Perjuangan legitimasi RUU TPKS ini sdh mulai digagas 2006 (Komnas Perempuan). Bahkan dorongan utk membawa perspektif HAM & gender dlm reformasi hukum di Indonesia ini sdh dimulai sjk 2003.
Tuntutan penghapusan kekerasan seksual mll RUU PKS ini msk dlm daftar program legislasi nasional (Prolegnas) DPR RI 2015-2019.
Melegakan sekali, Badan Legislasi menyetujui draf RUU ini dibawa ke Paripurna. Jk disahkan nanti, UU ini mjd slh satu UU inisiatif yg pny impact besar
Betapa tdk, kasus kekerasan seksual trs meningkat setiap tahun. Instrumen hukum yg sdh ada tdk cukup representatif memberi perlindungan pd korban. Pun bny definisi & kategori kekerasan seksual yg tdk terwadahi. Keberadaan UU utk menjawab celah ini sngt diperlukan.
Perjalanannya tdk sebanding dg cepatnya jumlah korban yg trs berjatuhan. “Dalil kodratiah” yg mjd alasan penolakan RUU PKS mjd penghambat yg tdk mdh ditembus. Bahkan pd Mei 2019, ada petisi menolak RUU PKS yg ditandatangani 44.600 org (Change.org ,2019)
Ada jg kelp yg menterjemahkan scr keliru istilah “by consent” (dg persetujuan) dg potensi melegalkan seks bebas. Sy rasa utk poin ini, diperlukan pandangan para ahli hukum tdk hny mencari definisi & penjelasan yg sederhana & mudah dipahami, tp jg memberi “pencerahan” pd kelp ini
Logika hukumnya jelas, jk memaknai “by consent” scr benar, bhw tindakan tertentu dianggap sbg kekerasan seksual jk dilkk tanpa persetujuan kedua pihak, ada pihak yg menolak atau mrs terpaksa. Istilah ini pun sdh digunakan di bny produk hukum yg sdh berlaku. Clear enough….
Ada jg kelp yg menyebut keberadaan RUU ini tumpang tindih dg KUHP. Noooo…. Dlm KUHP, perlindungan riil thd korban tdk terakomodir. Mekanisme pembuktian tindak kekerasan tdk responsif thd korban, bahkan dlm bny kejadian justru menimbulkan reviktimisasi & ketdkadilan berulang2
Selain itu, di KUHP definisi pencabulan & pemerkosaan hny dimaknai sempit : masuknya penis dlm vagina. Itu sbbnya syarat bukti di persidangan hrs ada visum. Pdhl tindak kekerasan seksual bisa beragam bentuknya.
RUU ini melengkapi kekosongan hukum yg tdk terwakili di KUHP
Setdknya ada 15 bentuk kekerasan seksual yg ditemukan Komnas Perempuan : 1. Perkosaan 2. Intimidasi seksual 3. Pelecehan seksual 4. Eksploitasi seksual 5. Perdagangan perempuan utk tujuan seksual 6. Prostitusi paksa 7. Perbudakan seksual 8. Pemaksaan perkawinan 9. …….
Smntr def kekerasan seksual mnrt RUU PKS (2016) : “setiap perbuatan merendahkan, menghina, menyerang, dan/atau perbuatan lainnya thd tubuh, hasrat seksual seseorg, dan/atau fungsi reproduksi scr paksa, bertentangan dg kehendak seseorg, yg menyebabkan seseorg itu tdk mampu……
……memberikan persetujuan dlm keadaan bebas krn ketimpangan relasi kuasa dan/atau relasi gender yg berakibat atau dpt berakibat penderitaan atau kesengsaraan scr fisik, psikis, seksual, kerugian scr ekonomi, sosial, budaya, dan/atau politik “
Diatas semua itu, sy ingin sampaikan, keberadaan UU ini nanti mmg mjd harapan bny pihak agar kasus2 kekerasan seksual apapun bentuknya bs dikurangi. Tp UU bkn satu2nya solusi.
Keterlibatan semua elemen masy utk slg menjaga & melindungi sesama dlm harkat kemanusiaan, lbh penting
Edukasi masy terkait perilaku bermartabat hrs trs digaungkan. Jgn lupa, ketaatan & pemahaman thd ajaran agama tdk sll linier dg kemampuan hindari tindak asusila.
Lbh penting menempatkan kemanusiaan dlm koridor tata berperilaku dlm masyarakat.
Salam
Ttd
Partai Rakyat Jelita
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Maaf jk judulnya provokatif & terkesan melecehkan perempuan.
Sesungguhnya sy hny ingin menunjukkan relasi laki² & perempuan, apakah bentuknya relationship atau ownership.
Scr sederhana, sy memulai dr pembagian peran dlm rmh tangga 🤞
Ada yg bs memungkiri peran perempuan di ranah domestik sngt penting ?
Bangun lbh pagi utk memastikan seluruh anggota kelrg "nyaman" saat mrk bangun, dan tidur plg akhir utk memastikan seluruh anggota kelrg "nyaman" saat mrk tidur adl gambaran umum beban domestik kaum perempuan.
Peran ini sngt problematik. Di satu sisi, ada ketimpangan dg peran laki² yg menempatkan beban lbh besar pd perempuan, disisi lain tdk ada jaminan penghargaan scr materi & non materi.
Culturally, laki² dikonstruksi sbg agen ekonomi sdg perempuan mjd sngt tergantung scr finansial
Membaca sekilas Permendikbud no 30 tahun 2021 tentang Kekerasan Seksual di dunia pendidikan, aku heran koq bisa membuat sebagian org berpikir aturan ini melegalkan perzinahan.
Logika berpikir & makna “persetujuan korban” ini bknnya hal yg sdh berlaku dlm hukum kita ?
Hub seks, apapun bentuknya, jika dilkkk atas dasar “suka sama suka” itu nggak pernah bisa disentuh hukum. Meski kategori dilecehkan, tp kl pihak yg dilecehkan mau ya hak dia si…
Jk ada aturan yg mengecualikan tindakan dr kategori kekerasan seksual, ya bkn berarti membolehkan
Bgmnapun, seks itu ranah privat jk disepakati dua pihak. Akan mjd ranah publik jk mengganggu kinerja sistem sosial. Seks akan mengganggu org lain, jk dilkk dg pemaksaan.
Unsur pemaksaan inilah yg diatur dlm Permendikbud, krn tdk hny melanggar hukum, tp jg hak org lain.
Ini satu contoh bgm sebuah pesan yg sdh diluncurkan, kmd diralat atau dihapus & disertai permintaan maaf, tdk akan menghapus kesan yg ditimbulkan pesan pertama.
Tdk ada pesan yg tdk disertai maksud. Setiap pesan disampaikan, pasti pny tujuan
Dlm komunikasi, org menyampaikan pesan dg tujuan utk membuat perubahan pd diri penerima pesan : 1. Perub kognitif, dr yg blm tau mjd tau, informatif 2. Perub afektif, terkait nilai & sikap, persuasif
3.Perub behavioral, mendorong perilaku
Setiap perilaku adl pesan utk org lain
Perilaku mjd pesan jk ia dipersepsi. Krn inti dr komunikasi adl persepsi.
Kita ini ada di medan pesan, apapun yg ada disekeliling kita adl pesan², simbol² yg setiap saat akan kita persepsi
Apa itu PERSEPSI ?
Interpretasi & pemaknaan kita atas semua simbol yg tertangkap sensori