetap melangkah maju semakin menjauh, hingga jarak antara kami berkisar 4 meter-an.
Sementara aku memperbaiki packing-an cerrier, sesekali sudut mataku menangkap Agus sedang fokus memotret suasana sekitar dengan kameranya.
Memperbaiki isi cerrier membuat tenaga pikiranku terkuras. Aku harus menyeimbangkan penempatan antara barang satu dengan barang lainnya. Hampir terlupa dengan Agus, aku memeriksa keberadaannya di depanku. Aku tak ingin ia berjalan terlalu jauh.
“Lha, mana dia?” tanyaku pada diri sendiri. Aku tak melihat Agus. Padahal, cuaca sangat normal. Tak ada kabut sama sekali. Harusnya dengan jarak 4 meter atau lebih, pandanganku tetap dapat melihatnya.
“Guuss ... Aguuss ... Kemana lo, Gus?” Aku berteriak sekencang-kencangnya.

“Gus!! jangan bercanda deh!” Teriakanku sedikit memelas.
....
Semakin lama aku berteriak, tenggorokanku semakin sakit. Agus tetap tak menjawab. Bukan hanya Agus yang tak terlihat. Di sana, aku merasa sendirian. Jantungku mulai terpacu lebih kencang. Dadaku kembang kempis tak beraturan.
Dalam kepanikan, aku hanya bisa terduduk dan berdoa supaya kami segera dipertemukan. Aku tertunduk lesu. Leherku seakan tak berbatang.
Tak lama, hanya berselang beberapa puluh menit, Bau ilalang menyentuh masuk ke dalam hidung. Telingaku menangkap suara krasak-krusuk darinya. Kutengadahkan kepalaku, langsung melihat ke sumber suara.
Di antara ilalang, aku melihat Agus sedang asyik memfokuskan pandangan ke layar ponselnya. Tangannya masih erat dengan genggamannya. Ia masih asyik memotret keadaan sekitar. Jaraknya tak jauh. Hanya beberapa meter.
“Heh, Darimana aja, lo? Daritadi gue panggilin gak nyaut-nyaut. Sampe sakit tenggorokan tau gak, bercanda mulu idup, lo”, Aku menegurnya. Aku kesal. Sempat-sempatnya ia bercanda di tempat seperti ini.
“Siapa yang bercanda? Orang daritadi gue disini, gak kemana-mana.” Begitu Agus menjawabku. Nada bicaranya agak tinggi.

“Terus, gue gak denger, tuh, ada suara manggil gue. Daritadi selow-selow aja perasaan”. Lanjutnya. Jawabannya membuat prasangkaku menerka ke setiap arah.
Gak, gak mungkin Agus gak denger. Teriakan tadi itu kenceng banget. Gumamku.

“Asli, lo gak denger, Gus?”

“Ngapain gue boong,” ucapnya tanpa memandangku.

“Udah, kita lanjut, yuk!” ajak Agus melanjutkan perjalanan.
***
Pos 1 dan Pos 2 berhasil kami lalui tanpa adanya halangan berarti. Lanjut di perjalanan dari Pos 2 ke Pos 3, Aku mengikuti Agus yang menghentikan langkahnya. Ia beralasan ingin memotret suasana di sana.
Di tempatku menunggu Agus, Hidungku mencium sesuatu yang tak wajar. Di seluruh area tempat aku memijakkan kaki, tercium wangi semerbak dan menyeruak. Wangi itu kuat sekali.
Padahal, di sekitarku tak ada satupun bunga yang tumbuh. Hanya rimbun pepohonan. Kalaupun ada bunga, pasti wanginya tak akan sekuat ini. Rasanya seperti ada seseorang yang baru saja mengoleskan parfum bunga di bagian kulit atas bibirku.
Anehnya, meski tak wajar, aku dibuat sangat nyaman olehnya. Kenyamanan yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Sempat kucari sumber wanginya. Tapi hasilnya nihil. Aku tetap tak mendapatkan wangi yang sama dari benda-benda sekitar seperti wangi tadi.
Seketika aku teringat dengan sebuah mitos. Jika kita tiba-tiba mencium wangi menyeruak, sementara kita tak menemukan sumbernya, itu adalah pertanda kedatangan “mereka”. Atau, lebih tepatnya “Penyambutan”.
Bulu kudukku mulai berdiri, seakan ingin keluar dari sela-sela kain kerudung yang kupakai. Aku tak tahu, apa yang akan terjadi selanjutnya. Semoga, ini bukan pertanda buruk bagi kami.
“Is, fotoin, Is!”. Pinta Agus.

“Ayo lanjut dulu, kita ngejauh dulu dari sini”. Aku menolak permintaannya. Ada yang tidak beres dengan tempat ini. Aku beranjak. Melanjutkan perjalanan menjauhi Agus.

“Kenapa, sih, lo?” Ia sepertinya keheranan.
Tanya itu tak kujawab. Aku tetap melangkahkan kaki.
Sesampainya di Pos 3, kami rehat sejenak. Aku sendiri bersandar di bawah sebuah pohon. Cerrier tak kulepas. Ia tetap setia dalam gendonganku. Aku sedikit kelelahan. Nafas pun tak beraturan.
Setelah beberapa lama aku mengatur nafas dalam keadaan mata terpejam, kubuka kembali mataku secara perlahan. Pandanganku masih buram, belum sepenuhnya terlihat jelas.
Tapi, samar dapat kulihat, tepat dari arah depanku, ada sesosok wanita duduk di sebuah ranting pohon yang di bawahnya tepat mulut jurang menganga lebar. Perawakannya persis denganku. Ia melambaikan tangan.
Ia seperti menghipnotisku. Aku terkesima dibuatnya.
Merasa terpanggil, aku beranjak. Kakiku melangkah menghampirinya.
“Ehh, ehh, Is. Lo mau kemana? Itu jurang, lho, Is. Lo kenapa?” Teriakan Agus membangunkan rasa terkesimaku. Tubuhku digoyahkan olehnya. Ia menghadang tepat di depanku.
“Emm. Gak apa-apa, gus. Itu tadi ... “ Aku menunjuk ranting yang semula diduduki sosok wanita yang melambaikan tangannya.

Tapi, “Hah, lho, kok gak ada?” Wanita itu menghilang. Dahiku mengkerut.

“Apaan, sih?” tanya Agus keheranan sembari menoleh ke arah ranting yang kutunjuk.
“Enggak, udah lupain, kita lanjut jalan aja!” Kataku.
Bersambung di Part 2.
Biar gak susah nyari, dipakein hashtag
#lelembutgunungcikuray

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with A.I. Fermadi (Didit Galaraka)

A.I. Fermadi (Didit Galaraka) Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @diditgalaraka

Aug 19, 2021
-THREAD HOROR-

SELENDANG PUTIH

@bagihoror
@bacahoror
@IDN_Horor
@HorrorBaca
@horrornesia
@HorrorTweetID Image
Malem jumat nih, guys. Kali ini gw bakal post cerita pendek. Yang ringan-ringan aja, tapi semoga tetep menghibur.
Judulnya "Selendang Putih"
Read 75 tweets
Feb 19, 2021
-THREAD HOROR-

LELEMBUT GUNUNG CIKURAY [BERTEMU ARWAH PENDAKI]

PART 2 [END]
[BASED ON TRUE STORY]
@Bagihoror
@bacahoror
@IDN_Horor
@HorrorBaca
@horrornesia
@HorrorTweetID
#lelembutgunungcikuray Image
Kuputuskan melanjutkan perjalanan menuju Pos 4. Di tengah-tengah perjalanan, suasana kembali tidak beres. Aku merasa diikuti oleh seseorang dari belakang.
Read 94 tweets
Feb 4, 2021
-THREAD HOROR-

KUALAT GUNUNG MERAPI BAB 10

TAMAT ....

[BASED ON TRUE STORY]
@bagihoror
@bacahoror
@IDN_Horor
@HorrorBaca
@horrornesia
@HorrorTweetID
“Maksud, Mbok?” aku mengerutkan dahi. Pelukanku kulepas.

“Yoyo yang menyelamatkan kamu dan yang lainnya.” tuturnya begitu lembut.

“Yoyo juga sudah berusaha menyelamatkan dua orang kekasih itu. tapi kesalahan mereka terlalu berat.” Lanjutnya.
Jujur, misteri di dalam kepalaku bertambah. Belum sempat kupecahkan misteri yang diutarakan Mbah Wongso, aku sudah diberi isyarat lain oleh Mbok Irah malam itu.
Read 91 tweets
Feb 4, 2021
-THREAD HOROR-

KUALAT GUNUNG MERAPI BAB 9

[BASED ON TRUE STORY]
@bagihoror
@bacahoror
@IDN_Horor
@HorrorBaca
@horrornesia
@HorrorTweetID
Begitu melihat mobil Mas Irwan memasuki kawasan basecamp, Gundil bergegas berlari menghampiri mobil. Tanpa parkir, Gundil memberi isyarat dari jauh untuk segera masuk ke dalam mobil.
Tanpa pikir panjang, aku mengangkat tubuh Yoyo untuk dapat segera didudukkan di dalam mobil. Begitupun dengan Ibang dan Kucay. Mereka mengangkat tubuh Mulki dan Desti, lalu mendudukkannya secara bersilangan di dalam mobil.
Read 96 tweets
Feb 4, 2021
-THREAD HOROR-

KUALAT GUNUNG MERAPI BAB 8

[BASED ON TRUE STORY]
@bagihoror
@bacahoror
@IDN_Horor
@HorrorBaca
@horrornesia
@HorrorTweetID
Cerita ini bakal gue lanjut. Semoga saja bisa dipost sampe tamat hari ini.
Retweet dulu guys.
Suara ayam berkokok membangunkan tidur lelapku.

........

Ah, suara alarm HP-ku ternyata. Aku kira, seekor ayam bisa mendaki begitu jauhnya hingga mencapai Pasar Bubrah. Memang sengaja aku pasang nada kokok ayam supaya terdengar klasik.
Read 110 tweets
Feb 1, 2021
-THREAD HOROR-

KUALAT GUNUNG MERAPI BAB 7

[BASED ON TRUE STORY]
@Bagihoror
@bacahoror
@IDN_Horor
@HorrorBaca
@horrornesia
@HorrorTweetID Image
Kehadiran lelaki itu menghadirkan rasa penasaran bagiku. Lebih tepatnya, aku sangat penasaran dengan penampilannya yang tak umum.
“Maaf, Pak. Darimana mau kemana ya?” aku membuka obrolan.
“Saya warga sini. Saya mau pulang, tapi sudah kemalaman. Rumah saya di belakang puncak sana.” Lelaki itu menjawab dengan santainya, menunjuk ke arah siluet besar puncak Merapi.
Hah? Emang ada desa di belakang puncak ini? satu pertanyaan besar menghujam di kepalaku.
Read 106 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(