Hucap, Ketempling, dan Makanan Tradisional Khas Kuningan
Kuningan juga memiliki deretan kuliner tradisional yang menarik untuk dicoba. Ada beberapa di antaranya yang masih jarang ditemukan di daerah lain, seperti berikut ini:
📷: Kang Omang
1) Hucap
Hucap merupakan singkatan dari tahu kecap, sebagai dua bahan utama dalam makanan ini.
Penampilannya mirip kupat tahu Jawa Barat, tetapi rasanya lebih manis karena menggunakan banyak kecap.
📷: Indonesiakaya
2) Nasi kasreng
Nasi kasreng mirip dengan nasi kucing. Nasi putih dibungkus kertas nasi, kemudian untuk lauk-pauknya bisa dipilih sesuai selera pembeli.
Biasanya ada ikan paray goreng, pepes ikan, udang rebon, gorengan, telur ceplok, sambal, dan lalapan.
📷: Samudranesia
3) Kue satu
Kue ini terbuat dari olahan kacang hijau yang disangrai, ditumbuk, dicampur gula halus, lalu dicetak menggunakan cetakan kayu.
Setelah itu, kue dijemur di bawah terik matahari sampai kering. Uniknya, kue sama sekali tidak dipanggang atau digoreng lho.
📷: Wikipedia
4) Ketempling
Camilan ini mirip dengan gemblong dari singkong, tetapi dibuat versi keripik.
Ketempling berbentuk bulat menggembung tetapi bagian tengahnya kopong. Rasanya gurih dan teksturnya renyah.
📷: InfonyaKuningan
5) Kwecang
kwecang mirip dengan bakcang, dibungkus daun dan bentuknya seperti piramida. Namun, bedanya kwecang dibuat dari beras ketan dan air kapur sirih.
📷: Tandaseru
Setelah dikukus sampai matang, isian kwecang akan berwarna kuning dan biasanya disantap dengan saus cocolan manis yang terbuat dari gula, air, dan daun pandan.
6) Golono
Golono mirip dengan jajajnan bakwan atau bala-bala, tetapi bahan dasarnya adalah ampas tahu. Bila ampas tahu biasanya dibuang, masyarakat Kuningan berkreasi dengan membuat camilan dari bahan tersebut.
📷: RadarCirebon
Yuk yang mau tahu tentang kuliner asal Kuningan, klik artikelnya yaaa
Selamat hari Sabtu kawan @GNFI, pada siang hari ini @GNFI akan membahas mengenai Monako yang pernah protes mengenai warna bendera Indonesia, penasaran? Yuk simak!
Sebelum acara Kongres Hidrografi Internasional berlangsung mulai 29 April 1952, pemerintah Monako meminta Indonesia ganti bendera Merah Putih. Tak lama setelah Belanda menyerahkan kedaulatan pada 1949, Monako sudah mengajukan permintaan resmi kepada Indonesia agar mengganti bendera.
Permintaan pada April 1952 itu diajukan Monako karena pada acara Kongres Hidrografi itu, bendera negara-negara peserta akan dikibarkan. Indonesia akan mengikuti Kongres Hidrografi yang diadakan di Monako.
Mengapa Monako meninta Indonesia mengubah bendera? Karena Monako yang merdeka pada 1881 juga memiliki bendera berwarna merah putih.
Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945 namun Belanda baru mengakuinya pada 27 Desember 1949. Muh Yamin pun harus memberikan penjelasan.
Menanggapi permintaan Monaco, Sekjen Kemenlu Darmasetiawan menyatakan, Indonesia tak mungkin mengubah bendera sebelum terbentuk Konstituante. Sebab bendera merah putih tercantum dalam Undang-Undang Dasar (UUD).
Yang bisa mengubah UUD hanyalah Konstituante. Sebagai solusi pada kongres tersebut, Darmasetiawan menyatakan, agar tidak terjadi kesalahpahaman, Indonesia menyarankan agar pemasangan bendera Indonesia dan Monako berjauhan letaknya.
Selamat hari Sabtu kawan @GNFI, pada pagi hari ini @GNFI akan membahas mengenai suatu daerah yang dulu berada di bawah laut, penasaran? Yuk simak!
Gunungkidul merupakan kabupaten yang berada di tenggara Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Wilayah ini didominasi dengan perbukitan dan pegunungan kapur atau karst. Oleh karena itu menjadikan daerah ini tandus dan sering mengalami kekeringan.
Tetapi ada fakta yang unik, pada zaman dahulu daerah Gunung Kidul adalah laut. Kandungan batuan gampingnya dapat dijadikan bukti, bahwa daerah tersebut mengalami pengangkatan (uplift) dari laut sebagai daratan.
Sebuah kajian mengungkapkan fenomena alam yang khas dengan ciri utama banyaknya batuan gamping. Objek utama yang dikaji pada wilayah karst barat yaitu sisi bentang alam dan bentang budaya, berupa Telaga Luweng Lor, Desa Panggang, Perbukitan Karst.
“Rasa asin pada batuan juga semakin menguatkan bukti bahwa daerah tersebut dulunya berupa laut,” tulis dari kajian kelompok F1 Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) yang melakukan Kuliah Kerja Lapangan (KKL1) semester genap yang dimuat Liputan6.
Hal yang sama dijelaskan oleh Adinta Darmawan dalam Mengenal Gunungkidul, Kabupaten (yang Dianggap) Gersang yang Ternyata Dulunya Dasar Laut menyebut proses pengangkatan Gunungkidul berjalan cukup panjang.
Disebutkannya daerah Gunungkidul dulu sejajar dengan Bantul ke utara hingga Sleman yang juga merupakan daerah laut dangkal. Gunungkidul lalu terpisah karena adanya aktivitas tektonik bumi yang mengakibatkan adanya patahan atau Sesar Opak.
Selamat hari Sabtu kawan @GNFI, pada siang hari ini @GNFI akan membahas salah satu ikan yang mendapat perhatian dari Pemerintah Australia, apa itu? Yuk simak!
ikan Betok atau Betik atau puyo-puyo adalah nama untuk seekor ikan yang hidup di air tawar dan payau dengan bentuk tubuh yang seluruhnya berwarna hitam atau hijau pucat. Ikan dengan nama ilmiah Anabas testudineus ini biasanya memiliki panjang hingga 25cm serta biasanya hidup di perairan tropis yang tersebar di perairan Asia.
Ikan ini juga memiliki nama lain yaitu bethok atau bethik (bahasa Jawa), puyu (bahasa Melayu) atau papuyu (bahasa Banjar), Dumbaya (gorontalo) dan climbing gouramy atau climbing perch dalam bahasa Inggris. penamaan climbing ini karena ikan ini memiliki kemampuan untuk memanjat ke daratan.
Kemampuannya memanjat ke daratan membuat ikan betok bisa hidup di daratan 6 hingga 10 jam. Keunikannya tersebut membuat ikan betok bisa memasuki wilayah baru dan memperluas persebaran di luar habitat aslinya karena memiliki kemampuan hidup di daratan yang cukup lama.
Ikan betok (Anabas testudineus) menyebar luas di Asia Tenggara, Kepulauan Nusantara, India, dan Tiongkok. Ikan ini dapat bertahan hidup di lingkungan perairan dengan kadar oksigen yang rendah karena memiliki organ labirin yang berfungsi seperti paru-paru. Organ ini memungkinkan ikan betok untuk mengambil oksigen langsung dari udara.
Selamat hari Minggu kawan @GNFI, pada sore ini @GNFI akan memberi info menarik mengenai inovasi Indonesia yang diakui di luar negeri, apa itu? Yuk simak
Cakar ayam bangunan adalah istilah yang digunakan dalam industri konstruksi untuk menggambarkan metode pengikat beton yang digunakan untuk menghubungkan dua elemen beton yang berbeda atau untuk memperkuat sambungan antara beton yang sudah ada dengan beton yang baru.
Awalnya, pondasi cakar ayam hanya digunakan untuk pembangunan pondasi di area tanah yang lunak seperti rawa-rawa. Namun, seiring dengan berjalannya waktu dan berkat banyak sekali keunggulannya, kini pondasi cakar ayam sudah banyak digunakan untuk berbagai macam bangunan, seperti:
Jalan layang
Jembatan besar
Landasan pesawat
Gedung pencakar langit
Walaupun begitu, konstruksi bangunan seperti rumah memang jarang sekali menggunakan pondasi cakar ayam karena biayanya yang memang jauh lebih mahal dari pondasi konvensional. Selain itu, bangunan kecil seperti rumah juga memang tidak membutuhkan pondasi yang sangat kuat seperti pondasi cakar ayam.
Selamat hari Sabtu kawan @GNFI, pada siang hari ini @GNFI akan memperkenalkan satu sosok yang karya arsitekturnya bisa dilihat di berbagai kota Indonesia, siapakah itu? Yuk simak
Thomas Karsten berkuliah di Delft Polytechnische School (pendahulu Universitas Teknologi Delft) di Belanda dan awalnya belajar teknik mesin, sebelum akhirnya beralih ke teknik struktur pasca adanya reformasi institusional terhadap kampusnya. Karsten bukan mahasiswa terpintar, tetapi ia berhasil lulus dari fakultas yang hanya meluluskan 3-10 orang per tahun hingga tahun 1920.
Untuk menghindari Perang Dunia I di Eropa, ia lalu pindah ke Hindia Belanda (kini Indonesia), yang ia lihat sebagai tempat yang netral dan jauh dari perang. Ia pergi ke Jawa atas undangan dari Henri Maclaine Pont, temannya semasa kuliah, untuk membantu firma arsitektur milik Pont. Tidak pernah berlatih untuk menjadi perencana perkotaan.
Sejarawan Hendaru Tri Hanggoro membenarkan bahwa Malang dan Bandung dirancang oleh Thomas Karsten, yang mempunyai nama lengkap Herman Thomas Karsten. “Karsten itu yang jadi penanggung jawab rencana induk Kota Bandung dan Malang,” ujar Hendaru yang dimuat Kompas, Selasa (9/4/2024).
Selain kedua kota itu, kata Hendaru, Thomas Karsten juga mendesain tata kota Bogor yang dahulu namanya Buitenzorg. Menurutnya, Karsten datang ke Indonesia pada 1910-an dan mulai mendapatkan tugas untuk merancang tata kota pada 1920-an.
Dihubungi terpisah, sejarawan Asep Kambali juga menyatakan hal senada, yang menyebutkan bahwa tata kota Malang dan Bandung dirancang oleh Thomas Karsten.
“Malang pada 1930-1935, Bandung 1941-1942,” ucap Asep pada Kompas, Selasa.
Selamat hari Sabtu kawan @GNFI, menikmati santap siang kali ini @GNII akan mengajak kalian berkunjung ke ujung paling timur dan barat rel kereta api,
Penasaran?
Vice President Public Relations PT Kereta Api Indonesia (Persero) Joni Martinus mengatakan, ujung rel kereta api di Pulau Jawa terletak di Provinsi Banten dan Provinsi Jawa Timur (Jatim).
Provinsi Banten, tepatnya di Stasiun Merak, merupakan stasiun paling barat di Pulau Jawa.… https://t.co/YBkvlZAW7Ktwitter.com/i/web/status/1…
Dilansir dari laman KAI, Stasiun Merak (MER) adalah stasiun yang terletak di Kompleks Pelabuhan Merak, Pulomerak, Kota Cilegon, Banten. Stasiun ini merupakan bagian Daerah Operasi (Daop) I Jakarta dan memiliki ketinggian 3 meter di atas permukaan laut.