Teguh Faluvie Profile picture
Jan 20, 2022 210 tweets >60 min read Read on X
PENJAGA KEBUN TEBU

Sebuah kisah warisan pekerjaan
Tahun 1988-an

"Sebelum tubuh ini utuh, sebelum penasaran ini selesai, dan sebelum dendam ini tuntas, ini adalah tempatku."

@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Image
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Catatan sebelum membaca cerita

Tidak adanya kalimat “Based on true story” pada cover tulisan saya kali ini, bukan berarti cerita ini bukan berdasarkan kisah nyata, tetap cerita ini berdasarkan kisah nyata. Namun atas segala pertimbangan dan banyaknya saran,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta akhirnya saya putuskan kedepanya menghilangkan kalimat itu, karena respon dari cerita MELATI dan DEDEMIT BUAYA PUTIH diluar dugaan saya sebagai penulis. Itulah penjelasan singkatnya, tidak ada salahnya mengantisipasi kemungkinan terburuk, dan kalian pasti mengerti juga, semoga.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Cerita kali cukup menyita waktu yang lama untuk mendapatkan informasi yang utuh, apalagi ini bersangkutan dengan keluarga besar saya dari Ibu, jadi kiranya ada sebuah informasi yang salah mohon dimaafkan dari awal, dan cerita kali ini akan berbeda dengan cerita-cerita sebelumnya.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Tidak ada maksud lain selain berbagi cerita.” Segala kesamaan Nama, Latar dan Tempat sudah disamarkan sesuai kesepakatan dengan Narasumber. Dan tidak ada maksud apapun dalam cerita ini atau menyinggung pihak manapun.

Terimakasih atas pengertianya.
Salam.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta BAGIAN I - MAMAN SUHERMAN

“Jika ini adalah kenyataan dan pemberian, tugasku hanya satu meneruskan, agar bisa melanjutkan hidup seperti apa yang pernah menjadi wasiat Abah dan Mak”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta PERKAMPUNGAN TAHUN 1988-an

Memikul beban sebagai anak pertama dan mempunyai tiga adik perempuan adalah hal yang sadar dan tidak sadar aku lalui dalam hidup ini dengan segala keterbatasan yang keluargaku alami. Apalagi ejekan, yang berujung julukan untuk aku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Si Maman Bujang Lapuk” sudah merekat erat padaku, alasanya karena menang karena sampai usiaku sekarang belum berkeluarga. Sementara adikku Titin dan Euis, baru saja dua tahun kebelakang di pinang oleh yang senasib dengan keluargaku, yang menyebabkan Euis tidak seperti
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta kakak-kakaknya setelah menikah di ajak untuk keluar kampung untuk mengikuti dimana para suaminya bekerja. Aku dan Euis termasuk yang paling dekat, walaupun kedekatan itu hanya sebatas saling menyapa saja. Apalagi suami Euis yang bekerja sebagai kuli bangunan ke kota,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang membuatnya kadang satu bulan atau tiga bulan sekali pulang kampung.
Di awal pertengahan tahun sore ini, aku sedang berjalan diatas tanah yang sudah sangat sering aku injak, sepulang dari sawah karena salah satu sawah sudah menggelar panen dan aku selalu bekerja sebagai kuli
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta panggul padi, memindahkan padi dari sawah menuju rumah pemilik sawah. Orang suruhan mengerjakan apapun bahkan jauh melekat pada diriku, jika ada orang yang butuh bantuanku pasti nama yang orang kampung ini ingat adalah namaku, Maman Si Bujang Lapuk.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Tumben orang-orang sore ini engga pada kelihatan” ucapku sambil berjalan setelah masuk ke perkampungan.
“Woy Man…”
Aku hanya melambaikan tangan ke arah suara dimana yang sudah tidak asing lagi di telingaku, suara Abdul teman kecilku sampai sekarang.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Banyak tadi padi hasil panenya Man” ucap Abdul sambil berjalan dengan cepat ke arahku.
“Ini Dul di kasih segini…” ucapku, sambil menunjukan padi yang sudah menjadi beras didalam karung kecil.
“Barusan aku ke rumah, kata Mak Idah kamu belum pulang, yasudah tadi nunggu -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - di pos sana, eh ayo malam ngeronda, istriku lagi pulang ke kampungnya jadi bebas” ucap Abdul sambil tertawa.
Aku hanya membalas tawa Abdul saja karena sudah tahu malam ini keseruan akan terjadi, jika jadwal ronda ada seorang Abdul suka ada saja tingkahnya yang aneh Abdul ini.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Sambil berjalan dengan Abdul menuju rumah, beberapa warga yang berpapasan denganku saling meyapa, walaupun sore ini berlalu begitu sangat cepat ditandai dengan berubahnya warna langit.
“Nanti malam ketemu saja di pos ronda yah Man” ucap Abdul, sambil langsung berbelok
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta jalan kaki menuju rumahnya.
Handuk kecil yang berwarna coklat yang menempel di pundakku yang sudah penuh keringat dan badan yang cukup lelah, mengiringi langkahku menuju rumah, di depan rumah tua panggung yang bertembok bilik, terlihat Abah juga baru sampai rumah.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Assalamualaikum Bah…” ucapku perlahan.
“Waalaikumsalam gimana panennya banyak Man” jawab Abah yang terlihat sangat lelah dengan badannya yang semakin menua.
“Kalau yang punya sawah punya kita banyak Bah, tapikan yang punya orang lain” jawabku sambil bercanda.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Barusan Adul kesini, ketemu engga di jalan” sahut Mak.
“Iyah udah barusan ketemu Mak, ini Mak sekalian bawa ke dapur” ucapku, sambil memberikan beras yang menjadi upahku hari ini sebagai kuli panggul sawah.
Tidak lama Abah langsung masuk ke dalam rumah, setelah Mak memanggilnya
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta untuk makan, sementara aku jarang sekali makan di rumah ketika pulang bekerja, karena sebelumnya sore tadi di sawah sudah makan terlebih dahulu, padahal niatku agar beras yang ada bisa cukup dan irit saja.
Sambil duduk di teras yang beralas bambu, aku segera mengeluarkan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta tembakau dan papir dari saku celanaku yang sudah terbungkus dalam satu plastik. Sambil membuang keringat dan lelah, sementara bajuku sudah terbuka, agar angin sore ini bisa perlahan menghilangkan keringat dari badanku sebelum mandi.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Terlihat Euis sedang berjalan menuju rumah, sambil membawa jerigen yang aku lihat berisikan minyak tanah.
“Sudah pulang kang…” ucap Euis sambil duduk didekatku yang sedang melinting tembakau diatas kertas papir.
“Sudah, masih ada minyak yang kemarin juga di dapur” jawabku,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang kemudian mengeluarkan korek api, lalu membakar tembakau.
“Kang Darma nitip uang ke temanya yang pulang minggu ini, buat keperluan dapur, yasudah beli minyak tanah saja, kalau sampai habis suka repot, Euis ke dalem duluan, mau dibuatin kopi?” ucap Euis sambil kembali berdiri.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Jangan, nanti malam saja barusan sudah di sawah” jawabku.
Tidak lama langit perlahan mulai mengelap, dan suara bunyi bedug yang dipukul sudah terdengar, pertanda waktu magrib sudah tiba. Terlihat juga di dalam rumah, Mak dan Euis sudah menyalakan lampu semprongan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang perlahan mengeluarkan cahaya kuning keemasan, karena hanya beberapa rumah saja di kampung ini yang sudah menggunakan listrik, alasanya satu ketidakmampuan rumah-rumah yang lain untuk membayar listrik, ada pilihan lain mendingan untuk makan saja sudah cukup.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Magrib Man pamali masih diluar, bukanya ke belakang mandi” ucap Mak di dekat pintu rumah.
“Iyah Mak, ini mau” ucapku, sambil berjalan ke samping rumah, sementara Abah terlihat olehku berjalan menuju arah masjid, dengan perlahan.
“Padahal sudah semakin tua Abah itu, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - diam saja di rumah kasihan masih kerja di sawah orang dan malamnya harus ke kebun tebu yang tidak jelas itu” ucapku sambil masuk ke dalam kamar mandi yang hanya berukuran kotak ditutupi oleh bilik bambu, sementara airnya menggunakan selang yang terhubung ke arah mata air gunung
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta di ujung kampung yang lumayan jauh dari rumah.
Selesai mandi dan melaksanakan ibadah yang kadang dengan sengaja aku lewati begitu saja, aku sudah terbaring diatas karpet yang kusam terdapat banyak bolongan bekas aku merokok di kamar, rumah panggung ini memiliki tiga kamar,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta satu kamar Abah dan Mak, satu kamar yang sekarang digunakan Euis dan satu lagi kamar paling ujung yang dekat dapur yang masih berlantai tanah adalah kamarku, kamar paling kecil yang hanya cukup kaki dan badan ini untuk tidur saja.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Tidak tahu kenapa hari ini rasanya benar-benar lelah, tidak seperti biasanya, padahal ini adalah pekerjaan yang sudah lama aku lakukan, bahkan aku ingat betul ketika selesai sekolah dasar tahun 1977 dan tiga adikku mulai terlihat besar, aku putuskan untuk membantu Abah dan Mak
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta bekerja di sawah, dan tidak terasa setelah jari-jariku bergerak dan didalam hati menghitung sudah 12 tahun lamanya aku menekuni pekerjaan satu-satunya yang bisa aku lakukan.
“Lama juga, harusnya badan ini tidak begini” ucapku, sambil perlahan memejamkan mata.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Hanya terdengar saja obrolan Abah dan Mak di dapur, sambil perlahan suara radio tua yang selalu Abah dengarkan sebelum pergi ke kebun tebu untuk berjaga disana, walaupun selama aku mengetahui pekerjaan lain Abah itu, sama sekali aku tidak pernah ingin bertanya,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta apalagi aku dan Abah memang tidak dekat.
“Ngantuk banget ini tumben” ucapku dalam hati.
“Man… Maman… bangun”
“Eh kenapa Mak…” jawabku, yang tidak terasa ternyata barusan ketiduran begitu saja, bahkan masih menggunakan sarung yang biasa aku gunakan untuk sholat.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Angin di luar kenceng banget, kasian abah engga bawa jaket dua, anterin sana…” ucap Mak, sambil tanganya memegang jaket kusam Abah yang memang terlihat tebal walaupun sudah tidak bagus sama sekali.
“Iyah Mak, Maman juga ada jadwal ronda malam ini, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - simpan saja mau pake celana dulu ini” jawabku sambil perlahan bangun, dan mengucek kedua mataku yang masih mengantuk.
“Yasudah, kalau keluar matiin sekalian semua lampu semprongnya yah Man” ucap Mak, sambil berjalan perlahan, dan karena rumah panggung tua ini sudah lama sekali,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta bahkan sudah dari jaman Buyut dari Abah, suara decitan jika ada yang berjalan pasti mengeluarkan suara akibat kayu yang di injak.
Segera dengan cepat aku melepas sarung dan mengenakan celana, apalagi aku teringat janji dengan Abdul untuk bertemu di pos ronda malam ini.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Setelah mematikan semua lampu semprongan aku keluar melalui dapur, yang sudah menjadi kebiasaan di kampung aku ini dapurlah yang kadang menjadi salah satu tempat yang sering ditempati dan berubah fungsi menjadi halaman depan.
“Bener badanku jadi segar setelah tidur sebentar”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ucapku, sambil membawa oboro yang tersisa dua yang biasanya satu di bawa oleh Abah, dan satunya lagi tersimpan di tempat obor biasa.
Sambil berjalan ke depan untuk membawa tembakau dan papir tidak lupa aku menyalakan obor dengan korek api, bahkan harus berkali-kali yang ternyata
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ucapan Mak barusan benar, malam ini anginnya lebih kencang dari pada biasanya. Namun kembali aku akabaikan apalagi setelah obor menyala aku langsung dengan langkah yang perlahan menuju lahan kebun tebu yang biasa di jaga Abah, walaupun letaknya di ujung kampung,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang menjadi batas dari kampung ini sebelum masuk ke dalam hutan belantara yang sampai seusiaku sekarang belum pernah tahu hutan itu milik siapa.
Setelah melihat di pos ronda ternyata hanya baru ada sebagian warga saja dan sudah terlihat Adbul sedang mengobrol asik
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dengan beberapa warga setempat, kupercepat langkahku menyusuri jalan besar berbatu yang biasanya jika musim panen tebu hanya mobil bak saja yang melewati jalanan ini.
“Padahal barusan di rumah masih jam 9 malam tumben kampung ini dari sore ini ada apa sih” ucapku, sambil terus
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta berjalan hanya diterangi oleh cahaya dari obor saja, semantara malam gelapnya semakin lekat sekali, tanpa cahaya bulan dan titik-titik bintang ketika sesekali aku melihat ke arah langit.
Sekitar 20 menit lamanya kira-kira aku berjalan, terlihatlah lahan kebun tebu yang sebenarnya
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta tidak sangat luas sekali mungkin satu hektar pun kurang, namun memang semenjak sekolah dasar aku sudah tau Abah dan Bah Ajan hanya dua warga kampung ini yang dipercaya mengelola kebun tebu, terutama Bah Ajan, sementara Abah yang menjadi penjaganya.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Tidak lama aku sudah masuk ke celah-celah jalan yang tidak terlalu lebar menuju saung tempat biasa Abah diam, namun karena angin yang semakin kencang, suara-suara khas pohon tebu yang aku kira dua bulan lagi akan panen, mengeluarkan suara yang anehnya membuat bulu pundakku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta berdiri, karena terkena angin berkali-kali.
Karena mungkin Abah menyadari kehadiran cahaya dari obor yang aku pegang sebelah kanan dan jaket abah sebelah kiri, dari kejauhan cahaya baterai yang berwarna kuning keemasan itu menyorot ke arahku.
“Ini Maman Bah…” teriaku kencang.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Dari kejauhan Abah hanya menggelengkan kepalanya saja, sambil dari kejauhan juga terlihat Abah langsung duduk kembali. Sambil mempercepat langkahku karena beberapa tidak tahu kenapa perasaan takut begitu cepat datang kepadaku.
“Tumben Man ngos-ngosan begitu” ucap Abah perlahan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Takut Abah keburu kedinginan, Mak suruh anterin ini, kasian Abah kalau bolak balik ke rumah” jawabku, sambil memperhatikan saung yang Abah tempati, hanya ada api dari kayu-kayu yang sudah terbakar dengan cahaya yang terus bergerak saja didepan aku dan Abah saat ini.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Mau bikin kopi tuh ada, sambil istirahat sampe keringetan gitu” ucap Abah, sambil menuangkan air ke dalam wadah dan menyimpanya diatas api yang melaya yang memang terdapat dua tunggul yang sudah tersedia.
“Padahal kalau tidak dijaga juga kebun tebu ini akan baik-baik saja”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ucapku dalam hati perlahan.
Aku hanya mengangguk saja, sambil tidak hentinya-hentinya kemanapun mata ini melihat hanya tebu yang sudah tinggi saja yang mengitari saung dimana aku dan Abah sekarang duduk. Ingin rasanya aku memulai obrolan dengan Abah, bahkan sekarang malam ini
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta waktu terlama aku dan Abah duduk ditempat yang sama. Selama usiaku hidup paling satu dua patah kata saja yang Abah ucapkan kepadaku, setelah itu pergi begitu saja.
“Malah melamun, itu sudah mendidih tuangkan sekalian Abah juga mau ngopi sambil nunggu Bah Ajan” ucap Abah.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Segera aku tuangkan air mendidih yang berada di dalam wadah, bahkan saking seringnya angin kencang yang datang membuat kobaran api juga sangat cepat sekali menghabiskan beberapa kayu yang berada didekat api itu.
“Oh Bah Ajan sering kesini Bah kalau malam, tumben anginya kenceng-
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - begini yah Bah” ucapku, sambil mengaduk kopi menggunakan sendok yang sudah Abah siapkan sebelumnya. Walaupun aku sadar hal barusan terasa aneh aku mendengarkan ucapan Abah dan malah bertanya balik.
“Tadi ketemu di masjid katanya mau kesini Man, padahal dulu Abah dan kamu ini -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - sering sekali ngobrol yah…” ucap Abah sambil membakar rokok kreteknya.
Untuk kesekian kalinya sedari tadi tidak nyaman berdekatan dengan Abah, malah Abah membuka ucapan lain dan hal itu malah tidak benar-benar aku ingat, terakhir aku ingat hanya kenaikan kelas 4 sekolah dasar
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta saja aku dan Abah berbicara banyak.
“Iyah kamu Man tidak akan ingat, lagianya begitulah mungkin, cuman Abah minta maaf saja sampai usiamu segini Abah belum bisa menikahkan kamu, sudah bosan rasanya bahasan ini mungkin kamu dengar” ucap Abah perlahan.
“Bosan Bah warga kampung -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - ini yah begitu sudah tidak berani bertanya hal itu, lagian juga sudahlah Bah memang belum bertemu saja dengan jodohnya” jawabku perlahan sambil mengeluarkan tembakau dan papir di saku celana.
“Iyah benar, tuh minum takut keburu dingin” ucap Abah mengalihkan pembicaraan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Walaupun aku melihat hal yang tidak biasa dari wajah Abah apalagi ucapan terakhirnya itu dan sekarang Abah hanya menatap kosong ke arah dimana pohon tebu itu berada.
“Iyah Bah, Bah padahal kalau tidak dijaga juga kebun ini tidak apa-apa kali yah” ucapku bertanya,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta hanya untuk mencairkan suasana karena tidak enak hati membahas hal barusan.
“Harusnya begitu benar Man, lagian tiap ada yang maling beberapa tebu kalau sudah mau panen Abah biarkan juga, tapi tidak tahulah yang punya lahan ini percaya sama Bah Ajan dan dari dulu juga -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - Bah Ajan yang ajak Abah kerja disini” jawab Abah menjelaskan perlahan.
Aku hanya mengangguk saja sambil menghisap rokok yang sebelumnya sudah aku linting.
“Sudah lebih dari tiga kali percakapan dengan Abah tidak biasanya” ucapku dalam hati.
“Itu Bah Ajan kali bah, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - udah keliatan sorot baterainya” ucapku.
Abah langsung berdiri dan langsung membalas sorotan dari cahaya baterai di arah Bah Ajan yang sedang berjalan ke arah saung.
Tidak lama langsung aku habiskan setengahnya kopi yang sedari tadi perlahan aku minum.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Maman langsung ke pos ronda Bah” ucapku sambil berdiri.
“Kenapa tidak langsung ke rumah, jagain Mak kamu sama Euis…” ucap Abah.
“Iyah nanti pulang ngeronda engga terlalu malam banget Bah” jawabku, walaupun untuk pertama kalinya Abah menyuruhku untuk menjaga Mak dan Euis bahkan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ini yang membuatku merasa sangat aneh dengan ucapan Abah, apalagi sebelumnya juga keanehan yang aku rasakan malam ini selama mengobrol dengan Abah.
“Ah bukan apa-apa Man, emang ini pertama kali saja bicara panjang dengan Abah” ucapku dalam hati.
“Tumben Bah, Maman kesini” sahut
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Bah Ajan yang sudah dekat berjalan.
“Biasa Jan, nganterin jaket yang di rumah suka khawatir apalagi anginya begini” ucap Abah perlahan.
Aku yang hanya tersenyum saja ke arah Bah Ajan dan Abah langsung pamit pulang, walaupun ada hal yang tidak biasa dari raut Bah Ajan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ketika mendengar ucapan yang keluar dari mulut Abah.
Segera aku dekatkan ujung obor ke arah api yang sedari menyala, dan langsung berjalan dengan banyak pertanyaan dalam diriku, karena memang ini pertama kali juga malam hari datang ke kebun tebu, setelah sekian lamanya
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta tidak pernah kesini lagi.
“Abah beda sekali, tidak seperti biasanya, dari caranya bicara seperti banyak hal yang ingin disampaikan kepadaku” ucapku sambil berjalan perlahan untuk keluar dari kebun tebu.
Angin malam ini bahkan semakin kencang menerpa tebu-tebu yang tegap berdiri
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang lebih tinggi bari badanku, setiap angin yang menerpanya selalu mengeluarkan suara khas dedaunan yang saling bergesekan, walaupun perasaan takut perlahan datang tanpa sebab kepadaku dengan memberanikan diri aku keluar dari lahan kebun tebu ini dengan perlahan ditemani
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta langkah bayangan hitam yang timbul akibat cahaya dari obor yang aku pegang saat ini untuk pencahayaan.
“Dulu seingatku di ujung kebun sana ada jurang yang tidak terlalu dalam yang kemudian menghubungkan ke arah hutan itu” ucapku perlahan dan tidak tahu kenapa pikiran itu
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta tiba-tiba saja muncul dari kepalaku.
“Ah sudahlah bukan urusanku juga” ucapku sambil terus berjalan mempercepat langkah kaki untuk segera menuju pos ronda, dan tetap mengingat pesan terakhir yang Abah ucapkan.
Setelah melewati jalanan yang penuh bebatuan, yang pasti jika ada
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta motor dan mobil yang melewati jalan ini, tentu saja tidak akan mudah dan pasti bergoyang karena untuk manusia sepertiku saja harus berhati-hati jika tidak mau salah menginjak batuan yang besar yang pasti menyebabkan kaki tergelincir dari pijakanya.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Dari keluar kebun tebu menuju pos ronda bahkan aku membayangkan bagaimana Abah bisa menjaga kebun tebu selama itu, sementara jika dibandingkan dengan Bah Ajan yang memang jauh berada hanya mengurus kebun tebu tersebut, walaupun jika panen tidak terlalu banyak juga dan bahkan aku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta tidak tahu tebu-tebu setelah panen itu kemana lagi, bahkan pemilik kebun nya pun sama sekali tidak aku ketahui.
Setelah belasan menit dari kebun tebu dan masuk lagi ke rumah-rumah warga yang hanya menggunakan obor di depan rumahnya, itupun beberapa rumah warga sudah ada
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang gelap, karena mungkin api dari obor itu mati begitu saja terkena angin, yang memang malam sekarang aku rasakan perlahan menusuk badanku, karena aku hanya mengunakan kaos saja.
“Man…” teriak Abdul sangat kencang, sambil tanganya melambai berkali-kali.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Terlihat dari pos ronda yang memiliki penerangan melalui lampu petromak yang lebih besar sehingga sangat terang, itupun hasil iuran warga karena pos ronda dianggap sangat penting untuk keamanan kampung ini.
“Dari mana Man, kok tumben dari arah sana” ucap Abdul.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Yang lain kemana Dul, suruh Mak antar dulu jaket ke kebun, biasa Abah” ucapku perlahan, sambil duduk didekat Abdul.
“Lah serius!” jawab Abdul kaget dengan ucapanku.
“Kenapa memangnya? aku nanya aja belum dijawab yang lain kemana” ucapku sambil mengeluarkan kembali
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta tembakau dan papir.
“yang lain berdua, si Hamdi dan Deden keliling duluan, nanti aku sama kamu aja malaman dikit engga lihat apa sudah jam 10 lebih” jawab Abdul sambil menunjuk ke arah jam yang tertempel di pos ronda.
“Pantas tadi aku keluar rumah jam 9 nan Dul, tadi kenapa… -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -denger aku pulang dari kebun tebu kok kaget” ucapku perlahan, sambil menghisap tembakau yang sudah aku linting diatas papir.
Adbul hanya menggelengkan kepalanya saja berkali-kali, sambil meminta tembakau aku yang sudah tergeletak lengkap dengan papirnya.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Kan tahu cerita disini semenjak belasan tahun kebelakang, kalau kebun tebu mau panen…” ucap Abdul.
“Kaya pernah lihat aja langsung, itukan hanya cerita… saksi-saksinya juga dulu pernah di tanya langsung sama Bah Ajan engga bisa jelasin, masa percaya sama begituan sih Dul…”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta jawabku perlahan.
“Magrib tadi ada yang lihat juga, Hamdi barusan cerita… lihat saja kamu sadar engga dari sore kampung ini sepi dan kenapa aku kaget kamu pulang dari sana” ucap Abdul perlahan.
Seketika untuk pertama kalinya aku sangat kaget apalagi sebelumnya juga
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta aku merasakan perasaan takut yang tidak biasanya aku rasakan ketika berjalan di antara kebun tebu, namun tidak aku ceritakan kepada Abdul sama sekali.
“Melihat apa dulu Dul, Dul tiap tahun juga ada ajakan cerita-cerita itu di kebun tebu, tapi lihat Abah dan Bah Ajan dan juga -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - warga sini biasa saja kalau tebu panen malah suka dapat jatah lumayaan dari kuli panen” jawabku, sambil mengisap berkali-kali tembakau malam ini, sambil santai di pos ronda.
“Iyah juga yah Man… apa Bah Warman tidak pernah cerita apapun?” jawab Abdul penasaran, dan membenarkan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ucapanku barusan.
“Kaya baru tahu aja aku sama Abah gimana kamu ini Man, sudahlah kalaupun benar adanya cerita itu, yasudah mau gimana lagi? Orang aku tidak terlalu paham juga sih, yah walaupun suka merinding kalau dengar lagi cerita si Cantik itu” ucapku perlahan,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan bulu pundakku berdiri begitu saja.
“Kadang cantik, kadang hancur wajah dan badanya Man…” ucap Abdul perlahan, seperti mengingat cerita beberapa tahun kebelakang.
“Sudah-sudah ah, jadinya beginikan… kalau di omongin suka ada loh Dul” ucapku perlahan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Wey engga gitu juga Man, serem banget anjing!” jawab Abdul sambil menggerakan badanya seperti sangat ketakutan, dan aku yakin Abdul sudah jauh membayangkan nya.
Malam ini sudah satu jam lebih dua orang yang berkeliling kampung belum sama sekali kembali, walaupun aku juga
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta biasanya suka lama sambil ngobrol sambil berjalan, namun ada perasaan tidak enak yang aku rasakan apalagi setelah obrolan yang tidak penting barusan dengan Abdul, tentang sosok yang suka menampakan wujudnya jika mendekat ke waktu tebu akan di panen, namun hal itu tetap
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta tidak masuk untuk aku pikirkan karena puluhan tahun Abah baik-baik saja.
“Apa Abah engga pernah cerita yah kebun itu punya siapa, emang engga luas-luas banget sih yah Man, tapi kadang aneh aja gitu kalau mikirin daerah kebun tebu itu” ucap Abdul tiba-tiba setelah mulutnya
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta mengeluarkan asap dari tembakau yang dihisapnya.
“Nah mending ke arah situ bahasanya, jangan hal-hal yang belum bener juga adanya Dul” jawabku perlahan, sambil menyelimutkan sarung yang sebelumnya hanya tersampai di bahu.
“Lama soalnya perasaan sejak kita kecil sudah ada tapi -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -emangnya juga daerah ujung kampung sih yah jadi engga pernah kita main kesana” ucap Abdul
“Tapi sudahlah Dul, tuh mereka sudah kelihatan, ayo keliling liat udah lama juga ngopi dari tadi, aku engga pulang subuh Abah tumben nyuruh jagain emak sama euis Dul” ucapku sambil berdiri
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Lah tumen-tumbenya Man, apa jangan-jangan…” jawab Abdul perlahan.
“Apa hal begituan lagi? Udah sulit hidup aku ini Dul dengan masalah, jangan tambah begitulah” ucapku.
Abdul kemudian tertawa sangat kencang, karena memang Abdul ini tahu betul sebagai orang satu-satunya yang mau
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta bersahabat denganku sejak duduk di bangku sekolah dasar.
“Lama tumben Den, aman tapi” ucapku sambil menerima kohkol yang terbuat dari bambu yang diberikan oleh hamdi kepadaku.
“Kirain Maman engga bakalan dateng malam ini, aman cuman gak tau perasaan serem aja malam ini, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - iyah gak sih Den ngerasain hal itu” jawab Hamdi sambil mengelus-elus bagian pundaknya.
“Iyah sih ngerasa gak kaya biasanya aja…” jawab Deden perlahan.
“Ah sudah yang ada nanti aku sama Maman engga jadi keliling” sahut Abdul sambil berjalan, kemudian aku ikuti langkahnya
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta setelah menerima lampu senter dari Deden.
Perlahan jalan sambil mengobrol yang aneh-aneh terutama soal kelucuan karena memang Abdul dengan tipikal humoris bahkan cerita lucunya dari dulu selalu ada saja yang membuatku tidak jarang tertawa kencang.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Rumah-rumah warga terlewati begitu saja, sambil cahaya senter menyorot ke beberapa bagian, tujuanya jika ada warga yang tau dengan sorotan senter akan merasa aman, walaupun sama sekali tidak pernah ada kemalingan di kampung ini, karena mungkin sebagian besar saja warganya
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta menengah ke bawah.
Sudah hampir 30 menit berjalan dengan pelan dan santai, aku dan Abdul sudah ada di salah satu jalan yang mengarah ke arah kebun tebu, yang beberapa jam kebelakang jalanan itu sudah aku injak.
“Bener juga barusan ucapan Hamdi yah” ucap Abdul sambil berhenti
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan membakar rokok kreteknya.
“Ah udahlah Dul, ayo” ucapku, yang sebenarnya dalam hati setuju dengan ucapan Abdul, malam ini benar-benar ngerasain ucapan Hamdi dan Deden sebelumnya yang sudah berkeliling.
“Bentar sambil istirahat Man, lihat aja dari sini kelihatan Man, kalau -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - emang kebun tebu itu engga luas banget, tapi penasaran hutan kesana juga aku tuh emang katanya ada jurang jaman dulu banget yang mungkin kita engga tahu, lain kali kesana yuk?” ucap Abdul.
“Yah buat apa udah tau engga pernah, mau ngapain sih Dul?” ucapku sambil meminta rokok
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Abdul dan langsung membakarnya.
“Iyah juga yah buat apa… ah udah ah serem…” ucap Abdul yang langsung berjalan.
Segera aku ikuti langkah Abdul sambil berpikir ada benarnya juga yang pernah aku pikirkan dan Abdul katakan barusan, padahal seharusnya aku bisa bertanya kepada Abah
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta langsung soal kebun tebu itu jika hanya sebatas ingin tahu saja.
“Karena emang dari dulu juga sih Man engga ada yang terlalu peduli dengan kebun itu yah” ucap Abdul.
“Lagian kenapa coba harus pedulinya…” jawabku, sambil terus mengarahkan cahaya dari lampu senter.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Masih saja sama walaupun angin semakin malam berbeda dari sebelumnya, sedikit lebih normal, namun perasaan yang takut dan entah kenapa malah suara daun-daun tebu yang bergesekan terkena angin ketika aku dengar disana langsung, keingat begitu saja di dalam pikiranku saat ini.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Ah sudah bukan apa-apa” ucapku dalam hati.
Tidak lama dengan waktu yang cukup lebih cepat dari pada sebelumnya Hamdi dan Deden, aku sudah kembali ke pos ronda, dan ternyata Deden sedang membuat nasi liwet seadanya sementara Hamdi sedang menggoreng ikan asin yang tercium baunya
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ketika aku dan Adbul tiba di pos ronda.
Setelah itu hanya bercanda dan obrolan-obrolan ringan saja untuk melewati malam yang semakin larut, walaupun setelah makan selesai dengan meminta maaf kepada mereka bertiga, aku langsung pulang ke rumah dengan kembali menyalakan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta obor terlebih dahulu.
“Man besok kalau Bapak minta ke sawah siap” ucap Hamdi.
“Siap Di, lagian sudah janji dari minggu kemarin mau sekalian bersihin kebunnya” jawabku.
“Oke nanti subuh aku bilang ke bapak yah” jawab Hamdi.
Setelah itu aku pamit dan langsung berjalan menuju rumah
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dengan menggunakan pencahayaan sama seperti berangkat, dan memang sering sekali warga di kampung aku ini jika urusan kebun dan sawah pasti meminta bantuan tenagaku, walaupun nantinya dibayar menggunakan beras atau sepeser uang yang tidak terlalu besar.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Sampai di depan rumah dengan sumbu obor yang mulai mengecil aku langsung berjalan menuju dapur dan ingat sekarang sudah jam 12 lebih, yang tidak biasanya aku pulang ronda jam segini
“Langkah kaki, apa Mak atau Euis ke kamar mandi” ucapku perlahan sambil membuka gembok pintu dapur
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Setelah aku perhatikan dengan menurunkan obor ke bekas langkah kaki itu aku baru sadar tidak mungkin Mak atau Euis menuju kamar mandi tidak menggunakan sandal. Apalagi langkah itu hanya berjumlah 4 saja yang berarti langkahnya tidak banyak dan jelas bekas tapak kaki
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta bukan tapak sandal, apalagi di depan pintu dapur memang beralaskan tanah saja.
“Siapa…” ucapku, sambil masuk ke dalam dapur dan sedikit tidak mempedulikan yang barusan aku lihat.
Setelah menyimpan obor bahkan biasanya disimpan di luar karena kejadian barusan aku bahkan lupa
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta menyimpanya di dalam dapur, aku langsung menjatuhkan badan ke atas kasur di kamar yang memang saking kecilnya rumah panggung ini, kamarku berdekatan dengan dapur.
Perlahan aku paksakan mata terpejam sambil membayangkan hal-hal lucu barusan di pos ronda yang dilakukan oleh Abdu
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta l sampai-sampai dalam gelapnya mata terpejam masih saja senyum itu aku lakukan.
“kreket… kreket…”
“Mak, Euis…” ucapku sambil kembali membuka mata, karena mendengar suara decitan lantai rumah panggung berupa kayu yang sudah tua.
Beberapa menit sambil kembali mata yang sudah
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta terbuka tetap saja tidak jawaban dari Mak, maupun Euis.
“Apa pendengaran aku saja barusan” ucapku, yang memang rumah benar-benar gelap karena lampu semprong tidak pernah nyala kalau semua sudah tertidur.
“kreket… kreket… kreket…”
Aku langsung kaget dan bahkan mendengar dengan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta jelas suara itu berjalan dari depan ke arah kamarku dengan perlahan, namun hilang lagi setelah aku hitung hanya tiga kali suara yang berarti sudah tiga langkah. Detak jantungku mulai tidak tenang, perasaan tegang bahkan sekarang benar-benar sedang aku rasakan.
“Mak… Euis…”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ucapku sedikit kencang.
Sama sekali tidak ada lagi jawaban yang aku harapkan Mak atau Euis menjawab ucapanku.
Segera aku bangun dan mengeluarkan korek api dan langsung melayakan apinya sambil bagun dan langsung berjalan ke arah suara itu berada.
“Tidak ada siapa-siapa” ucapku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta perlahan, sambil kembali menyalakan api dari korek dan menyalakan lampu semprongan di tengah rumah. Kamar Euis bahkan pintunya masih tertutup dan kamar Mak seperti biasanya tidak pernah terkunci posisinya masih sama.
“Barusan apa…” ucapku sambil berdiri didekat lampu semprong
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang cahayanya sengaja aku atur tidak terlalu terang.
Karena melihat di dalam semprong masih terdapat banyak miyak tanahnya aku langsung bawa lampu semprong ke dalam kamar dan aku simpan di ujung kusen pintu kamar yang tidak mempunyai pintu ini.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Biar kelihatan kalau ada lagi suara barusan” ucapku sambil kembali membaringkan badan diatas kasur, sambil melihat ke arah cahaya yang tidak terlalu terang dari lampu semprong, yang otomatis mengeluarkan cahaya pantulan berupa bayangan benda-benda di sekitar.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Sudah hampir 5 menit kurang lebih lamanya sambil mata terus melihat ke arah lampu semprong, sambil sesekali ke arah bayangan sekitar, dengan perasaan yang jauh lebih tenang dari sebelumnya karena tidak ada suara yang aku harapkan bahkan ada lagi karena rasa penasaran yang aku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta alami saat ini walaupun mata kelopak mata atas dan bawah sudah mulai rapat dengan perlahan.
Beberapa menit kemudian aku sudah benar-benar dibuat ngantuk sekali, karena lumayan cukup lelah konsentrasi pada cahaya kuning dan beberapa bayangan yang
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dihasilkan dari pantulan cahaya itu.
Tiba-tiba dengan perlahan, bayangan pintu dapur yang terbuka seperti sebelumnya aku lihat, aku menyaksikan sambil setengah mataku yang hampir terpejam, bayangan itu bertambah.
“Perempuan, panjang sekali rambutnya” ucapku dalam hati,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta karena sangat kaget aku paksa mataku terbuka senormal-normalnya walaupun dalam keadaan mengantuk.
“Iyah perempuan berdiri di dekat pintu dapur” ucapku, karena hanya bisa melihat bayangan hitamnya saja perempuan itu.
“Euis…” ucapku pelan dengan sedikit gemetar karena
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta perasaan takut yang sedang aku alami sekarang, sambil terus melihat ke arah bayangan rambut yang terurai panjang.
“Man lampu segala di nyalain sih”
Terdengar suara Mak cukup keras dan berjalan ke arah kamarku yang tedapat lampu semprong, aku masih terdiam saja tanpa bergerak
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sedikitpun, apalagi suara decetan langkah Mak yang menginjak kayu, sama dengan suara yang beberapa kali aku dengar barusan, dan hal itu seperti mengaminkan bahwa barusan yang aku lihat nyata adanya.
“Lupa matiin Mak” jawabku perlahan dengan tidak tenang.
“Tumben lagi biasanya -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - jadwal ronda juga pulangnya bedug subuh” ucap Mak sambil membawa lampu semprong dari kamarku.
Lampu yang Mak bawa belum Mak matikan langsung yang berarti cahayanya berpindah, ketika Mak tertunduk kemudian berdiri lagi, bayangan perempuan yang sama itu masih ada.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Apa Mak tidak melihatnya” ucapku dalam hati.
“Suruh Abah jagain Mak dan Euis” jawabku.
“Tumben Abah kamu pesan begitu biasanya juga tidak pernah” ucap Mak, kemudian gelap yang biasa kembali hadir ketika lampu semprong dimatikan oleh Mak.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Sementara aku masih merasakan ketakutan tanpa alasan yang baru pertama kali perasaan ini aku rasakan, apalagi jarak antara aku yang sedang terbaring diatas kasur kamar, hanya menghitung langkah yang sedikit menuju bayangan perempuan barusan.
“Benar ada…” ucapku,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta karena dingin dari kaki yang aku rasakan saat ini.
Segera langsung aku ingat kepada Allah dan membacakan ayat-ayat pendek sebisaku saja, sambil menutup wajahku dengan bantal satu-satunya yang ada karena bingung aku harus melakukan hal apa, kemungkinan terdekat yang bisa
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta aku lakukan adalah teriak sejadi-jadinya jika bayangan itu mendekat kepadaku, walaupun hal itu tidak mungkin apalagi rumah sudah kembali gelap.
“Tidak, harusnya baik-baik saja, bisa jadi aku salah lihat barusan” ucapku dalam hati menenangkan perasaan dan pikiranku sendiri.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Semakin tenang yang aku rasakan walaupun memaksa kejadian tadi hilang dalam pikiranku sendiri sangatlah susah, bahkan kaki yang biasa aku luruskan ketika tidur, saat ini sudah dalam keadaan terlipat, kedua dengkul kaki hampir merapat dengan perutku sendiri.

***
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Subuh Man! Bangun nanti ke warung Karim yah kalau ke kota titip obat buat Abah”
“Iyah masih ngantuk…” Jawabku, yang aku kenal suara Mak membangunkan aku tidur.
Baru sampai suara ayam-ayam Mak berkokok pagi ini mataku yang masih rapat terbuka dengan perlahan, yang berati solat
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta subuh untuk yang kesekian kalinya terlewat begitu saja.
“Abah tumben tidurnya di ruang tengah” ucapku, sambil berusaha duduk diatas kasur.
Segera aku bangun dan berjalan melihat Abah yang sudah terbungkus dengan selimut apalagi hal ini jarang aku lihat,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sementara Euis dan Mak sedang berada di dapur.
“Abah kenapa Mak” ucapku sedikit keras.
Mak tidak menjawab dan langsung melambaikan tanganya berkali-kali ke arahku, segera aku berjalan ke arah dapur dengan hal yang membuat pagi ini membuatku kaget melihat kondisi Abah
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dengan wajah yang pucat.
“Sakit, sepertinya masuk Angin sebelum subuh Mak sudah lihat badanya terkapar disana, pas Euis bangun langsung di kasih selimut, belikan obat yah” ucap Mak perlahan.
“Biar Euis aja Mak, sekalian beli bumbu takutnya Akang mau ke sawah pagi-pagi” sahut Euis
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Iyah sudah ada janji Mak engga enak kalau telat, ah biasanya juga nanti siangan dikit Abah ke sawah juga” jawabku sambil mengambil handuk dan bergegas keluar dapur untuk mandi.
“Eh semalam Euis atau Mak ke kamar mandi tidak pakai sandal yah” tanyaku sambil melihat ke arah
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Mak dan Euis.
Mak dan Euis yang mendengarkan ucapanku barusan langsung saling menatap, seperti kebingunangan dengan ucapanku barusan.
“Kapan sih Man begitu, makanya subuh tuh solat! Jadi aneh beginikan pagi-pagi, masa iyah kapan juga Mak dan Euis ke dapur engga pake sandal”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta jawab Mak.
“Oh kirain Mak namanya juga nanya” jawabku.
“Emangnya kenapa gitu Kang?” tanya Euis.
“Engga apa-apa…” jawabku, sambil kembali berjalan menuju kamar mandi.
“Harusnya tidak aku tanyakan padahal malam juga sudah diabaikan tetap saja aku bilang, bego-bego” ucapku sambil
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta menunggu air penuh dari bak.
Seketika aku ingat pada kejadian bayangan semalam, beberapa menit aku hanya melamun dan kembali mengingat bagaimana bayangan perempuan itu sangat kurus karena aku melihatnya dengan jelas dan rambutnya panjang, hal itu cukup membuat bulu pundakku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta berdiri dengan sendirinya pagi ini.
“Ah sudah, salah lihat aja mungkin semalam” ucapku sambil mengarahkan pikiran untuk tidak kembali memikirkan kejadian semalam, walaupun kenyataanya dari kejadian itu beberapa pertanyaan-pertanyaan perlahan hadir akibat lamunanku sendiri.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Gak bakalan bener ini pikiran jadi kemana-mana” ucapku, langsung mengguyurkan berkali-kali air ke atas kepala dengan cepat.
Setelah selesai mandi pagi, dinginya pagi ini mungkin karena semalam angin benar-benar kencang, pagi ini juga dinginnya benar-benar terasa apalagi
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta seluruh badanku sudah terkena air sebelumnya, setelah berganti pakaian dan mengeringkan handuk, segera aku mengecek cangkul andalanku untuk aku bawa pagi ini menuju sawah bapaknya Hamdi.
“Mak baru ada nasinya aja Man, apa mau dibungkuskan” ucap Mak.
“Tidak usah Mak, nanti juga -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - di sawah ada kok makan, buat disini aja” jawabku yang sedang duduk di salah satu kursi kayu sambil mengelap cangkul.
“Kang barusan di warung ketemu Hamdi, katanya ke sawah saja duluan sudah ada yang lain nanti nyusul” sahut Euis dari arah luar.
“Ada obatnya…” ucap Mak.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Engga ada Mak, Pak Karim katanya harus ke kota dulu sekalian belanja siang ini, uangnya sudah Euis titip…” jawab Euis sambil membuka plastik yang berisi bumbu-bumbu.
“Nanti saja Maman pulang dari sawah kalau siang Euis kesana lagi engga ada bilang Maman yang ambil sore” ucapku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Di warung malah ramai… ngomongin kemaren sore dekat ke waktu magrib katanya lihat perempuan di dekat kebun tebu, pas didekatin malah menjauh gitu Mak, terus dikejar masuk ke area kebun tebu, eh tau-tau ilang malah cekikikan kaya kuntilanak” ucap Euis,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sambil merapikan bumbu-bumbu.
“Siapa yang ceritanya…” jawab Mak.
“Euis gak kenal katanya saudaranya Pak Dudung, tetangga Hamdi juga kalau gak salah” jawab euis.
Aku yang ingat semalam Adbul bercerita, langsung mengiyahkan bahwa kejadian itu benar adanya, walaupun sama sekali
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta hal untuk percaya bagi diriku sangatlah kecil.
“Alah Mak, tiap tahun, beberapa bulan selalu ada aja kan cerita begitu buktinya engga pernah ada yang bisa jelasin, semuanya hanya cerita, Maman juga bisalah cerita begitu” ucapku sambil minum dan kemudian melinting tembakau
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta diatas kertas papir.
“Iyah sih Kang bisa jadi benar, cuman kan engga enak warga taunya Abah yang jaga, jadinya pas Euis datang udah berhenti obrolan itu” jawab Euis perlahan.
“Lagian Abah juga puluhan tahun baik-baik saja” ucapku perlahan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Namun ketika selesai ucapanku, Mak langsung melihat ke arah dalam rumah dimana Abah pagi ini sedang terbaring sakit yang menurut aku hanya masuk angin biasa saja.
Setelah rokok perlahan habis dan air putih dalam gelas bambu yang biasa aku gunakan juga habis, segera aku pamit
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan berjalan ke arah sawah yang berlawan jalan dengan kebun tebu yang barusan pagi di dapur Euis ceritakan.
Dengan membawa cangkul aku berjalan pagi ini dengan perlahan, beberapa sapaan datang kepadaku ketika berpapasan dengan warga lain dan pasti mereka tahu tujuanku sepagi ini
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta menuju sawah. Dari mulai sapaan nama untuk beberapa warga yang tidak akrab dan sapaan “Lapuk” yang berarti bujangan lapuk, karena belum menikah dari teman dekat sudah akrab denganku. Namun hal itu selalu aku kesampingkan dengan menganggap bercanda saja, walaupun beberapa kali
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta pernah mengalami sakit hati bukan karena julukan, lebih karena hinaan tidak mampunya aku dan keluargaku menikahkan anak laki-laki satu-satunya ini.
Sampai di sawah dan beberapa yang kerja hari ini langsung merapikan sawah dari mulai saluran air, dan membersihkan pematang sawah
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dari rumput-rumput yang mulai tumbuh, baru sampai jam 10 pagi sarapan yang dibawa oleh Ibunya Hamdi datang dan hal ini sering menjadi sarapan pagiku.
Tidak terasa bahkan dari terik matahari yang benar-benar tinggi sampai matahari mulai perlahan turun yang artinya hariku bekerja
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta di sawah dan kebun Bapaknya Hamdi ini selesai.
“Ini Man, maaf hanya segitu yah” ucap Bapak Hamdi memberikan uang.
“Tidak apa-apa Pak segini juga alhamdulillah… ini saya bawa kelapa tuanya Pak dari pada jatuh engga kepakai” jawabku.
“Iyah bawa saja siapa tau Mak Idah perlukan, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - eh Abah Warman kemana subuh tadi tidak kelihatan di masjid” tanya Bapak Hamdi.
“Oh Abah meriang Pak, subuh barusan kayaknya di rumah” jawabku perlahan.
“Iyah sih wajar, mana anginya semalam tumben juga Man” ucap Bapak Hamdi.
Bahkan Bapaknya Hamdi memberi tahu aku salah seorang
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta janda muda di kampung sebelah dan menyuruhku untuk datang dan berkenalan namun tetap saja aku jawab dengan senyuman, walaupun seharusnya setelah adikku Ecih, Titin dan Euis menikah ada kemauan dalam diriku untuk menjalankan saran dari Bapaknya Hamdi, namun tidak tahu kenapa
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta di usiaku sekarang anehnya keinginan itu tidak pernah hadir kembali terutama faktor dari Abah dan Mak.
Setelah basa-basi singkat dengan Bapaknya Hamdi dan bukan kali pertama juga warga disini menjodohkan aku bahkan mungkin sudah bosan juga berbicara tentang hal itu denganku,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta aku kembali berjalan dari sawah menuju warung Karim, yang takutnya siang tadi obat pesanan Euis belum tiba juga, sambil berniat membeli tembakau yang sudah mulai sedikit dari plastik.
Benar saja ketika sampai Karim terlihat sangat senang dengan kedatanganku, karena merasa bingung
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta obat untuk Euis tidak ada yang mengantar ke rumah apalagi jarak warung Karim yang terbilang satu-satunya dan lengkap di kampung ini lumayan jauh dari rumah.
“Sekalian tembakau biasa sama papirnya juga, jadi berapa” ucapku.
“biasa Man sama kalau papir sama tembakau, obat sudah -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - Euis bayar, abis gajian nih yah” jawab Karim dengan ramah.
“Biasa yah gini-gini aja Rim” jawabku yang sudah kebiasan memangil namanya.
Setelah membawa obat dan tembakau juga papir di dalam plastik hitam yang sekarang aku pegang dan cangkul di bahuku, aku berjalan menuju rumah
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dengan mempercepat langkahku, karena pasti Euis dan Mak sudah menunggu obat untuk Abah minum.
Dari kejauhan terlihat Bah Ajan dan Mak juga Euis sedang berbicara di teras depan yang biasa aku gunakan untuk beristirahat, melihat kedatanganku Euis langsung masuk kedalam
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan aku yakin akan memberikan aku minum.
“Lancar Man…” ucap Bah Ajan perlahan sambil menghisap rokok kreteknya.
“Biasa Bah sawah begitu-begitu saja, ini Mak obat untuk Abahnya” ucapku, sambil memberikan obat.
“Semalam padahal di kebun biasa aja Bah Warman ini, eh tau-tau di -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - masjid engga ada barusan sore kesini sakit Man” sahut Bah Ajan.
“Iyah panasnya belum turun-turun dari tadi siang” ucap Mak, sambil mengeluarkan obat dan diberikan ke Euis yang benar dugaanku membawakan aku air minum.
“Oh semalam Bah Ajan sampai pagi juga disana” ucapku sambil
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta melinting tembakau.
“Iyah biasa kalau suntuk di rumah kemana lagi Man, sambil lihat-lihat tebu kan beberapa bulan lagi panen” jawab Bah Ajan.
“Sebentar Bah, sekalian mau buatin kopi buat Abah, sekalian mau paksa minum dulu obatnya ini” sahut Mak langsung berdiri berjalan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ke dalam rumah.
“Decitan itu serem” ucapku kembali teringat suara decitan kayu yang di injak oleh Mak dan Euis walaupun tidak terdengar sangat keras tidak tahu kenapa decitan itu masuk kedalam telingaku sangat menakutkan dan hal itu tidak biasanya aku rasakan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Eh Bah malam ini Bah Ajan yang di kebun yah kalau Abah masih sakit” ucapku, yang merasa sangat bersalah karena Bah Ajan seperti sedang melamunkan sesuatu, dan sangat kaget mendengar suaraku tiba-tiba.
“Paling Abah Man, kalau nyuruh Maman juga emanya mau” jawab Bah Ajan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sambil tersenyum.
Nanum pikiranku masih pada suara decitan kayu yang terinjak didalam entah kenapa bahkan senyum Bah Ajan tidak seperti biasanya aku lihat.
“Mudah-mudahan saja malamnya Abah sembuh…” ucap Bah Ajan sambil berdiri dan sedikit berteriak pamit ke Mak karena
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta memang hari semakin sore.
Bah Ajan juga mengatakan bahwa besok akan ke kota dan akan membelikan obat yang jauh lebih bagus, jika besok Abah masih sakit dan belum juga sembuh.
Setelah Bah Ajan berjalan pergi meninggalkan rumah dan aku menyuruh Euis menutup pintu aku masih saja
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta duduk di teras sambil beristirahat dan menikmati tembakau yang sedari tadi aku hisap. Sampai awan kuning berganti dengan perlahan gelapnya malam tiba, suara bedug dari arah masjid sudah aku dengar, apalagi Mak sudah menyalakan beberapa lampu semprong didalam rumah.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Kebiasaan magrib Man” ucap Mak dari dalam sedikit berteriak
“Iyah tanggung sebentar lagi habis rokok” jawabku.
Baru saja hisapan rokok perlahan aku nikmati karena ini lintingan terakhir, sambil kemudian meminum air dalam gelas bambu yang terakhir karena sudah habis,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta aku melihat wanita berjalan melewati rumah.
“Siapa barusan cantik banget, perasaan baru lihat” ucapku, sambil terus memperhatikan dari samping kemudian dari belakang karena wanita dengan baju putih dan rok merah itu berjalan tidak terlalu cepat, namun sama sekali
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta tidak melirik ke arahku.
“Pasti sodara tetangga disana…” ucapku sambil melihat ke arah di mana awalnya wanita itu muncul.
Terus saja aku perhatikan wanita dengan rambut yang terurai indah itu berjalan semakin menjauh, apalagi karena bajunya berwarna putih dari gelapnya magrib
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang belum terlalu pekat, masih sangat jelas aku lihat dan tidak tahu kenapa ada penasaran yang sangat amat besar, walaupun tidak sebanding dengan keberanianku yang nyaris sama sekali tidak ada.
“Man! Mandi ya Allah magrib pamali” ucap Mak, sambil membuka pintu rumah.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Mak tetangga kita yang disana emang punya saudara atau seumuranku perempuan?” tanyaku tiba-tiba.
“Bi Nenah? Enggaklah Man anak perempuanya sudah menikah, kenapa memangnya tumben nanya perempuan?” jawab Mak masih berdiri.
“Barusan lewat ke arah sana, dari arah sana makanya aku -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - tanya Mak” ucapku sambil berdiri.
“Siapa yah Man, perasaan tidak ada ah kalau tetangga dari sana, mungkin sodaranya yang lagi nginap aja kali… kenapa suka?” tanya Mak perlahan.
“Yah suka Mak sama perempuan orang Maman normal” jawabku sambil bercanda dan berjalan meninggalkan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Mak untuk segera Mandi.
“Nanti besok Mak coba cari tahu yah…” jawab Mak
Tidak tahu kenapa ucapan Mak yang terakhir cukup membuatku tersenyum walaupun sama sekali aku tidak mengenal perempuan yang lewat dan aku lihat hanya beberapa menit saja tidak lebih dari jumlah jariku.

***
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Abah malah makin panas badanya, sekarang menggigil Kang” ucap Euis sambil duduk disebelahku yang sedang makan singkong rebus setelah mandi dan berganti pakaian.
“Obatnya sudah di minum sama Abah?” tanyaku.
“Sudah Kang, tapi…” ucap Euis.
“Kenapa Euis ngomong aja… -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -Akang bakalan paham…” ucapku, karena melihat Euis dari wajahnya mulai ketakutan.
“Sore tadi semenjak panasnya Abah semakin tinggi Kang, Abah suka senyum-senyum sendiri gitu, Euis ngeliatnya jadi takut, pas bilang sama Mak, katanya Abah kalau sakit emang suka begitu, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -tapi ketika beberapa bulan dan Euis ingat-ingat lagi baru pertama Euis lihat begitu” ucap Euis perlahan.
Aku yang mendengarkan ucapan Euis cukup kaget dan sampai terdiam bahkan singkong yang sudah aku kunyah, yang akan segera masuk ke dalam tenggorokan pun terhenti begitu saja.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Bentar Akang minum dulu” ucapku, segera mengambil air minum.
“Tapikan Euis itu hal normal mungkin orang sakitkan suka aneh-aneh juga, kadang ngigo…” ucapku.
“Iyah Euis juga paham Kang, tapi ini beda nanti deh Akang lihat sendiri…” jawab Euis.
“Yasudah iyah, Akang percaya -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - dengan cerita Euis, yang Euis takutkan apa sekarang?” tanyaku.
Sementara aku yakin Mak sedang merawat Abah karena suara dari menggigilnya badan Abah yang di keluarkan lewat mulutnya perlahan mengeras, sampai-sampai Euis yang belum menjawab pertanyaanku langsung begitu saja
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dengan cepat masuk ke dalam rumah.
Segera aku mengikuti langkah Euis, di bawah sinar lampu yang hanya menempel ke dinding bilik terlihat Abah mengeluarkan keringat yang sangat banyak dari jidatnya.
“Makin parah ini Man, gimana” ucap Mak perlahan yang mulai panik.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Obat sudah di minumkan yah Mak” sahut Euis.
“Reaksi obat kali Mak…” ucapku sambil berpikir dengan cepat karena tidak biasanya Abah seperti ini.
Badan Abah menggigil dan bergetar sangat kuat sekali, apalagi Abah tetap saja terpejam matanya, sampai tidak terasa melihat jam
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sudah jam 8 malam ini, sementara aku, Euis dan Mak masih duduk di dekat badan Abah tidak jarang beberapa kali aku memijat bagian kaki Abah. Mak dan Euis tetap saja berbicara bagaimana selanjutnya jika kondisi Abah benar-benar semakin memburuk malam ini.
“Sudah Mak jangan dulu -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - berpikiran yang aneh-aneh ah” ucapku.
“Minum… minum…” ucap Abah perlahan dengan suara yang sangat pelan sekali.
Segera Euis yang dekat dengan kepala Abah mengambil minum sambil pundak Abah aku bangunkan dengan perlahan.
“Panas sekali…” ucapku.
“Kenapa Man?” tanya Mak.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Coba deh pegang nih Mak pundaknya Abah panas begini” ucapku.
Mak langsung mendekat ke arah kepala Abah dan tanganya langsung dekat dengan tanganku sementara Euis terus mendiamkan gelas yang berada di dekat mulut Abah yang lansgung meminumnya seperti orang
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang sangat kehausan sekali.
“Tumben ini begini Abah kamu Man” ucap Mak.
Segera aku turunkan perlahan ke tempat semula diatas bantal dengan sangat hati-hati.
“Assalamualaikum… Assalamualaikum…”
“Suara Bah Ajan itu Mak…” ucap Euis.
Dengan cepat Mak bangun dan membuka pintu,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan benar saja Bah Ajan langsung masuk dengan pakaian yang sama seperti malam kemarin ketika bertemu dengan aku di kebun tebu.
“Ini Euis kasih minumkan nanti kalau Abah belum sembuh juga” ucap Bah Ajan memberikan air minum dalam botol.
“Kondisinya jadi seperti ini Bah” sahut Mak.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Iyah biasa ini sakit biasa saja, nanti oleskan saja minyak ini ke bagian pundaknya kalau panas” ucap Bah Ajan kemudian memberikannya kepada Mak.
“Bagaimana Bah Ajan bisa tahu bagian pundak Abah panas” ucapku dalam hati merasa aneh.
“Keinget terus barusan sama Abah kamu ini Man,-
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - abis magrib abah ikhtiar dulu, takutnyakan kenapa-kenapa” ucap Bah Ajan.
“Iyah Bah malah pundaknya panas banget barusan Maman angkat mau kasih minum tuh” jawabku.
Bah Ajan yang baru saja mengeluarkan rokok dari sakunya dengan posisi masih berdiri seperti kaget mendengar
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ucapanku barusan, apalagi sebelumnya Bah Ajan bisa tahu soal pundak panas bagian pundak Abah.
“Yasudah oleskan saja nanti Mak, ini mau langsung ke kebun tebu udah lumayan malam juga” ucap Bah Ajan, yang mengurungkan niatnya membakar rokok, padahal koreknya sudah Bah Ajan pegang.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Aneh…” ucap Euis perlahan.
Segera Bah Ajan keluar rumah dengan membawa lampu senter seperti malam kemarin setelah diantar oleh Mak.
“Bisa yah Kang, Bah Ajan tahu duluan padahal Akang belum bilang soal panasnya Abah” ucap Euis perlahan.
“Bah Ajan itu satu-satunya sohib Abah -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - kamu ini Man, Euis, dari dulu sampai bisa begini, yah walaupun begini tidak seperti Bah Ajan kondisinya, buktinya Abah sakit, Bah Ajan yang paling peduli” sahut Mak, yang beruntungnya tidak mendengarkan ucapan Euis barusan.
“Iyah Mak, sore juga bilang dan barusan jadi Bah Ajan-
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - yang jaga malam ini kenapa yah kebun tebu itu padahal kalau tidak dijaga juga mungkin baik-baik saja kasihan Abah makin tua” jawab Euis.
Ternyata hal yang sama pernah aku pikirkan satu pemikiran dengan Euis soal kebun tebu itu.
“Mana Mak tahu Euis, cumankan lumayan -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - buat tambah-tambah kebutuhan kata Abah kamu jawabnya begitu” ucap Mak perlahan.
Tidak lama langsung saja Mak mengusapkan minyak ke arah pundak Abah berkali-kali dan harganya Abah langsung terdiam tanpa mengigil lagi ketika minyak itu selesai Mak oleskan.
“Alhamdulillah…”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ucap Mak.
“Iyah panasnya langsung turun Mak” jawabku yang sedang memegang kaki Abah.
“Mak tidur disini saja, engga apa-apa lampu jangan dimatikan satu, kecilkan saja Euis…” ucap Mak.
Segera Euis mematikan dua lampu semprong dan satunya lagi di kecilkan oleh Euis, sementara aku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta mengeluarkan bantal dan selimut dari kamar Mak. Euis tidak lama masuk ke dalam kamar, tanpa mengunci pintunya, mungkin takut Abah kembali kambuh.
Sementara aku kembali ke dapur, untuk makan sisa singkong barusan yang belum sempat habis, malah bayangan kebun tebu kemarin yang
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sekarang diam dan nyaman berada di dalam pikiranku saat ini, sambil tanganku dengan lihai dan cepat melinting tembakau diatas kertas papir.
“Tidak mungkin…” ucapku, sambil menggelengkan kepala berkali-kali karena pikiranku malah ingat soal sosok penampakan di kebun tebu
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang sudah menjadi cerita di kampung ini, walaupun itu hanya sebatas cerita saja tidak pernah terbukti.
“Man, jangan kemana mana dulu, takutnya Abah kambuh yah sudah diam saja di rumah” ucap Mak sedikit keras.
“Iyah Mak selesai makan juga mau tidur, tanggung ini…” jawabku,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang memang butuh meluruskan badanku diatas kasur apalagi setelah seharian di sawah.
Setelah beberapa linting tembakau aku hisap dan perut sudah terisi singkong rebus yang dingin, aku rasa cukup agar aku mudah untuk terlelap malam ini.
“Membaik Mak…” ucapku, sambil melepas
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sandal dan naik ke rumah panggung yang menjadi pemisah dapur yang berlantai tanah.
“Panasnya turun Man…” ucap Mak sambil melihat ke arahku.
“Lah…” ucapku dalam hati ketika melihat ke arah wajah Abah tersenyum menakutkan sekali, sambil mata Abah tetap terpejam.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Benar cerita Euis ternyata…” ucapku dalam hati langsung masuk ke dalam kamar dan langsung menjatuhkan badan diatas kasur, dengan perasaan sangat tidak percaya dengan hal barusan aku lihat.
“Ah sudah kebetulan saja barusan itu” ucapku perlahan sambil memaksa mata untuk terpejam.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Karena lampu semprong yang mengeluarkan cahaya kuning yang tidak terlalu terang itu, posisi tidur Abah dan Mak bisa terlihat jelas bayangannya dari arah kamar dimana aku sedang terbaring. Perlahan, bayangan wanita cantik yang aku lihat sore hadir kembali dalam pikiranku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta untuk mengiringi aku tidur malam ini, dan hal itu sudah cukup membuat bahagia datang dalam hatiku, walaupun sama sekali tidak tahu wanita itu siapa dan berasal dari mana. Karena hal indah itu pula yang membawaku dalam gelap mata terpejam, perlahan ngantuk datang
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta bersamanya mata mulai melemah.
“Kreket… kreket… kreket…”
“Euis…” ucapku yang baru terlelap malam ini.
“Oh benar Euis… jagain Abah” ucapku perlahan terlihat dari bayangan Euis yang duduk didekat kepala Abah dengan mata setengah terbuka.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Sejak kapan Euis rambutnya panjang sekali…” ucapku merasa heran dalam hati, seketika ingat kejadian malam kemarin dan berawal dari suara decitan kayu yang mengeluarkan suara, jika ada orang yang menginjaknya dan rambut Euis yang aku ingat tidak pernah sepanjang itu.

Bersambung
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Maman Suherman “Si Bujang Lapuk” harus menerima kenyataan dalam sebuah kondisi yang penuh misteri, setelah cerita-cerita yang melegenda tentang kebun tebu itu perlahan berubah menjadi nyata yang Maman akan hadapi. Warisan bukan lagi tentang harta, namun tentang kejadian masa lalu
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang belum selesai sampai sekarang.
Sakitnya Bah Warman dan keterlibatanya sahabatnya Bah Warman, yaitu Bah Ajan dari masa lalu adalah teka-teki yang akan Maman hadapi tentang kebun tebu yang sudah menjadi pekerjaan Abahnya sejak dulu, sebagai penjaganya! Ada apa sebenarnya dari
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sakitnya Bah Warman saat ini? Ataukah sosok yang menjadi cerita itu benar adanya? Sampai berjumpa di bagian 2 – Penjaga Kebun Tebu, Sebuah Kisah Warisan Pekerjaan, akan terus berlanjut!
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Baca duluan Bagian II, bisa teman-teman klik link di bawah ini dan memberikan support.
karyakarsa.com/qwertyping/pen…
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Ini link Bagian III bisa teman-teman klik, dan membacanya duluan.
karyakarsa.com/qwertyping/pen…
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Dan ini Bagian IV sudah bisa di baca duluan, karena ceritanya akan terus berlanjut! Klik link di bawah
karyakarsa.com/qwertyping/pen…
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Dan untuk memberikan support yang bagi saya sangat berharga sekali teman-teman bisa klik link yang dibawah ini juga.
karyakarsa.com/qwertyping
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Kita akan berjumpa lagi sesuai informasi di bawah ini, silakan untuk meninggalkan retweet, love dan replynya teman-teman, agar mempermudah nanti membaca kembali di Bagian 2! Sampai berjuma tanggal 27 January.

“Typing to give you a horror thread! You give me support!” Image
PENJAGA KEBUN TEBU

Sebuah kisah warisan pekerjaan
Tahun 1988-an

Bagian II

"Sebelum tubuh ini utuh, sebelum penasaran ini selesai, dan sebelum dendam ini tuntas, ini adalah tempatku."

@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Image
BAGIAN II – WASIAT DOSA LAMA

“Penebusan dosa atas nama masa lalu yang tidak disadari, kini perlahan menghampiri, setelah segala keanehan memberi pertanda tentang sebuah pekerjaan yang menjadi warisan.”
“Kreket… kreket… kreket…”
“Euis…” ucapku yang baru terlelap malam ini.
“Oh benar Euis… jagain Abah” ucapku perlahan terlihat dari bayangan Euis yang duduk didekat kepala Abah dengan mata setengah terbuka.
“Sejak kapan Euis rambutnya panjang sekali…” ucapku
Lanjutin baca klik disini yah teman-teman maaf keputus thread nya 👇

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Teguh Faluvie

Teguh Faluvie Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @qwertyping

Oct 31
KAMPUNG KASARUNG

Diatas tanah kampung Jayamati, semua dipertaruhkan. Terdapat harga setimpal untuk kesepakatan, sekalipun itu kesesatan dan kematian.

"A THREAD"

[ Part 7 Tamat ]

@bacahorror @IDN_Horor
#bacahoror Image
Selamat datang kembali di Kampung Kasarung bagian akhir, berarti sudah menunggu cerita baru yang akan segera hadir. Mohon doa agar semua lancar.

Untuk teman-teman yang belum baca part sebelumnya dari cerita Kampung Kasarung ini, silahkan klik tautan di bawah.
Read 26 tweets
Oct 24
KAMPUNG KASARUNG

Diatas tanah kampung Jayamati, semua dipertaruhkan. Terdapat harga setimpal untuk kesepakatan, sekalipun itu kesesatan dan kematian.

"A THREAD"

[ Part 6 ]

@bacahorror @IDN_Horor
#bacahoror Image
Hallo selamat datang kembali di Kampung Kasarung, mohon maaf sebelumnya cerita ini baru kembali berlanjut, karena ada satu kesibukan dan mohon doanya agar semua berjalan lancar.
Untuk teman-teman yang belum baca part sebelumnya, silahkan klik tautan.

Part 1
x.com/qwertyping/sta…

Part 2
x.com/qwertyping/sta…

Part 3
x.com/qwertyping/sta…

Part 4
x.com/qwertyping/sta…

Part 5
x.com/qwertyping/sta…
Read 28 tweets
Oct 4
Permainan yang nggak pernah bakal gw ulang seumur hidup! Sampai gw trauma kalau denger ANAK-ANAK HITUNG 1.. 2.. 3.. SAMPAI 10, saat mereka main PETAK UMPET!

Gw masih ingat di kasih makan dalam wadah batok kelapa, yang ternyata itu cacing hidup!

"A THREAD"

#bacahoror Image
Image
Cerita ini adalah kiriman sender melalui DM, dia dapat teror setelah melanggar sesuatu ketika main petak umpet, ‘DIPIARA’ istri guru ngaji berhari-hari dan ‘TEROR’ yang ngeri! Bayangin dia dikasih makan cacing! bagian paling bikin gw mual!
Yuk langsung aja. Saya disini hanya membagikan cerita yang sudah dirapikan sedikit, atas kesepakatan dengan sender, agar lebih nyaman dibaca.
---------
Read 62 tweets
Sep 18
KAMPUNG KASARUNG

Diatas tanah kampung Jayamati, semua dipertaruhkan. Terdapat harga setimpal untuk kesepakatan, sekalipun itu kesesatan dan kematian.

"A THREAD"

[ Part 5 ]

@bacahorror @IDN_Horor
#bacahoror Image
Selamat datang kembali teman-teman di Kampung Kasarung, kita akan memasuki Part 5. Tapi sebelum itu ada informasi penting yang harus teman-teman ketahui, pre order buku Kampung Jabang Mayit, diperpanjang!
Teman-teman yang belum ikut memesan Buku Kampung Jabang Mayit , kini bisa ikut kembali dari tanggal 16-20 September 2023. Kolaborasi dengan @djomuhammad di terbitkan oleh @bukune berikut tautan pre order, bisa langsung klik!

🛒 linktr.ee/kampungjabangm…Image
Read 32 tweets
Sep 5
KAMPUNG KASARUNG

Diatas tanah kampung Jayamati, semua dipertaruhkan. Terdapat harga setimpal untuk kesepakatan, sekalipun itu kesesatan dan kematian.

"A THREAD"

[ Part 4 ]

@bacahorror @IDN_Horor
#bacahoror Image
Selamat datang kembali teman-teman di Kampung Kasarung, mohon maaf beberapa minggu kebelakang harus absen karena ada beberapa kesibukan yang tidak bisa dilewatkan, serta kesehatan yang sedikit terganggu. Semoga upload kali ini seperti biasa dapat menemani kamis malam kalian.
Kini kita akan memasuki Part 4. Tapi sebelum itu ada informasi penting dulu yang harus teman-teman ketahui. Tepat tanggal ini, mulai tanggal 3-9 September, Buku Kampung Jabang Mayit sedang dalam Pre Order.
Read 38 tweets
Jul 4
KAMPUNG KASARUNG

Diatas tanah kampung Jayamati, semua dipertaruhkan. Terdapat harga setimpal untuk kesepakatan, sekalipun itu kesesatan dan kematian.

"A THREAD"

@bacahorror @IDN_Horor
#bacahoror Image
[PROLOG]

Diatas tanah kampung yang mempunyai nama Jayamati dengan segala campur tangan sang pencipta sedang menampakan keberkahan luar biasa. Hasil bumi yang melimpah, ladang peternakan, hingga perkebunan telah menyelimuti kampung itu setidaknya dalam kurun 10 tahun kebelakang.
Hal itu terjadi setelah dapat mengusir monyet-monyet yang kerap turun dari bukit Jayamati yang selalu memakan hasil bumi adalah awal tombak kesejahteraan tertancap, dimana para petani dan orang-orang luar kampung bahkan tidak jarang menaruhkan nasib pada tanah kampung Jayamati.
Read 130 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(