Berada dekat dengan Bali, Banyuwangi juga semakin dilirik sebagai destinasi wisata bahari.
Salah satu pantai yang sedang ramai dibicarakan ialah Pantai Wedi Ireng.
Pantai ini berombak tenang, berair jernih dan punya pemandangan yang cantik.
Pantai Wedi Ireng juga disebut sebagai "Raja Ampat di Banyuwangi" krna gugusan tebingnya yg menyerupai pulau di Papua Barat itu
Jika tahu Pantai Merah - pantai yg berpanorama batu karang besar mirip di Pulau Phi Phi, maka Pantai Wedi Ireng tak brda jauh dari sana.
Tepatnya berada di Dusun Pancer, Desa Sumber Agung, Kecamatan Pesanggaran.
Sesampainya di sana turis harus menuju Pantai Pancer terlebih dahulu untuk sampai ke Pantai Wedi Ireng.
Warga setempat bisa ditanyai soal rute, tapi untuk lebih nyaman turis bisa menyewa mobil plus supir.
Pilihannya bisa menjelajah hutan atau naik perahu. Namun jika ombak terlalu tinggi, menjelajah hutan jadi cara satu-satunya.
Wedi Ireng terbagi menjadi dua lokasi, Barat dan timur. Kedua pantainya dipisahkan oleh karang berbentuk huruf " W ".
Pengantin perempuan yg menikah dengan adat Jawa, pastinya tidak akan melupakan riasan Paes pada wajah & kepalanya.
Paes adalah riasan berupa lekukan² di dahi wanita yg biasanya berwarna hitam, namun pada pengantin adat solo basahan berwarna hijau.
Paes terbuat dari Pidih, yang merupakan campuran malam (sejenis lilin) yang bersifat tidak kering namun juga tidak meleleh.
Pada dan hiasan lainnya memiliki makna berupa doa dan tuntutan untuk sang pengantin perempuan.
Lekukan paling besar yang berada di tengah dahi disebut Gajahan yang bermakna harapan jika seorang perempuan akan dihormati dan ditinggikan derajatnya.
TRADISI KAREKU KANDEI
Kareku Kandei atau memukul lesung dengan berbagai ragam ritme & irama adalah sebuah tradisi unik masyarakat Bima yg telah berlangsung sejak dulu.
Tradisi ini biasa dilakukan oleh kaum perempuan terutama setelah selesai menumbuk padi bersama".
Atau dalam masyarakat Bima disebut Alu.
Keunikan dari tradisi Kareku Kandei ini terletak pada bunyi pukulan yang keluar dari lesung tersebut dan juga kostum yang digunakan oleh para pemukul yaitu " Tembe Nggoli " atau kain tenun khas masyarakat Bima dan Dompu.