(1) Suatu malam aku pernah jalanΒ² nyariΒ² BpkΒ² yg bisa di ajak. Udah jam 3 subuh waktu itu, aku blm jg dapat. Itu tepatnya di jln lintas yg bnyk di lalui mobilΒ² truck. Tp disana jg berserak banciΒ²/waria.
(2) Di kegelapan malam aku melihat jauh didepanku ada seorang lelaki berjalan kaki. Dari postur tubuhnya keliatannya dia udah tua. Benar saja, ketika aku sudah mendekatinya, aku menoleh ke arahnya. Dia seorang BpkΒ² berkumis tebal dgn tubuh yg kekar dgn kisaran umur 50th lebih.
(3) Bapak itu mengenakan kaos berkerah yg dipadu dgn celana jeans warna biru muda. Aku gak berani berhenti tepat di sampingnya. Aku jln terus dgn lambatΒ². Sekitar 100 mtr lbh didepan akupun berhenti menunggunya. Aku berharap dia gak tau aku yg barusan lwt dr sampingnya.
(4) Aku puraΒ² pencetΒ² hape dgn mengarah ke jalan. Lalu Bpk itupun makin mendekat kearahku. Begitu dia tepat disampingku, aku menyapa. "Mau kemana Pak?" Lalu diapun menjawab "Mau pulang kerumah!"
"Mau gak kuantar Pak?", tanyaku. "Gak usah, Dek. Dekat kok!", jwbnya.
(5) Dia terus berjalan ke dpn tanpa menghentikan lgkhnya. "Gak papa Pak, biar kuantar aja. Aku gak org jahat kok!", ujarku dgn kuat sehingga dia menoleh ke blkg. "Makasihlah, Dek!", ucapnya sambil melanjutkan langkahnya. Akupun lgsg mengejarnya. "Maaf Pak, biar aja kuantar!"
(6) "Dari pada Bpk capek jln, gak usah bayar. Aku gak minta dibayar!", kataku. Waktu itu posisinya dia udah berhenti di sampingku. Wajahnya seleraku banget. Lalu kutanya dia dr mana, ternyata dia agenΒ² di loket. Dia menyebut nama loket itu. Ternyata udah lumayan jauh dia jln.
(7) "Masih lumayan kok Pak kesana, naik aja Pak. HitungΒ² aku lwt sana jg, aku tinggal di anu.", kataku. Akhirnya Bpk itu pun mau naik ke motorku. Dijalan bnyklah yg ku tanyaΒ². Aku sengaja melambatkan laju motorku karna jarak ke rumahnya udah gak terlalu jauh lg.
(8) Aku takut gak sempat ku sampaikan niatku udah keburu sampai. "Memang ngojek?", tanyanya. "Gak Pak! Tp aku sering mainΒ² kesini. Jam brp pun aku gak takut lwt sini.", kataku. "Aku cariΒ² hiburan kesini Pak, tp blm dapat jg.", kataku. Dia gak nanya hiburan macam apa.
(9) "Pak, aku mau bgomong sesuatu!", kataku memulai aksiku. "Apa tuh?", tanyanya. "Tapi Bok jgn marah ya!", ucapku. Dia diam, mungkin bingung apa mksdku berkata begitu. "Aku pengen bilang sesuatu ke Bpk, tp agak berat bilangnya, terganjal di mulutku.", sambungku. Dia tetap diam.
(10) "Kubilang aja ya, Pak. Aku tuh suka ngisap burung BpkΒ², Pak!", kataku. Tapi gak terdengar jwbn dr dia. Tapi ku gas teruslah ngomongku. "Aku pengen kali ngisap burung BpkΒ². Terus terang kesini aku cariΒ² itu td, tp blm dptΒ².", jelasku.
(11) "Kan bnyk tuh supirΒ² truk yg mau!", jwbnya. "Gak ada dpt Pak!", jwbku. "Mau gak Pak aku isap burung Bpk skrg?", tanyaku. "Saya punya istri, dek!", jwbnya. "Emang kalau punya istri kenapa Pak.", tanyaku. "Ya mending ke istri gak dosa.", jwbnya. "Tapi kan itu beda, Pak!"
(12) "Ke istri palingan cm di masukkan, gak mau dia ngisap kan. Beda Pak rasanya tuh.", rayuku. "Gaklah dek. Saya gak biasa gitu!", katanya. "Gak biasa berarti prnh jg ya Pak? Tp jarang gitu?", tanyaku. "Saya gak pernah kegitu.", jwbnya. "Enak lho itu Pak.", ujarku.
(13) "Berhenti kita dulu bentar Pak. Biar santai ngomongnya!", kataku. Lalu aku menghentikan motorku di tepi jln yg di bawah naungan pohon mahoni yg ditanam disana. Aku melihat dia ke belakang sambil menyampaikan maksudΒ²ku. "Minta tolonglah Pak, kasih aku isap!", pintaku.
(14) "Saya udah tua dek, gak mau lg melakukan halΒ² kegitu!", katanya. "Minta tolong aku Pak, kshlah kuisap dulu.", pintaku memelas. Dia pun kini beranjak dr jok motorku dan berdiri di sampingku. "Saya gak suka gitu dek! Gak usahlah! Kalau di Islam itu dosa!", katanya.
(15) Lalu diapun melanjutkan langkahnya ke depan meninggalkan aku. "Minta tolonglah Pak sekali ini aja, kasihlah ku isap!", kataku ngeyel. "Gak usah lagi dek, biar Bpk jln aja.", katanya sambil terus mengayunkan langkahnya menjauhiku. "Pak..!", panggilku dr arah blkg!
(16) Ku hidupin motorku dan ku kejar dia ke dpn. "Sinilah kuantar Bpk!", kataku. "Gak usah dek, gak usah. Makasihlah udah ngantar Bpk sampai disini. Biar aja Bpk jln, udah dekat kok!", tegasnya sambil melambaikan tangannya seraya terus berjalan. "Naik ajalah Pak!", kataku.
(17) "Gak usah lagi dek, kalau itu imbalannya. Bpk berterimakasih udah adek tompangkan sampai disini.", katanya menghindariku. Akupun udah bertekad menghentikan aksiku. Menurutku dia gak terrayu lagi. Akupun pasrah ngalah aja tanpa tetap ngotot minta itu.
(18) "Gini aja Pak. Biarlah kubawa Bpk. Aku gak mintaΒ² itu lg. Naik aja Bpk. Lupakanlah yg td Pak. Aku minta maaf ke udah macamΒ² ke Bpk. Ayolah naik Pak!", kataku. "Gak usah dek. Makasihlah!", katanya dgn terus berjalan. Akupun bengong diatas motorku. Aku kesal ke dia.
(19) Aku udah gemetaran kala itu. Aku msh aja terdiam tanpa menghidupkan motorku. Lalu aku menarik nafas panjang dan menghembuskannya. Ah mending pulang aja, gumanku mengambil keputusan. Ku nyalain motorku dan pergi pulang. Yang jls aku pulang bulan melewati jlnnya dia.
(20) Tadi tuh aku boong aja bilang lewat situ jg pdhl bukan kesitu arahku pulang. Ngapain jg aku msh nawarin bawa dia td ya pdhl udah jls gak mau di isap. HabisΒ²in minyak motor aja!, gumanku dlm hati. Akupun melupakan kisah menegangkan itu dan pulang ke kostku.
.
.
.
[Selesai]
β’ β’ β’
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
(1) Waktu itu aku umur 33 th. Aku pacaran dgn Pak Yamin (51 th). Pak Yamin tiba2 diserang penyakit aneh yg begitu parah, yg membuatnya hanya terbaring lemah dirumah dan bolak balik RS.
(2) Saat itu usia pacaran kami baru jalan 2 th. Aku udah dikenal baik oleh anak istrinya dan sering datang main2 kerumah itu. Aku bahkan sering nginap dirumah mereka karna kami udah kayak keluarga.
Aku sangat sedih dan terpukul dgn penyakit yg menimpa Pak Yamin.
(3) Udah ber-bulan2 Pak Yamin gak pernah bisa bekerja, sehingga uang jajanku jadi stop. Padahal sebelumnya selalu lancar karna Pak Yamin emang sangat baik dan gak pelit samaku.
Selain itu kami tentunya udah gak pernah ML lagi. Ya gimana caranya, Pak Yamin aja lagi sakit kan.
1. Modusin Supir Truck Part 1 2. Modusin Supir Truck Part 2 3. Modusin Supir Truck Part 3 4. Ustadz Yang Tega 5. Main Dengan Polisi Di Ruangannya 6. Main Dengan Polisi Di Toilet Kantornya
7. Main Dengan Polisi Di Kost-an 8. Main Dengan Polisi Di Kost Temannya 9. Jumpain Polisi Ke Luar Daerah 10. Dokter Yang Profesional 11. Di Tangkap Warga Ciuman Di Toilet Plaza 12. Bertemu Polisi Saat Pergi Healing 13. Main Tiga Dengan Polisi 14. Main Dengan Kepsek SMA Di Kost
15. Main Dengan Dosen Di Semak 16. Main Dengan Guru SD Di Kebun 17. Main Dengan Guru SD Di Rumahnya 18. Main Dengan Pendeta Di Hotel Part 1 19. Main Dengan Pendeta Di Hotel Part 2 20. Main Dengan Pendeta Di Kost 21. Main Dengan Pendeta Di Rumah Kosong
(2) Postur Omku tinggi besar, berisi, kulit kuning langsat, kumis tebal, suara ngebass, tangannya penuh bulu lebat, kaki sampai paha juga, perut berbulu, tapi dada gak.
Aku bisa rasakan punya Omku pasti gede. Karna sering nampak ngejendol ketika duduk di sofa atau di lantai.
(3) Di rumah Omku selalu pakai celana pendek. Dan rataΒ² yang ukurannya separoh paha. Jadi kelihatan terus buluΒ² pahanya.
Ada satu celananya yang sangat menggetarkan dadaku.
Celana motif bungaΒ² yang sangat minim plus agak tipis.
Kalau itu dipakai aku jadi degΒ²an terus.
Aku sering mengintip Ayahku mandi, tidur, dan kencing.
Anak macam apa sih aku ini, suka ke Ayah sendiri?
Masih wajarkah atau udah keterlaluan?
(2) Aku memang mengidap rasa suka ke bapackΒ² sejak dini.
Tapi kondisi di kampung gak mendukung penyimpangan ini langsung berkembang di diriku.
Maklumlah kampung aku masih kolot, jauh dari kemajuan.
Dan kisah ini merupakan kisah di tahun 1995 yang lalu.
(3) Jujur waktu itu aku belum tau sedikit pun tentang dunia homo.
Tapi aku suka aja lihat bapackΒ² ganteng dan mengkhayalkannya.
Di kampung aku sering melihat burung bapackΒ² waktu mandi.
Karna kami mandi ramaiΒ² di sungai berbatu atau di pancuran yang airnya berasal dari bebatuan.