Pengantin perempuan yg menikah dengan adat Jawa, pastinya tidak akan melupakan riasan Paes pada wajah & kepalanya.
Paes adalah riasan berupa lekukan² di dahi wanita yg biasanya berwarna hitam, namun pada pengantin adat solo basahan berwarna hijau.
Paes terbuat dari Pidih, yang merupakan campuran malam (sejenis lilin) yang bersifat tidak kering namun juga tidak meleleh.
Pada dan hiasan lainnya memiliki makna berupa doa dan tuntutan untuk sang pengantin perempuan.
Lekukan paling besar yang berada di tengah dahi disebut Gajahan yang bermakna harapan jika seorang perempuan akan dihormati dan ditinggikan derajatnya.
Lekukan yang lebih runcing, yang berada di sisi Gajahan di sebut Pengapit. Ini diibaratkan sebagai pengendali gajahan agar dapat berjalan lurus ke depan sehingga tidak ada rintangan berat dalam menjalani kehidupan pernikahan.
Di samping pengapit ada lekukan lebih kecil yang disebut Penitis.
Ini melambangkan kalau segala sesuatu harus memiliki tujuan dan efektif, seperti dalam membuat anggaran rumah tangga.
Lekukan yang menyerupai cambang ini disebut Godheg. Ini melambangkan harapan agar kedua mempelai dapat bertindak secara bijaksana dan selalu instrospeksi diri.
Selain riasan pada, pada tengah - tengah dahi pengantin perempuan juga akan dihias dengan Cithak. Seperti perempuan India, ya?
Hiasan berbentuk belah ketupat ini menjadi simbol kalau perempuan harus fokus dan setia.
Bentuk alis pengantin Jawa dibuat bercabang dan disebut alis menjangan.
Bentuknya terinspirasi dari tanduk rusa, dan maknanya pun berasal dari hewan itu.
Perempuan harus memiliki 3 karakter yang dimiliki rusa, yaitu : Cerdas, Cerdik dan Anggun.
Pada riasan rambut pengantin wanita memakai sanggul bentuk bokor mengkurep dengan di tutup rajutan melati.
Sanggul ini bermakna harapan agar perempuan bisa mandiri dan bersyukur atas anugerah Sang Pencipta.
Ini adalah hiasan yg digunakan di atas kepala pengantin wanita. Ini melambangkan harapan agar kehidupan pernikahan sllu disinari oleh matahari. Jumlah yg dipasangkan bisa berapa saja selama dalam angka ganjil. Misalnya 9 melambangkan Wali Sango.
Menarik bukan?
Di balik riasan yang begitu indah, Paes Pengantin Jawa dengan hiasan di kepala dan wajahnya memiliki makna harapan yang baik untuk pengantinnya.
Paes memiliki bentuk dan hiasan yang berbeda dari masing² daerah.
Berada dekat dengan Bali, Banyuwangi juga semakin dilirik sebagai destinasi wisata bahari.
Salah satu pantai yang sedang ramai dibicarakan ialah Pantai Wedi Ireng.
Pantai ini berombak tenang, berair jernih dan punya pemandangan yang cantik.
Pantai Wedi Ireng juga disebut sebagai "Raja Ampat di Banyuwangi" krna gugusan tebingnya yg menyerupai pulau di Papua Barat itu
Jika tahu Pantai Merah - pantai yg berpanorama batu karang besar mirip di Pulau Phi Phi, maka Pantai Wedi Ireng tak brda jauh dari sana.
Tepatnya berada di Dusun Pancer, Desa Sumber Agung, Kecamatan Pesanggaran.
Sesampainya di sana turis harus menuju Pantai Pancer terlebih dahulu untuk sampai ke Pantai Wedi Ireng.
Warga setempat bisa ditanyai soal rute, tapi untuk lebih nyaman turis bisa menyewa mobil plus supir.
TRADISI KAREKU KANDEI
Kareku Kandei atau memukul lesung dengan berbagai ragam ritme & irama adalah sebuah tradisi unik masyarakat Bima yg telah berlangsung sejak dulu.
Tradisi ini biasa dilakukan oleh kaum perempuan terutama setelah selesai menumbuk padi bersama".
Atau dalam masyarakat Bima disebut Alu.
Keunikan dari tradisi Kareku Kandei ini terletak pada bunyi pukulan yang keluar dari lesung tersebut dan juga kostum yang digunakan oleh para pemukul yaitu " Tembe Nggoli " atau kain tenun khas masyarakat Bima dan Dompu.