ㅤㅤCoffin covered with a red and white flag,
ㅤㅤHe saw that day after the tragedy.
ㅤㅤ━━━━━━━━━━━━━

Image
ㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤWritten by:
#Vic
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ


— 2017.
— Jakarta.
— Flashback, solo plot.
— Plot in Bahasa Indonesia.


⚠️⚠️⚠️

The following plot will contain:
- Mention of (pretty gruesome) death.

⠀⠀⠀Pukul 9 malam tertulis jelas pada jam layar ponsel, namun ibukota tetap aktif layaknya jantung yang tak bisa berhenti berdetak.

Apartemen Kresna di Jakarta Utara, sekitar 15 menit dari Polres tempat ia bekerja, dan satu jam dari kediaman Nathandra.
⠀⠀

⠀⠀⠀Tidak sedang lembur si Kresna ini, dan tumben-tumbennya, Kresna yang pertama kali memanggilnya tuk berkunjung,

ia bilang, ada sesuatu yang masih mengganjal dan mungkin, Nathandra bisa membantu.

⠀⠀⠀Kresna datang menjemput jauh-jauh dari tempat ia bekerja, secara tidak langsung ia meminta Nathandra untuk bermalam meski hanya sehari.

Asbak penuh dengan selusin puntung rokok yang sudah habis, belum lagi ditambah dengan dua batang yang dua pria ini akan habiskan.
⠀⠀

⠀⠀⠀Hampir setengah jam Nathandra hanya berdiam diri duduk diatas sebuah kursi kecil seraya menatap layar ponsel tanpa tujuan pasti, menunggu Kresna untuk memulai pembicaraan.
⠀⠀

⠀⠀⠀Pandangan sesekali berganti antara wajah si Kresna dan jendela yang menunjukan gelap malam ibukota.

Jika ada orang masuk, sudah pasti mereka akan terkejut dengan aroma rokok memenuhi ruangan, meskipun jendela sudah terbuka lebar.
⠀⠀

⠀⠀⠀"Bapak sebagai tentara, udah berapa kali ngeliat temen gugur?" Pembicaraan pun dimulai, tak lain Kresna berbicara terlebih dahulu.

"Hah?" Sedikit kebingungan karena Kresna langsung bertanya pada intinya, atensi Nat pun teralihkan.

⠀⠀⠀Tatapan mata Kresna kosong, pertanyaan tadi terlontar tanpa emosi terdengar.

"Langsung to the point ceritanya...tapi ya, gak banyak sih, setidaknya kalau dari yonif saya....kenapa?"

⠀⠀⠀"Pernah ya, terus bapak ngelupainnya gimana?" Sekali lagi tanpa emosi jelas, kosong dan kaku.
⠀⠀

⠀⠀⠀"Ah, dibilang lupa sampai sekarang juga nggak sih, tapi waktu saya dinas memang gak sedikit konflik jadi...bisa dibilang saya udah menduga bakal terjadi kapan aja, gak kaget istilahnya...kamu gapapa?"
⠀⠀

⠀⠀⠀Nathandra bertanya sekali lagi, terdengar serius pertanyaan yang barusan Kresna lontarkan.

Kresna mengangguk mendengar jawaban si pria tua, melanjutkan kegiatannya yaitu menghabiskan sebatang rokok di kedua jari tangan kanan.
⠀⠀

⠀⠀⠀Si Nathandra masih menunggu jawaban dari pria di depannya ini, tapi tak kunjung terdengar juga, mungkin Kresna ingin terlebih dahulu menghabiskan sebatang rokok itu.
⠀⠀

⠀⠀⠀"Kresna, kamu pernah ngeliat petugas gugur, ya?" Pertanyaan Nat berikan tepat setelah Kresna mematikan ujung rokok yang masih terbakar merah.

Kresna mengangguk perlahan seraya mulut mengeluarkan asap tebal, ia menatap Nathandra.
⠀⠀

⠀⠀⠀"Sama kayak bapak kok, gak sekali doang, cuma yang ini lebih parah." Akhirnya Kresna berucap, nada bicaranya sedikit lebih tinggi.

"Yang ini?"

"Ya, bapak pernah denger gak berita perwira yang naik pangkat anumerta sekitar tahun 2010?"
⠀⠀

⠀⠀⠀"Aduh, nggak inget banget sih ada beberapa berita yang mirip...tapi kayaknya saya pernah denger kalau perwira...itu...kamu ada disana?"

"Iya."
⠀⠀

⠀⠀⠀Hening, sunyi, kosong. Suara korek yang Kresna hidupkan menjadi jelas terdengar karena Nat tidak membalas perkataan si Kresna, berpikir kalau ia masih akan bercerita.

⠀⠀⠀"Salah saya sih." Dua jari Kresna jentikan di atas meja, menatap asbak yang penuh dengan belasan puntung rokok mati.

Tak melihat wajah si Nathandra, Kresna melanjutkan ceritanya.
⠀⠀

⠀⠀⠀"Rafi Yahya Ardiansyah, temen saya dulu pas di Akpol, kerja juga satu domisili, sering urus kasus bareng. Waktu dia usut kasus sama saya, dia ditabrak tersangka, tewas ditempat."
⠀⠀⠀

⠀⠀⠀Suara Kresna lirih saat kata 'tewas' ia ucapkan, seakan trauma masa lalu kembali begitu saja.

Nathandra tidak berbicara, masih ingin membiarkan Kresna untuk bercerita, atensi tertuju penuh pada wajah Kresna yang masih menunduk menatap asbak.
⠀⠀

⠀⠀⠀"Tersangkanya diluar dugaan, tinggal dikit lagi padahal bisa ketangkep. Dia punya pistol dan kaki saya kena tembak, gabisa lanjut, Rafi yang gantiin saya buat ngedeketin tersangka, terus...hmm..."
⠀⠀⠀

⠀⠀⠀Berhenti sejenak Kresna bercerita, seakan ingin rehat sejenak, menghisap panjang ujung rokok yang tidak menyala,

menutup mata dan menghembuskan nafas beserta asap abu-abu tebal. Kresna kembali melanjutkan.

⠀⠀⠀“Ya terus si tersangka ada temen ternyata, dia bawa mobil buat kabur, ngebut."

"Rafi gabisa ngehindar soalnya mobilnya bener-bener cepet, padahal saya sama komandan udah teriak ngasih peringatan, tapi tetep telat juga, ya tau lah gimana akhirnya.”
⠀⠀

⠀⠀⠀Mungkin cerita ini sudah sampai titik akhir, meski begitu bukan berarti Nathandra tahu harus membalas seperti apa.
⠀⠀⠀

⠀⠀⠀Entah ia harus merasa lega karena Kresna ingin terbuka mengenai kenangan pahit miliknya, atau merasa sedih karena Nat pernah merasakan hal yang serupa,

tentu bukan sesuatu yang dapat disambut dengan perasaan senang.
⠀⠀

⠀⠀⠀Mata sayu kedua wira menjelaskan suasana saat ini, pilu. Bohong jikalau Nathandra terkejut atas apa yang terjadi, yang namanya aparat,

baik itu tentara maupun polisi pasti pekerjannya tidak jauh dari kata marabahaya.
⠀⠀

⠀⠀⠀Hanya saja, bukan berarti mereka tidak terpukul jikalau itu terjadi, apa yang Kresna ceritakan jelas memukulnya kuat,

Kresna bukanlah pribadi yang mudah terpukul oleh masa lalu yang pilu, dan jika itu terjadi, berarti memang menjadi salah satu titik terendahnya.
⠀⠀

⠀⠀⠀“Dan kamu, nyalahin diri kamu karena itu?” Nathandra akhirnya berani berucap, setelah beberapa saat tak ada lagi kalimat yang Kresna keluarkan, sepertinya, cerita berakhir sampai titik itu saja.

“Iya.”
⠀⠀⠀

⠀⠀⠀“Saya gak bisa ngasih saran apa-apa soal itu....saya sendiri masih sering nyalahin diri sendiri kok...”

Lirih Nathandra berucap, terbayang tragedi pada malam yang membuatnya selalu menyalahi diri tanpa henti bertahun-tahun lamanya.
⠀⠀⠀

⠀⠀⠀“Cuma ya, nak, kamu harus tetep tau aja. Bukan berarti kematian dia itu salah kam-” Perkataan Nathandra terpotong tepat sebelum ia menyelesaikan kalimat.
⠀⠀

⠀⠀⠀“Gak, Pak, ini emang salah satu tim, saya juga. Kalo kami berhasil ngeprediksi soal komplotan si tersangka, bisa aja Rafi masih hidup sekarang.”
⠀⠀⠀

⠀⠀⠀Ah, ini baru Kresna yang Nathandra kenal, seseorang yang tidak pernah sepenuhnya menaruh tanggung jawab pada diri sendiri, jujur apa adanya.
⠀⠀

⠀⠀⠀Sedikit lega sebenarnya, karena pria di depannya tidak terjatuh ke lubang ya sama seperti dirinya,

lubang dimana ia akan selalu menaruh semua tanggung jawab pada diri sendiri, meski yang terjadi saat itu, sejatinya bukanlah hanya salah mereka.
⠀⠀

“Ini yang kamu bilang tadi ngeganjel?”

“Iya.”

"2010 artinya udah 7 tahun yang lalu, ga beda jauh sama saya...kalau kamu masih susah ngelupain, saya takutnya emang udah hampir gabisa dilupain lagi."
⠀⠀⠀

⠀⠀⠀Seketika Nathandra menginggit lidah, memori pahit begitu saja lewat terpicu oleh kata yang terlontar oleh mulutnya sendiri, memori akan kejadian sembilan tahun lalu.
⠀⠀

⠀⠀⠀Pagi dimana ia mendapat kabar akan tragedi yang menimpa keluarganya, sebuah musibah yang tidak bisa terlupakan,

meski sejatinya itu bukanlah tragedi yang dapat dihindari sekuat apapun Nathandra berusaha.
⠀⠀⠀

⠀⠀⠀"Karena saya juga...punya kenangan tersendiri yang mungkin, tidak bisa dilupain begitu aja." Nathandra berkata lesu, wajahnya tak ia gunakan tuk menyembunyikan perasaan hati saat ini.
⠀⠀⠀

"Hmm...gitu ya, keknya saya juga harus punya mindset kayak bapak." Kresna berucap, suaranya tak lagi lesu seperti beberapa saat lalu.

"Mindset yang mana?"

"Mindset kalau siapapun bisa mati kapan aja, apalagi sebagai aparat."

⠀⠀⠀Nathandra mengangguk setuju, berpikir mungkin memang menaruh pemikiran ini di otak akan membuat mereka berdua semakin siap akan segala skenario terburuk yang terjadi.
⠀⠀⠀

⠀⠀⠀"Masih naif saya dulu, Pak. Apalagi kami lebih sering main di dalam ruangan dibanding di luar, jadi ya."

"Ngeliat sesama anggota reskrim gugur itu...sama sekali gak terlintas di kepala saya yang dulu belum naik pangkat." Kresna bercerita pelan.
⠀⠀⠀

⠀⠀⠀"Kalau saya anggota brimob mungkin gabakal sekaget ini sih, kadang saya lupa kalau penyidik juga gak jarang berurusan langsung dengan tersangka di luar kantor, jadi ya gitu lah."
⠀⠀⠀

⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀"Saya sama komandan udah teriak, Rafi juga udah bangun hampir berhasil lari, tapi telat sedetik."

"Saya ngeliat tubuh dia kelempar lumayan jauh, langsung ga bergerak, darah dimana-mana, Rafi tewas di tempat....udah sih, saya gatau mau cerita apa lagi."
⠀⠀

⠀⠀⠀Menyilangkan kedua tangan, mendegarkan sesama kisah yang terucap.

Memang, Nathandra tidak bisa memberikan saran pasti karena ia pun mengalami hal serupa, tapi setidaknya, ia bisa menjadi telinga yang Kresna perlukan.
⠀⠀⠀
⠀⠀
⠀⠀⠀Nathandra membiarkan suasanya menjadi hening, antara berharap Kresna akan bercerita lagi atau sekedar memberi waktu untuk Kresna menarik nafas, hingga akhirnya ia berucap,
⠀⠀⠀

⠀⠀⠀"Kresna, bagus kamu udah mau terbuka, setidaknya ada sedikit beban yang kebuang. Sini deh nak."
⠀⠀

⠀⠀⠀Berdiri meninggalkan tempat ia duduk, berjalan mendekati si Kresna seraya tangan mematikan ujung rokok yang masih setengah habis.

Rambut hitam itu ia usap perlahan, seakan yang di depannya adalah anaknya sendiri.
⠀⠀⠀

"Makasih ya, kamu percaya saya buat dengerin cerita kamu. Kalau lain kali ada sesuatu yang mau kamu ceritain, saya siap dengerin."

"Iya, Pak. Mungkin nanti kalau ada waktu, saya ke kampung dia, datengin makam dia. Selain waktu pemakaman, saya belum kesana lagi."
⠀⠀⠀

⠀⠀⠀"Bagus itu, jangan lupain nama dia, sebut nama dia walau gaada yang denger. Mungkin sekarang dia tinggal nama bagi orang lain, tapi buat kamu, dia lebih dari itu kan?"
⠀⠀⠀

⠀⠀⠀Kresna mengangguk, mulai dapat tersenyum setelah menceritakan apa yang mengganjal dalam pikirannya.

"Inspektur Polisi Satu anumerta, Rafi Yahya Ardiansyah. Saya ga bakal pernah lupa sama dia."
⠀⠀⠀
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ[Selesai]
ㅤㅤ
ㅤㅤ

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Nathandra.

Nathandra. Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(