Kalo kalian cuma bisa nonton 1 film lokal di minggu ini, HOME SWEET LOAN adalah rekomendasiku nomer satu! Trigger warning tapi buat semua tulang punggung keluarga, ini akan menampar sekaligus memelukmu! Yang sering ngalah demi keluarga, yang mungkin ngerasa gave up was never an option, ini buat kalian!
Punya problematika yang dekat dan berhasil memotret realitas hidup kaum pekerja ibukota menengah ke bawah usia 30-an, yang punya impian untuk punya rumah sendiri tapi di saat bersamaan adalah seorang sandwich gen.
Film ini dari novel dgn judul yang sama karya @almirabastari, aku suka bgt novelnya btw! Kalian yang juga pembaca novelnya, aku yakin ngga akan kecewa sama format filmnya. Suka bgt sama directing-nya @sabrochelle (sutradara Noktah Merah Perkawinan (2022)) di sini! Yunita Siregar memerankan Kaluna sbg karakter utama di sini bagus bgt 10/10!
Inang ngasih pengalaman baru dr kebanyakan horror tanah air? Yes, aku akan sepakat ya di sini.
Horror slowburn yg bikin kita ngikutin terus ada misteri apa di akhir. Memadukan cerita soal dysfunctional family & mitos lokal dgn cukup intens & enjoyable.
Mari kita bahas sedikit.
Bukan horror yg berhantu bukan berarti aman dr atmosfer ngeri & teror yg diberikan. Spt yg aku bilang, ini ngasih rasa ga nyaman hampir di sepanjang durasinya.
Dimulai pelan tp konsisten membangun ketegangan, dibuat glued on the screen ke karakter & ceritanya, sampai selesai.
Cerita menarik, pengadeganan yang juga bagus (aku mau shout out ke Rukman Rosadi, dia ngga ngomong apa2 aja serem lho mimik mukanya), + sound design yg berhasil bikin suasana makin mencekam.
Bbrp gory scenes sama semua shot2 dari aku ngga ada komplain.
Gini ya emang, kalo film pendek tp dibikinnya pake bumbu2 racikan beli di pasar yg rempahnya lebih kerasa, bukan bumbu instan. Eksplorasi tech-nya kecoba, fun pas bikinnya keliatan, + emg bahan dasarnya udah oke!
KAU, RABU, DAN PERKARA2 SEPINTAS LALU
🔗
Nicholas Saputra forte-nya jelas bertutur dan baca narasi, dimanfaatkan sempurna sama Riri Riza. Di sini 50% filmnya udah pasti beres lah ya 😂
Riri Riza sendiri juga oke mengadaptasi buku Faisal Oddang di sini, sama kayak gimana dia develop AADC 2, dan tentu saja Gie!!!
The whole vibe agak berasa Japanese tapi yg masih familiar gitu, ngga yang distance. Dipadu sama narasinya yang deskriptif tapi fiktif rasa ngelamun di sore hari.
Kontrasnya juga berasa di arsitektur yang warm woody stable, disandingkan sama hutan ijo ijo yang liar dan unknown.
Aku baru tau lho kalau ada tradisi yg mengakar di Jawa Barat, di mana pihak keluarga harus memberi "amplop kematian" ke semua jamaah yang mengurusi prosesi kematian almarhum dgn harga yang udah ditentukan. Oh wow!
Ngga heran kalau film ini dikasih judul THE ENVELOPE OF GRIEF.
Tentu ini jadi dilematis tersendiri untuk keluarga yang ditinggalkan, terlebih buat keluarga yang tidak berkecukupan; beban kesedihan belum usai, masih harus menerima tuntunan sosial. Sudah jatuh tertimpa tangga pula ini mah.
Padahal yang aku tau, membantu mengurus musibah kematian dgn ikhlas dan kerelaan hari justru pahalanya gede kan. Huhu semoga tradisi ini bisa pelan-pelan hilang ya 🙏🏻
Beberapa ini dulu aku nontonnya offline, jadi sebelum situasi spt sekarang ini menyerang, film-film ini sering ditayangin di beberapa festival/screening di bioskop alternatif di sini. Jadi dulu aku kemon aja soalnya emang penasaran dan emang bagus 😊
Btw kangen screening-an 🥲
Punah
Kafka Keandre
Sebuah interpretasi soal kantong plastik yang diwujudkan oleh seorang manusia bernama Kantong. Menyentil isu-isu lingkungan, polusi, dan global warming, tapi dikemas secara unik!
Ini masuk Balinale International Film Fest 2021 btw!