(1) Malam itu sekitar jam 23.β°β° aku melintas di jln yg bnyk mobil truck mampir. Udah ber-jamΒ² kelilingΒ² disana gak jg dapat BpkΒ² supir truck yg bs di isap.
(2) Lalu mendekati sebuah bundaran, aku melihat ada Bapak tua mengendarai sepeda motor butut dgn pelanΒ². Aku berusaha melihat wajahnya, wah kesukaaanku. Lalu aku terpikir utk merayunya. Tp posisi tepat di bundaran, aku gak tau dia kemana. Lurus, kekiri, atau ke kanan.
(3) Aku milih ke kanan karna kesitu arahku pulang. Ternyata dia lurus. Aku salah prediksi. Akupun mutar balik dan ngikutin dia. Gampang ngejarnya karna dia jalan pelanΒ². Aku pepet dia dr kanan dan aku berusaha menyapanya dgn mengukir senyum indah di bibir. "Pak, mau kemana?"
(4) Aku gak mau dia takut melihatku yg mengikutinya. Wajar kan, BapakΒ² tua takut melihat seorang pemuda bertubuh kekar memepetnya dijalan tngh mlm. Apalagi pemuda tsb gak dikenalnya. Itulah yg ku antisipasi, biar dia gak menganggapku begal atau org preman yg mau mencelakainya.
(5) Aku berusaha melembutkan cara bicaraku biar dia tau aku bukan sebuah bahaya. Diapun menoleh ke arahku stlh mendengar sapaanku. Dia senyum sumringah menjawabku sambil terus berjalan. "Mau pulang!", jwbnya. "Pak, berhenti bentar, ada mau ku bilang!", kataku.
(6) Dia pun tanpa ragu mau berhenti di sebelah kiriku. Aku tetap mempertahankan senyum manis di wajahku. "Kok larut malam hbs dr mana, Pak?", tanyaku. "Pulang dr rmh anak, di anu...!", katanya menyebut sebuah alamat. "Iya kok larut malam pulangnya, apa gak takut?", kataku.
(7) "Gaklah, udah biasa!", ucapnya. "Pulang kemana?", tanyaku. Lalu dia menyebut sebuah daerah. "Mak, jauhnya lagi Pak. Sdgkan dr rmh anak Bpk kesini aja udah jauh, dr sini ke rmh Bpk msh sngt jauh lg.", kataku. "Pak, ada yg mau ku bilang sama Bpk!", kataku. "Mau bilang apa?"
(8) Dia nanya lgsg msh dgn senyumΒ²nya. "Boleh gak aku isap burung Bpk?", tanyaku. Aku mengentikan bicaraku dan menunggu reaksinya. Kupandangi wajahnya. Dia pun ketawaΒ² sambil sesekali memandangiku. Gak ada jwbn keluar dr mulutnya selain ketawa mendengar permintaanku.
(9) "Boleh gak Pak? Aku suka kali ngisap burung BpkΒ². Kebetulan kayak Bpk ini seleraku.", tambahku. Dia senyumΒ² terus. "Kok bisa suka gitu?", tanyanya. "Itulah Pak. Tp emang hobi kali aku isapΒ² burung BpkΒ² seumur Bpk!", jwbku. "AdaΒ² aja ya!", katanya sambil terus senyum.
(10) Gak bnyk kata keluar dr mulutnya. Tp dia selalu senyumΒ². Dia gak berusaha kabur dariku. Dia tetap santai. "Maulah ya Pak, aku udah pengen kali nih. Dr td cariΒ² gak dapat.", bujukku. Dia senyumΒ² dan menatap ke depan. "Percayalah Pak aku gak org jahat. Aku cuma pengen isap!"
(11) "Aku pintar kali ngisap Pak, pasti puas Bpk kubuat.", tambahku. Lalu di hidupkannya motornya, kabur nih, pikirku. Lalu akupun hidupkan motorku. "Kemana Pak?, tanyaku. "Ikut ajalah!", katanya. Kini aku yg jd bingung dan tanda tanya. Karna aku blm tau dia mau apa gak.
(12) "Kemana nih Pak?", tanyaku lg sambil mengiring dia. "Kantor camat tau?", tanyanya. "Iya!", jwbku. "Disana sepi, bisa disana. Sana aja kita.", ucapnya. Akupun ikut dia. Kamipun memasuki halaman kantor tsb. Tapi ada 3 org remajaΒ² duduk di dpn itu. Akhirnya kami lgsg mutar.
(13) Di bagian gerbangnya, ada tmpt duduk pnjg dr kayu, tepatnya di bawah pohon trembesi. Disitulah remajaΒ² itu nongkrong. Kebetulan kantor itu blm berpagar. Kamipun gak jd mojok. Di jln stlh pulang dr sana dia bilang "biasanya gak ada lg org disitu jam segini."
(14) "Biasanya enak kali disitu di bagian blkgnya.", katanya. "Kemana lg kita nih ya?", tanyanya. Akhirnya ku ajak dia ke sebuah tmpt yg benarΒ² aman gak ada org msk kesana. Sebuah bekas pengambilan tanah timbun yg udah lama di tinggal. Jalannya msknya lebar muat mobil truck.
(15) Di dlmnya luas tanah kosong yg blm di tumbuhi. Ternyata dia tau tmpt itu. "Oh kesini!", katanya. Kami masuk ke dlm. Aku msh memutar kepala motorku ke arah jln, dia lgsg buka celananya dan kencing. Tp aku gak bs liat karna gelap. Selesai kencing dia gak lg masukin burungnya.
(16) Di biarkannya burungnya bergelantung. Lalu akupun mendekat dan memegang burung itu. Lumayan besar dlm kondisi mati. Ku cermati batang Bpk itu dlm kegelapan mlm. Untung aja langit agak cerah wkt itu. Akupun lgsg jongkok biar lbh dekat. Kuliat ada bintik hitam di kepalanya.
(17) Aku sempat ragu apakah itu penyakit. Kuraba bintik hitam itu mulus, gak menonjol. Ternyata sejenis taik lalat. Lalu akupun menyedot batang itu hingga dlm wkt sekejap lgsg membesar dan mengeras. Ku jilatin jg bijinya. Bpk itu mendesah keenakan. "Enak Pak?", tanyaku.
(19) Lalu kembali aku jongkok ngisapin dia, sehingga aku kesulitan ngocok punyaku. Lalu tak lama Bpk itupun nembak. Terasa bnyk cairannya memenuhi mulutku. Segera kubuang dr mulutku takutnya aku jd muntah. Yg jls aku gak mau nelan itu. Bpk itu segera masang celana.
(20) Aku msh sibuk ngocokin punyaku. "Jgn di tutup dulu!", kataku. Tp dia terus memasukkan burungnya ke celana. Ku rampas burung itu dr celananya. "Tunggu! Biar ku pegangΒ² dulu, biar aku nembak. Bpk gak mau isap!", kataku dgn nada keras. Akhirnya burung itupun berhasil ku pegang.
(21) Akupun nembak dan berceceran semua ke tanah. Lalu dia memuseumkan burungnya. "Boleh minta no nya gak Pak? Biar bs kita jumpa bskΒ²?", tanyaku. "Catatlah!", katanya. "Siapa kubuat namanya, Bpk siapa namanya?", tanyaku. "Buat aja disitu mantan RW!", katanya.
(22) "Aku Ketua RW dulu. Tp skrg gak lagi.", jelasnya. Akupun nyimpan no nya dgn nama Mantan RW. "Dulu ada teman aku org nias, orgnya putih kecilΒ². Dia langganan ngisap punyaku!", katanya. Wah ternyata udah pemain jg Bpk ini, gumanku. Kirain blm pernah sblmnya.
(23) "Kenapa gak lg Pak?", tanyaku. Udah kehilangan kontak. Diapun gak prnh nampak lg. Kenya dia udah gak disini lg, mungkin udah pulkam!", jelasnya. "Jd stlh itu siapa skrg langganan Bpk?", tanyaku. "Gak ada lg!", jwbnya. "Samaku aja ya!", seruku. "Boleh!", katanya.
(24) "Udah brp lama tuh Pak kejadiannya?", tanyaku. "Udah lbh setaun yg lalu lah!", jwbnya. Tp stlh itu, setiap ku tlp dia gak prnh mau ketemu. Di jwb sih tp bnyk alasannya. JanjiΒ² aja terus nantiΒ² tp asal ku tlp selalu gt terus. "Aku krj skrg, gak bs jlnΒ² lg!", katanya.
(25) "Kerja apa Pak?", tanyaku. "Jaga gudang org!", katanya. Itupun tmptnya lumayan jauh pula. Padahal dia udah 65 lbh lho umurnya. Stlh itu kenya gak prnh lg dia ku hubungi sampai tulisan ini kubuat.
.
.
.
.
[Selesai]
β’ β’ β’
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
(1) Waktu itu aku umur 33 th. Aku pacaran dgn Pak Yamin (51 th). Pak Yamin tiba2 diserang penyakit aneh yg begitu parah, yg membuatnya hanya terbaring lemah dirumah dan bolak balik RS.
(2) Saat itu usia pacaran kami baru jalan 2 th. Aku udah dikenal baik oleh anak istrinya dan sering datang main2 kerumah itu. Aku bahkan sering nginap dirumah mereka karna kami udah kayak keluarga.
Aku sangat sedih dan terpukul dgn penyakit yg menimpa Pak Yamin.
(3) Udah ber-bulan2 Pak Yamin gak pernah bisa bekerja, sehingga uang jajanku jadi stop. Padahal sebelumnya selalu lancar karna Pak Yamin emang sangat baik dan gak pelit samaku.
Selain itu kami tentunya udah gak pernah ML lagi. Ya gimana caranya, Pak Yamin aja lagi sakit kan.
1. Modusin Supir Truck Part 1 2. Modusin Supir Truck Part 2 3. Modusin Supir Truck Part 3 4. Ustadz Yang Tega 5. Main Dengan Polisi Di Ruangannya 6. Main Dengan Polisi Di Toilet Kantornya
7. Main Dengan Polisi Di Kost-an 8. Main Dengan Polisi Di Kost Temannya 9. Jumpain Polisi Ke Luar Daerah 10. Dokter Yang Profesional 11. Di Tangkap Warga Ciuman Di Toilet Plaza 12. Bertemu Polisi Saat Pergi Healing 13. Main Tiga Dengan Polisi 14. Main Dengan Kepsek SMA Di Kost
15. Main Dengan Dosen Di Semak 16. Main Dengan Guru SD Di Kebun 17. Main Dengan Guru SD Di Rumahnya 18. Main Dengan Pendeta Di Hotel Part 1 19. Main Dengan Pendeta Di Hotel Part 2 20. Main Dengan Pendeta Di Kost 21. Main Dengan Pendeta Di Rumah Kosong
(2) Postur Omku tinggi besar, berisi, kulit kuning langsat, kumis tebal, suara ngebass, tangannya penuh bulu lebat, kaki sampai paha juga, perut berbulu, tapi dada gak.
Aku bisa rasakan punya Omku pasti gede. Karna sering nampak ngejendol ketika duduk di sofa atau di lantai.
(3) Di rumah Omku selalu pakai celana pendek. Dan rataΒ² yang ukurannya separoh paha. Jadi kelihatan terus buluΒ² pahanya.
Ada satu celananya yang sangat menggetarkan dadaku.
Celana motif bungaΒ² yang sangat minim plus agak tipis.
Kalau itu dipakai aku jadi degΒ²an terus.
Aku sering mengintip Ayahku mandi, tidur, dan kencing.
Anak macam apa sih aku ini, suka ke Ayah sendiri?
Masih wajarkah atau udah keterlaluan?
(2) Aku memang mengidap rasa suka ke bapackΒ² sejak dini.
Tapi kondisi di kampung gak mendukung penyimpangan ini langsung berkembang di diriku.
Maklumlah kampung aku masih kolot, jauh dari kemajuan.
Dan kisah ini merupakan kisah di tahun 1995 yang lalu.
(3) Jujur waktu itu aku belum tau sedikit pun tentang dunia homo.
Tapi aku suka aja lihat bapackΒ² ganteng dan mengkhayalkannya.
Di kampung aku sering melihat burung bapackΒ² waktu mandi.
Karna kami mandi ramaiΒ² di sungai berbatu atau di pancuran yang airnya berasal dari bebatuan.