mwv.mystic Profile picture
Dec 12, 2021 129 tweets 18 min read Read on X
RIMBUN

based on true story

a thread Image
Cerita ini sengaja gw drop krn cerita berikutnya yg akan gw bahas adalah Astana Ratu Anjani.. Disana ada keterlibatan sosok Rimbun dalam alur ceritanya.

Sosok Rimbun mungkin sudah dikenal banyak pembaca lama dari IG, tapi untuk yg baru tau mwv dari twitter, inilah kisah Rimbun
Bulan Mei tahun 2017..

Hari itu, seperti biasa selama perjalanan Bogor ke Jakarta via kereta, gue selalu habisin waktu dengan main handphone. Scroll scroll timeline Instagram sambil dengerin musik dari spotify.
Sampai akhirnya tanpa sengaja explore gue ngasih rekomen sebuah akun yang share cerita cerita perihal jin.

Gue tertarik untuk baca salah satu judulnya dan akhirnya tenggelam dalam cerita cerita di akun itu sepanjang perjalanan gue.
Gue saat itu sadar bahwa orang orang yang berinteraksi dengan bangsa jin itu banyak dan udah ga bisa dipungkiri lagi. Sampai akhirnya gue kepikiran untuk share kisah pengalaman gue sendiri dan mungkin nantinya akan dapat solusi terbaik atas apa yang gue alami..
Kenalin gue Rama, itu nama asli gue dan gue ga keberatan jika nama ini ditampilkan karena cerita gue memang full mengenai apa yang gue alami selama ini.

Namun bisa gue pastikan semua nama yang akan disebut dalam cerita ini nantinya, merupakan nama nama samaran.
Hal ini terkait privasi teman teman gue yang tidak ingin dipublikasikan secara luas, namun mereka sudah mengizinkan gue untuk menceritakan keterlibatan mereka disini.
Cerita ini nantinya akan memulai banyak cerita lain sepanjang hidup gue. Ya inilah momen gue, orang yang apatis bahkan menolak keberadaan mereka di dunia ini dipaksa percaya dan akhirnya berinteraksi dengan mereka yang gak kasat mata..

****
“What an amazing Saturday!! 30 CLOSING!! WOW! It’s a new record! Can’t say anything right now. Well, you all amazing guys. Thank you. We gonna have some party tomorrow!! Yeaaahh! But now, please go home safely, have some rest, I’ll see you tomorrow, 11 AM sharped...
... Thank you so much and Good Night.” Semangat Josh, bos gue ngasih closing statement hari ini. Kami baru saja berhasil closing 30 client hari ini dan itu setara income 3 milyar rupiah buat perusahaan ini.
Hiruk pikuk ruangan kerja kami pecah merayakan hal itu sampai tiba tiba sebuah tepukan mendarat di pundak gue.

“Man of the match, Munchies gak?” kata salah satu rekan gue, Fariz.

“Harvest aja deh. Munchies mah rame bener gila weekend gini. Mending dapet tempat” jawab gue.
“Yah, tapi gue pengen nge-beer nih”

“Yailah ke Munchies cuman nge-beer, di pantry juga banyak noh” kata gue sambil nunjuk pantry yang memang ada stock beer milik Josh dan karyawan.

“Ya beda anjir, kan nyari suasananya”
“Yaudah terserah deh. Gantian traktir ya? Kita berdua doang nih? Kek homo, Njirr”

“Kan elo yang abis closing tiga ngehe. Eh, tapi gapapa deh, gue yang traktir, tapi lo minum juga ya. Iya berdua aja, nanti kan nyari dedek disana…”
Sebelum temen gue ini nyelesaiin kalimatnya, gue udah toyor kepalanya duluan.

Sudah saatnya pulang dan gue bersiap ke arah pantry yang juga berfungsi sebagai dress room kantor ini. Tapi tiba tiba aja sebuah panggilan menghentikan langkah gue, dan itu panggilan dari Josh.
“Hey Rama! Buddy! Please come inside for a moment” ujar Josh sambil menepuk pelan bahu gue dan membawa gue ke ruangannya.

“What else Josh? I’m so tired actually…” kata gue ke Josh sambil menghela nafas dan nyentuh-nyentuh jam di pergelangan tangan gue.
Pertanda kalo jam kerja udah selesai dan gue udah berhak pulang.

Sebenarnya Ini yang gue suka kerja dengan orang asing, mereka sangat menghargai waktu dan ngga baper sama hal hal seperti ini.
Coba kalo gue lakuin hal kaya gini ke orang Indo, mungkin gue langsung dipecat karena dicap tidak menghormati pimpinan atau setidaknya diSP lah.

“I know, buddy. I’m sorry. 5 minutes, please” pinta Josh.

“Okay. Can I take this off?” tanya gue sambil nunjuk jas dan dasi.
Si Josh bales dengan anggukan, mempersilakan gue lepas keduanya.
Mau ngga mau, walaupun males, gue jalan sama Josh menuju ruang kerjanya sambil nyopot jas sama dasi. Di dalam, kita duduk berhadapan dan Josh sepertinya mau membicarakan sesuatu yang penting dan privasi.
“Well, I don’t wanna waste our time. So, I’m gonna asking you one more time. Are you really want to leave?” (Jadi, gue gamau buang buang waktumu, gue mau tanya sekali lagi, kamu benar benar mau keluar dari perusahaan ini?) tanya Josh serius.
Gue menghela nafas sekali lagi. Gue mencoba nyerna makna tatapan matanya itu. Ada yang aneh, ada sesuatu yang bukan Josh banget, dia terlihat khawatir dan sedih.

“Josh, we already talked it (Josh, kita udah bicarakan ini sebelumnya)” jawab gue singkat.
“Even if I triple it?” (Bagaimana kalau gue menaikan gajimu tiga kali lipat?) tanya Josh lagi sambil ngeluarin beberapa lembar kertas, ia akan menaikkan gaji gue tiga kali lipat asalkan gue gajadi resign dari perusahaannya itu.
Pandangan gue beralih dari semula ke mata Josh, pindah ke kertas itu. Kontrak baru dengan nominal baru.

Sejujurnya, angka di kertas itu cukup menggiurkan buat gue. Keyakinan gue buat cabut darisana mulai goyah.
Gue pun balik tatap mata Josh. Tajem dan tidak berbicara apapun.

Sepintas gue liat senyum tipis di bibir Josh. Bule ini ngerasa menang.

Gue alihin lagi pandangan gue, kali ini ke samping Josh, menerawang ngeliatin suasana langit malem Jakarta yang penuh gemerlap.
Pada saat itulah…

DEG!

Gue liat sosok itu lagi di kaca. Lengkap dengan pakaian kerajaannya, tapi.. kali ini ngga dengan muka cantiknya. Kulit mukanya merah, matanya kuning, telinganya melar menjulur dari sela-sela rambutnya yang jarang..
Dia natap gue tajem dan seakan memberikan ancaman. Dia menggeleng dengan gerakan kepala yang aneh, pelan dan patah-patah. Gue paham maksudnya. Tatapan gue kali ini beralih ke Josh lagi.

“Make it five!” (buat jadi lima kali lipat!).
Gue ngajuin tawaran yang gue tau pasti ditolak sama Josh dengan kalimat yang tegas dan diakhiri senyum tipis.

Josh pun langsung bereaksi. Dia ngacungin jari tengahnya ke arah gue.
Gue pun ngakak begitu pula Josh.
Kami sama sama kurang ajar waktu itu, tapi begitulah kedekatan kami yang bukan sekedar atasan dan karyawan, tapi lebih seperti teman.

“You know Josh, its not about it…” lanjut gue berusaha sok bijaksana.
Padahal ini di otak gue penuh suara caci maki sama diri gue sendiri yang baru aja nolak sebuah tawaran sebesar itu.

“Okay buddy. I got it. You’re such a fucking hard person!” jawab Josh nyerah.

“Anything else?” tanya gue sambil bangun dan bersiap keluar dari ruangannya.
“Nope. Get out of my room you stubborn!” kata Josh sambil berdiri, melangkah mendekati gue dan nendang kursi yang gue dudukin sambil masang muka sok marah karena gagal merayu gue untuk stay di perusahaannya.

Sekali lagi kami tertawa karena hal itu.
“Wait!” si Josh manggil lagi. Gue berhenti tepat di depan pintu dan berbalik.

“Catch!” (tangkap!) perintah Josh sambil ngelempar amplop ke gue.

“What is it?” tanya gue bingung.

“Just check it” (periksa aja) kata Josh. Gue pun ngebuka amplop itu.
Banyak kertas merah bergambar duo proklamator Indonesia ada di dalamnya.

“Wow! Thanks, but for what?” (wah terima kasih, tapi untuk apa?)

“For making history today”

“Got it. Thanks Josh!”
Gue pun melangkahkan kaki gue ke pantry yang tadi sempet batal karena dipanggil Josh ke ruangannya. Nyamperin si Fariz yang kayanya lagi mumet banget sampe pengen nge-beer.
Baru aja masuk ke pantry..

“Mas Rama…congrats ya dear, you’re awesome!” tiba tiba saja Erline, marketer paling muda dan paling bening se-kantor meluk sambil ngasih satu kecupan di pipi kanan gue.
“Woi woi woi, Dar dear dar dear aja! Ngga gini doong Lin…” tangan gue refleks sedikit dorong badannya ngejauhin badan gue. Gue paksain senyum sama dia sambil nunjukin cincin di jari manis tangan kanan gue.

“So what!?” ‘tantang’ Erline.
Sejujurnya gue mau marah sama kelakuan anak ini, tapi…

“So, elo harus berenti seenak jidat meluk-meluk sama kecup-kecup gue and be a ‘nice girl’. Oke?” kata gue sambil ngasih gerakan tanda kutip pake tangan di kata-kata nice girl.
Gue ngacak-ngacak rambutnya dan jalan, ngelangkahin ngelewatin dia, terus naro jas gue di gantungan jas pantry.

“Ngga mau. Aku mau jadi bad girl aja kalo sama kamu Mas…” rayu Erline yang memang begitu ke gue sejak kami akrab.
“Orang gilaaa dasar. Tuh sama Fariz aja yang abis batal nikah. Biasanya cowok begitu kan bad boy tuh, pas deh tuh” kata gue sambil menunjuk Fariz.
“Eh sianying, kenapa jadi bawa-bawa gue batal nikah!? Tapi iya juga sih Lin, lo ngga mau sama gue aja? Gantengan juga gue daripada si Rambo” tanya Fariz dengan muka…ya gitulah.

“Idih ogah sama Mas Fariz mah, mesum” jawab Erline polos. Gue ngakak.
“Wahahaha…mampus lo” gue nyumpahin Fariz puas.

“Dasar lo Ram. Udah yuk cabut. Gue udah booking tadi” ajak Fariz.

Gue langsung melototin Fariz. Kata ‘booking’ itu masalahnya.

“EH KALIAN MAU KEMANA???” Tanya Erline setengah teriak.
“Ini nih si Fariz abis booking cewek buat nemenin dia di kostan” Jawab gue ngasal.

Gantian Fariz yang melototin gue. Gue nahan ketawa sebisa mungkin biar Erline ngga curiga.

“Ah, bohong ah. Mau kemana sih? Aku ngga diajak?” jurus manjanya si Erline keluar.
Gue liat-liatan sama Fariz. Beberapa detik kemudian gue naik-turunin bahu dan kerutin alis gue sebagai pertanyaan tanpa suara ke Fariz ‘Gimana? Kasih tau ngga?’.

Fariz bales jawab dengan ngangkat alis dan ngangguk.
“Cuman ke Munchies kok. Si Fariz pengen nge-beer sambil nyari jodoh.” Jawab gue akhirnya.

“IKUUTT…!!” teriak Erline.
“Ngga mabok tapi ya?” kata gue.
“Dikiiit…boleh ya?”
“Ngga”
“Ih, kenapa sih?”
“Males gotongnya” jawab gue ngasal
Singkat cerita, pergilah kita bertiga ke Munchies. Fariz sama Erline minum lumayan banyak. Sementara gue, mabok kopi. Fariz menggalau ria dengan cerita gimana dia baru aja batalin pernikahannya.
Berkali-kali mata gue ngeliatin minuman yang diminum sama Erline dan Fariz. Shit. Rasanya gue pengen banget minum lagi dan ketawa-ketawa lepas seolah beban hidup ngga ada sama sekali.

Emang dasar setan ya, paling ngga seneng liat orang tobat.
Tapi gue udah komitmen sama diri gue sendiri dan istri gue untuk berhenti minum. Gue mau berubah menjadi lebih baik walaupun masih sedikit demi sedikit dan berproses. Contohnya tetap ngebar tapi ga minum.
Erline kayanya ngeh gue ngeliatin minuman mulu dan tiba-tiba nyeletuk

“Udah sih mas, ayo minum bareng…dikiiit ajaa…” tiba tiba dia nyodorin gelas ke depan mulut gue sambil ngerangkul punggung gue.

Gue refleks lepasin rangkulannya Erline sambil ngegeleng.
“Udah dong Lin, kalo Rama ngga mau jangan dipaksa mulu. Ngga gitu caranya kalo lo mau nongkrong sama kita.” Tiba-tiba Fariz belain gue.

“Apaan sih Mas Fariz ikut-ikut aja!?” tau-tau Erline sewot.
"Ya lagian elo daritadi gitu mulu. Lo ngga liat tuh si Rama risih sama kelakuan lo? This is Indonesia Lin!” Fariz kepancing, nada bicaranya jadi naik.

Gue liat Erline kesentak. Dia ngeliatin gue, seolah bertanya ‘emang bener mas lo risih?’. Gue diem aja, cuman senyum tipis.
“Oh, maaf deh kalo ternyata aku cuman bikin risih. Aku balik duluan aja” Jawab Erline sambil bangun dan letakkin beberapa lembar uang.

Gue tahan tangannya Erline, tapi dia tetep ngeloyor pergi.

Fariz kaget, nggak nyangka reaksi Erline bakal kaya gitu.
“Kejar Riz, minta maaf gih sana. Udah malem nih, nanti dia kenapa-kenapa di jalan. Mana naik taksi online kan tuh anak” kata gue. Tapi Fariz ngga bergeming.

“Lo aja deh, gue males drama-dramaan gitu. Dia udah gede.” Tepis Fariz.
“Ya lo kan juga udah gede” kali ini giliran kata-kata gue yang nusuk Fariz.

“…Hhhh..yaudah lo tolong bujukin dia deh ya” pinta Fariz.

“Kan tadi lo yang janji mau nganterin dia. Lagian gue kan lagi ngga bawa mobil Riz.”
“Ram, gue minta tolong ya. Lo aja yang nganterin dia, pake mobil gue aja nih, parkirnya di tempat biasa, lo bawa balik aja sekalian ya, gue naik taksi aja ntar. Please bro. gue masih pengen sendirian disini, lo tau kan….” Kata Fariz lirih sambil nyerahin kunci mobilnya.
“Hhh..yoweslah. Got it. So sorry to hear that, Riz. Udah, what is yours, will eventually be yours.”

“Sipp, thanks broh. Ati-ati"

Gue pun cabut ngejar Erline setelah ngasih beberapa lembar uang ke Fariz tapi dibalikin sama dia,
“Giliran gue kan sekarang…”
“Thanks bro”
Gue nyusul Erline ke lobby dan disana gue liat dia lagi berdiri nunggu taksi online.

“Lin…”

“Kenapa mas?” sahut Erline dengan nunduk.

“Balik sama gue aja yuk. Udah malem, bahaya nanti…”
“Ngga usah mas. Makasih. Aku udah order taksi online. Ngga enak cancelnya. Lagian nanti aku bikin risih kamu lagi…”

“Duuh..Lo jangan salah paham gitu dong. Fariz lagi emosi tadi, lo ngerti kan dia lagi kenapa? Yuk, pulang sama gue aja sambil kita ngobrol yah.”
“Terus taksinya gimana?” kata Erline.

“Yaudah gapapa, kita tunggu dulu aja sebentar. Ngga usah di cancel. Nanti gue yang ngomong sama drivernya.”

“Hm…Oke..”
Beberapa saat kemudian, taksi pesanan Erline datang

“Malam. Mbak Erline?” sebuah mobil berhenti tepat di depan gue sama Erline dan pengemudinya langsung bertanya seperti itu setelah ngebuka kaca jendelanya tanpa turun keluar dari mobil.
“Malam pak. Pak maaf ya, Mbak Erline nya ngga jadi naik, kebetulan ternyata masih ada urusan. Ini ongkosnya ya pak. Ordernya tetep dijalanin aja ya pak, ngga kita cancel.” Jawab gue sambil nyerahin beberapa lembar uang.
“Loh? Beneran mas? Kalo ngga jadi naik gapapa kok di cancel aja, ini ongkosnya juga ngga usah. Kebetulan saya juga mau pulang” jawab bapak driver itu ramah.

“Udah gapapa pak. Di keep aja ya. Makasih banyak ya pak”
“Yaudah kalo gitu. Makasih banyak ya mas. Semoga makin lancar rejekinya.”
“Aamiin…”

Gue sama Erline pun masuk kembali ke dalam gedung dan melanjutkan langkah menuju parkiran.
Entah kenapa, basement malem itu hawanya ngga enak banget, sepi pula.
Tiba-tiba Erline ngerangkul lengan gue. Gue udah siap-siap mau ngelepasin rangkulannya, tapi begitu gue liat mukanya ketakutan, gue urungin niat gue. Ini bukan karena manja, tapi karena Erline ketakutan.
“Mas, agak cepet yuk, aku takut…” kata Erline.

Kita berdua pun mempercepat langkah menuju mobil Fariz. Sesaat sebelum masuk mobil, gue liat sekelebatan bayangan yang melayang dari salah satu tiang ke belakang mobil.

SRRR…bulu kuduk gue merinding.
Belom hilang merinding gue karena bayangan tadi, begitu gue duduk, masang seat belt, nyalain mesin dan benerin spion tengah, tiba-tiba..

DEG!
Dia muncul lagi dan duduk di bangku barisan tengah. Masih dengan muka buruknya dan bahkan lebih buruk lagi.
Gue gelisah.. Kemunculan sosok ini selalu menjadi pertanda sesuatu. Ada apa? Kenapa dia keluar sesering ini? Tadi di ruangan Josh, sekarang disini.

“Lo balik kemana Lin? Rumah apa apart?” tanya gue ke Erline buat ngalihin perasaan ngga enak gue akan kemunculan sosok itu.
“Mmm…ke..ke..Apart aja deh mas. Aku.. lagi pengen sendirian.” Jawab Erline. Gugup.

“Oke” jawab gue sambil ngejalanin mobil.
Gue bawa mobil Fariz sambil sesekali melirik spion tengah. Dia masih stay disana. Diam ga kasih tanda atau gerakan apapun, namun sosoknya yang dalam bentuk rusak itu cukup bikin gue sesekali kehilangan konsentrasi.
“Kamu tenang aja ya… saya nggak niat macem-macem. Ngga usah marah gitu.” Tiba-tiba Erline ngomong gitu ditengah perjalanan.

“Hah!? Marah? Gue ga mar..”

“Bukan kamu mas. Itu yang di belakang” jawab Erline memotong ucapan gue.

Gue kaget.
“What!? Erline?? Lu bisa liat dia juga” tanya gue kaget.

“Sejak awal kamu masuk kantor Mas” jawabnya.

“Serius?”

“He’emh. Udah mas yuk jalan, dia ngga suka diomongin” kata Erline.
Gue langsung ngelirik spion tengah. Dia masih disana. Ekspresi menyeramkannya belum berubah sekalipun Erline sudah mengatakan kalimat tadi.

Tapi ini jadi hal baru buat gue karena akhirnya ada orang lain yang notice keberadan makhluk ini selain gue..
Singkat cerita, perjalanan gue malam itu semobil ama Erline berlangsung dengan diem dieman. Kita ga ngobrol apapun dan sepanjang perjalanan sosok itu juga stay duduk di kursi tengah.
Selesai nganterin Erline, sepanjang perjalanan pulang ke rumah, banyak pertanyaan muncul di kepala gue..
‘Apa dia bener-bener ada?’

‘Jadi bener selama ini gue ngga berhalusinasi?’

‘Apa dia bakal selamanya hadir di hidup gue?’

‘Apa yang harus gue lakuin? Membiarkan dia stay atau perlu gue usir? Tapi gimana caranya?’
Iya, sosok yg dilihat Erline memang ada, gue bahkan mengetahui namanya. Namun selama ini gue mengira dia hanyalah bagian dari imajinasi atau sugesti gue saja. Tapi setelah Erline mengatakan hal itu barusan, seketika gue yakin apa yg gue lihat selama ini bukan khayalan gue semata.
Ini adalah awal mula pertemuan gue dengan makhluk yang memperkenalkan dirinya sebagai “Rimbun”..
Bagi yang ingin membaca langsung dan tidak terpotong2, Kisah lengkap kemunculan Rimbun bisa mwvers baca di Karyakarsa. dengan Link sebagai berikut..

karyakarsa.com/Mwvmystic/rimb…
Kembali ke lini waktu beberapa tahun lalu saat gue belum berinteraksi dengan makhluk tak kasat mata dan melalui kehidupan normal gue sehari hari.

Saat itu gue bekerja di salah satu perusahaan asuransi swasta di bilangan Senayan.
Kehidupan kota yang serba maju dan “terang” membentuk gue menjadi seseorang yang tidak percaya dengan penampakan atau gangguan fisik yang disebabkan oleh hantu, jin dan semacamnya.
Keyakinan ini makin diperkuat setelah gue berkali kali mendaki ke gunug dengan spot spot angker namun tidak mendapati siapapun atau apapun yang membuat gue takut dari golongan “mereka”.
Tolong garis bawahi ya, gue hanya tidak mempercayai penampakan dan gangguan saja, tapi gue mengimani keberadaan mereka.
Setiap kali gue membaca kisah kisah orang yang berinteraksi dengan mereka dengan intensitas diluar logika gue, gue selalu menganggapnya sebagai lelucon atau hal fiksi yang dibuat buat demi mencari sensasi.
Mungkin kalian pun juga seperti itu kan? Tapi semua persepsi gue berubah.. saat akhirnya gue bergesekan langsung dengan mereka…
Saat peristiwa ini terjadi, gue sedang menghandle project Oil dan Gas Insurance dan Health Insurance di Jakarta. Resiko memegang project seperti ini adalah mobilitas yg tinggi karena kami dituntut untuk mengunjungi lokasi site yg berada di pelosok dan jauh dari keramaian kota.
Buat beberapa orang kantor, kunjungan ke site jadi hal yang melelahkan, sementara bagi gue ini bagian dari refreshing rutin. Prabumulih, Balikpapan, Samarinda, Pangkalan Bun udah jadi makanan gue setiap bulan.
Saking seringnya gue kesana, gue sudah cukup akrab dengan orang orang site perusahaan klien.
Semua bermula saat gue diberikan hadiah dari salah satu kenalan gue, sebut saja namanya Pak Betrus.
Pak Betrus ini hobi banget mengoleksi batu akik. Hobinya ini semakin diperlancar dengan banyaknya pilihan jenis batu akik yang tersebar di Kalimantan, kota domisilinya.
Selama kami jadi rekan bisnis, obrolan gue dengan pak Betrus cukup nyambung, berhubung kami berdua sama sama memiliki hobi mengoleksi batu akik. Bedanya, beliau tipe yang menyukai batu akik dengan ukuran besar, sementara gue menyukai batu batu kecil.
Bedanya lagi, Pak Betrus juga paham dan ngerti banget tentang jenis dan macam macamnya, sedangkan gue pure suka ngumpulin aja tanpa peduli apa namanya dan hal hal detail lain seputar batu.
Hari itu gue lagi bantu bantu pak Betrus beres beres klaim asuransinya di Jakarta. Beliau bela belain dari Kalimantan terbang ke Jakarta untuk pengurusan itu karena ia tau akan mendapatkan klaim yang nominalnya cukup besar.
Gue bisa lihat rona bahagia di wajahnya saat menerima uang asuransi itu. Dan sebagai rasa terima kasih, gue diajak oleh pak Betrus untuk makan malam, minum, dan diajak ke salah satu lokasi hiburan malam yang kini sudah ditutup oleh pemerintah DKI Jakarta.
Keesokan harinya, pak Betrus kembali ke Balikpapan dan sempat berpamitan ke gue sebelum berangkat.

“Ram, ogut balik dulu ya.” Pak Betrus sering memakai kata “ogut” sebagai kata ganti dari “gue”.

“yah.. mau kemana sih om buru-buru amat? Satu ronde lagi lah…”
“Ogut harus balik nih. Ada meeting sama tim Offshore. Eh ogut ada kenang2an nih. Ini kesayangan ogut sih, tapi buat lo aja gapapa. Asal lo rawat yg bener ya! Siapa tau jodoh sama lo. Hahha” kata Pak Betrus sambil ngasihin sepotong kecil batu akik warna merah yg dibungkus tissue.
“Wah, ini Merah Delima om?” gue agak kaget liat batu akik yg dia kasih. Memang gue ngga begitu hapal nama nama batu akik, tapi khusus untuk Merah Delima gue pernah liat sebelumnya. Makanya gue langsung ngenalin batu akik jenis ini. Walapun gatau beneran Merah Delima apa bukan.
“He-eh”(iya). Jawab Pak Betrus singkat.

“Serius ini buat Rama?” gue masih heran karena pada saat itu harga Merah Delima lagi selangit.

“Bawel. Mau ngga? Kalo ngga, ogut ambil lagi nih.” ancam dia.
“Eh, mau lah mau mau. Hahaha…Thank you ya om. Asli cantik banget.” Jawab gue sambil merhatiin ‘Si Cantik’, iya, saat itu juga gue beri nama batu itu “si Cantik” yang akan jadi tambahan koleksi batu akik gue.

“Iya sama-sama. Yaudah ogut pamit ya.”

“Oke om. Hati hati yah”
Seminggu berlalu sejak gue dikasih Si Cantik. Seperti yang gue bilang sebelumnya, gue tidak terlalu memahami dunia perbatu akikan, jadi gue juga gak tau ini batu akik Merah Delima asli atau bukan.
Alasan gue menerimanya memang karena warnanya yang cukup berkilau dan menghormati pemberinya.

Gue sudah berniat mau pasang batu ini jadi cincin. Gue sampai pesan ring cincinnya sama temen gue demi mendapatkan pasangan yang serasi dengan batu seindah ini.
Selama belom terpasang jadi cincin, Si Cantik gue taruh di dalam laci meja kerja kantor.

Namun, ada hal hal aneh yang terjadi sejak Si Cantik berpindah tangan ke gue.
Nyaris tiap hari, Pak Betrus nelfon gue dan nanyain kabar Si Cantik.

Ya nanya kabarnya seputar “udah dipasang jadi cincin apa belom? nanya gue udah bersihin apa belum? nanya gue naronya dimana, bahkan sampe ‘nyuruh’ masang di ring yang bagus jangan yang biasa-biasa aja.
Demi memastikan gue memasang ring yang proper untuk batu akiknya, Om Betrus sampai mau transferin dana buat biaya ring.. Disitu gue mulai berpikir, kenapa om Betrus memberikan perhatian begitu besar kepada batu ini?
Melihat perhatian Om Betrus sedemikian rupa dengan si Cantik, gue sampai ngga enak hati sendiri. Sempet kepikiran apa gue balikin aja ya Si Cantik?, kayanya Om Betrus khawatir sekaligus sayang banget sama batu ini.
Tapi waktu itu gue ngga mikir aneh-aneh sih, menurut gue wajar-wajar aja kalo orang ‘khawatir’ sama barang kesayangannya.

Namun sudah saatnya gue untuk khawatir.. karena kejadian yang agak janggal mulai gue alamin setelah gue numpuk-numpuk dokumen diatas Si Cantik.
HARI 1, sejak gue mulai menumpuk barang barang diatas si Cantik..

Gue lembur hari ini. Prepare tender sama salah satu Oil Company. Gue ngga lembur sendirian, ada tim Marketing Support yang ikutan lembur bareng sama gue.
Kita lembur sampe jam 21.00 Setelahnya, anak Marketing Support balik duluan sementara gue masih harus e-mail ke Head Office Oil Company itu di US. Mereka sempat menyuruh gue pulang bersama mereka, tapi gue menolak karena masih tanggung. Akhirnya gue sendirian di kantor tersebut.
Gue lanjutkan pekerjaan gue, mengirim email berbahasa Inggris itu ke client.

Namun Pas gue lagi ngetik e-mail…
Treeeekkk..
Gue denger suara kursi kayu bergeser di ruang meeting.

DEG!
Sebagai informasi, ruang meeting gue itu kursinya terbuat dari kayu jati solid tanpa roda.
Selain itu, lantainya juga berbahan marmer. Jadi kalo kursi di ruang meeting bergeser, pasti bunyinya berderik.

Entah kenapa seketika ada rasa takut nyelinap di hati gue, padahal gue ngga bener bener sendirian di kantor itu karena office boy kami menetap tinggal di pantry.
Tapi tetap aja di ruang kerja itu udah tinggal gue sendirian.
Gue yang awalnya ga mikir apa apa, tiba tiba saja keinget cerita senior-senior kantor ini soal penghuni ruang meeting yang konon katanya bernama "Mbak Susi"
Gue gak pernah kelintas tentang ini sebelumnya. Tapi tiba tiba aja otak gue mengingat kisah kisah "mbak susi" itu dan mulai kepikiran apakah sekarang giliran gue ditunjukkan eksistensi sosok legendaris kantor ini?

Perasaan gue waktu itu aneh, gue antara takut sama kesel.
Apa iya bener ya rumor tentang Mbak Susi bakal gue buktikan malam ini?

Tapi untung logika gue cepet balik. Dan entah dari mana, alih alih takut dan bergegas pulang, gue justru dapat keberanian buat nyamperin ke ruang meeting.
Gue berjalan dengan rileks dan coba terus tetap tenang walaupun jujur gue ga siap dengan kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi saat itu.
Ketika sampai tepat di depan pintu,

Sebelum pintunya gue buka, gue bergumam, ‘ketemu ketemu deh lo sekarang Mbak!’.
Pas pintu gue buka... Nggak ada apa apa. Ruang meeting dalam keadaan gelap gulita dan gue liat kursi-kursi masih berjejer rapi. Akhirnya pintu ruang meeting gue tutup lagi dan gue nyelesaiin sisa kerjaan gue, lalu pulang dan tidur nyenyak.
Hari ke-2

Hari ini gue masih harus lembur lagi. Tetep, ngga sendirian, ada anak-anak Marketing Support ikutan lembur. Gue udah lupa sama kejadian semalem karena memang setelah gue check gaada apa apa, itu membuat gue cukup tenang dan tidak memikirkannya berlarut larut.
Waktu berlalu sampai akhirnya kembali gue jadi orang terakhir di kantor karena harus e-mail ke client sementara marketing support udah pada pulang.
Dan seperti yg kalian tebak, kejadian janggal terjadi lagi.
Kali ini kejadian anehnya bukan berawal dari ruang meeting, tapi dari laci meja kerja gue.

Saat gue mau mengambil dokumen di dalem laci, tepat ketika gue buka lacinya, Si Cantik udah ada diatas dokumen..
Padahal gue gak pernah buka laci itu sebelumnya dan seharusnya si cantik berada di bagian bawah, tertiban dokumen dokumen lainnya.

Sebenernya waktu itu pada saat persis kejadian gue ngga sadar. Gue baru sadar besokannya pas mau ngambil dokumen lagi.
Seinget gue kan Si Cantik ada di tumpukan bawah dokumen, kok tiba-tiba ada di atas??

Cuma lagi-lagi gue ngga mikir aneh2, gue pikir si Dewa yg buka-buka laci gue. Dewa ini atasan gue, dia emang sering bongkar laci gue, entah nyari dokumen atau nyolong dasi buat visit klien.
Untuk beberapa hari gue memang lupa kalau gue punya Si Cantik saking sibuknya bekerja dan tertimpa dokumen. Karena kebetulan Si Cantik berada di bagian atas, gue ambil aja, mumpung inget.
Untuk menyimpan si cantik gue menggunakan tissue untuk membungkusnya, niatnya biar ga lecet lecet dan atas saran Om Bertus. Gue buka dari tissue pembungkus terus gue liat-liat.
Ada yang beda dari Si Cantik, pas gue pegang batu itu terasa hangat, padahal biasanya dingin. Tapi mungkin saat itu gue pikir karena tertumpuk-tumpuk dokumen dan ada di dalem laci.
Ketika gue masih liat-liat Si Cantik, tiba-tiba ponsel gue getar, ternyata panggilan itu panggilan dari Pak Bertus.

“Hoi Ram, apa kabar? Gimana batu akik? Udah lo pasangin ring belom? Jadi pake white gold kan? Abis berapa? Sini biar ogut gantiin.”Kata Pak Bertus di ujung telpon.
“Waduh waduh si om, khawatir amat sama Si Cantik. Aman oomm…Cuma emang belom Rama pasang ringnya, belom kelar.” Jawab gue.

“Wuih, udah dikasih nama aja. Tapi bagus tuh Si Cantik. Doi emang cantik sih. Kalo manusia mah udah gue pacarin tuh…” kelakar Pak Bertus.
“Ebuset si om! Masa batu akik dipacarin…Haha. Abisnya emang cantik sih om. Ini aja lagi Rama liat-liatin nih. Cantik banget warnanya.” Balas gue diselingi tawa kami berdua.
“Yaudah. Eh, emang lo masih di kantor Ram? Ngapain? Berani lo sendirian di kantor malem-malem? Hebaatt…kantor lo kan ada setannya gitu. Haha” kata Pak Bertus.
"Hahaha. Setan apaan om? Cantik ngga? Kalo cantik sini deh boleh kenalan sama rama".. Dan kalimat sampah gue itu langsung terjadi!

‘GRRRKKK…’

Tepat setelah mulut sampah gue asal ngomong soal setan, gue denger suara kursi bergeser dari ruang meeting lagi.

Gue diem sesaat.
Pak Bertus langsung ngomong serius dan ngingetin gue untuk jangan bercanda soal makhluk halus atau bangsa jin. Katanya nanti mereka denger.

Sebenernya gue kesel denger Pak Bertus ngomong gitu, karena gue ngga pernah percaya yang namanya gangguan setan dan sebagainya.
Akhirnya gue cuma minta maaf sama beliau. Buat gue, kita sebagai manusia itu jauh lebih mulia daripada bangsa jin, jadi ngga ada dalam kamus gue kita harus takut sama bangsa jin. Selama kita ngga nantangin atau ganggu duluan.
Setelah menutup telpon, sekali lagi gue samperin ke ruang meeting dan persis kaya semalem, dan gaada apapun yang muncul ataupun hal aneh yang terjadi. Yang gue liat cuma ruang meeting dalam keadaan gelap dan rapi.
Tapi sebelum gue tutup pintu ruang meeting, tiba-tiba kedengeran suara langkah-langkah kaki lari-lari..

‘DUK..DUK..DUK..’

Asal suaranya dari atas.
Seketika itu juga otak gue langsung mikir jernih.
‘Oiya, kantor gue kan di apartemen, wajar aja kalo banyak suara berisik kaya gitu, namanya orang di rumah pasti kan banyak aktivitas, jadi selama ini yang gue denger itu pasti asalnya dari lantai atas, bukan dari ruang meeting’.
Kesimpulan pribadi gue itu seakan menjawab sendiri semua bunyi bunyian dari dalam ruang meeting yang belakangan gue dengar.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with mwv.mystic

mwv.mystic Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @mwv_mystic

Oct 28
Setelah memotong kemaluan korban hidup hidup dan menampung d4rahnya untuk diminum, pelaku memut1l4si dan menjual daging korban dengan kedok daging sapi. Salah satu pembelinya bahkan sudah mengonsumsinya sebagai olahan rendang hati.

a thread Image
M. Delfi adalah seorang pemuda yang tinggal bersama ayahnya, Basri Tanjung, di Kabupaten Siak, Riau. Sehari hari, ia bekerja serabutan. Terkadang ia membantu ayahnya berjualan sate, kadang mengambil upah sebagai buruh bangunan. Image
Hingga akhirnya ia menjadi karyawan sebuah usaha isi ulang galon. Saat usianya masih sangat muda, 19 tahun, pada Februari 2013 ia menikah dengan Dita yang juga berumur sama dengannya. Namun pernikahan ini kandas hanya 8 bulan setelahnya tanpa sempat memiliki keturunan.
Read 21 tweets
Oct 20
ABI KUSNO NACHRAN

JURNALIS YANG DIANIAYA HINGGA CACAT PERMANEN PASCA BONGKAR KEGIATAN PERDAGANGAN KAYU ILEGAL DI KALIMANTAN.

a thread Image
Abi Kusno Nachran, merupakan seorang pria kelahiran Pangkalan Bun tahun 1941. Ia berprofesi sebagai jurnalis untuk Tabloid Lintas Khatulistiwa, sebuah surat kabar lokal di Kalimantan.
Tulisan tulisan Abi Kusno sering menyentil para oligarki dan mafia mafia dibalik pembabatan serta penjualan kayu ilegal dari hutan di Kalimantan. Tidak hanya menulis, ia kerap melaporkan hasil temuannya kepada aparat untuk diusut.
Read 18 tweets
Oct 14
SOTO DAGING MANUSIA DI TERMINAL KAMPUNG RAMBUTAN

a thread Image
Apa jadinya kalau kalian pergi ke sebuah warung soto lamongan, membeli sebungkus soto ayam dan memakannya lalu tiba tiba kalian diberitau kalau warung soto tersebut baru saja digrebek polisi karena menghidangkan soto dengan daging manusia?.. Ilustrasi soto lamongan
Ya, ini bukan potongan adegan film, namun kejadian nyata kasus yang sangat menggemparkan pada masanya : kasus Benget Situmorang dan soto dari daging istrinya.
Read 25 tweets
Oct 7
KISAH TRAGIS OMAYRA SANCHEZ

Tidak ada lagi yang bisa dilakukan, para relawan hanya bisa menemani Omayra menuju kematiannya setelah tersangkut dan terendam air selama 60 jam.

a thread Image
Pada 13 November 1985, Gunung berapi Nevado del Ruiz di Kolombia meletus. Meskipun tanda tandanya sudah terdeteksi, pemerintah setempat gagal melakukan evakuasi dan berakibat pada jatuhnya ribuan korban. Image
Kota Armero, salah satu daerah paling terdampak, bahkan kehilangan 20 ribu dari total 29 ribu penduduknya. Mereka umumnya tewas akibat banjir lahar yg menerjang kota. Salah satu korban di daerah itu adalah keluarga Omayra Sanchez Garzon, seorang gadis berusia 13 tahun.
Read 19 tweets
Oct 3
PALASIK MAYIK
PART 9

Ilmu hitam asal Sumatera Barat yang mengharuskan penggunanya meminum air bekas mandi jenazah

a thread Image
Bagi yg baru bergabung, Part 1-8 bisa dibaca dulu pada utas ini ya :

Kita mulai utasnya jam 20.30 wib. Please support dgn like dan retweet banner judul Part 9 diatas yaa.
Read 172 tweets
Sep 23
KISAH NYATA TUMBAL PROYEK PULAU X

sebuah utas Image
Cerita kali ini gw dapetin dari saudara yg kerja di proyek salah satu pulau. Nama pulaunya mungkin kita simpen dulu ya, meskipun kisah ini mungkin beberapa dari kalian udah tau. Di lokasi tempat dia kerja, beberapa bulan terakhir ada kasus yg booming dan memakan banyak korban.
Gangguannya cukup parah, sampai harus ada ‘pembersihan’ dari hal hal mistis agar para pekerja bisa aman di pulau itu.

Info yang beredar, karena gangguan mistis, ada pekerja yang jari tangannya kepotong dan ada yang kejatuhan potongan pohon yang lagi diangkat crane.
Read 13 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(