Oman Fathurahman Profile picture
Apr 12, 2021 116 tweets 84 min read Read on X
Sobat Ngariksa, utk menemani amaliyah Ramadan, sy membuat utas tentang #100TanggaRuhani, yg sy sarikan dari manuskrip Tanbih al-Masyi karya ulama Nusantara Syekh Abdurrauf al-Sinkili. Setiap hari, akan ada penjelasan 3-4 #TanggaRuhani yg dilalui para sufi dlm mencari Ridla Ilahi.
#TanggaRuhani pertama adalah al-yaqzhah (bangun, terjaga). Ini dipahami sbg sikap selalu terjaga dan waspada, menjauh dr segala potensi perilaku yg bertentangan dengan ajaran-Nya. Hati dan fisik terjaga. Utk urusan dosa, jangan coba-coba.

Yuk, bangun 😊
#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani kedua adalah at-taubah (bertaubat). Ini bisa dipahami sebagai kembali kepada Allah. Taubat seseorang dinilai tulus kalau disertai penyesalan (al-nadm), pengakuan kesalahan (al-i'tidzar), serta menjaga jarak dari penyebab dosa (al-iqla').

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ketiga adalah al-inabah (kembali). Ini jg bisa dipahami sbg kembali kepada Allah. Namun, lebih dr sekadar menyesali perbuatan dosa, al-inabah berarti bekerja keras mengganti kesalahan dg berbuat sebanyak mungkin kebaikan utk kemaslahatan.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
Al-Sinkili mengutip al-Kasyani (wafat kl. 1330 M), salah seorang sufi penafsir Ibn 'Arabi, yg menambahkan bhw taubat berarti kembali dr perilaku yg menyalahi hukum Allah, hijrah menuju perilaku yg sesuai dengan ketentuan-Nya.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani keempat adalah al-muhasabah (introspeksi). Ini bisa dipahami sbg sikap membandingkan kebaikan dengan keburukan dalam diri; membandingkan anugerah yg diterima dengan keburukan atau kejahatan yg dilakukan. Sekali2 buruk sangkalah pd diri.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani kelima adalah al-tafakkur (memikirkan/mengamati). Ini bisa dipahami sbg upaya batin utk sampai pd pengetahuan hakikat, baik hakikat ke-Tuhan-an, hakikat ciptaan, maupun hakikat di balik tindakan. Bertafakur kunci mnjdi lbh baik.

Met sahur!

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani keenam adalah al-tadzakkur (mengingat). Ini bisa dipahami sbg mengingat segala prinsip kebaikan yg sdh diketahui, jng sampai hilang lg. Tadzakkur lbh tinggi dr tafakkur, krn tafakkur msh proses mencari kebaikan, tadzakkur sdh menemukannya.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ketujuh adalah al-firar (lari), yg bisa dipahami sbg upaya menjauh dr segala hal yg akibatkan berjarak dg Al-Haq (Tuhan/Kebenaran), menuju amaliyah yg mendekatkan diri pada-Nya. Jg firar dr kebodohan ke ilmu, firar dr malas ke rajin ibadah.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani kedelapan adalah al-sima’ (mendengarkan). Ini adlh kunci utk bisa menerima kebenaran. “Mendengarkan” merupakan gambaran sikap seseorang yg mengetahui, memahami, dan mau memenuhi ajakan kebenaran.

Bnyk mendengar, lbh baik drpd bnyk bicara.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani kesembilan adalah al-riyadhah (latihan). Ini bisa dipahami sbg melatih jiwa utk menerima kebenaran, dan menjadikan kebenaran sbg imam. Riyadhah berarti mendidik akhlak dg ilmu, membersihkan amal dg keikhlasan, dan menunaikan Hak Allah.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani terakhir, atau kesepuluh, yg termasuk Bagian “Permulaan” (al-bidayat) adlh al-i’tisham (berpegang teguh). Ini bisa dipahami sbg selalu berpegang teguh pd al-Haq, menjaga diri agar tdk terjerumus pd hal buruk yg tdk DIA Sukai (al-makruhat).

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani kesebelas, yg merupakan bagian pertama dari “Pintu-pintu” (al-Abwab), adlh al-huzn (penyesalan). Mnrt al-Sinkili, al-huzn berarti sikap menyesali segala kebaikan yg terlewatkan. Menyesal krn tahu dan mampu berbuat baik, tapi melewatkannya.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
Dalam Bagian “Al-Abwab” juga terdapat 10 #TanggaRuhani. Sy akan menghitungnya sebagai kelanjutan dari 10 #TanggaRuhani pertama pd Bagian "al-Bidayat", sehingga secara urutan nomor 1 (satu) di bagian ini menjadi nomor sebelas, dua belas, tigabelas, dst…

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani keduabelas adlh al-khawf (takut). Ini bisa dipahami sbg perasaan gundah, khawatir terjerumus pada hal buruk yg tdk disukai. Al-khawf bisa berarti takut hukuman, takut menjalnkan keburukan. Al-khawf ibarat rem, al-raja’ (berharap) gasnya.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ketigabelas adlh al-isyfaq (lembut). Ini bisa dipahami sbg rasa khawatir yg diiringi dg kelembutan dan kasih sayang. Rasa khawatir menjadikan kita waspada, khawatir diri tersesat, khawatir amal sia-sia karena tdk ikhlas.

Mulai berat nih…

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani keempatbelas adalah al-khusyu’ (tunduk dan rendah), yakni jiwa tenteram di hadapan Dzat Yang Mahabesar. Cirinya rendah hati, pasrah dan selalu menerima kebenaran. Khusyu’ tempatnya di hati, fisik hanya mengikuti, keduanya saling terkait.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani kelimabelas adalah al-ikhbat (tenteram). Jiwa yg khusyu’ akan tenteram bersama-Nya. Al-ikhbat adlh awal tercapainya “tuma’ninah”, berarti betah, tdk ragu lg dg kebenaran. Pujian n cacian "gak ngaruh"; tdk mngurusi keburukan org lain.

Nah!
#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani keenambelas adalah al-zuhd (zuhud), melepas kecintaan hati secara ekstrem pd hal duniawi. Zuhud bukan berarti tdk punya harta, keluarga, jabatan. Nabi jg punya. Kuncinya pada hati, urusan duniawi tdk boleh me”replace” cinta sejati pd-Nya.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ketujuhbelas adlh al-wara’ (berhati-hati), yakni menjauhi hal yg potensial menimbulkan dosa; meninggalkn perkataan, perbuatan, dan pikiran yg tdk bermanfaat. Nabi: “Di antara ciri keislaman yg baik adlh meninggalkan hal yg tdk bermanfaat”.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani kedelapanbelas adlh al-tabattul (pemisahan), yakni memisahkan hati dr segala urusan, ketika beribadah. Putus dr yg lain, nyambung dengan Allah. Tdk silau/brharap duniawi atau jabatan, krn hanya memikirkanNya. Tabattul berkaitan dg zuhud.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani kesembilanbelas adlh al-raja’ (berharap), yakni berbaik sangka kebaikan akan datang, optimis Tuhan mengabulkan harapan. Bedakan al-raja’ dg al-tamanni ("ngarep"); yg pertama berharap sambil berusaha, yg kedua berharap tp berpangku tangan.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani keduapuluh adlh al-raghbah (ketertarikan), yakni ketertarikan menjalani perjalanan menuju al-Haq/Kebenaran. Al-raghbah lbh tinggi dr al-raja’; tdk sekadar brharap menemukan kebenaran, al-raghbah berarti sdh menemukannya, tinggal menjalani.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
Al-raghbah adlh #TanggaRuhani terakhir dlm Manzilah "Al-Abwab" (Pintu-pintu). Berikutnya Manzilah "Al-Mu'amalat" (Interaksi), berisi 10 tangga. Sy akan mulai menghitungnya sbg #TanggaRuhani ke-21.

Al-Sinkili merujuk Manazil al-Sa'irin karya al-Harawi, dg sedikit "improvisasi".
#TanggaRuhani ke-21 adlh al-rahbah (khawatir), yakni rasa teramat takut dlm menghindari sesuatu yg tdk disukai. Al-Sinkili menyamakan al-rahbah dg al-khasy’yah (الخشية), rasa takut milik ulama, takut yg tdk menyebabkan lari, tp mendekat pd Keadilan-Nya.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
Al-Harawi tdk menyebut @TanggaRuhani al-rahbah ini dlm Manazil al-Sa’irin. Alih-alih, ada al-ri’ayah (menjaga), yg berarti mmperhatikan amal selalu terjaga agar ikhlas, menjaga ilmu agar jd amal, dan menjaga waktu agar tdk idak sia-sia.

Selamat dluha...

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-22 adalah al-muraqabah (pengawasan). Ini bisa dipahami sbg terus menerus menghadirkan hati dan niat bersama Allah; terus menerus meyakini bahwa Dia Melihat, Mendengar, Mengetahu, dan Mengawasi (raqiibaa), tak sedetik pun luput dari-Nya.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-23 adlh al-hurriyyah (merdeka), yakni keluar dr menghamba kepada selain Allah; memerdekakan diri dari belenggu makhluk, dan hanya tunduk pada-Nya. Ini bukan berarti hamba tdk memiliki harta atau duniawi, terpenting tdk menjadi budaknya.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
Dlm Manazil al-Sa’irin, al-Harawi jg tdk menyebut @TanggaRuhani al-hurriyyah ini. Alih-alih, ia menyebut al-hurumah, menjaga n mengagungkan larangan Allah; mengagungkan bukan karena takut, bukan krn ingin pahala, dan bukan karena ingin pamer kesalehan.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-24 adlh al-ikhlas (tulus), yakni membersihkan amal agar tdk bercampur dg niat buruk n kotor; tdk ingin dianggap baik, tdk ingin dipuji. Amal hrs ikhlas dan benar; yg ikhlas tp tdk benar, atau yg benar tp tdk ikhlas, keduanya tertolak.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-25 adalah al-tahdzib (penyucian), yg hanya didefinisikan oleh al-Sinkili sbg baik (الصلاح). Al-tahdzib berarti latihan (riyadhah) “menggojlok” diri agar beramal, beribadah, bersikap, berkhidmat, dan bahkan niat pun selalu disertai ilmu.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-26 adlh al-istiqamah (teguh): lurus, tegas dlm perkataan & perbuatan, tdk ragu menjalani kebenaran. Istiqamah ibarat ruh yg memaknai perilaku. Amal tanpa istiqamah = badan tanpa nyawa. Istiqamah mmbangun reputasi, bukan sekadar prestasi.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-27 adlh al-tawakkul (tawakkal), yakni menyerahkan segala urusan kepada yg Berkuasa menanganinya. Tantangannya, sering orang awam serahkan urusan kepada diri sendiri, terlalu percaya diri, merasa punya kemampuan n kekuasaan titipan-Nya.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-28 adlh al-tafwidh (pasrah), yakni sepenuhnya mmasrahkan segala urusan kpd yg Menggerakkan. Kalau tawakkal, serahkan urusan kpd-Nya setelah ada peristiwa, kalau tafwidh pasrah, sebelum n sesudah peristiwa. Yakin ada Dalang dlm kehidupan.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-29 adlh al-tsiqah (yakin), yakni menyandarkan segala urusan kpd-Nya. Tsiqah adlh inti dr tawakkal dan pasrah. Kalau tawakal adalah mata, tsiqah hitamnya. Kalau pasrah adalah hati, tsiqah relungnya. Ia intinya inti, “core of the core”..😊

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-30 adalah al-taslim (tunduk). Al-Sinkili menyebutnya sbg penyerahan diri total kpd al-Haq, Tuhan Yang Mahabenar, tanpa disesaki akal atau angan-angan (wahm). Al-taslim diyakini sbg tangga kunci utk bs sampai pd tangga ruhani berikutnya.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
Al-taslim (pasrah) adlh #TanggaRuhani terakhir dlm Manzilah "al-Mu'amalat" (Interaksi). Berikutnya adlah Manzilah "Al-Akhlaq" (perilaku), berisi 10 tangga. Sy akan mulai menghitungnya sbg #TanggaRuhani ke-31.

Pasrah ini bukan menyerah tanpa usaha, beda.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-31 adalah al-sabr (bersabar). Ini bisa dipahami sbg perilaku menahan diri ketika menghadapi hal yg tdk disukai, termasuk menahan diri utk tdk mengadu, tdk putus asa. Sabar dlm menyikapi perintah n larangan-Nya, sabar menghadapi musibah.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-32 adlh al-syukr (bersyukur), yakni memuji Pemberi nikmat, agar mengenali-Nya. Bersyukur dimulai dg mengenali nikmat yg diterima, mengakuinya, dan memuji Pemberi nikmat. Memuji adlh pangkal syukur, yg tdk memuji-Nya, tak akan bersyukur.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-33 adlh al-ridha (menerima), yakni diam menerima Kehendak-Nya tanpa ragu dan pengingkaran, di mana dan bagaimana pun keadaannya. Seseorang dianggap rida, jika baginya hanya Allah yg paling dicintai, paling diagungkan, n paling ditaati.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-34 adalah al-haya’ (malu), yakni perasaan mengagungkan yg disertai dg cinta (al-wudd). Malu krn merasa selalu diawasi oleh-Nya. Rasa malu lahir kalau menyadari bnyk nikmat yang diterima tp kurang bersyukur. Hilang malu tanda keras hati.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-35 adlh al-sidq (jujur), yakni selaras perkataan, sikap, dan perbuatan. Al-sidq adlh kunci, poros kebenaran. Jujur mungkin terpinggirkan, tp takkan terkalahkan. Jujur membuat hati tenang, dusta bikin gelisah. Ia jimatnya Abu Bakar. Yuk!

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-36 adlh al-itsar (mengkhususkan), yakni memprioritaskan orang lain ketimbang diri sendiri, spt kaum Anshar thd kaum Muhajirin. Itsar lawan kikir (al-syuhh). “Mutsir” berarti juaranya para dermawan.
Berat nian, setidaknya jangan bakhil.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-37 adlh al-khuluq (akhlak), yakni sifat yg menggambarkan watak pelakunya. Semua makhluk adlh ciptaan-Nya, anjing sekalipun. Berakhlak berarti membuat makhluk lain nyaman, aman, dan selalu menebar cinta. Yang memberi, juga akan menerima.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-38 adalah al-tawadhu’ (rendah hati), yakni tunduk menerima al-Haq (Tuhan/Kebenaran), jg berarti tenang, rendah hati, lembut, memandang org lain besar, diri sendiri kecil, rendah hati bukan rendah diri, menerima kebenaran dari siapapun.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-39 adlh al-futuwwah (ksatria), tdk mmandang diri unggul n paling berhak, tunduk pada-Nya. Futuwwah brarti mninggalkn permusuhan, mmaafkn kesalahan, mnutupi aib orang, tdk mndoakan buruk, mndekati yg menjauhi, memuliakan yg menghinakan.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-40 adlh al-inbisat (lapang), tenteram “berdampingan” dg Sang Kekasih, berperangai mulia, bahagia dlm kebenaran, menjadikn al-Haq sebagai “teman”, bermanja serta berasyik ma’syuk dg-Nya. Musa AS berbicara dg Tuhan krn sdh inbisat.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
Demikianlah 10 #TanggaRuhani dlm Manzilah Al-Akhlaq. Berikutnya al-Sinkili masuk pd Manzilah Al-Ushul (pokok-pokok), yg merupakan persinggahan tangga ruhani kelima. Dlm Manzilah ini ada #10TanggaRuhani, sy akan mulai menghitungnya sbg tangga ke-41.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-41 adlh al-qasd (tekad), yakni menyengaja dlm hati utk semata akan ta’at pada-Nya. Setiap yg keluar rumah, bertekad utk ta’at pd Allah selama di perjalanan, lalu gugur, ia mndapatkan ganjaran dari-Nya. Tekad kuat akan memupus keraguan.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-42 adlh al-‘azam (berketetapan), yakni membulatkan hati utk mwujudkan tekad yg telah dicanangkan, agar tdk berpaling ke lain tujuan yg dpt membuat ragu, tergoda, dan kemudian menyimpang. Jika sudah berketetapan, sisanya adlh tawakkal.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-43 adlh al-iradah (kehendak), yakni memenuhi ajakan kebenaran. Al-iradah menyetir tindakan n perilaku. Kehendak baik akan membawa kebaikan, kehendak buruk sebaliknya. “Setiap org berbuat menurut keadaannya masing-masing” (al-Isra’: 84).

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-44 adlh al-adab (adab), yakni mnjaga batas keseimbangn antara al-ifrath & al-tafrith. Yang pertama: brlebihan dlm beribadah, yg kedua: menyepélékannya; mnempuh jalan tengah, tdk terlalu khawatir: putus asa, tdk terlalu optimis: terlena.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-45 adlh al-yaqin (yakin), yakni tuma’ninah meyakini perkara ghaib: akhirat, surga, neraka, dll yg disampaikan Allah & Rasul-Nya, tidak ada keraguan atasnya. Org yakin tdk berlebihan memuji yg memberi, tdk mencaci mereka yg tdk berbagi.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-46 adlh al-uns (ramah): “jinak”, nyaman dengan Allah. Al-Sinkili mengutip al-Harawi: al-uns adlh ruhnya taqarrub, dekat dengan-Nya. Ketaatan n cinta yg melahirkan kedekatan, tdk dekat kalau tdk nyaman dg segala perintah n larangan-Nya.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-47 adlh al-dzikr (mengingat), yakni amaliah yg dpt mndekatkn kpd al-Haq, upaya mmbersihkn diri dr lalai n lupa. Dzikir bs dilakukan secara zahir, samar (khafi), maupun hakiki. Yg terakhir ini berarti selalu menghadirkan Allah dlm diri.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-48 adlh al-faqr (butuh). Ini dipahami sbg akhlak sempurna yg mncerminkn capaian persinggahan tangga ruhani. Al-faqr berarti hanya mmbutuhkn Allah semata. Org fakir bukan yg tak punya harta, melainkn yg bs tetap “fakir” dlm kekayaannya.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-49 adlh al-gina’ (kaya), milik sempurna, kaya hati, kaya jiwa, inilah hakikat kaya, bukan kaya harta. Seorang kaya adlh mrk yg merasa cukup dg Allah n tdk mmbutuhkn selain-Nya. Al-gina’ sangat terkait dg al-faqr. Kayanya seorang hamba, lain dengan Mahakaya Tuhan.
50
#TanggaRuhani ke-50 adlh al-murad (yg dikehendaki), yakni yg terpilih diangkat drajatnya mnjadi lbh tinggi. Nabi Saw dikehendaki menerima Quran, meski ia sendiri tdk prnh berharap (al-Qashash: 86). Setiap murid/salik, tujuan akhirnya mnjadi al-murad.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
Demikianlah 10 #TanggaRuhani dlm Manzilah kelima, Al-Ushul. Berikutnya al-Sinkili masuk pd Manzilah Al-Audiyah (rasa), yg merupakan persinggahan tangga ruhani keenam. Dlm Manzilah ini ada #10TanggaRuhani, yg mulai saya hitung sebagai tangga ke-51.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-51 adalah al-ihsan (baik), yakni engkau sembah Tuhanmu seakan melihatnya. Merasa melihat dan dilihat, menghadirkan-Nya setiap saat. Ihsan adalah inti iman, puncak kebaikan. “Tidak ada balasan ihsan kecuali ihsan pula” (al-Rahman: 60).

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-52 adlh al-‘ilm (ilmu), yakni pengetahuan yg didasarkan pd argumen, dan menghilangkan kebodohan. Ada ilmu yg bisa didengar, dilihat, n dicerna; ada ilmu yg hanya diketahui orang tertentu; n ada jg ilmu yg diperoleh melalui ilham-Nya.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-53 adlh al-hikmah (hikmah), yakni mengetahui rahasia segala sesuatu, memahami hubungan sebab akibat. Hikmah berarti bijak, menempatkan sesuatu pada tempatnya, tdk berlebihan, tdk mnyegerakan waktu yg sdh ditetapkan, jg tdk menundanya.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-54 adlh al-bashirah (mata batin), yakni kekuatan batin yg mlampaui pnglihatan lahir, mnyingkap hijab, n menghilangkan keraguan atas hal ghaib. Pengetahuan mata batin mnuntun pd kebenaran hakiki, memilahnya dr pngetahuan lahir nan nisbi.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-55 adlh al-firasah (firasat), yakni mengenali hal ghaib melalui mata batin, tanpa perlu saksi atau bukti kehadirannya. Firasat diperoleh dg mmperhatikn tanda2. Ia tidak didatangkan, tp masuk ke dalam hati tanpa diketahui penyebabnya.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-56 adlh al-ta’zim (pengagungan), yakni mngetahui dan tunduk pd Keagungan al-Haq, tdk mnyalahi perintah-Nya, tdk mratapi takdir-Nya. Pengagungan jg berarti tdk memilih amaliah yang mnggampangkan atau meréméhkan, sebaliknya tdk brlebihn.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-57 adlh al-ilham (ilham), yakni pengetahuan Rabbani (dari Tuhan) yg meresap ke dlm hati. Ilham itu maqom para ahli hadis (al-muhadditsin). Ia lbh tinggi dr firasat krn lbh permanen; firasat hanya datang sesekali n trkadang mnyulitkan.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-58 adlh al-sakinah (ketenangan), yakni keadaan di mana jiwa merasa tenteram setelah mnghadapi guncangan, kgelisahan, dan ketakutan. Ketenangan diberikan kpd Rasulullah Saw saat brsembunyi di Gua Hira. Al-sakinah adlh anugerah dari-Nya.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-59 adlh al-tuma’ninah (tenteram), yakni istirahat, tenang dg rasa aman. Al-Harawi: al-tuma’ninah berarti ketenangan yg diperkuat dg rasa aman hakiki. Tuma’ninah adalah puncak sakinah. Kalau sudah sakinah, maka akan merasakan tuma’ninah.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-60 adlh al-himmah (hasrat), yakni gairah kuat yg mnggerakkan diri utk mncapai tujuan, tdk bisa dibendung atau dihindari oleh pemiliknya. Himmah tertinggi adlh ketergantungan pd al-Haq. Kualitas hamba terletak pd himmah yg dimilikinya.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
Demikianlah 10 #TanggaRuhani dlm Manzilah Al-Audiyah. Berikutnya al-Sinkili masuk pd Manzilah Al-Ahwal (Kondisi-kondisi), persinggahan tangga ruhani ketujuh utk menggapai Ilahi. Di sini, ada #10TanggaRuhani, sy akan mulai mnghitungnya sbg tangga ke-61.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-61 adlh al-mahabbah (cinta), yakni terpautnya hati pd yg Dicintai (Allah), hingga pasrah n mnolak mncintai lainnya. Cinta adlh petanda tuma’ninah; hidup jadi punya tujuan. Cinta kpd Allah: lisan berzikir, n selalu rasakan kehadirannya.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-62 adlah al-ghairah (cemburu), yakni gugurnya kesanggupan karena iri, n terbatasnya ksabaran krn mncinta. Hamba yg cemburu bagi Allah, tdk sanggup mlakukn hal yg bisa mngalihkn dari-Nya. Ia tdk brsabar akibat cinta thd-Nya yg teramat.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-63 adlh al-syauq (rindu), yakni dorongan hati bergelora utk bertemu Kekasih. Rindu lahir krn cinta. Kekuatan rindu tergantung dr kadar cinta. Rindu hamba pd Allah lahirkn harapan brtemu dg-Nya. Rindu brganti kesenangan saat sdh bersua.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-64 adlh al-filq (resah): gelisah melepas rindu. Al-Harawi: al-filq adlh kerinduan yg menjadi-jadi hingga tak trkendali. Resah pd Allah: rindu hamba pada-Nya yg tak terperi. Keresahan akibat rindu, berubah menjdi kesenangan saat bertemu.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-65 adlh al-‘athasy (haus): rasa suka yg teramat atas sesuatu yg diinginkan. Jika jiwa hamba makin resah krn rindu pd Sang Kekasih, lahirlah keadaan hati yg mnggelepar spt kehausan, ibarat org mrindukan seteguk air d tengah padang pasir.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-66 adlh al-wajd (ekstase), kondisi jiwa yg mnggelora krn mnyaksikn hal agung yg mnggetarkn. Sisi kemanusiaan hamba tenggelam n lenyap dlm lautan makrifat, berhenti sejenak dr dunia n diri. Al-wajd adlh keselarasan antara indera dg ruh.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-67 adlh al-dahsy (terperanjat): kebingungan yg mencengkeram jiwa seorang pencinta krn terpesona Keagungan yang dicintai (Allah). Al-dahsy adlh kondisi antara khauf n raja’ dlm jiwa. Setelahnya, hamba rasakan tenteram, senang, n bahagia.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-68 adalah al-hayman (kagum), yakni tersungkur saking kagum dan terperanjat oleh keagungan sang Kekasih (Allah). Musa as tersungkur ketika Tuhan menampakkan diri-Nya (tajalli) pd gunung (al-A’raf: 143). Al-hayman lbh dahsyat dr al-dahsy.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-69 adlh al-barq (kilat), yakni cahaya yg Allah tanamkan dlm hati pd awal perjalanan spiritual hamba, n menuntunnya menuju hadirat-Nya, ia tenggelam di dlm-Nya. Musa as melihat cahaya, ia hampiri, ia pun mendapat nubuwwah (Taha: 9-10).

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-70 adlh al-dzawq (kenikmatan), yakni rasa nikmat yg lahir krn dekat dg Kekasih (Allah). Inlah awal dan tanda-tanda tajalli-Nya. Al-dzawq lbh langgeng dr al-wijd n lbh agung dr al-barq. Al-dzawq lahirkan kebahagiaan jiwa (al-Syura: 48).

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
Demikianlah 10 #TanggaRuhani dlm Manzilah ketujuh, Al-Ahwal. Berikutnya al-Sinkili masuk pd Manzilah Al-Wilayah (Kewalian), persinggahan tangga ruhani ke-8 utk menggapai Ilahi. Di sini ada #10TanggaRuhani, sy akan mulai menghitungnya sbg tangga ke-71.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-71 adlh al-lahzh (lirikan), yakni kedipan yg menggetarkan berkat Keagungan yg Dipandang, spt Musa as melirik Cahaya Tuhan dlm gunung. Al-lahzh jg berarti mmperhatikn segala ketetapan Allah, n menerimanya. Hati jd tenang, jiwa tenteram.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-72 adlh al-waqt (waktu), yakni kondisi n situasi yg mengikat. Waktu adlh “majikan” yg hrs dipatuhi, tak ada kompromi. Jika tdk dipakai utk kebaikan, waktu menjerumuskan pd keburukan. Sesuatu pasti bermanfaat kalau ada pada waktu yg tepat.
#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-73 adlh al-shafa (bersih), yakni terbebasnya hati dr keburukan, yakin dlm kebenaran, tdk ragu menapak al-haq, menanggalkan yg bathil. Hati yg bersih menuntun pd perilaku yg baik, amaliah yg istiqamah, menjadikan Nabi Saw. sbg teladan.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-74 adlh al-surur (kgembiraan), yakni kbahagiaan paripurna. Ini lbh dr sekadar girang (al-farh) yg brsifat duniawi, mlainkan kbahagiaan ukhrawi, lebih prmanen; gembira krn gapai karuniaNya. Kegembiraan puncak: saat ruh bertemu Tuhannya.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-75 adlh al-sirr (rahasia), yakni trsingkapnya Keindahan n Kebesaran Allah, hingga mncapai musyahadah (prsaksian). “Sirr" adlh bagian trdalam ruh, di luar ruh ada kalbu. Kita mnyebutnya, “hati”. Hati yg bersih akan mngetahui rahasia-Nya.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-76 adlh al-nafas (napas), yakni melapangkan hati dg amaliah ruhani. Napas ruhani diperoleh saat jiwa sibuk beribadah. Napas jd saksi kebaikan n keburukan dlm diri. Setiap tarikan napas adalah berlalunya waktu. Napas tak layak disia-sia.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-77 adlh al-ghurbah (asing), yakni memisahkan diri dr keramaian, agar dekat dg-Nya. Mengasingkan diri bukan secara fisik, mlainkn hati n prilaku tdk ikutan bobrok saat kburukan dianggap biasa. “Hiduplah di dunia, seakan engkau org asing".

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-78 adlh al-gharq, yakni tenggelam di kedalaman samudera hakikat dg sukacita, tenggelam dlm ilmu dan amal, jg tenggelam dlm menaati perintah-Nya. Ibrahim as tenggelam dlm perintah-Nya, mengorbankan Ismail as, yg ternyata sebuah ujian.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-79 adlh al-ghaybah (ghaib), yakni absen tidak mengingat-ingat kebaikan yg dimiliki krn fokus pada hal lain yg lebih hakiki: tidak merasa paling ikhlas, fokus mengharap Ridha-Nya, tdk merasa paling berilmu, dan tdk merasa paling unggul.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-80 adlh al-tamakkun (mantap): teguh dg kbenaran yg dyakini, tdk terusik saat ada godaan yg mnghampiri. Tamakkun lbh tinggi dr tuma’ninah. “Dan sekali2 janganlah org2 yg tdk myakini (kbenaran ayat-Nya) itu mmbuatmu gelisah” (al-Rum: 60).

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
Demikianlah 10 #TanggaRuhani dlm Manzilah Al-Wilayah. Berikutnya al-Sinkili masuk pd Manzilah Al-Haqiqah (Hakikat-hakikat), prsinggahan tangga ruhani ke-9 utk menggapai Ilahi. Di sini ada #10TanggaRuhani, sy akan mulai menghitungnya sbg tangga ke-81.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-81 adlh al-mukasyafah (tersingkap), yakni terbukanya hijab (penghalang) hamba dg Tuhan, tersingkaplah berbagai sifat dan hakikat Allah, tidak melalui penampakan lahir, mlainkan secara batin. Al-mukasyafah hanya dicapai jika hati bersih.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-82 adlh al-musyahadah (persaksian): tersingkapnya hijab tanpa bentuk n sifat lagi, melainkan dg kekhususan dan kekhasan. Al-Harawi: al-musyahadah adlh runtuhnya hijab secara lebih meyakinkan. Al-musyahadah lbh tinggi dari al-mukasyafah.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-83 adlh al-mu’ayanah (pengenalan), yakni mngenali hakikat yg dicari, dg pasti. Mngenali hakikat dimulai dg pnglihatan mata, brlanjut dg qalbu, hingga akhirnya mngenali dg ruh. Apapun yg dipandang mata, mnghantarkan pd pengenalan hakiki.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-84 adlh al-hayah (hidup): hidup disertai dg cahaya hakikat. Hidup dg ilmu dan iman. Ilmu menggerakkan perilaku (ahwal), perilaku membentuk hidup. Dg ilmu, ruh kenali makrifat dan tauhid, tumbuhlah cinta dan beribadah semata kepada-Nya.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-85 adlh al-qabd (genggaman), yakni maqom hamba yg jiwanya dalam genggaman Allah. “Kemudian Kami menggenggamnya kpd Kami secara perlahan” (al-Furqan: 46). Menggenggam bs brarti mlindungi, mnyembunyikn hingga manusia lain tdk mlihatnya.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-86 adlh al-basth (lapang), yakni lapang hati secara hakiki. Lapang diperoleh jika Allah anugerahkan ilmu kpd hamba, dan tanamkan ketaatan dlm qalbunya. Hamba spt ini bisa tampak spt org biasa di hadapan manusia, tp spesial di sisi-Nya.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-87 adlh al-sukr (mabuk): hilang rasa karena bertemu Hakikat Ilahi. “Mabuk” dlm ini berarti bergelora atas kegembiraan yg teramat sangat, akibat cinta kpd-Nya, rindu ingin bertemu. Musa as “mabuk” ingin melihat Tuhannya (al-A’raf: 143).

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-88 adlh al-sahw (tenang): kembali sadar setelah hilang rasa. Al-sahw di atas al-sukr, mirip dg lapang (al-basth). Dlm al-sukr, hamba “mabuk” dlm al-Haq. Dlm al-sahw, hamba tenang bersama-Nya. Hamba di tangga ini sdh sangat dekat dg-Nya.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-89 adlh al-ittisal (terhubung). Abdurrazaq (al-Ka’syani): ini adlh maqam trhubungnya hamba dengan Keagungan-Nya. Tdk ada hijab utk mnyaksikn Hakikat-Nya, sangat dekat. Tangga ini mnghantar pd fana'. Tidak mncari pelindung selain-Nya.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-90 adlh al-infishal (terputus), yakni terputus secara mutlak dr segala kterhubungan dg selain Allah, bahkan putus dr semua kondisi ruhani; fana’ dari merasa fana’. Ini adlh puncak keterhubungan hamba dengan-Nya, untuk-Nya, dan oleh-Nya.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
Demikianlah, al-infishal mnjadi puncak dari 10 #TanggaRuhani dlm Manzilah Al-Haqa’iq. Berikutnya al-Sinkili mnjelaskan #10TanggaRuhani terakhir dlm tangga tertinggi, yakni al-Nihayat (Akhir). sy akan mulai mnghitungnya sbg tangga ke-91. Garis "finish"!

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-91 adlh al-ma’rifah (mengenali), yakni pengetahuan terdalam hamba atas Allah, apa ada-Nya. Al-Harawi: al-ma’rifah secara umum berarti “meliputi segala sesuatu apa adanya”; mengetahui Sifat dan Keagungan-Nya, sehingga dekat dengan-Nya.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-92 adlh al-fana’ (fana), yakni lenyap. Al-Harawi: fana’ adlh lenyapnya segala selain al-Haq. Hamba myakini bhw segala sesuatu selain-Nya nihil, lalu mnolak segala wujud selain-Nya, dan puncaknya aktualisasi kefana’an itu secara hakiki.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-93 adlh al-baqa’ (kekal), yakni keyakinan hamba bhw Allah Mahakekal dlm segala. Baqa’ adlh gambaran keadaan “tetap ada” di saat semua selainnya lenyap. Baqa’ baru bisa lahir setelah fana’; jadi untuk kekal, terlebih dahulu harus lenyap.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-94 adlh al-tahqiq (mmastikan), yakni mmandang al-Haq dg yg seharusnya, myakini Wujud-Nya semata, tdk mngharap prlindungn dr selain-Nya. Mmastikan kehendak hamba berasal dari-Nya, bersama-Nya, n myakini tdk ada yg diinginkan selain Dia.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-95 adlh al-talbis (penyembunyian diri). Ini tingkat spiritual hamba yg mengaitkan/memakaikan segala kebaikan n kebajikan kepada al-Haq. Ia tampil sbg org biasa, menyembunyikan spiritualitasnya. Semua gerak dikembalikan sbg Gerak Allah.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
Hamba dlm level al-talbis selalu menjaga ketulusan bahwa tdk ada kebajikan yg keluar dari dirinya, melainkan semua dari Tuhan. Ibrahim as menghancurkan berhala. Saat ditanya, siapa yg melakukan itu? ia jawab: Tuhan. Inilah satu contoh argumen al-talbis yg dijelaskan para sufi.
#TanggaRuhani ke-96 adlh al-wujud (mendapati), yakni mnemukn Yang Dimaksud dlm segala wujud. Ini level ruhani seorang hamba yg mnempuh (salaka) jalan Tuhan, lalu brhaisl mnemukanNya (wushul), n trhubung dgNya. Al-wujud lbh tinggi dr al-wajd (ekstase).

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-97 adlh al-tajrid (melucuti), yakni memisahkan segala sesuatu selain Allah dari hati. Segala urusan dan kehendak duniawi diisolasi, hanya Dia. Ini prasyarat wushul. Musa as diminta menanggalkan sandalnya utk bertemu Tuhan (Thaha: 12).

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-98 adalah al-tafrid (menyendiri), yakni mnghadirkn al-Haq semata, mniadakan selainNya. Bedanya, kalau al-tajrid fokusnya pada pemisahan selain Al-Haq dari diri, sedangkan al-tafrid fokus pada hanya ke-Dia-an. Cinta hamba hanya utk-Nya.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-99 adalah al-jam’ (penyatuan), yakni penggabungan perasaan, pandangan, dan kesadaran dg Al-Haq. Hamba tdk lagi merasakan sekelilingnya. Ia hanya menjumpai Nama dan SifatNya dlm segala. Namun, Tuhan tetap Tuhan, dan hamba tetap hamba.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
#TanggaRuhani ke-100 adlh al-tawhid (mengesakan), yakni menisbatkan sifat Esa (al-wahdaniyah) pd al-Haq. Tak ada tuhan selain-Nya. Tauhid hakiki adlh puncak tertinggi perjalanan para sufi. Tak ada yg lebih tinggi darinya. Syahadat adlh ekspresi tauhid.

#Ngariksa
#TanbihulMasyi
Itulah #100TanggaRuhani yg dituliskan dlm manuskrip #TanbihulMasyi karya Syekh Abdurrauf al-Sinkili (w. 1693), ulama Nusantara asal Aceh yg keilmuannya setara dg para ulama besar Islam dunia.

Selamat mengambil hikmah, yg benar dr al-Haq, yg keliru karena keterbatasan ilmu saya.
Semoga saripati #100TanggaRuhani para sufi menginspirasi kita dlm perjalanan menjadi manusia yg lbh baik, maslahat bagi sesama, dan baik di hadapan-Nya.

Selamat mnyelesaikn ibadah puasa Ramadlan, selamat menjelang lebaran, mohon maaf lahir dan batin, taqqaballah minna wa minkum.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Oman Fathurahman

Oman Fathurahman Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @ofathurahman

Feb 28, 2022
Terbaru! sejumlah 37 naskah Batak koleksi the British Library, kini sudah bisa diakses secara online. Ikuti diskusinya di sini, sedang berlangsung (ketika saya mengetik twit ini ):

Menyimak paparan Dato Dr. Annabel Teh Gallop @BLMalay...Horas! Image
Koleksi naskah Batak terbesar tersimpan di Jerman (lebih dari 580 naskah), tersebar di berbagai kota: Berlin, Frankfurt, Hamburg, Hannover, Leipzig, Cologne, Goettingen, dll.

Prof. Jan van der Putten (CMSM, Hamburg Univ) mempresentasikan kajian atas naskah Batak. @dreamsea_mss Image
Read 6 tweets
Jul 23, 2021
Viral di medsos dan grup WA, video takmir masjid yg menginstruksikan, setengah memaksa, jemaah shalat idul adha, utk merapatkan shaf barisan shalat saat situasi pandemi.

Mungkin begini yah....👇

A thread...
Perintah merapatkan barisan (shaf) ketika shalat berjamaah hukumnya sunnah, bukan wajib; rapat tidaknya shaf shalat tidak berkaitan dg sah dan tidaknya shalat. Tp ia memang sunnah karena disabdakan oleh Rasul sebagai bagian dari kesempurnaan shalat (min tamamish shalah).
Dalam beragama, menjaga keselamatan jiwa (hifdz al-nafs) hukumnya wajib; ia bagian dr maqashid syariah (tujuan utama syariat agama). Sementara itu, menjaga jarak (al-hijr al-sihhiyy) adalah cara yang disepakati dan teruji secara medis sbg ikhtiar untuk menjaga keselamatan jiwa.
Read 8 tweets
Mar 20, 2020
Sejarah mncatat, 3x pandemic trjdi akibat wabah mematikan: Wabah Yustinianus (plague of Justinian) 541-542 M, Maut Hitam (Black Death) 1347-1351, n Wabah Bombay (Bombay plague) 1896-1897. Pandemic abad 6 terkait dg kematian kl. 25rb sahabat Nabi. #BersamaLawanCorona

A Thread
Sumber2 Arab mncatat dg baik bgmn Nabi Muhammad Saw n para sahabat sikapi pandemic, bukan dg menantangnya atas nama tauhid, atau atas nama "hanya takut pada Allah", tp justru dg ajarkan bhw esensi agama adlh mnjaga kemanusiaan. Itulah tauhid yg sesungguhnya. #BersamaLawanCorona
Eropa pernah kelam akibat sikap fanatik sebagian umat beragama menyikapi the Black Death. Saat otoritas Eropa kehabisan ide atasi Wabah, masyarakat putus asa, dan mulai mengaitkan bhw umat Yahudi adlh penyebabnya hingga Tuhan murka. Konflik trjdi, ribuan Yahudi dipersekusi.
Read 9 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(