#BEDAHRUMAH:
Satu Bulan Satu Rumah Sempit
Edisi Oktober 2021
Linaya House
🇮🇩 Ciputat, Indonesia
👷 Delution Architects
🏡 60 m²
—ulasan singkat—
#BEDAHRUMAH adalah konten bulanan yang membahas rumah tapak <100 m²
Kenapa <100 m²?
Soalnya tanah segituan-lah yg paling realistis dibeli "milenial kota" yg nggak pengen tinggal di apartemen.
Menemani Malam Minggu kalian, yuk mari kita berkhayal!
↓
Rumah ini total lahannya cuma 60 m² loh dengan total luas bangunan 95 m²
Tiga kamar di lantai dua plus satu kamar ART dan area publik di lantai utamanya.
Virtual tour kita mulai dari luar.
Rumah prototipe dari kompleks perumahan ini punya ide fasad yang iconic dan berbeda di setiap unit rumahnya, tapi kurang lebih warna yang digunakan tetap hitam-putih.
Siang versus Malam-nya kayak begini.
Penampakan carport dan main entrance dari rumah ini.
Terdapat trap-trap tangga dan dudukan pada sisi depan pintu plus sedikit area hijau biar nggak gersang-gersang amat.
Setelah pintu masuk, beginilah penampakan bagian dalam rumah.
Mengingat spacenya terbatas, lantai satu dibuat ngablak aja ruangannya sampai ke belakang (dapur dan ruang makan).
Sisi panjang keseluruhan lantai 1.
Di area belakang (sebelah kanan), masih ada bukaan buat pencahayaan sekaligus penghawaan.
Lantai satu ini keliatan sangat compact, nggak riweuh barang dan pabalatak. Gemesh.
Selain membuat ruangan serba terbuka, yang bikin rumah ini nggak terasa sempit adalah bentuk tangganya.
Tangga dibuat terbuka dari bawah sampe ke atas, jadi ruangannya terasa jauh lebih tinggi.
Kalo dari Lt.1 nengok ke atas, begini kira-kira.
Rumahnya jadi berasa tinggi banget dan udara panasnya pun bisa cepet pergi ke atasnya.
Space di bawah tangga dibuat jadi toilet. Cukup buat penghuni yang lagi kebelet pas lagi di lantai bawah atau tamu yang pengen numpang kamar mandi.
Sempit sih, tapi nggak mentok jidat, kayaknya aman-aman aja.
Sekarang coba kita naik ke lantai berikutnya
Di lantai atas, ada satu master bedroom dan dua kamar anak.
Ukurannya emang nggak gede-gede amat sih, tapi masih cukup lah ya buat dihuni keluarga baru.
Bangun tidur, buka gorden, langsung menghirup udara segar di balkon dengan bergaya seperti iklan Adem Sari.
Nggak cuma sampe situ doang.
Ternyata, masih ada lagi balkon santai-santai di bagian rooftopnya. Mari kita naik satu level lagi.
Di atas kamar utama, ada ruang terbuka yang cukup buat ngopi-ngopi senja atau ngeliat tetangga lagi pada beli sayur apa.
Small living ala rumah ini:
Program ruang dibuat padat dan dikelompokkan lagi berdasarkan fungsi yang dekat.
Bawah bagian komunal dan servis, lantai atas bagian area privat.
Konsep pencahayaan dan pengudaraannya juga dipikirin dari awal.
Karena tangganya dibuat bolong sampe atas, udara panasnya pun bisa dibawa dengan cepat dan nggak terkurung di dalam rumah.
Doa penutup thread:
Mari sama-sama berjuang dan berdoa biar tabungannya berlipat, terus kebeli tanah sendiri dan bisa utak-atik rumah kayak gini.
Bismillah yok bisa yok. Salawatin dulu. #BEDAHRUMAH
BANDING-BANDINGKE CAPRES 2024
based on dokumen visi-misi
per 21 Oktober 2023
dari sudut pandang:
warga Bekasi anker Depok, single, under 30, ngeriset & ngajar, durung nduwe omah
-ulasan sekilas-
1. Tentang Perjabodetabekan
Visi-misi Anies-Imin nggak ada kata IKN, tapi nyebutin in general Jabodetabek mau diapain.
Visi-misi Ganjar-Mahfud nyebut IKN, tapi nggak disebut Jabodetabek setelahnya mau diapain.
Nggak ada yang bikin Provinsi Jabodetabek gitu? 🤔
2. Soal Perkotaan
Dua-duanya sensitif soal transit oriented development dan transportasi publik. Sayangnya kagak ada yang nulis "ESKALATOR DAN LIFT YANG TANGGUH, SELALU NYALA, DAN MEREK INTERNESYENEL"
Medan Merdeka emang ditetapkan sebagai cagar budaya. Tapi, apakah cobblestone-nya juga? Eits tunggu dulu.
Cobblestone Monas baru dipasang tahun 2000-an di era Bang Yos. Penggantian aspal jadi cobblestone ini justru nunjukin kalo perubahan di kawasan ini bisa dilakukan.
Apakah kalo udah jadi cagar budaya, lantas udah nggak bisa diapa-apain? Tetot kurang tepat.
Menjadikan sesuatu sebagai cagar budaya bukan berarti kita nge-freeze objek itu dan nggak boleh diapa-apain. Perubahan bisa dilakukan secara terbatas asal tidak merusak apa yang esensial.
Di UU No. 11 tahun 2010 ttg Cagar Budaya juga dibahas soal apa aja yang bisa dilakukan untuk melestarikan: 1. Pelindungan (Penyelamatan, Pengamanan, Zonasi, Pemeliharaan, Pemugaran) 2. Pengembangan (Penelitian, Revitalisasi, Adaptasi) 3. Pemanfaatan
Bukan cuma melihat Jakarta sebagai kota tunggal, 1965 bahkan udah dipikirin kalo Jakarta "bengkak", nanti ngembangnya ke mana.
Ada poros Timur-Barat, ada juga ke selatan. Titik pancarnya 15 km dari Monas.
Namanya "Jakarta Metropolitan", tahun 72-73, barulah muncul Jabotabek.
Masterplannya diambil dari buku, masterplan keluaran Direktorat Tata Kota & Daerah 1965, yang mana nggak mungkin banget kalo BK nggak terlibat di dalamnya.