Teguh Faluvie Profile picture
Jan 27, 2022 1379 tweets >60 min read Read on X
dimana bayangan yang aku kira adalah Euis masih duduk disebelah bagian kepala Abah dengan jelas aku lihat karena semakin terbuka mataku dari ngantuk yang sangat berat.
“Euis bukan itu…” ucapku perlahan.
Seketika yang aku yakini Euis adik aku semakin kuat,
karena melakukan hal yang sama seperti Mak, mengusap bagian leher Abah secara perlahan, sama ketika Mak mengusapkan minyak yang sebelumnya sudah diberikan oleh Bah Ajan.
“Iyah bener Euis, bisa jadi emang rambutnya panjang karena sering ketutup kerudung” ucapku perlahan,
sambil mulai bangun dari tidurku.
Usapan Euis kepada kepala Abah bahkan lebih lama dari pada yang di lakukan Mak sebelumnya, namun dengan perlahan aku masih melihat ke arah bayangan hitam Euis itu, perlahan usap nya berubah dengan satu kali pukulan ke arah kepala Abah
dengan sangat kencang sekali, terlihat jelas dari bayangan hitam yang aku lihat dari pancaran lampu semprong.
“Euis gila kamu!” teriaku sangat kencang sekuat tenaga dan langsung berdiri, berjalan dengan cepat ke arah dimana Euis berada.
“Man, sadar kenapa?” jawab Mak
yang terbangun karena suaraku yang sangat kencang sekali barusan.
Aku hanya mengatur nafas yang tidak tenang dan benar-benar sangat kaget, karena sama sekali tidak ada Euis di samping kepala Abah ketika aku benar-benar sadar.
“Kang kenapa…” sahut Euis sambil berjalan keluar
dan benar siapapun yang menginjak lantai kayu rumah panggung ini akan mengeluarkan suara decitan yang cukup bisa didengar oleh telinga.
Aku masih saja berdiri di samping Mak dan masih kaget dengan kejadian barusan, apalagi ketika melihat rambut Euis yang sama sekali
tidak panjang saat ini berada didekatku.
“Sudah duduk, duduk dulu sini, ini minum… kamu ini ngigo sampai bilang adik sendiri gila, makanya kalau tidur itu baca doa Man” ucap Mak sambil menarik tanganku.
“Nih Kang minum, sampe Euis juga kebangun denger suara Akang…” sahut Euis
sambil memberikan segelas air minum.
Segera aku meminumnya dengan perlahan, sambil tidak pernah lepas tatapanku ke arah wajah Abah, bukan karena apa-apa malah aku mengingat terakhir kali senyum Abah yang menyeramkan ketika aku mau tidur sebelumnya.
“Sudah jangan malah melamun sambil lihat Abah kamu begitu heh” ucap Mak sambil menepuk kedua kali lenganku.
“Ada orang di luar yakin” ucapku dalam hati, karena melihat bayangan manusia yang berjalan pelan, aku melihatnya dari celah-celah gorden yang tidak rapat.
“Udah Kang tidur lagi aja, Euis aja yang tidur disamping Mak… panasnya Abah juga mulai turun ini” ucap Euis sambil memegang bagian kening Abah yang masih terlelap.
Aku hanya mengangguk saja, kemudian berdiri mendekat ke arah gorden karena dua kali bayangan yang aku lihat dari
celah gorden itu kembali aku lihat.
“Sialan tidak ada… bahaya” ucapku dalam hati.
“Kenapa sih Man, sudah tidur… suka aneh-aneh tumben lagi” ucapku Mak dengan tegas.
Masih dengan perasaan yang berkecamuk antara kenyataan yang aku lihat barusan dua kejadian langsung aku lihat
dengan mata kepalaku sendiri, dan hal ini membuatku cukup khawatir apalagi ketika mengingat malam kemarin kejadiannya hampir sama.
Tanpa menjawab ucapan Mak, aku langsung masuk ke dalam kamar dengan perasaan yang sama sekali tidak tenang, bahkan satu pisau yang sangat tajam
sudah aku keluarkan dari bawah kasur.
“Jaga-jaga sedikit perlu” ucapku perlahan, sambil mencoba mengeluarkan pisau yang sudah lama aku simpan untuk berjaga-jaga ketika berada didalam rumah.
“Tidur baca doa Man…” ucap Mak sedikit keras.
“Iyah Mak mau ini…” jawabku.
Sudah aku yakinkan dalam diriku, mulai malam ini jika terdengar suara decitan yang ketiga kalinya, pisau yang sedang aku simpan diatas perut harus benar-benar keluar dari wadahnya.
“Jangan sampai ketiga kalinya” ucapku.
Sampai satu jam lebih berlalu sudah dua kali aku
melihat Abah, Mak dan Euis di ruang tengah rumah ini, sambil melihat jam sudah pukul 01:00 dini hari, bahkan beberapa kali melihat ke arah luar tidak ada lagi bayangan yang selama ini menjadi hal kedua yang membuatku khawatir setelah bayangan perempuan yang memukul wajah Abah
yang membuatku ketakutan.
“Besok seharian kalau belum sembuh aku niatkan menjaga Abah saja, lagian besok tidak kemana mana juga” ucapku yang sudah kembali terbaring di atas kasur malam ini dan menyimpan pisau di sebelah kepalaku untuk sekedar berjaga-jaga malam ini.
“Harusnya sudah aman, tapi tetap saja aku penasaran bayangan itu maksudnya apa” ucapku yang sudah mulai khawatir dengan beberapa kejadian dua hari kebelakang.

***

“Abah kemana Mak? Kok sudah tidak ada” ucapku, ketika bangun dari tidurku pagi ini dan sudah berdiri dekat tiang
pintu kamar yang tidak mempunyai pintu.
“Barusan banget di jemput sama Bah Ajan katanya mau dibawa berobat ke kota Man, lagian pas subuh tadi juga udah mendingan banget…” jawab Mak sambil membereskan bekas tidur semalam.
“syukurlah Mak alhamdulillah tadinya hari ini Maman -
- ada kerjaan di sawah juga engga bakalan datang, niatanya mau jaga Abah” ucapku sambil berjalan ke arah Euis yang sedang memasak nasi pagi ini, setelah menggunakan sandal terlebih dahulu.
“Tumben juga Abah titip pesan katanya nanti ada yang mau di obrolin sama kamu Man,-
- soal kebun gitu, sebelum Bah Ajan datang bilang begitu sama Mak” jawab Mak dari dalam rumah.
Aku yang baru saja membawa handuk dari sampaian tali di dapur, cukup kaget dengan ucapan Mak, karena tidak biasanya dari semenjak aku cukup bisa berpikir Abah ingin berbicara denganku.
“Kenapa memangnya Mak?” tanyaku penasaran.
“Tidak tahu, paling suruh jaga kebun Man, kan Abah masih belum sehat, apalagi masa tiap malam Bah Ajan, sementara Abah punya anak laki-laki” jawab Mak perlahan, sambil duduk.
“Oh urusan itu, yah gampanglah Mak” jawabku,
walaupun jawaban itu tidak benar-benar gampang nantinya jika benar apa yang dikatakan Mak akan terjadi.
Segera aku mandi pagi dengan perasaan yang jauh tidak tenang seperti hari kemarin, walaupun segala penasaranku masih sama sekali aku anggap sendiri “Aneh”.
Selesai Mandi aku makan singkong rebus yang memang selalu menjadi andalan selain beras, karena singkong bisa di cabut langsung di belakang rumah dan hal ini membuat keluargaku bisa benar-benar menghemat beras yang ada.
“Semalam kenapa sih Kang?” tanya Euis.
“Engga Euis benar mungkin Akang saja yang mengingo semalam itu” jawabku perlahan, sambil mengelap cangkul dan menghisap tembakau yang sebelumnya sudah aku linting diatas kertas papir.
“Beda Kang…” jawab Euis perlahan.
“Sudah jangan dipikirkan” ucapku,
yang tidak tahu kenapa malah tidak ada keberanian untuk bercerita kepada Euis, padahal hanya Euis satu-satunya adik aku yang sangat dekat dibanding Ecih dan Titin yang memang sudah dibawa oleh suaminya masing-masing
“Sudah Man jangan dipikirkan kejadian semalam” ucapku dalam hati
Euis yang mendengar jawabanku sesingkat itu hanya mengangguk saja walaupun aku yakin rasa penasaran yang sedang Euis alami pagi ini tidak cukup puas dengan jawaban yang keluar dari mulutku barusan.
“Ya aneh masa Euis misalkan dalam mimpi Akang gila, emang tega punya adik gila”
Ucap Euis.
“Sudah-sudah ah malah keterusan sih, Mak mana?” tanyaku, sambil menghabiskan satu singkong rebus yang tersisa.
“Tidak tahu kesana tadi barusan Kang” jawab Euis perlahan.
Tidak lama singkong rebus yang sudah dikunyah lembut masuk ke dalam tenggorokan didorong oleh
air putih yang sudah disediakan oleh Euis dan sebagai penutup mengisi tenagaku pagi ini, lintingan tembakau pagi ini menjadi menu penutup.
“Belum berangkat Man…” ucap Mak yang tiba-tiba sudah aku lihat di dekat pintu dapur, karena aku terlalu fokus mengelap cangkul.
“Belum santai kok hari ini Mak, ke kebun saja, nrusin beresin rumput yang kemarin sedikit lagi, tengah siang juga palingan beres…” jawabku.
“Mak barusan kesana sambil pinjam uang takutnya nanti biaya Abah kamu kurang ke Bi Nenah, terus Mak tanya-tanya katanya tidak ada -
- perempuan yang kemarin kamu bilang dan pernah lihat itu” ucap Mak.
“Ya bukan dari sana mungkin Mak, atau emang Bi Nenah tidak tahu, sudahlah Mak lagian segala ditanyain” jawabku yang kembali teringat kejadian sore kemarin.
“Bukan gitu Man, warga sinikan nyangkanya Mak dan Abah-
- yang tidak bisa ikhtiar nyari perempuan buat kamu, buktinyakan Mak selalu usaha kemarin denger kamu bilang perempuan juga Mak sudah senang, siapa taukan yah Euis…” jawab Mak menjelaskan.
“Iyah bener Kang, usaha bisa, kurang apalagi Akang ini” ucap Euis.
Tanpa menjawab ucapan Mak dan Euis aku langsung pamit, walaupun cukup sedikit kecewa dengan penjelasan Mak, apalagi perempuan sore kemarin itu benar-benar sangat cantik dua bola mataku melihatnya. Walaupun kekecewaan itu cukup dibayar dengan kabar dibawanya Abah berobat
oleh Bah Ajan, yang artinya segala rasa penasaranku yang pernah ada sedikit yang terlintas dalam pikiranku, ada hubunganya sakitnya Abah dengan cerita kebun tebu di jawab salah pagi ini, dengan membaiknya kondisi Abah.
Seharian penuh sampai tengah siang aku hanya membereskan
kebun Pak Toha hari ini, walaupun beberapa kali aku melarang Pak Toha pemilik kebun untuk membantunya, namun hal itu tetap saja di lakukanya dengan alasan tidak enak melihatku berkerja sendirian, namun karena hal itu juga makanan dan rokok segaja istri Pak Toha antarkan ke kebun
dengan sedikit obrolan menanyakan kabar Abah dan Mak saja.
“Denger-denger Abah sakit Man?” tanya Pak Toha sambil duduk beristirahat di dekat aku.
“Biasa Pak, masuk angin…” jawabku yang cukup kaget ternyata baru satu hari sakitnya Abah sampai ke lingkungan rumah Pak Toha berada.
“Bapak denger saja dari warga sini, soalnyakan siapa yang engga kenal Bah Ajan sih Man di kampung ini… tokohlah sahabat dekat Abah kamu juga… lagian tadi pagi papasan sama Abah kamu dan Bah Ajan pas mau naik mobil di ujung kampung sana, bilangnya berobat” ucap Pak Toha.
“Oh pantesan Bapak tahu, iyah kayaknya lumayan serius Pak sakitnya…” jawabku perlahan, sambil memakan nasi dan lauk yang sudah disiapkan sebelumnya oleh istri Pak Toha.
“Iyah pucet banget, makanya Bapak heran kamu bilang hanya masuk angin masa seperti itu Man…” jawab Pak Toha
sambil menepuk pundak aku.
Sementara aku hanya tersenyum saja dan menjelaskan ketika Abah sudah berangkat aku baru bangun pagi tadi dan hal itu tidak jarang mengundang tawa dari Pak Toha, sementara Pak Toha bisa di bilang berada di kampung ini setara dengan Bah Ajan namun memang
rumahnya yang berada di perbatasan kampung ini lebih jauh dari kebun dan tanah yang dimiliki oleh Pak Toha.
Diluar dugaanku bahkan ketika hari mulai sore aku baru bisa membereskan pekerjaan hari ini, karena sisanya dari siang sampai sore Pak Toha hanya berdiam saja,
sambil merokok melihatku bekerja membersihkan kebun.
“Sudah Man cukup… udah bersih segini juga” teriak Pak Toha sambil melambaikan tanganya, pertanda memanggil aku.
“Tanggung Pak, tidak apa-apa besok Maman kesini lagi bisa ke sawah siangnya” ucapku, sambil mengatur nafas karena
benar-benar lelah.
“Terserah gimana Maman saja, tapi kalau engga juga tidak apa-apa, ini bawa dan simpan takut Abah perlu biaya beli obat” ucap Pak Toha sambil memberikan upah tiga kali lipat dari biasanya.
“Pak tidak salah ini…” jawabku.
“Ambil sudah… lagian Bapak tidak -
- pernah kecewa dengan apa yang kamu kerjakan asal seperti biasa nanti kalau Bapak butuh lagi gampang, salam yah buat Mak Idah” ucap Pak Toha sambil bersiap-siap pulang dan berjalan bareng dengan aku, karena berbeda jalan aku dan Pak Toha berpisah begitu saja.
Namun ucapan Pak Toha siang barusan cukup masuk akal dalam pikiranku, apalagi Pak Toha sempat melihat kondisi Abah dan mengatakan kondisi Abah terakhir.
“Semoga sampai rumah sudah pulang Abah” ucapku khawatir.
Tidak tahu kenapa bahkan diriku sendiri merasa aneh akhir-akhir ini
setelah obrolan malam itu di kebun tebu, rasa khawatir kepada Abah selalu berlebihan, padahal sebelumnya sama sekali aku tidak memiliki rasa peduli kepada Abah yang dalam selayaknya anak pada bapak, karena sudah terbiasa dengan waktu yang cukup lama.
Sampai di rumah sore ini aku tidak melihat keberadaan Mak dan Euis di rumah, bahkan ketika aku sudah duduk seperti biasanya di teras depan rumah. Rasa khawatir semakin besar dengan belum adanya Abah sore ini di rumah.
“Pada kemana mereka ini…” ucapku.
Hampir lintingan keempat tembakau, baru aku melihat dari kejauhan Mak dan Euis yang sedang berjalan perlahan menuju ke arah rumah.
“Apa mungkin kondisi Abah semakin parah” ucapku.
“Mak dari mana?” tanyaku.
Mak tidak langsung menjawab, sementara Euis langsung pergi ke arah dapur.
“Abah belum pulang Mak?” tanyaku.
“Mak juga dari rumah Bah Ajan, istrinya juga sama khawatir Bah Ajan belum pulang… makanya Mak pastikan datang kesana, semoga saja baik-baik saja” ucap Mak perlahan.
“Ke rumah sakit Mak?” tanyaku.
“Mana mungkin Man, orang tidak punya -
- kaya kita ini ke rumah sakit di kota yang jauh disana biaya dari mana” jawab Mak yang langsung menerima minum yang sudah Euis bawa.
“terus berobat kemana Mak?” tanyaku semakin penasaran dan kekhawatiranku semakin kuat.
“Sudah doakan saja… kata Bah Ajan mencegah sakitnya gara-
gara di kebun tebu, Mak tidak tahu lagi kenapa-kenapanya” ucap Mak langsung berdiri dari duduknya dan masuk ke dalam rumah.
Euis hanya mengelengkan kepalanya berkali-kali ketika aku betatapan dengan matanya, yang artinya sama bingungnya dengan ucapan terakhir Mak.
“Ke orang pintar berarti yah Kang?” tanya Euis.
“Kalau dari ucapan Mak sih begitu…” jawabku perlahan.
Aku bahkan berpikir penasaranku pagi tadi pada sakitnya Abah ternyata salah, malah sekarang penasaranku dibenarkan oleh keadaan sendiri tentang sakitnya Abah dengan cerita
di kebun tebu itu dari ucapan Mak sendiri.
“Benar berarti penasaranku ada kaitanya dengan kebun tebu” ucapku dalam hati.
“Kang jangan melamun udah mau magrib ah, nanti malah ngeliat perempuan itu lagi serem ah…” ucap Euis.
“Lah tiba-tiba serem emang kenapa Euis… -
-becanda mulu orang lagi khawatir sama Abah juga” jawabku.
“Siapa yang bercanda Kang, Mak seharian udah ada 3 orang yang ditanya soal perempuan yang Akang liat kemarin, pada engga tau, malah maaf Kang, yang satunya lagi menganggap Akang gila gara-gara belum nikah, -
-walaupun Mak dan Euis dianggapnya bercanda soalnya sambil ketawa-ketawa” ucap Euis menjelaskan.
“Serius? Ada yang bilang gitu?” ucapku sedikit emosi walaupun mendengarkan penjelasan Euis tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan pengalaman
yang sudah aku lalui soal ejekan seperti itu.
“Makanya udah ah, angga saja Akang kemarin salah liat, udah beres…” ucap Euis sambil berdiri dan masuk ke dalam rumah begitu saja, meninggalkan aku di teras depan.
Tapi tidak tahu kenapa perasaanku berkata lain dengan ucapan
terakhir barusan Euis, walaupun sedikit bulu pundak aku berdiri dengan sendirinya, malah aku merasa, mana mungkin aku salah melihat yang benar-benar nyata ada didepan mataku sendiri sore kemarin.
Teriakan Mak sudah dua kali menyuruhku untuk segera mandi karena beberapa menit
yang sudah berlalu suara bedug magrib sudah terdengar dengan jelas.
“Siapa tau ada sore ini…” ucapku sambil melinting tembakau diatas kertas papir yang sudah tidak terhitung.
“Kan benar ucapan Euis salah… ada lagi…” ucapku, segera dengan cepat bangun bahkan lintingan tembakau
aku simpan begitu saja dengan cepat masuk ke dalam rumah. Karena perempuan kemarin sedang berjalan pelan dengan pakaian yang sama seperti pertama aku melihatnya, apalagi awan kuning mulai berganti perlahan menuju gelap malam.
“Euis… Mak… sini itu lihat ada lagi perempuan -
- itu di depan cepat” teriaku di dalam rumah dan masih melihat perempuan itu berjalan yang asalnya terlihat dari samping sekarang dari belakang, dan belum jauh dari rumah.
“Mana… Mana Kang…” ucap Euis, di susul dengan Mak yang baru saja naik ke teras rumah tengah.
“Itu… liat...” ucapku, yang seketika sangat kaget dan tidak percaya dengan yang aku lihat sekarang.
“Sudahlah Man jangan bercanda orang lagi khawatir sama Abah kamu tetap saja begini heran kamu ini” ucap Mak perlahan, sambil kembali meninggalkan aku.
“Liat apa Kang, pohon… -
- iyah bener ada pohon. Makanya di suruh Mak mandi yah mandi ah Akang ini aneh…”
Aku hanya mematung saja dan benar-benar tidak percaya dengan penglihatan mataku sendiri, padahal sebelumnya hanya beberapa menit bahkan detik perempuan yang aku lihat masih berada didepan rumah
berjalan sangat pelan.
“Tidak mungkin secepat itu walaupun perempuan itu lari, lari kenapa juga” ucapku dalam hati, sambil berjalan keluar dan langsung pergi ke samping rumah untuk langsung mandi dengan perasaan yang benar-benar heran.
Selesai mandi aku kembali duduk didepan
teras tidak seperti biasanya, karena aku lebih percaya dengan apa yang aku lihat saat ini dan berharap memang benar kalau perempuan itu benar-benar adanya.
“Man dari pada bengong nunggu yang aneh, abis isya ke rumah Bah Ajan siapa tau Abah sudah pulang…” ucap Mak
sambil berdiri di dekat pintu.
“Kalaupun sudah pulang Mak, pasti Abah langsung ke rumah juga, malu lah masa berkali-kali kesana sih Mak” jawabku sambil melihat ke arah wajah Mak yang benar-benar sangat khawatir
“Yasudah sampai jam 10 malam kesana kalau Abah belum pulang” ucap Mak
“Lagian masa berobat seharian juga Mak, Mak tau emang Abah mau kemana tadi pagi? Pak Toha malah kasih uang lebih dan titip salam, ini uang dari Pak Toha buat bantu-bantu berobat Abah, soalnya pagi ketemu sama Bah Ajan dan Abah mak… mana tau katanya wajah Abah pucat, -
- makanya kasih upah lebih” ucapku sambil memberikan uang yang memang sudah aku siapkan untuk diberikan kepada Mak.
“Oh pantasen Pak Toha tahu, mana Mak tau Man, Bah Ajan tidak bicara apapun juga selain berobat” jawab Mak sambil menerima uang yang aku berikan, namun terlihat -
- jelas Mak seperti menyembunyikan sesuatu dariku, karena raut wajahnya seperti kaget mendengar apa yang barusan aku ucapkan.
Anehnya bertambah dan tidak biasanya Mak ketika berbicara denganku pergi begitu saja dan kembali masuk ke dalam rumah.
“Kenapa aneh Mak ini, tumben”
ucapku, yang ikut masuk karena perempuan yang aku tunggu dan sempat hilang ketika Euis dan Mak lihat tidak kunjung datang kembali, walaupun aku yakin perempuan itu sudah dua kali aku melihatnya dan akan melihatnya kembali, apalagi waktunya bisa bersamaan.
Sampai suara bedug aku dengar, aku masih duduk di dapur sambil makan jagung rebus yang sudah tersedia, walaupun tidak terlalu memikirkan Abah karena sangat percaya kepada Bah Ajan, malah aku semakin penasaran siapa perempuan itu sebenarnya, yang sudah dua hari ini cukup masuk dan
diam dalam pikiranku.
“Man cepet sana ke rumah Bah Ajan, lihat siapa tau Bapak sudah pulang…” teriak Mak di ruang tengah.
“Iyah nanti dulu Mak jam 8 nan yah engga enak orang dari masjid juga belum pada pulang ah” jawabku, sambil tidak berhenti memakan jagung rebus yang menjadi
menu terakhir makan malam ini.
Waktu terus berputar, sementara pikiranku sendiri masih bergelut dengan pertanyaan tentang perempuan barusan yang sama sekali tidak pernah menemukan jawaban masuk akal, namun tidak tahu kenapa masih ada dorongan kecil sebuah kebenaran bahwa
perempuan itu benar adanya.
“Ah sudah mending keluar sambil cari angin…” ucapku, tidak lupa membawa tembakau dan papir yang aku masukan ke dalam saku celana.
Ketika akan pamit ke arah dimana Mak sedang diam sendiri di tengah rumah, aku melihat sebuah wajah yang sangat
mengkhawatirkan dari Mak, apalagi Mak hanya menatap kosong ke arah jendela yang belum tertutup oleh gorden, dan hanya lampu kuning yang keluar dari semprong, yang menempel ke di dinding bilik.
“Kasian…” ucapku perlahan, mengurungkan niat untuk bicara pada Mak,
walaupun aku merasa keanehan Mak padaku beberapa jam kebelakang di depan rumah adalah penyebab Mak menjadi seperti itu, apalagi Abah belum datang juga.
“Mak aku keluar dulu… ke rumah Bah Ajan” teriaku dari dapur, sambil menyalakan obor
“Hati-hati langsung pulang lagi” teriak Mak
Setelah mengunci pintu dapur, dan bahkan melihat Mak dengan jelas berada didalam rumah yang sekarang sudah bersama Euis, membuatku sedikit cukup lega.
“Siapa tau ketemu lagi dengan perempuan barusan” ucapku, yang anehnya malah bulu pundak aku berdiri dengan sendirinya.
Walaupun cukup aneh, sama sekali tidak mengurungkan keinginanku akan hal yang sebenarnya aku sadar, itu tidak masuk akal sama sekali.
Sambil perlahan berjalan dengan cahaya dari obor aku langsung berjalan ke arah dimana rumah Bah Ajan berada, sambil merasa bahwa semuanya bakalan
baik-baik saja yang terjadi kepada Abah. Tidak lama, setelah melewati beberapa rumah warga yang jaraknya hampir tidak ada yang berdekatan karena terpisah oleh kebun, aku sudah sangat dekat dengan rumah Bah Ajan.
“Assalamualaikum…” ucapku perlahan.
Bahkan sudah tiga kali ucapan
salamku sama sekali tidak ada yang menjawabnya sementara memang rumahnya sudah gelap.
“Maman…”
“Eh Bu, maaf kirain pada di dalam” jawabku, sambil membalikan badan, walaupun cukup membuatku kaget suara dari istrinya Bah Ajan ini.
“Mau nanyain Abah yah? Tadi sama Bah Ajan lagi -
- di warung Karim Man, katanya mau pada langsung ke kebun tebu, makanya ini Ibu bareng sambil belanja minyak tanah” ucap istri Bah Ajan.
“Oh begitu Bu, alhamdulillah syukurlah kalau Abah juga sudah membaik, biasa Maman disuruh Mak Idah Bu” jawabku.
“Iyah tidak apa-apa katanya Abah juga mau pulang dulu kok Man” ucap istri Bah Ajan.
“Iyah Bu, kalau begitu Maman izin pamit dulu Bu” jawabku, merasa lega setidaknya khawatiran Mak tidak berlanjut malam ini karena Abah sudah pasti ke rumah terlebih dahulu.
Segera aku kembali berjalan pulang, andaikata aku melalui jalan yang sama dengan Bah Ajan dan Abah ke arah warung Karim pasti barusan di jalan akan berpapasan dan tidak perlu jauh-jauh ke rumah Bah Ajan. Mendengar kabar Abah dan Bah Ajan akan langsung ke kebun tebu harusnya
biasa saja yang aku rasakan, namun tidak tahu kenapa ada perasaan yang mengganjal dalam diriku, apalagi sakitnya Abah kemarin benar-benar yang pertama aku melihatnya sampai seperti itu.
Di pos ronda dari kejauhan malam ini seperti jadwalnya aku melihat dari kejauhan beberapa
warga yang aku kenal, mereka yang melihatku hanya melambaikan tangan saja, aku terus saja perlahan berjalan menuju rumah, dengan obor yang apinya mulai mengecil.
“Ngapain si Abdul jam segini ke rumah” ucapku, dari kejauhan terlihat sedang bicara dengan Mak.
Aku segera percepat langkahku, apalagi Mak dan Abdul sudah melihat keberadaanku dari cahaya yang keluar dari obor yang sekarang sedang aku pegang.
“Dul, tumben…” ucapku.
“Gimana sudah pulang Abah kamu Man?” tanya Mak.
“Lah kirain sudah ke rumah dulu Mak, istri Bah Ajan -
- bilangnya Abah sama Bah Ajan mau ke kebun tebu, katanya Abah mau pulang dulu…” jawabku, sambil duduk disebelah Mak.
“Oh begitu, syukurlah… berarti sudah sembuh kalau ke kebun tebu langsung, Mak takutnya malah makin parah saja Man, Si Abdul ngajak ngopi barusan nyamper, -
- yasudah Mak bilang saja lagi ke rumah Bah Ajan” jawab Mak menjelaskan.
Namun Mak yang sekarang aku lihat jauh berbeda dengan beberapa jam kebelakang, terlihat jauh lebih tenang dan tidak ada perasaan cemas kepada Abah apalagi mendengar kabar dariku barusan.
“Yasudah Dul, Mak masuk ke dalam kasih tau tuh si Maman takutnya malah gila beneran…” ucap Mak sambil berdiri.
Abdul hanya ketawa saja terbahak-bahak karena ucapan dari Mak, padahal aku tidak tahu maksud dari ucapan Mak barusan.
“Sudahlah Man, yang nyata saja kamu dekati -
-perempuan di kampung sini atau sebelah, jangan yang gaib-gaib serem…” ucap Abdul sambil menepuk pundakku.
“Oh itu, sudahlah Dul, aku bercanda saja urusan itu, cuman masa mata aku salah dua kali sih” jawabku sambil mengeluarkan tembakau dan kertas papir.
Bahkan Adbul menjelaskan bahwa Mak benar-benar khawatir dengan keadaanku tentang perempuan itu, padahal aku malah biasa saja dan malah beberapa kali menjawab pertanyaan Abdul dengan bercanda malam ini. Kopi yang sebelumnya diantarkan oleh Mak juga sudah tidak terasa tinggal
sedikit lagi pertanda malam ini sudah benar-benar larut.
“Serius di mimpi kamu Euis jadi gila Man?” tanya Abdul perlahan.
“Ah sudahlah Dul jangan bahas gituan terus” jawabku, mengurungkan niat yang awalnya dari tadi terus berpikir apakah aku akan menceritakan semuanya
kepada Abdul soal kejadian malam kemarin.
“Tapi Man… serius Abah kemarin sakit bukan karena ada kaitanya dengan kebun tebu? Apalagi kata Mak berobatnya ke orang pintar?” ucap Abdul tiba-tiba.
“Jujur Dul kalau soal itu aku juga curiganya begitu, apalagi ternyata malam pas kita -
- meronda, paginya Euis juga bilang kejadian warga sini melihat perempuan di kebun tebu jadi obrolan ibu-ibu, malah aku merubah pikiran, apa memang benar adanya cerita itu, sampai kalau benar kenapa Abah bisa sampai sakit” ucapku perlahan, sambil mengisap rokok.
“Sesekali tidak ada salahnya Man, usia kamu sudah dewasa bicaralah sama Abah, siapa tau sangkaan aku salah dan sangkaan kamu juga salah, ya walaupun tahu bukan hal yang mudah, semua akan baik jika dibicarakan dengan baik-baik Man…” jawab Adbul dengan serius.
“Sejak dulu aku sudah sering dengar cerita kebun tebu, dan Abah baik-baik saja, tidak sekalipun seperti kemarin Dul, tapi setelah sakit dan banyak hal yang aneh, mungkinkah aku harus percaya Dul dan tanya sama Abah” ucapku, sambil menepuk paha Abdul sedikit keras.
“Tanya saja, ajak bicara Abah itu Man…” jawab Abdul.
Seketika dan tiba-tiba saja aku teringat pesan Mak pagi tadi yang bicara soal Abah ada yang ingin diobrolkan denganku.
“Apa besok saatnya” ucapku dalam hati.
“Man! Malah melamun woy!” ucap Abdul
sambil menepuk pipiku cukup keras.
“Kaget Dul! Iyah benar Dul, besok aku usahain bicara sama Abah, benar juga Abah semakin tua juga yah…” jawabku perlahan.
Dorongan kuat dari ucapan Abdul malam ini cukup menjadi keyakinan lebih kalau aku benar-benar harus bicara dengan Abah,
apalagi dua malam terakhir sudah cukup membuatku benar-benar ketakutan dan siapa tahu bahwa perasaanku benar, sakitnya Abah ada hubunganya dengan kebun tebu.
“Man, sebelum aku pulang, ingat mau bagaimana juga Abah adalah Bapak kamu, mungkin sudah saatnya bicara panjang… -
- siapa tahu Abah juga memang ingin bicara cuman takut memulai dari mana, kamu lah anaknya yang mengawali, tidak lihat Mak Idah juga semakin tua…” ucap Abdul sambil berdiri dan langsung menepuk pundak aku untuk pulang, dan menyalakan obor yang sebelumnya Abdul bawa.
Karena tidak terasa puntung rokok di atas tanah dekat teras sudah cukup lumayan banyak yang artinya memang sudah cukup lama aku ngopi malam ini dengan Abdul. Setelah membereskan semuanya, aku langsung masuk ke dalam rumah, namun tidak biasanya setelah kepulangan Abdul yang masih
terlihat dari jalan nya yang pelan dan semakin menjauh perasaan aneh aku rasakan didalam rumah panggung ini.
“Jangan sampai terulang…” ucapku dalam hati, masuk ke dalam kamar setelah mematikan satu lampu semprong yang masih menyala dengan sangat redup.
Karena perasaan aneh terus datang mengikuti aku malam ini, bahkan pisau yang sebelumnya sudah aku simpan ke tempat asalnya dibawah kasur, kembali aku keluarkan ketika ingatan malam sebelumnya hadir lagi dalam isi kepalaku.
“Jangan sampai…” ucapku sambil menarik nafas
sangat dalam dan mengeluarkanya dengan perlahan, sambil memejamkan mata.
“Harusnya tidak ada kaitanya dengan kebun tebu, lagian Abah sudah puluhan tahun seumur dengan umur aku sekarang disana, tidak mungkin…” ucapku dalam hati,
sebisa mungkin menenangkan diriku dari gelapnya mata yang terpejam.

***

Pagi ini aku terbangun cukup siang sekali, padahal ada janji untuk ke sawah memanen kelapa, namun karena lelap semalam sampai suara ayam terus berkokok aku baru saja memaksakan badan berdiri dengan masih
mengucek kedua mataku.
“Kurang siang Man… emang engga ada kerjaan” ucap Mak dari dapur.
“Abah mana Mak?” jawabku.
“Tumben bangun-bangun tanya Abah kamu, udah ke sawah lagi, malam jam 3 juga sudah pulang, membaik alhamdulillah” ucap Mak, sambil memilah beras di atas tampah bambu.
“Yakan kemarin Mak bilang Abah mau ada yang diobrolin sama Maman, makanya Maman tanya lagi begitu maksudnya Mak” ucapku, sambil turun dari rumah panggung, menginjak dapur setelah memakai sandal dan mengambil handuk yang menyampai.
“Tinggal datang ke sawah Man… Euis malam-
- ini ikut suaminya ke kampungnya, siang ini berangkat setelah Darma kesini terlebih dahulu, ada keperluan di rumah mertua nya… jadi kalau Mak butuh ini itu palingan nyuruh Maman” jawab Mak menjelaskan.
“Iyah siap Mak tenang saja, lagian kapan Euis betah di rumah mertuanya-
- palingan juga nanti pulangnya cepet” ucapku, sambil berjalan ke luar dapur, menuju kamar mandi.
Selesai mandi bahkan Euis tidak terlihat lagi olehku, hanya berada di dalam kamarnya saja berkemas untuk kepergiannya siang ini, sementara aku sambil menikmati kopi yang Mak buatkan,
hanya mengelap golok yang biasa aku bawa, dengan menalikan kebagian pinggang aku.
“Iyah nanti Maman samperin ke sawah Abah… Maman pergi dulu Mak” ucapku sambil berdiri setelah beberapa linting tembakau sudah aku hisap pagi ini.
“Tapi saran Mak tidak perlu lah biasanya juga -
- Abah jarang bicara sama kamu sudah biarkan saja, lagian mau ngobrolin apa juga” ucap Mak dengan gelagat yang aneh.
“Lah Mak ini aneh, Mak yang kasih saran samperin ke sawah, Mak sendiri yang sekarang kasih saran tidak perlu” jawabku.
“Ya bukan begitu Man, lagian takutnya Maman-
- juga sibuk hari ini, terus Abah juga baru sembuh, kasian pikirannya” jawab Mak.
“Iyah gimana nanti saja Mak kalau begitu” jawabku perlahan berjalan keluar dapur.
“Tidak biasanya Mak seperti itu, dari kemarin juga seperti itu…” ucapku sambil berjalan menuju sawah Bah Karta,
karena sudah janji dari minggu kemarin mau memanen kelapanya.
Dari pagi yang sudah sangat telat bahkan Bah Karta sudah berada di sawah nya tanpa basa-basi lagi aku langsung bekerja menunaikan janji dan kewajibanku hari ini, beberapa pohon silih berganti aku panjat dan sudah tidak
terhitung berapa kelapa yang jatuh di tepian sawah, sampai siang tiba bahkan pekerjaanku sudah selesai dengan cepat karena sudah lama sekali urusan memanjat pohon kelapa adalah kemampuanku, hal itulah yang menjadi Bah Karta percaya kepadaku.
“Nah gitu kupas dulu, -
-istirahat dulu Man” ucap Bah Karta sambil mendekat ke arahku yang sedang mengupas kelapa.
“Iyah Bah lumayan juga, maaf pagi kesiangan… tapi Maman engga bakalan lama, nanti ini ada yang beresinkan Bah?” jawabku.
“Tumben mau kemana?” tanya Bah Karta.
“Mau ke sawah Abah, -
-ada perlu aja” jawabku perlahan, sambil meneguk kelapa muda yang sudah terkupas sebelumnya.
Bahkan Bah Karta salah satu sesepuh juga di kampung ini walaupun beda RT hanya mengangguk saja mendengarkan penjelasanku barusan, setelah Bah Karta memberikan aku upah seperti biasanya,
aku langsung pamit pada Bah Karta.
“Hati-hati Man…” ucap Bah Karta
Yang sama sekali tidak biasanya mengucapkan hal seperti barusan, dan aku hanya membalasnya dengan senyuman saja.
Karena memang kebanyakan sawah di kampung dimana aku tinggal ini, aku tinggal menyusuri beberapa
sawah, sudah terlihat beberapa sawah yang sudah dari lama di urus dan dirawat oleh Abah yaitu sawah saudaranya Bah Ajan.
“Engga ada kemana Abah? Apa sudah pulang siang-siang begini” ucapku dari kejauhan melihat saung dimana saung itu biasa Abah gunakan untuk beristirahat.
Semakin mendekat langkahku dibawah sinar matahari yang benar-benar sedang tinggi, aku sudah berada sangat dekat dan memang Abah sama sekali tidak ada di saung ini.
“Tau begini gak bakalan aku samperin ke kesini” ucapku perlahan, sambil membaringkan badan diatas tikar
yang sudah tersedia di saung ini.
“Nanti juga balik lagi… apalagi apinya juga belum padam” ucapku sambil melihat ke arah tungku dimana Abah sepertinya barusan selesai memasak air.
Dengan khas angin sawah yang menerpa badanku, apalagi rasa lelah barusan di sawah Bah Karta cukup
menguras tenagaku, mataku perlahan terlelap begitu saja, apalagi setelah melonggarkan bagian tali golok yang terikat di pinggangku saat ini.
“Sambil nunggu Abah… siapa tau benar saran Abdul semalam, Abah yang tidak berani memulai saja obrolan denganku” ucapku.
Baru saja beberapa menit terlelap, terdengar beberapa langkah di saung yang masuk ke dalam telingaku, ketika perlahan mata terbuka ternyata Abah sudah duduk disebelah badanku yang sedang terbaring.
“Dari mana Bah, barusan Maman kesini enggak ada, jadinya ketiduran disini” ucapku
sambil bangun.
“Dari rumah Man, ambil parang… lupa pagi engga kebawa, tumben kesini ada apa?” tanya Abah.
Niatku yang sudah bulat dari semalam, apalagi anehnya pagi Mak sendiri yang memberi saran malah melarangnya dan juga perasaan saat ini mendukung aku untuk bicara
dengan Abah.
“Engga Bah, kemarin pagi sebelum Abah berangkat berobat katanya titip pesan pada Mak, ada yang mau di obrolin sama Maman, emangnya ada apa?” jawabku perlahan.
“Oh itu engga jadi Man, tadinya mau bilang gantiin dulu Abah kalau masih sakit jaga di kebun tebu, itu aja…
kirain ada apa” jawab Abah.
Tidak tahu kenapa dari wajah Abah tidak jauh berbeda dengan Mak pagi tadi, seperti bukan ucapan itu yang ingin keluar dari mulut Abah, namun aku hanya mengiyakan saja.
“Tapi kemarin sudah sehat beneran Bah, kata Mak juga berobat ke orang pintar-
- Abah ini… soalnya Pak Toha kemarin juga cerita ketemu Abah di jalan, kan siangnya Maman di kebun Pak Toha” ucapku perlahan, mencoba membuka obrolan dengan Abah.
“Ah sudahlah Man, ini udah sembuh juga… Abah masih banyak yang mau di kerjain ini” ucap Abah sambil berdiri
dari duduknya.
Aku tidak menyangka jawaban Abah akan seperti itu padahal jika ada obrolan hal itu bisa dijawab oleh Abah dengan panjang, namun aku hanya tersenyum, kemudian pamit untuk pulang kepada Abah.
“Apa mungkin Mak bilang tadi pas Abah pulang ke rumah” ucapku mulai tidak
mengerti dengan keanehan Abah dan Mak hari ini.
Secara perlahan aku berjalan menuju rumah, dengan membawa penghasilan yang diberikan Bah Karta sebelumnya, walaupun kecemasanku semakin bertambah, padahal semalam saran dari Abdul ingin sekali aku katakan kepada Abah tapi dari
jawabnya seperti itu, membuatku membuang jauh segala pertanyaan yang ada dalam kepalaku.
“Sudahlah awalnya juga tidak pernah ada obrolan apapun dengan Abah” ucapku.
Tidak lama aku sudah masuk ke dalam perkampungan, beberapa warga memang lebih menghabiskan waktu di kebun atau
di sawah dan bekerja jika siang hari seperti ini, bahkan sama sekali tidak berpapasan dengan warga kampung ketika berjalan menuju rumah.
“Mak…” teriaku, ketika sampai di dapur, dan menyimpan golok yang sebelumnya aku bawa di tempat biasa.
“Eh barusan tidak lama Euis berangkat -
-sama Darma, ini dititipin ini sama Darma” jawab Mak sambil turun dari rumah panggung dan memberikan tembakau yang cukup banyak.
“Alhamdulillah rezeki…” jawabku sambil menerima titipan Kang Darma.
“Berapa lama katanya Mak?” ucapku, sambil mengambil minum.
“Satu minggu, nanti sekalian Darma anterin kesini lagi Euis” jawab Mak yang kembali masuk ke dalam rumah.
Tanpa menjawab lagi aku hanya memakan ubi rebus yang tersedia diatas meja dapur, namun ada setengah ubi rebus yang sisa.
“Sejak kapan Mak makan ubi… Euis sudah pergi, -
-kemungkinan Abah..” ucapku sambil memakan ubi sisa yang sudah tidak utuh.
Aku menyangka Abah dan Mak terlibat obrolan ketika aku menunggu Abah di sawah tadi, dan itulah kenapa Abah memberikan jawaban singkat untuk aku.
“Ada apa ini sebenarnya” ucapku, yang mulai khawatir,
walaupun yang aku khawatirkan sama sekali tidak jelas

***

Setelah kepergian Euis dengan suaminya ke rumah Ibunya Darma, otomatis di rumah hanya aku, Mak dan Abah saja, sejak obrolan di sawah dengan Abah yang terkesan singkat sekali, tidak pernah ada lagi saling menyapa antara
aku dan Abah. Sementara Mak, kembali seperti biasanya hanya jika ada keperluan ke warung pasti akan menyuruhku selama Euis tidak ada di rumah. Sudah enam hari lebih Euis meninggalkan rumah, bahkan aku sama sekali tidak pernah bicara panjang dengan Mak sekalipun, hal itu karena
Mak perlahan sikapnya berubah setelah sakitnya Abah beberapa hari kebelakang. Setiap malam juga sudah enam hari dari sembuhnya Abah, Abah kembali lagi menuju kebun tebu sebagai rutinitas setiap malamnya. Dan perlahan penasaranku tentang sakitnya Abah, perempuan yang sebelumnya
ada dalam pikiranku, hilang begitu saja.
Dan pagi ini ketika aku bangun, sudah terdengar suara Euis dan Kang Darma di dapur, aku langsung bangun menghampiri Kang Darma.
“Kang, makasih kemarin tembakaunya, sampai hari ini belum habis” ucapku sambil duduk dekat kang Darma.
“Iyah Man, kemarin liburnya Akang di rumah Mak dulu di kampung sekalian ada acara gitu, makanya baru sekarang balikin Euis mana hari ini juga udah harus pergi ke kota lagi, kuli lagi Man…” ucap Kang Darma sambil bercanda.
Dan memang dibandingkan suaminya Ecih dan Titin hanya Kang Darma suaminya Euis ini yang sangat dekat denganku, apalagi selama Euis belum dibawa oleh Kang Darma, aku semakin dekat. Mak dan Euis sementara pagi ini sedang masak, sementara Abah sudah tidak terlihat mungkin pagi
sekali sudah berangkat menuju sawah.
“Minggu kemarin denger cerita Euis serem juga yah Man” ucap Kang Darma perlahan.
“Cerita apa emangnya Kang?” tanyaku, sambil minum yang sudah diberikan oleh Euis sebelumnya.
“Sakitnya Abah, yang senyum itu Man…” jawab Kang Darma dengan
suara semakin pelan, karena mungkin tidak mau terdengar oleh Mak dan Euis.
Seketika aku kaget dengan ucapan Kang Darma, apalagi sebelumnya aku juga melihat yang sama dengan Euis, dan wajar bila Euis bercerita sama Kang Darma.
“Alhamdulillah nya Abah cepet sembuh Kang…” ucapku.
“Iyah kata Euis di bawa ke dukun yah Man sama Bah Ajan…” jawab Kang Darma perlahan.
“Orang pintar gitu katanya Kang, iyah kasarnya dukun…” jawabku yang semakin mengecilkan suara.
Kang Darma kemudian berdiri dari duduknya dan berjalan keluar, sambil membawa rokok kretek
dan gelas kopi, sementara aku mengikutinya dari belakang dengan handuk yang masih tersimpan di bahuku.
“Percaya engga percaya sih Man, dahulukan area kebun tebu pembuangan mayat…” ucap Kang Darma sambil duduk di teras depan.
“Sudah lama cerita itu, walaupun sama sekali tidak -
-ada buktinya Kang…” jawabku, yang sebenarnya cukup kaget dengan ucapan Kang Darma dan memang cerita itu sudah ada sejak dulu.
“Semoga saja Abah tidak terlibat waktu lagi muda yah…” ucap Kang Darma perlahan.
“Maksudnya Kang, Maman tidak paham…” jawabku yang kembali kaget
dengan ucapan Kang Darma.
“Andai cerita itu bohong Man dan salah, mungkin tidak kebun tebu yang menjadi batas kampung ujung sana, tidak ada lagi kampung, hutan belantara, cukup masuk akal kalau dulu pembuangan, kan yang jadi cerita disini perempuan itu… maksudnya -
- semoga Abah tidak tahu apapun hanya sebatas kerja… begitu Man” ucap Kang Darma sambil meminum kopinya.
“Iyah bener juga Kang, lagian tidak mungkin Kang… walaupun Abah tidak pernah cerita…” jawabku.
“Karena sakitnya aja maksud Akang ngobrolnya ke arah situ Man, -
-bukan maksud apapun” ucap Kang Darma perlahan.
Bahkan ucapan Kang Darma pagi ini ada benarnya dan sama sekali tidak ada yang salahnya, masuk dalam akal pikiranku, obrolan dengan Kang Darma berakhir ketika Euis memanggil untuk makan pagi bareng, namun aku menolaknya
dan langsung mandi pagi ini.
“Benar yang dikatakan Kang Darma, tapi semoga kejadian dua malam itu bukan akibat ulah Abah di kebun tebu” ucapku, sambil mengeringkan badan menggunakan handuk.
Ketika aku bersiap untuk pergi ke sawah dan kebun hari ini, Kang Darma juga pamit untuk
berangkat kerja ke kota kepada Mak, Euis dan Mak pagi ini.
“Obrolan barusan anggap aja becanda Man jangan malah dipikirin, semoga baik-baik saja semuanya yah” bisik Kang Darma ketika bersalaman denganku.
“Iyah Kang paham…” ucapku perlahan.
Setelah pamit Mak dan Euis mengantarkan Kang Darma berjalan sampai depan rumah, sementara aku langsung makan sisa makanan yang tersedia diatas meja dapur.
“Kemana Mak” tanyaku.
“Gak tau kesana Kang, eh Kang maaf… Euis mau bilang sesuatu tapi engga ada maksud apapun… emang Abah-
- bicara apa ketika Euis berangkat dari rumah…” ucap Euis duduk disebelahku yang masih makan.
“Maksudnya Euis, Akang tidak paham” jawabku perlahan sambil mengunyah nasi dan lauk.
“Maksudnya emang jadi Akang ngobrol sama Abah waktu itu?” ucap Euis.
“Oh, engga jadi padahal Akang sudah di saung sawah Euis, katanya Abah pulang ke rumah, mungkin Mak yang larang, soalnya paginya padahal Mak yang suruh temuin Abah… eh pas Akang mau pergi malam Mak sendiri yang larang, aneh…” jawabku perlahan, sambil minum cukup banyak karena
baru selesai makan.
“Nah bener Kang, Euis tidak sengaja denger obrolan Mak dan Abah siang itu sebelum berangkat, Abah bilang sambil makan ubi yang Euis rebus…” ucap Euis.
Seketika aku ingat malah sore itu sisa potongan Ubi itu aku yang memakanya, berarti benar sangkaanku itu
bekas Abah.
“Udah tidak usah di ceritakan sama Maman… lagian engga penting juga, kalau merasa tidak berdosa, lagian bujangnya anak kita bisa jadi bukan karena kejadian itu… Mak bilang gitu Kang, Euis kaget dong, sebenarnya apa maksud obrolan itu, apalagi Kang, pas Abah sakit-
- Euis ngalamin banyak keanehan sakitnya Abah, dan yakin teriakan Akang bilang Euis gila juga bukan karena mimpi tidak tahu kenapa Euis takut terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan Kang…” ucap Euis menjelaskan.
Mendengarkan penjelasan Euis cukup membuat tangan yang awalnya
sedang melintingkan tembakau di atas kertas papir berhenti begitu saja, dan semuanya yang di jelaskan Euis mengaminkan bahwa tidak jadinya Abah bercerita karena di larang oleh Mak.
“Masuk akal Euis, tapi kejadian apa maksudnya yah?” ucapku.
“Obrolan ini aku dan Akang aja yang-
- tahu yah, pernah denger gosip akang susah jodoh karena kerjaan Abah? Mungkin kejadian di kebun tebu” jawab Euis perlahan.
“Pernah sih setiap cerita itu muncul seperti minggu kemarin juga merasakan Euis juga malu di warung, makanya Akang tidak paham dan Abah tidak mau bicara-
- susahnya itu, padahal sudahlah urusan akang bujang lapuk tidak peduli…” ucapku, yang masih menahan cerita, kejadian bayangan wanita yang muncul dua malam berturut-turut yang sebenarnya ingin aku ceritakan kepada Euis.
“Awalanya Euis jarang peduli hal beginian Kang, cuman -
- karena sakitnya kemarin saja, benar-benar ada keinginan sebenarnya kejadian yang di maksud Mak itu apa” jawab Euis perlahan.
“Belum berangkat Man…” teriak Mak dari depan rumah yang sedang berjalan ke arah dapur.
“Nanti Akang cari tahu, sudah ada Mak…” jawabku.
“Iyah semoga saja dan amin obrolan kita ini salah yah Kang” ucap Euis kemudian berdiri dan kembali ke tungku yang sedang menyala, untuk melanjutkan masak.
“Yeh bukanya jawab Mak teriak tuh…” ucap Mak sambil masuk ke dalam dapur dengan membawa banyak daun singkong.
“Maman tanggung makan, ini baru selesai Mak” jawabku, sambil menunjukan tangan bekas makan yang beruntungnya barusan ketika bicara dengan Euis belum sempat aku cuci, hal ini membuatku sedikit lega setidaknya Mak tidak akan curiga.
Selesai makan dan menghabiskan beberapa batang
rokok tembakau aku pamit untuk menuju sawah, dan obrolan dengan Euis pagi ini sudah cukup membuatku lega.
“Berarti memang ada sesuatu yang Abah dan Mak sembunyikan dari aku, apalagi kejadian itu apa” ucapku sambil berjalan menuju sawah.
Sepanjang hari dengan aktivitas kerja
yang cukup melelahkan tetap saja pikiran “Kejadian” itu membuatku sangat penasaran, bahkan tidak jarang beberapa orang di sawah yang bekerja denganku mengejek aku kalau aku hari ini banyak melamun karena memikirkan pernikahan padahal kenyataannya yang aku pikirkan sama sekali
tidak jelas.
Sampai sore tiba dengan waktu yang berputar terasa lambat karena saking lelahnya, aku pulang dengan keadaan badan yang cukup tidak biasanya, padahal pekerjaan barusan bukan yang pertama kali aku lakukan dan sudah sering.
“Pikiran mungkin… mana malam ini sudah -
- jadwal ronda lagi…” ucapku sambil berjalan menuju rumah.
Sesampainya di rumah sore ini Abah juga terlihat sedang duduk dari kejauhan di teras depan, sambil merokok di temani Euis dan Mak.
“Ada lagi Man perempuan itu… katanya Mak pas Abah sakit kemarin liat perempuan”
ucap Abah ketika aku baru saja duduk di dekat Abah.
“Gak tau Bah, lagian Maman sudah lupa Bah” jawabku, sementara Euis langsung berdiri dari duduknya.
“Lagian aneh-aneh segala liat perempuan begitu, yang jelas-jelas saja Man” sahut Mak.
“Itukan jelas Maman lihatnya dua kali juga-
- Mak, sudah tidak perlu dibahas lagian nggak pernah lihat lagi” jawabku.
“Iyah sudah, alhamdulillah kalau begitu yah Bah” ucap Mak.
Ketika aku melihat ke arah wajah Mak dan Abah sepertinya ada yang salah dengan apa yang Mak ucapkan, karena dari kerutan wajah Abah sudah cukup
menggambarkan teguran pada Mak.
“Tuh minum dulu… kasian keliatanya capek Man” ucap Abah, yang melihat Euis membawa segelas air putih.
Aku yang mendengar perhatian Abah cukup heran apalagi aku sadar ucapan Abah hanya mengalihkan perhatianku saja saat ini.
Tanpa menjawab aku langsung minum sampai habis air minum dalam gelas dan langsung berdiri.
“Maman mandi duluan, malam ini jadwal meronda juga” ucapku yang memang sudah gerah dan mulai tidak nyaman pada sikap Mak dan Abah saat ini.
Bahkan tidak biasanya selesai Mandi dan selesai
waktu magrib dengan membawa obor yang sudah menyala aku pamit kepada Mak untuk berkunjung ke rumah Abdul malam ini.
“Engga capek emangnya Man?” tanya Mak yang sedang menemani Abah makan sepulang dari masjid.
“Sambil istirahat di rumah Abdul lagian sudah lama engga-
- main kesana Mak…” ucapku sambil berjalan, karena obor sudah menyala.
Tidak lama berjalan, karena jarak rumah Abdul dan aku tidak terlalu jauh sudah sampailah aku didepan rumah Abdul yang ternyata sedang ramai banyak orang. Setelah mengucapkan salam,
istri Abdul segera memanggil Abdul.
“Tumben sekali ini sahabat aku sudah mau berkunjung kesini… lagi ada mertua mau pada menginap, ngopi di pos saja yuk…” ucap Abdul.
“Belum isya Dul malu…” ucapku.
“Tidak apa-apa biar aku saja yang malu, Maman jangan” ucap Abdul sambil tertawa
“Yasudah bawa kopinya seduh disana saja” ucapku.
Setelah Abdul masuk ke dalam rumah, bahkan obor belum aku matikan karena akan langsung berjalan ke pos ronda, Abdul sudah keluar dengan membawa kopi dan obor yang didekatkan pada oborku, agar obornya cepat menyala.
“Gimana ada hasilnya Man?” tanya Abdul sambil berjalan.
“Begitulah Man, beresin sawah yang siap panen saja, biasanya dibayarnya nantikan pas selsai panen…” jawabku.
“Bercanda! Malah becanda orang tanya apa di jawab apa… bukan itu Maman, ngobrol sama Abah gimana” ucap Abdul
sedikit kesal.
“Ha-ha-ha maaf sih Dul lagian nanya engga jelas, nantilah cerita di pos” jawabku, yang tidak lama akan sampai ke pos ronda.
Abdul langsung saja menyalakan api di tungku yang terbuat dari tanah, apalagi kayu-kayu kering sudah tersedia mungkin bekas malam kemarin
yang meronda.
“Jadi gimana Man?” tanya Abdul masih sangat penasaran.
“Sudah aku coba saran dari kamu Dul, tapi tetap saja, Abah menolak bicara panjang, jawabanya singkat…” ucapku langsung berhenti menahan dan masih berpikir apa semuanya aku ceritakan kepada Abdul.
“Kamu kira aku ini orang baru kenal, kalau tidak mau cerita jangan ngomong setengah-setengah aneh!” jawab Abdul kesal.
“Iyah mungkin belum waktunya saja Dul, lagian Abah sudah sembuh dan semuanya kembali baik-baik saja sekarang” ucapku perlahan.
“Itu sih yang penting baik-baik saja, apalagi bisa jadi sangkaan kita salahkan… mengaitkannya dengan kebun tebu itu” ucap Abdul.
Aku hanya mengangguk saja dan setuju dengan ucapan Abdul apalagi tidak lama bedug isya terdengar, sementara beruntungnya jalan menuju masjid tidak
melewati pos ronda, yang artinya tidak akan malu terlihat orang yang melewat malam ini.
Sebelum Hamdi dan Deden datang aku sudah mengobrol dengan Adbul banyak hal, ini membuatku cukup tenang, apalagi sebelumnya pikiranku tentang bagaimana obrolan dengan Kang Darma pagi tadi dan
salah bicaranya Mak ketika sore didepan Abah, cukup menjadi beban penasaran semakin aku abaikan penasaran itu semakin ada dan diam.
Sekitar jam 8 malam ini Hamdi dan Deden baru tiba ke pos ronda dan tidak menyangka kalau aku dan Abdul sudah berada duluan disini,
berkali-kali Hamdi mengucapkan terimakasih karena seperti biasanya Bapaknya Hamdi cukup puas dengan pekerjaanku minggu kemarin.
Tidak terhitung lagi berapa gelas kopi yang aku minum dan berapa banyak singkong bakar yang dibawa oleh Deden masuk ke dalam perutku malam ini.
“Tuh Abah sudah pergi lagi Man, ke kebun paling yah” ucap Abdul.
Sontak membuat Hamdi dan Deden juga melihat ke arah dimana Abah sedang berjalan sendirian menggunakan obor dan membawa senter yang di kalungkan ke lehernya.
“Harusnya kamu sudah gantiin Abah Man, kasian sudah tua begitu” sahut Deden.
“Serem Den ah, Bah Ajan sama Bah Warman kayaknya udah kuncen banget di kebun itukan, mana mungkin Maman berani” jawab Hamdi.
“Iyah bener juga Di, lagian Abah tidak pernah menyuruhku juga” jawabku
sambil merebahkan badan diatas samak pos ronda.
“Sebentar lagi aku sama Hamdi keliling deh, udah tiduran dulu aja santai, masih jam 9 juga” Sahut Deden.
Aku tidak menjawab sama sekali, apalagi lelahnya seharian di sawah, ditambah keadaan perut yang kenyang, beberapa kali mataku
melemah dengan sendirinya.
“Sudah tidur dulu saja Man, kasian cape pasti” ucap Abdul.
Sarung yang sebelumnya menyampai di bagian bahu, aku gunakan untuk menutup badan dan bagian kaki, sambil mengikuti mata yang sangat lelah malam ini. Terdengar suara Hamdi dan Deden yang pamit
duluan berkeliling pada Adbul, ketika mereka pergi Abdul langsung menjatuhkan badanya disampingku.
“Man… Man… bagun sudah jam 11 ini”
Langsung saja aku terbangun karena guncangan tenaga Adbul cukup kencang menghampiri badanku saat ini.
“Mendingan pulang Man, aku lihat barusan-
- pas keliling Abah kamu pulang dengan wajah yang pucat kayaknya sakit…” ucap Abdul.
“Iyah Man barusan aku lihat juga jalannya pelan sekali” sahut Hamdi.
“Dimana lihat abah Dul?” tanyaku perlahan.
“Disana papasan pas keliling, mau bangunin kamu kasihan tidurnya lelap banget, -
- cuman pas aku tanya hanya senyum saja, mukanya pucet banget malah…” ucap Abdul menjelaskan.
“Tuh kayaknya Euis Man…” sahut Deden.
Aku yang masih mengantuk langsung duduk, dan dari kejauhan Euis terlihat sedang berjalan terburu-buru namun bukan dari arah rumah.
“Kang… Abah…” ucap Euis menahan tangisannya.
Segera aku bangun dan langsung dengan cepat membawa obor.
“Sudah kenapa jangan nangis ayo pulang…” ucapku sambil mengambil obor yang Euis pegang.
Abdul, Hamdi dan Deden hanya diam saja, bahkan tidak sempat pamit aku langsung
berjalan bareng dengan Euis.
“Kenapa Abah?” tanyaku dengan berjalan cepat.
“Kerasukan, barusan Euis sudah bilang Bah Ajan ke rumahnya, sekarang juga ada orang pintar di rumah…” ucap Euis perlahan.
“Emang Abah udah lama pulang?” tanyaku.
“Ada 30 menit yang lalu, awalnya -
- di kerokin sama Mak, namun setelah itu malah mencekik lehernya sendiri Kang, takut…” ucap Euis.
Aku tidak lagi bertanya kepada Euis, dari kejauhan terlihat rumah benar-benar terang dengan cahaya lampu semprong yang di nyalakan satu di luar dan sisanya didalam rumah.
“Mak…” ucapku.
“Sudah diam dulu, Bah Ajan dan Si Kakek lagi didalam dulu” jawab Mak terlihat sangat khawatir.
Satu kali erangan yang sangat kencang dan satu kali ketawa yang sama kencangnya cukup membuat malam ini menjadi mencekam, apalagi karena rumah panggung beberapa kali
suara gebrakan dari suara kayu kembali terdengar berkali-kali.
“Mak… awalnya kenapa ini?” tanyaku perlahan.
Mak sama sekali tidak menjawab hanya mengelengkan kepalanya berkali-kali saja, sementara Euis hanya memegang tangan Mak dengan sangat erat. Bahkan aku masih percaya
dan tidak percaya kondisinya kenapa menjadi seperti ini.
Dengan perasaan yang sangat cemas, dan pikiran yang kemana-mana tidak jelas, bahkan aku perlahan membenarkan bahwa kebun tebu itu ada kaitanya sejak malam ini.
Perlahan suara decitan kayu yang terinjak di dalam rumah
mengeluarkan suara yang artinya Bah Ajan dan Si Kakek tua mulai berjalan keluar, begitu juga dengan pintu rumah yang perlahan terbuka.
“Sudah sulit ini Ajan… tinggal menunggu waktunya saja… kalau sempat sadar, kasih tahu Warman ini, -
-untuk segera meminta maaf atas dosa lamanya…” ucap Si Kakek tua yang berdiri didekat pintu.

Bersambung

***

Segala kejadian yang perlahan datang, sosok perempuan yang membuat hatinya begetar seorang Maman “Si Bujang Lapuk” bisa saja adalah pertanda, yang berkaitan
dengan malam dimana Bah Warman dalam keadaan sakit, setelah kepulangan dari kebun tebu.
Maman perlahan harus dipaksa percaya dengan cerita melegenda soal kebun tebu, namun pertanyaan besar yang ada didalam kepala Maman sama sekali mempersulit pikiranya sendiri,
apakah akhir bagian II penjaga kebun tebu ini akan menjadi awal yang menyeret paksa Maman berurusan dengan kebun tebu tesebut? Sampai berjumpa di bagian 3 – Penjaga Kebun Tebu, Sebuah Kisah Warisan Pekerjaan, akan terus berlanjut!
Ini link Bagian III bisa teman-teman klik, dan membacanya duluan.
karyakarsa.com/qwertyping/pen…
Bagian IV sudah bisa teman-teman baca duluan, Klik link di bawah.

karyakarsa.com/qwertyping/pen…
Bagian V juga sudah bisa teman-teman baca duluan, karena cerita masih berlanjut.

karyakarsa.com/qwertyping/pen…
Dan untuk memberikan support/ TIP yang bagi saya sangat berharga sekali, teman-teman bisa klik link yang dibawah ini juga.

karyakarsa.com/qwertyping
Kita akan berjumpa lagi sesuai informasi di bawah ini, silakan untuk meninggalkan retweet, love dan replynya teman-teman, agar mempermudah nanti membaca kembali di Bagian 3! Sampai berjuma tanggal 3 February.

“Typing to give you a horror thread! You give me support!” Image
PENJAGA KEBUN TEBU

Sebuah kisah warisan pekerjaan
Tahun 1988-an

Bagian III

"Sebelum tubuh ini utuh, sebelum penasaran ini selesai, dan sebelum dendam ini tuntas, ini adalah tempatku."

@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Image
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta BAGIAN III - WARISAN PEKERJAAN

“Pikiran dengan segala ketakutan yang ada perlahan benar-benar menghampiri, ini adalah warisan pekerjaan yang aku sendiri tidak tahu sebenarnya apa yang sudah terjadi.”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Perlahan suara decitan kayu yang terinjak di dalam rumah mengeluarkan suara yang artinya Bah Ajan dan Si Kakek tua mulai berjalan keluar, begitu juga dengan pintu rumah yang perlahan terbuka.
“Sudah sulit ini Ajan… tinggal menunggu waktunya saja… kalau sempat sadar, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - kasih tahu Warman ini, untuk segera meminta maaf atas dosa lamanya…” ucap Si Kakek tua yang berdiri didekat pintu.
Aku benar-benar kaget dengan ucapan Kakek tua itu yang terdengar jelas oleh Mak dan juga Euis, apalagi Bah Ajan yang seolah tidak percaya ucapan itu keluar dari
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta mulut Kakek tua.
“Apakah tidak ada cara lain Ki?” tanya Bah Ajan perlahan dengan sangat tenang
Kakek tua itu hanya menggelengkan kepalanya, sambil mengeluarkan rokok kretek dan langsung di bakarnya, sementara aku masih tidak mengerti dengan dosa lama yang di maksud oleh Kakek tua
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Gimana sekarang kondisi Abah Ki?” sahut Mak yang sangat khawatir.
“Sudah baik-baik saja, tidak akan kerasukan seperti tadi lagi… sisanya Aki tidak bisa bantuk Mak Idah…” jawab Kakek tua sambil perlahan duduk di sebelahku.
Sementara aku dan Euis hanya bisa diam tanpa
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta keluar satu katapun, apalagi pikiranku sekarang masih kaget dengan ucapan Kakek tua itu. Bah Ajan hanya mengangguk saja, walaupun dari gestur tubuhnya tidak sama sekali membuatku curiga.
“Harusnya Bah Ajan orang yang paling hapal apa sebenarnya yang terjadi” ucapku dalam hati.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Ini anak lelakinya Jan?” tanya Kakek tua, sambil mengusap rambut belakangku dengan perlahan.
“Iyah Ki, Maman namanya” jawab Bah Ajan.
Kakek tua yang punya perawakan tinggi dengan rambut yang panjang, menggunakan baju hitam dan celana hitam ini, aku kira-kira umurnya jauh
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta lebih tua dari Abah, namun dari tatapannya melihatku seperti ada rasa iba yang diberikan.
“Yang sabar yah Man…” ucap Kakek tua, kemudian melepaskan usapanya.
“Iyah Ki…” jawabku perlahan.
Mak dan Euis benar-benar menunjukan rasa khawatirnya, apa lagi Euis langsung berdiri
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan berjalan ke dalam rumah, sementara tidak lama Bah Ajan dan Kakek tua yang belum aku tahu namanya itu pamit.
“Mak Idah, nanti besok pagi atau siang saya berkunjung lagi kesini” ucap Bah Ajan sambil pamit.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Tidak lama sudah terlihat Bah Ajan dan Kakek tua itu berjalan semakin menjauh dari rumah, dengan cahaya baterai yang dipegang oleh Bah Ajan. Sementara aku masih saja duduk mematung di teras dengan Mak yang belum sama sekali beranjak dari duduknya malam ini.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Siapa Mak kakek barusan?” tanyaku perlahan, sambil mengeluarkan tembakau dan kertas papir yang tidak lupa aku bawa sebelumnya di pos ronda.
“Ki Badar… orang yang selalu membantu Bah Ajan dan Abah kamu sejak lama Man kalau ada urusan dengan hal-hal gaib” ucap Mak
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta perlahan berdiri dan berjalan perlahan masuk ke dalam rumah.
Aku tidak menjawab lagi, apalagi Mak seperti tahu akan banyak pertanyaan yang keluar dari mulutku, Mak memilih menghindar dan hal itu benar-benar aku rasakan malam ini.
Hanya ucapan “Sulit” dan “Menunggu Waktu” yang
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sekarang aku terus ingat yang sebelumnya Ki Badar ucapkan, dan hal itu semakin membuatku benar-benar menyangkutkannya dengan kebun tebu, apalagi obrolan pagi dengan Kang Darma suaminya Euis menambah keyakinanku bahwa ada sesuatu yang tidak aku ketahui.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Setelah menghabiskan beberapa batang rokok, dan baru saja akan masuk ke dalam rumah, terlihat dari kejauhan Adbul berjalan dengan sangat cepat menuju dimana aku sedang duduk, sambil membawa obor di tangannya.
“Man… gimana?” ucap Adbul,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sambil mengatur nafasnya yang masih belum tenang.
“Udah Dul, udah aman… tuh Abah sudah didalam…” jawabku perlahan.
“Beneran Man? Sumpah baru pertama liat Bah Warman pucet banget aku ini, malah jalan nya maaf Man udah lemes banget, terus baunya…” ucap Abdul perlahan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Bau gimana?” tanyaku kaget.
“Bau minyak mayat Man...” jawab Adbul perlahan.
“Alah suka becanda lagi begini juga kamu ini Dul, kayak tahu betul saja minyak mayat kaya gimana” ucapku, sambil menepuk pundaknya.
“Minyak yang suka di pakai buat mayat Man maksudnya… Engga mungkin -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - dong aku buru-buru kesini ninggalin dulu si Deden dan si Hamdi di pos ah, saking khawatirnya dan merasa aneh, aku ini Man…” jawab Abdul menjelaskan.
“Iyah sudah, tuh lihat saja Abah sudah kembali tiduran di dalam” ucapku.
“Iyah sih, aku tutup saja yah pintunya -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - sambil ngeliat Abah…” jawab Abdul sambil kembali berdiri.
Aku hanya mengangguk saja dan mempertanyakan kebenaran dengan hal sudah Abdul katakan, apalagi memang Abdul melihat langsung kondisi Abah karena berpapasan ketika berkeliling ronda,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sebelum Euis menjemputku dan memberitahu kondisi Abah.
“Parah sih Man... kok bisa yah aku sampai begini jarang-jarang padahal…” ucap Abdul kembali duduk setelah terdengar suara pintu tertutup dengan perlahan.
“Parah apa lagi sih Dul…” tanyaku.
“Nih liat, sampai begini padahal-
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - hanya liat Abah lagi tidur saja, Mak sama Euis lagi rapihin selimutnya” jawab Abdul sambil menunjukan bulu pundak dan lenganya yang berdiri.
“Lah iyah Dul, tumben…” jawabku, yang semakin heran dengan apa yang aku lihat.
“Makanya Maman aku sampai buru-buru kesini pengen -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -mastiin Bah Warman gimana, apalagi Euis kan panik banget pas jemput ke pos ah…” ucap Abdul perlahan.
Harusnya aku bisa membenarkan semua ucapan Abdul dari Abah yang pucat keadaanya dan mengeluarkan bau minyak mayat sesuai yang Abdul lihat, namun tidak tahu kenapa hal itu belum
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta bisa aku benarkan saat ini, apalagi aku masih dibuat bingung dengan maksud dan ucapan Ki Badar.
Abdul hanya menghabiskan satu batang rokok kreteknya malam ini menemani aku yang sama sekali tidak keluar lagi obrolan dengan Abdul.
“Sudah jangan menjadikan beban Man, kesempatan -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - buat jaga dan merawat Abah yang sedang begitu… jangan jadi melamun ah” ucap Abdul, sambil mematikan rokoknya di atas tanah kemudian Abdul injak.
“iyah bener juga Dul… sudah sana ke Pos lagi, bilang sama Deden dan Hamdi aku tidak kembali dulu ke pos yah Dul…” ucapku perlahan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Tenang mereka paham, ada apa-apa cerita sama aku Man” jawab Abdul sambil kembali menyalakan obor dan bergegas meninggalkan aku yang masih saja duduk di teras depan rumah.
“Man masuk… Mak kunci yah, jalan dapur saja” ucap Mak sambil mengunci pintu depan.
“Iyah Mak…” jawabku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta langsung berdiri ketika mendengar suara slot kunci.
“Huh… kenapa jadi begini…” ucapku sambil berjalan ke arah dapur dengan membawa obor dan plastik tembakau.
Ketika pintu dapur sudah terbuka, karena sebelumnya juga sudah menyimpan obor di tempat biasanya
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta kembali aku menutup pintu dan menguncinya dalam dalam.
“Euis di kamar mandi tumben enggak bawa lampu semprong…” ucapku karena mendengar suara air yang tersiram berkali-kali, ke lantai bambu yang menjadi lantai kamar mandi, yang otomatis menghasilkan suara yang jelas aku dengar.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Karena Euis sedang di kamar Mandi, segera aku buka kembali slot kunci dan segera meminum air yang tersedia di atas meja.
“Kang Euis dan Mak tidak masak apa-apa lagi” ucap Euis yang berdiri di dekat pintu rumah panggung yang terhubung dengan dapur lantai tanah, melihat ke arahku.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Iyah Euis tidak apa-apa akang sudah kenyang juga” jawabku perlahan dengan sangat kaget.
“Yang di kamar Mandi tidak mungkin Mak…” ucapku, dengan cepat membuka pintu dapur dan mengeluarkan korek api lalu menyalakan obor.
“Kang kenapa…” ucap Euis.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Segera aku berjalan dengan pelan ke arah kamar mandi, dengan detak jantung yang semakin tidak tenang.
“Siapa di dalam…” teriakku, sambil mengarahkan obor yang mengeluarkan cahaya ke arah kamar mandi.
Bahkan tidak ada sama sekali bayangan yang menunjukan sebelumnya
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ada manusia didalam kamar mandi.
“Kang kang Mak didalam tidak mungkin juga ada orang didalam aneh-aneh saja” ucap Euis yang aku lihat sedang berdiri di dekat pintu dapur.
Tanpa aku jawab, perlahan aku mendekat ke arah pintu kamar Mandi memperhatikan sekitar, dan benar saja
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta bambu-bambu yang menjadi lantai sudah basah, yang seharusnya kering jika tidak ada yang menumpahkan air kamar mandi. Yang artinya suara yang aku dengar dari dalam dapur memang benar adanya.
“Bener-bener aneh” ucapku, kemudian berjongkok dan memastikan dengan menyentuh bambu
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang sudah basah.
“Ada… ada dibelakangku…” ucapku, melihat bayangan lain akibat cahaya dari obor. Bayangan setengah badan dari samping itu aku pastikan benar-benar ada dibelakangku.
“Ada apa sih Kang…” Ucap Euis yang membuatku benar-benar kaget.
“Eh engga Euis, ayo masuk”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ucapku sambil memperhatikan di belakang Euis dan memastikan bayangan tubuh Euis dengan bayangan yang barusan aku lihat benar-benar beda sekali.
“Akang ini, Abah lagi sakit Kang jangan aneh-aneh dulu” jawab Euis sambil mengunci pintu, setelah aku mematikan obor
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan menyimpan kembali di tempatnya.
“Engga kok, penasaran aja barusan denger suara air di kamar mandi Akang kira itu Euis…” ucapku sambil duduk di kursi dapur.
“Pas Abah pulang duduk disitu di tempat Akang juga aneh Kang dengan wajah yang pucat dan bau minyak mayat… -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - sebelum kerasukan yang bikin Euis dan Mak bener-bener ketakutan” jawab Euis perlahan.
“Serius?” tanyaku benar-benar kaget.
“Serius Kang jangan keras-keras Mak sudah tidur, takutnya malah bangun…” jawab Euis pelan.
Sekarang aku benar-benar membenarkan perkataan Abdul dan Euis
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta karena bukan dari satu orang tentang hal yang sama masuk ke dalam telingaku malam ini tentang Abah.
“Kang… jangan malah jadi melamun… Akang pagi tadi sama suami Euis sudah ngobrolkan? Apa bisa benar kang? Ucapan Ki Bahar itu ada kaitanya dengan kebun tebu?” ucap Euis.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Benar kata Euis bisa jadi… cuman kenapa dan ada apa dengan Abah itu saja Euis…” jawabku.
“Iyah sih, mana kerasukan Abah cuman ketawa-ketawa saja sambil mencakar-cakar badanya Kang… ah sudahlah Kang yang penting Abah sembuh dulu saja… pusing jadinya” ucap Euis
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sambil berdiri dan berjalan masuk ke kamar.
“Iyah sudah jangan dulu mikir kemana-mana Euis, nanti Akang saja yang matikan lampu biarin…” ucapku, yang minum terlebih dahulu untuk menenangkan diri dari kejadian malam ini, walaupun keadaanku berbalik dengan hal yang aku ucapkan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta kepada Euis barusan.
Segera aku masuk dan berjalan pelan ke arah Abah yang di sampingnya Mak sudah tertidur, aku hanya memperhatikan Abah sambil berdiri di dekat lampu semprong yang akan segera aku matikan. Wajah Abah penuh keringat,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta terlihat dari tidurnya benar-benar tidak tenang dan nafasnya sesekali sangat berat dan sulit.
Setelah ketidaktegaan melihat Abah perlahan cahaya kuning di ruangan tengah semakin redup berbarengan dengan putaran lampu semprongan yang aku matikan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Dalam terbaringnya badanku diatas kasur kamar, aku masih tidak percaya dengan keadaan secepat ini yang aku alami, segala keanehan yang datang dan sakitnya kembali Abah semakin kuat arah pikiranku pada kebun tebu, setelah semuanya masuk dalam telingaku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan keadaan benar-benar mengaminkan yang terjadi.
“Harunsya besok Bah Ajan bisa menjelaskan kepadaku…” ucapku sambil memejamkan mata malam ini.

***

“Kang bangun… jagain dulu Abah, Euis sama Mak mau ke warung…” ucap Euis yang terdengar olehku,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta apalagi Euis sambil menepuk badanku cukup keras.
“Iyah Euis… udah mendingan Abah?” tanyaku sambil berusaha bangun.
“Pagi sudah masuk makan Kang, sekarang begitu lagi tapi masih banyak keringatnya sama meriang lagi” ucap Euis sambil berdiri karena Mak sudah berteriak memanggilnya
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Setelah Euis keluar dari Kamarku, segera dengan perlahan aku berjalan ke arah dapur untuk mengambil air minum, dan kembali ke dalam rumah, sekarang sudah duduk di dekat pintu yang sebelumnya aku buka.
“Untungnya hari ini tidak ada janji ke sawah atau ke kebun” ucapku yang masih
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta mengantuk sambil minum, kemudian mengambil tembakau di dalam kamar.
“Man… Maman…” ucap Abah dengan matanya yang terbuka setengahnya.
“Iyah Bah ini Maman, sebentar…” jawabku sambil berjalan ke arah Abah.
“Maafin Abah yah…” ucap Abah
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sambil menteskan air matanya yang sangat tiba-tiba.
“Kenapa Bah, segala minta maaf sama Maman… Mak sama Euis lagi ke warung dulu beli obat” jawabku.
“Iyah Abah tahu dan dengar tadi juga, maafkan Abah kiranya…” ucap Abah dengan perlahan dan pelan, tiba-tiba terhenti.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Segera dengan sadar dan kembali ingat ucapan Abdul tentang membuka obrolan dengan Abah.
“Sudah Bah, yang penting Abah sembuh dulu, Abah kira apa barusan? Mau ngomong apa? Tidak apa-apa Maman sudah dewasa Bah… jangan ada yang dipendam katakan saja…” ucapku sambil memijat
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta lengan Abah di luar selimut.
Abah bahkan tidak berkata lagi, nafasnya hanya semakin tidak tenang dan Abah berusaha mengatur keadaan dirinya secara perlahan.
“Ya sudah jangan dipaksakan Bah, memang tidak mudah, lagian kita sebelumnya juga tidak pernah begini, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - dekat hanya beberapa hari kebelakang saja” ucapku, mulai melepaskan tangan dari lengan Abah kemudian berdiri dan berjalan ke tempat semula di dekat pintu depan.
Terlihat mata Abah hanya menatap kosong ke arah atap yang terbuat dari bilik bahkan hanya sesekali
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta mengedipkan matanya, sepertinya ada hal berat yang sedang Abah pikirkan, entah itu yang sesuai dengan ucapan Ki Badar, atau pikiran tentang sakitnya.
Sedang berusaha menenangkan diri sepagi ini, aku melihat Mak dan Euis sedang berjalan mendekat ke arah rumah dari kejauhan,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dengan membawa belanjaan. Sementara lintingan tembakau yang sakarnya aku buang ke selah-selah bambu yang menjadi teras depan menjadi aktivitas bodohku pagi ini karena pikiranku sendiri.
“Belum mungkin bah waktunya abah bilang apapun juga” ucapku sambil beranjak melewati Abah
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang masih terbuka matanya, bahkan hanya melihatku saja.
“Mak dan Euis sudah datang, Maman mau mandi Bah” ucapku sambil melihat ke arah wajah Abah, yang tidak aku ketahui sejak kapan air matanya sudah membasahi pipinya.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Karena aku merasa tidak enak hati dan merasa bersalah walaupun tidak ada hal yang aku lakukan aku dengan cepat turun dari rumah panggung dan mengambil handuk setelah sebelumnya memakai sandal.
“Apa belum cukup semua ini, rasanya kepalaku mau meledak mikirin hal-hal aneh -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - seperti ini” ucapku, yang kembali segala kejadian yang datang termasuk dua kejadian semalam.
“Di suruh jagain Abah, malah pintu depan di buka lagi Man, Maman kamu ini” ucap Mak yang berpapasan denganku ketika aku keluar dari dapur.
“Abahnya juga bangun” jawabku.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Ngobrol kamu sama Abah?” tanya Mak.
“Jangankan lagi sakit, lagi sehat juga kapan aku ngobrol sama Abah, aneh-aneh saja Mak ini, nanti aku cari kayu bakar Mak… lagian hari ini tidak ada janji ke sawah sama ke kebun” jawabku sambil berjalan menuju kamar mandi.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Harusnya semalam disini ada…” ucapku, yang kembali ingat betul semalam seperti apa suara air itu, sambil memperagakan dari dalam wadah tempat menyimpan air, aku ambil air menggunakan gayung dan aku buang ke lantai kamar mandi yang beralaskan bambu tua.
“Sama suaranya, masih -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - aku ingat betul… benar-benar sama, apalagi semalam bambunya juga basah tidak mungkin air jatuh bambunya masih kering” ucapku.
Tidak lama selesai mandi dengan masih pikiranku tidak bisa aku ajak kompromi apalagi sikap Abah barusan menambah kecurigaanku terhadap kebun tebu
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta walaupun hanya sekedar tahu dari cerita dan obrolan suami Euis.
Ketika aku berganti pakaian di dalam kamar, terdengar suara Bah Ajan mengucapkan salam, dan langsung di jawab oleh Euis dan Mak, terdengar langkah kaki dari suara decitan kayu, Bah Ajan sudah berada di samping Abah
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang ketika aku lihat sudah kembali terpejam matanya.
“Ke sawah Man?” tanya Bah Ajan.
“Eh Bah, engga hari ini mau cari kayu bakar saja…” jawabku, yang memang persedian kayu untuk memasak Mak dan Euis sudah tinggal sedikit lagi.
“Ambil saja sana di saung kebun tebu, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -sayang udah banyak banget itukan yang ngumpulin Abah kamu ini siain aja setengahnya, lagian tidak lama juga di panen tebu itu” ucap Bah Ajan.
“Lah bukannya itu buat disana Bah? Memang tidak apa-apa” jawabku.
“Banyak soalnya, kalau badan Abah masih kuat dibawain…” ucap Bah Ajan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Yasudah nanti diambil bah kesana” jawabku, sambil berjalan pelan ke arah dapur, terlihat Euis sedang merebus singkong.
“Ini sebentar lagi matang, jangan dulu bikin kopi tunggu didepan sekalian Euis buatin Kang…” ucap Euis.
Karena hari ini aku hanya akan membawa kayu sesuai
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta saran dai Bah Ajan aku sama sekali tidak membawa golok ataupun cangkul yang menjadi alat-alat andalanku bekerja.
Segera aku berjalan ke teras depan melalui samping rumah terlihat Mak dan Bah Ajan sedang memijat badan Abah yang masih terbaring begitu saja dan terlihat sedang
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta membicarakan hal sangat serius.
“Oh minyak itu di oleskan lagi” ucapku melihat Mak sedang mengoleskanya kebagian pundak Abah, ketika aku baru saja duduk di teras depan menunggu singkong rebus dan kopi.
Melihat aku yang sedang duduk didepan, Bah Ajan langsung menghampiriku dan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta duduk disebelahku yang sedang melinting tembakau.
“Boleh coba Man, Abah ketinggalan rokoknya” ucap Bah Ajan.
“Boleh bah silahkan, cuman takutnya engga enak Bah” jawabku, sambil terus melinting dengan lihai.
“Ucapan Ki Badar semalam jangan terlalu didengarkan… bisa saja salah -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - dan berbohong, lagian ya sudahlah emang Abah sudah tua juga Man, wajar…” ucap Bah Ajan.
Sementara aku langsung ingat ucapan Mak semalam, kalau Ki Badar sejak lama yang membantu Bah Ajan dan Abah sejak lama, bagaimana bisa Bah Ajan mengucapkan hal itu barusan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Dan aku bisa menyimpulkan dengan perlahan seperti apa orangnya Bah Ajan ini.
“Iyah Bah, mudah-mudahan saja cepat sembuh seperti kemarin…” jawabku sambil menunggu apa yang akan Bah Ajan ucapkan sebelumnya.
Padahal dari semalam sudah ada niatanku untuk bicara dengan serius
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta kepada Bah Ajan mengenai kerasukannya Abah dan segala hal aneh yang aku alami, namun setelah mengetahui dari ucapan Bah Ajan aku urungkan dan sepertinya keadaan pagi ini dengan angin yang cukup dingin memberikan satu keadaan yang mendukungku.
“Iyah buktinya kemarin Ki Badar -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - yang nyebuhin Bah Warman masa semalam bicara seperti itu sudahlah jangan dipikirkan Man… kalau malam Abah tidak bisa ke kebun Maman mau gantiin dulu sebelum Abah sembuh, nanti ditemenin” ucap Bah Ajan.
Benar saja perlahan Bah Ajan dengan sendirinya yang membuka informasi dan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta secara tidak langsung membuka perlahan dirinya yang sebenarnya, yang sama sekali sebelumnya aku tidak mengetahui dan baru sekarang bisa bicara seperti ini. Walaupun julukan aku “Si Bujang Lapuk” namun aku tidak sangatlah bodoh.
“Bisa Bah siap… lagian tidak enak masa Bah Ajan -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - yang gantiin Abah” ucapku tanpa berpikir lama lagi, apalagi aku sangat benar-benar penasaran dengan kebun tebu yang sebenarnya, setelah perlahan dorongan keinginan itu banyaknya kejadian yang datang juga pikiranku sendiri yang melahirkan penasaran itu, dan keadaanya juga tepat
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sekali kondisi Abah tidak mungkin sembuh malam ini juga.
“Nanti juga Abah kesana Man, nemenin tenang saja” ucap Bah Ajan.
“Ini Bah, sambil ngopi maaf hanya singkong rebus” ucap Euis yang kemudian Mak duduk disebelahku.
“Bah sepertinya mendingan, udah minyak itu di oleskan -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - kenapa semalam bisa lupa yah” sahut Mak perlahan.
“Sama Mak Idah… malah ingatnya subuh pulang dari masjid Abah juga” jawab Bah Ajan.
Sementara Bah Ajan langsung menjelaskan kesiapanku menggantikan Abah malam ini berjaga di kebun tebu, walaupun Mak merespon ucapan Bah Ajan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dengan wajah yang kaget dan seolah tidak percaya, selihai apapun Mak menyembunyikan wajah khawatirnya sama sekali tidak membuatku menarik ucapan atas kesilapanku menggantikan Abah selama sakit, dan Euis juga terlihat sangat kaget, namun tetap saja aku bersikap biasa saja.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Ya lagian Mak kalau bukan Maman siapa lagi, anak laki-lakinya Abah hanya Maman lagian sekedar menjaga disana kan Bah? Seperti Bah Warman biasanya” ucapku.
Dan tentu saja ucapanku membuat Mak sedikit terkejut, sambil menggelengkan kepalanya yang aku tidak mengerti
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta maksud dari yang Mak lakukan itu.
“Iyah Man, kalau menuju panen apalagi dua bulan lagi bukan takut sama orang tapi sama hama saja, Abah kan suka agak siangan kesana ngecek, nah Maman malamnya” jawab Bah Ajan memberikan penjelasan yang baru kali ini masuk dalam akal
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan pikiranku yang pasti terdengar jelas oleh Mak dan Euis.
Setelah ucapan itu segera aku pamit pada Bah Ajan untuk mengambil kayu bakar di saung kebun tebu, apalagi pagi dengan mataharinya mulai muncul, sementara Mak, Euis dan Bah Ajan masih saja duduk di teras.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Sambil berjalan perlahan menuju arah sebaliknya yang biasanya ke arah sawah dan kebun sekarang aku berjalan ke arah kebun tebu atau ujung kampung ini yang memang menjadi batas ujung. Dari kejauhan Abdul sedang berjalan sambil merokok dengan golok yang terikta di pingganya.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Dul… kemana…” teriakku.
Segera Abdul berjalan dengan cepat ke arahku, yang berhenti sambil mengeluarkan tembakau dan melintingnya dengan cepat.
“Mau nebang pohon bambu Man siang sih, tumben kelihatannya santai banget enggak ke sawah atau ke kebun?” tanya Abdul.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Kebun tebu… ambil kayu bakar, biar tidak bolak balik ayo bantu dulu lah…” jawabku.
“Boleh lagian aku siangan sih, malah emang niatnya mau ke rumah kamu Man ini tuh, ngopi…” ucap Abdul.
“Bisa nanti beres angkut kayu… ayo…” ucapku, sambil menarik lengan Abdul yang takut
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta menarik ucapanya kembali.
Sambil berjalan menuju kebun tebu aku dan Abdul masing-masing-masing menikmati tembakau yang terjepit diantara jari.
“Abah mendingan Man?” tanya Abdul.
“Begitu saja Dul, ada Bah Ajan juga sih di rumah lagi jenguk” jawabku.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Padahal ingin rasanya aku bicara pada Abdul dan membenarkan perkataanya semalam ketika berjumpa dengan Abah, karena cerita dari Euis jugalah yang membenarkan informasi yang Abdul katakan malam itu.
“Nah semalem disini Man aku jumpa dengan Abah papasan, aku arah sama begini -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - Abah baru naik dari jalan sama pelan-pelan banget makanya aku bisa pastika Bah Warman pucat dan bau minyak mayat tuh disini” ucap Abdul menjelaskan, sambil tanganya menunjuk posisi Abah, yang saat ini aku sedang berjalan turun untuk menginjak jalan berbatu menuju kebun tebu
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang biasanya digunakan mobil pengangkut tebu jika waktu panen tebu tiba.
“Iyah sudah, segala bahas itu, ayo biar waktu ngopi kita lama sebelum siang” jawabku, yang sebenarnya bisa sama menanggapi dan bilang cerita Abdul sama dengan yang Euis ceritakan juga, namun tidak tahu
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta kenapa engga dan tidak ada dorongan hal itu aku katakan kepada Abdul.
Perlahan menyusuri jalan sekitar dua puluh menit aku sampai dan sudah menginjak dimana cerita yang melegenda itu selalu terjadi disini, sebuah jembatan kecil sebelum menuju kebun tebu, karena hamparan kebun
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta aku dan Abdul sudah melihatnya dari dekat.
“Ini yah Man…” ucap Abdul perlahan.
“Sudah jangan segala dibahas kan kita dan warga kampung juga tahu ah” jawabku langsung berjalan masuk ke dalam kebun tebu.
Aku dan Abdul sudah berjalan diantara tebu-tebu yang sudah tinggi
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta melebihi tinggi tubuh aku dan Abdul, dengan perlahan semakin dalam sudah terlihat dimana letak saung yang memang jika siang begini terlihat bukan berada di tengah-tengah kebun, lebih dekat ke pembatas kebun.
Sinar matahari pagi ini yang semakin meninggi membuat tebu-tebu yang
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta pernah memberikan kesan menakutkan malam dimana pertama kali aku mengatarkan jaket Abah, benar-benar berbeda ketika pagi seperti ini, layaknya seperti kebun-kebun biasa yang sudah banyak kebun aku injak. Bahkan angin yang menghembus ke arah tebu-tebu memang mengeluarkan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta suara yang sama namun sama sekali tidak semenakutkan malam itu.
“Disini Man kalau malam Abah jaga?” tanya Abdul ketika sampai di saung kebun tebu.
“Kaya belum pernah aja ikut panen tebu” ucapku, sambil melihat dimana tumpukan kayu yang akan aku angkut dengan Abdul.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Belum pernah Man sama sekali, apalagi semenjak cerita itu menyebar ah males…” jawab Abdul.
“Sudah angkat ini segini bisa?” jawabku mengalihkan ucapan Abdul.
“Tambah lagi aja, ini mau dibawa semua Man? Eh Man berarti jalan kesana ke perbatasan hutan yah?” ucap Abdul.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Engga ini disisain setengahnya, Bah Ajan suruhnya begitu, iyah Dul bener, selama kita hidup juga gak pernah yah kesana karena emang mau apa juga, lagian jembatan tadi kan yang menghubungkan kaya lekukan tanah menuju jurang sana Dul setauku sih” jawabku, sambil memisahkan kayu
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang sudah terpotong siap dibakar untuk diangkut oleh Abdul dan aku.
“Iyah pernahlah orang kaya aku engga lahir di kampung ini saja” jawab Abdul.
“Kebayang puluhan tahun Bah Warman disini yah, apa engga serem Man…” ucap Abdul sambil mengangkat kayu
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang sudah aku ikat di pindakanya ke pundaknya.
“Ya enggak tahu Dul ah cerita mah hanya jadi cerita Dul, malam ini juga aku bagian jaga ganti Abah” jawabku.
“Iyah sih bener Man, wah serius Man aduh… sendiri?” tanya Abdul.
“Pasti ditemenin sama Bah Ajan” jawabku sambil berjalan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta setelah kayu bakar yang sama banyaknya dengan Abdul yang sudah berada di atas pundakku.
“Syukurlah siapa tau perempuan itu ada” ucap Abdul bercanda sambil tertawa yang menjadi sikapnya.
“Udah ah kaya yang berani saja bercanda begitu” jawabku sambil terus berjalan dengan Abdul
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta memanggul kayu.
Memang jika pagi seperti ini malah terkesan indah walaupun hutan dan jurang yang menjadi cerita aku belum pernah sama sekali melihatnya, dengan alasan untuk apa kesana sudah tidak ada lagi perkampungan.
Setelah keluar dari kebun tebu dan melewati jembatan yang
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta melegenda dengan cerita perempuan berbaju merah dan perempuan tanpa kepala yang sering menampakan wujudnya aku sudah berjalan kembali di atas jalan berbatu menuju masuk kampung lagi.
“Kadang heran aku juga Man cerita itu bisa saja dipercaya dan diyakini adanya padahal memang -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - kalau tau dan aku yakin banyak warga juga yang tahu jembatan dan kebun tebu itu biasa saja yah” ucap Abdul.
“Tapikan semenjak kita SD dan beberapa warga yang melihat jadinya siapa juga yang mau kesana kalau bukan iseng-iseng atau ada perlu apa begitukan” jawabku memberikan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta penjelasan yang memang seperti itulah kenyataan yang terjadi.
“Bener sih, eh coba Man, mumpung Abah lagi ada di rumah terus ngobrol lagi sudah?” tanya Abdul.
Sementara memang memanggul kayu dengan beban seperti ini sudah menjadi hal yang biasa untuk aku dan Abdul,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta karena memang hampir setiap rumah, kayu yang menjadi bahan bakar utama untuk memasak.
“Lebih dari dua dan bahkan tiga kali aku coba, pagi tadi saja Dul sudah aku coba, susah, biarkan saja dulu supaya sembuh dulu aja Abahnya lah” jawabku yang sudah masuk kembali ke perkampungan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dengan Abdul yang berjalan bersebelahan.
“Iyah juga bener takutnya malah pikiran yah Man” jawab Abdul.
Tidak lama aku sudah hampir sampai karena rumah sudah aku lihat dan sudah tidak terlihat juga Bah Ajan, Mak dan Euis yang sebelumnya duduk didepan teras rumah.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Simpan disini aja Dul biar makin kering dijemur dulu” ucapku yang sudah berada disamping rumah.
Setelah selesai Abdul langsung duduk di teras depan rumah, sementara aku menuju dapur untuk membuatkan kopi, karena terlihat Mak dan Euis sedang mengelap badan Abah.
“Medingan Euis?”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta tanyaku, sambil melihat ke arah Abah dari dapur.
“Belum sih Kang, cuman udah minum obat dan di kasih minyak lagi agak turun sedikit panasnya” jawab Euis.
Tanpa menjawab lagi segera aku kembali ke depan dengan membawa kopi untuk Abdul dan langsung duduk bersantai di dekat Abdul.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Abdul hanya beberapa kali menanyakan keadaan Abah, sampai aku menyuruhnya untuk melihat saja langsung, dan akhirnya Adbul sendiri masuk dan terdengar obrolan dengan Mak juga Euis. Sementara aku masih memikirkan banyak hal yang ada dalam kepalaku tentang sakitnya
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Abah dan kebun tebu.
Sampai tidak terasa dari kembalinya Abdul duduk di sebelahku lagi beberapa puntung rokok sudah berserakan di depan teras dan kopi Abdul tinggal sedikit lagi sudah di minumnya.
“Man nanti kalau perlu teman jaga di kebun tebu ke rumah aja kasih tau yah”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ucap Abdul terlihat jelas merasa khawatir.
“Kenapa memangnya Dul? Tumben” tanyaku.
“Sakit Abah begitu kayanya bakalan lama lihat aja badanya lemas banget” jawab Abdul.
Aku hanya mengangguk saja dan setuju, apalagi Abdul langsung pamit sementara aku masih saja duduk di teras,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sambil menunggu matahari semakin meninggi dan menunggu kayu bakar yang aku jemur.
“Harusnya kalau Mak khawatir denganku yang akan menjaga kebun tebu malam ini, Mak berkata sesuatu tapi ini tidak sama sekali” ucapku dalam hati.
Aku terus saja mengingat semua kejadian semenjak
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta malam dimana Abah sakit pertama kali, dan kejadian-kejadian aneh yang sudah aku rasakan, bahkan ada rasa penasaran bertambah dengan tidak melihatnya perempuan yang sudah kali berjalan melewati rumah di setiap waktu berdekatan dengan magrib itu.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Setelah dirasa siang semakin tiba dan bedug dhuhur aku dengar, aku langsung memasukan kayu yang sebelumnya sudah aku jemur ke dapur, bahkan aku merasa bosan hari ini karena sama sekali tidak ada pekerjaan dan menghabiskan waktu duduk di dapur saja.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Istirahat dulu saja biar malam nanti tidak mengantuk” ucapku, sambil berjalan masuk ke kamar.

***

“Mak jam berapa ini?” ucapku yang baru terbangun dari tidurku.
“Tumben lagian tidur siang, udah sore Man, sana makan dulu” ucap Mak.
Bahkan aku juga tidak percaya aku bisa tidur
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dengan sangat lelap, dan ketika berjalan ke luar kamar Abah sudah terbangun dan sedang makan di suapi oleh Mak, anehnya Abah terlihat kasihan sekali menatap ke arahku, namun tetap saja aku abaikan dan bersikap biasa saja.
Selesai makan dan mandi sore ini, terlihat Euis sedang
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta melipat pakaian yang sudah kering di meja dapur. Sementara Mak tidak sama sekali menyuruhku menjaga Abah ketika Mak terlihat membawa handuk yang berarti akan mandi.
Aku kembali berjalan masuk ke dalam rumah dan akan bilang ke Abah kalau malam ini aku akan jaga di kebun tebu,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta kebetulan Abah sudah duduk diatas kasur, dengan selimut yang masih menempel menutupi badannya.
“Man… Mak dan Euis bilang malam ini mau gantiin Abah jaga” ucap Abah perlahan ketika melihatku mendekat.
“Iyah Bah tidak enak sama Bah Ajan, apalagi katanya hama dan yang lainya -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - menuju panen begitu, Maman juga tidak paham” jawabku sambil duduk disebelah Abah, dan berharap ada obrolan lain.
“Iyah hama lain…” ucap Abah perlahan.
“Maksudnya Bah?” tanyaku.
“Hati-hati, bawa saja alat buat jaga diri kamu… maafkan Abah jadi merepotkan” jawab Abah dengan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta suara yang sangat pelan dan lemas sekali.
“Tidak apa-apa Bah lagian kondisi Abah juga seperti ini, paling nanti Maman malam pinjam baterai Abah saja” jawabku, yang sengaja tidak ingin menanyakan hal lain sebelum Abah sendiri yang bicara, buktinya pagi sebelum obrolan kedua dengan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Abah ini, Abah malah terlihat meneteskan air matanya.
“Iyah bawa saja dan pakai…” ucap Abah yang lagi-lagi tidak meneruskan ucapanya.
Apalagi melihat Mak sudah berjalan masuk ke dalam kamar, untuk berganti pakaian setelah selesai mandi. Sesekali aku mencuri pandang melihat
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ke arah wajah Abah, dan lagi-lagi hal yang sama aku lihat, tatapanya kembali kosong. Membuatku semakin yakin kalau Abah sedang benar-benar memikirkan sesuatu yang ada kaitanya dengan aku anaknya ini.
Setelah waktu sore berganti menuju malam, aku, Mak dan Euis hanya memijat badan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Abah saja, sambil Mak beberapa kali mengoleskan minyak ke beberapa bagian badan Abah. Dan semakin tidak tega aku melihatnya ketika Euis memberinya obat untuk segera Abah minum.
“Maman siap-siap dulu Mak, ini udah isya” ucapku, sambil bagun dan berganti pakain dan tidak lupa
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta memakai jaket satu-satunya yang aku punya juga sarung yang aku sampaikan di bahu.
Setelah di dapur membawa tembakau lengkap dengan korek dan kertas papir yang disatukan di dalam plastik, aku mengikatkan golok ke bagian pinggang.
“Kang ini baterai Abah, kata Abah bawa saja…”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ucap Euis sambil mendekat memberikan baterai.
Karena niatku akan berkunjung terlebih dahulu ke rumah Abdul, aku langsung pamit pada Mak dan Abah, walaupun aku tahu Mak sangat khawatir yang aku tidak tahu alasan khawatir nya apa, malah aku merasa biasa saja walaupun ada sedikit
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ketakutan, namun penasaran dengan berbagai hal yang terjadi dan ingin memastikan semuanya alasan utamaku mengiyakan tawaran Bah Ajan, lagiannya juga tidak bisa menghindar untuk tidak menggantikan Abah.
Tetap saja aku membawa obor, dengan baterai yang talinya menggantung
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta di leherku tertutup oleh jaket aku berjalan perlahan meninggalkan rumah malam ini menuju rumah Abdul terlebih dahulu, karena ada beberapa jam sebelum jam 9 malam yang harus sudah berada di kebun tebu.
“Dul…” teriaku di depan rumah Abdul.
“Man, jadi? Mau ditemenin?” tanya Abdul
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sambil keluar dari rumahnya.
“Temenin ngerokok dulu saja, nanti juga sama Bah Ajan disana Dul” jawabku.
Memang bicara dengan Abdul banyak hal tidak jarang membuatku tertawa keras, hal itulah yang membuat aku sedikit menyingkirkan apapun yang ada dalam pikiranku,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta malah Abdul bilang jangan pikirkan cerita-cerita tentang disana, yang sama sekali tidak aku pikirkan yang aku lakukan hanya ingin memuaskan rasa penasaran saja tidak lebih.
“Sana jam sembilan sebentar lagi Man…” ucap Abdul.
“Iyah aku ke kebun tebu dulu, tidak enak kalau -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - Bah Ajan datang duluan” jawabku kemudian pamit pada Abdul.
Setelah menyalakan kembali obor, aku berjalan dengan perlahan menuju kebun tebu, setelah melewati beberapa pemukiman warga dan sekarang sudah menginjak jalanan penuh bebatuan kembali.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Rasanya semakin dekat saja ke kebun, padahal baru tadi pagi kesini, apalagi Abah yang sudah lama banget bolak balik tiap malam” ucapku perlahan sambil terus berjalan dibawah sinar pencahayaan dari obor.
Aku terus menyakinkan diriku untuk menjadi tenagaku lebih malam ini dan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta keberanian dalam diriku bahwa semuanya yang pernah terjadi hanya cerita dan aku hanya menggantikan pekerjaan Abah karena Abah sakit, dan terbukti sampai melewati jembatan dan sudah masuk ke kebun tebu sama sekali perasaan takut tidak ada dalam diriku.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Diantara himpitan tebu yang tinggi dan dibawah sinar bulan malam ini yang cukup terang tidak biasanya, aku sudah berjalan masuk dan sebentar lagi sampai.
“Hah? Bah Ajan?” ucapku melihat sorot baterai yang mengeluarkan cahaya namun bukan ke arahku, melainkan ke arah lurusan yang
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta menuju ujung kebun yang masih jauh, namun sorotan cahaya itu kembali hilang dengan cepatnya.
Terus saja aku berjalan perlahan mendekat ke arah saung yang dimana akan aku tempati malam ini.
“lah kok tidak ada siapa-siapa…” ucapku ketika melihat semakin dekat ke arah saung.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Padahal cahaya barusan benar-benar aku lihat jelas, hal ini membuatku cukup dibuat kaget padahal baru saja aku datang.
“Tidak mungkin aku salah lihat” ucapku, sambil merapikan kayu-kayu dan segera aku bakar untuk menjadi pencahayaan.
“Salah aku yang salah lihat…” ucapku yang
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sebenarnya sudah merasakan bulu pundakku berdiri begitu saja dengan perlahan.
Harusnya jika Bah Ajan datang terlebih dahulu, api harus sudah menyala sama halnya ketika malam itu aku mengantarkan jaket dan pertama kali datang kesini. Setelah perlahan menyakinkan bahwa penglihatan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta mata aku yang salah dengan hal barusan yang terjadi, aku hanya duduk dan sesekali mengencangkan ikat golok yang melingkar di pinggangku.
Setelah api benar-benar besar aku segera membuka kotak di atas teras saung yang berisikan kopi tinggal sedikit lagi
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan beberapa botol yang terisi air.
“Oh Abah sering beberapa kali bawa air tuh untuk disimpan disini” ucapku sambil mengeluarkan air dan memasukkannya ke dalam teko yang sama sudah ada didalam kotak cukup besar kali ini.
Sambil memasak air yang bertujuan untuk membuatkan kopi,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta aku melihat jam tua dan kecil yang tertempel di bambu besar yang menjadi tiang saung sudah jam 9 malam lebih. Baru saja beberapa menit diam di saung kebun tebu, aku merasakan bosan hanya melinting rokok dan menikmati kopi yang sebelumnya sudah seduh dari air yang sudah dimasak
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta langsung dari tekonya itu.
Waktu terus berputar malam ini dengan cepat, sementara Bah Ajan belum sama sekali muncul apalagi angin semakin malam membuat tebu-tebu yang terkena angin karena semakin tinggi menuju panen mengeluarkan suara yang menemani aku malam ini.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Hebat Abah bisa kuat dengan hanya diam dan paling tiduran disini” ucapku, sambil pertama kali menghidupkan baterai yang menyorotkan cahaya ke arah kebun tebu walaupun aku tidak tahu sebenarnya yang aku lakukan saat ini, menyorotkan cahaya seperti yang sedang aku lakukan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Bahkan akal dan pikiranku semakin tidak menerima apa yang sebenarnya dilakukan untuk menjaga kebun tebu di malam hari? Namun setelah ingat lamanya Abah melakukan pekerjaan ini bisa sedikit melawan pertanyaanku itu.
Setelah kopi dalam gelas habis, aku kembali memasukan kayu bakar
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ke kobaran api, dan langsung membaringkan badanku.
“Sudah satu jam lebih” ucapku perlahan, sambil melihat ke arah atap saung.
Bagaimana bisa aku percaya dengan beberapa cerita sementara aku selama disini juga tidak merasakan ketakutan apapun, apalagi terkesan biasa saja,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta hanya dingin dan suara kebun tebu saja yang terkena angin yang aku dengarkan mengeluarkan suara, selebihnya tidak ada yang aneh dan sebegitu menakutkannya.
Sampai pada mata benar-benar ingin terlelap padahal siang tadi aku tidur cukup lama, aku kembali melihat sorotan cahaya
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ke arah saung dan langsung membuatku benar-benar kaget, seketika aku bangun dengan cepat sambil memegang golok di samping pinganggku dan menghidup baterai yang aku sorotkan kembali ke arah dimana cahaya itu keluar bukan dari arah masuk ke kebun tebu melainkan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dari arah ujung kebun tebu yang terdapat jurang.
“Bah Ajan… ngapain dari sana…” ucapku, setelah benar-benar memastikan bahwa itu benar Bah Ajan.
Semakin mendekat dibawah cahaya bulan yang tidak terlalu terang Bah Ajan sudah sangat dekat ke arah saung.
“Lagian Maman tidur -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - Abah lihat makanya Abah keliling dulu kesana” ucap Bah Ajan yang sepertinya kaget aku mengetahuinya keluar dari sana.
“Bingung Bah mau ngapain lagi” jawabku sambil duduk dan merasa sangat aneh ketika Bah Ajan aku lihat dari arah ujung kebun tebu dan sama sekali tidak
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta aku ketahui ketika melewati saung yang dimana sebenarnya aku belum sangat terlelap tidur.
“Iyah sudah tidak apa-apa Man, cuman takutnya ada orang saja, kalau ada orang minta tebu yah kasih aja, Abah juga barusan keliling saja… cuman takutnya kan adavmaling semua, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - walaupun tidak mungkin, sekalian nganterin kopi ingat terakhir sudah mau habis…” jawab Bah Ajan, sambil mengeluarkan kopi satu plastik dan diberikannya kepadaku, yang memang kopi sudah sedikit lagi di wadahnya.
“Iyah Bah siap Maman paham…” jawabku singkat karena
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta masih merasa aneh dan aku malah berpikir apakah ada jalan lain selain satu jalan ini, atau Bah Ajan sudah melakukan hal lain, karena sama sekali tidak percaya jika benar Bah Ajan melewati saung kenapa aku tidak mendengar gesekan sandal sama sekali.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Yasudah Abah paling tidak lama Man, karena besok pagi kesini lagi, sampai subuh saja sebelum subuh pulang juga tidak apa-apa, ini juga api hati-hati yah Man takutnya kegedean” ucap Bah Ajan sambil berdiri kembali.
“Iyah Bah…” jawabku, walaupun memang saung jauh dengan tebu,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta namun yang dikatakan Bah Ajan ada benarnya juga.
Kemudian Bah Ajan kembali berjalan meninggalkan saung dan meninggalkan aku sendiri di kebun tebu ini.
“Aneh Bah Ajan ini, aku perlu curiga dan hati-hati” ucapku dalam hati, sambil kembali memasukan kayu bakar ke dalam kobaran api
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang aku taksir akan bertahan berjam-jam lamanya.
Kemudian aku kembali terbaring dalam dinginya malam ini di saung kebun tebu, dengan keyakinan bahwa ada sesuatu yang sudah Bah Ajan lakukan walaupun keyakinan aku saat ini benar-benar tanpa memiliki alasan sama sekali.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Anehnya malah bayangan perempuan yang aku lihat didepan rumah kini hadir dan aku ingat benar bagaimana perempuan itu, sambil mencoba memejamkan mata, yang menjadikan sarung sebagai selimut malam ini diatas kayu yang menjadi alas saung.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Kalaupun jodoh, nanti bakalan ketemu lagi Neng…” ucapku sambil mata terpejam dan tersenyum sangat senang dan tidak tahu kenapa ada kebahagian malam ini ketika mengingat dua kali aku melihat perempuan itu.
Dengan tangan memegang baterai dan memastikan golok siap aku keluarkan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dari sarungnya jika terjadi apa-apa yang tidak aku inginkan, aku perlahan benar-benar menikmati bagaimana caraku mengingat perempuan itu, walaupun di rumah sama sekali tidak pernah lagi aku ingat malah di tempat seperti ini aku bisa mengingatnya kembali.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Bau asap…” ucapku berusaha membuka mata.
“Lah… kok udah jam 4 lagi…” ucapku sambil bagun yang menghidupkan batrai karena kayu sudah habis semua terbakar.
Dengan pencahayaan baterai aku merapihkan kayu-kayu yang sudah habis terbakar, dan menyalakan obor terlebih dahulu dengan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta keadaan yang masih mengantuk.
“Padahal kemarin tidur siang, kenapa di saung seadanya begini masih bisa aku tidur lelap” ucapku, sambil merapikan sarung dan golok yang menempel dibadanku.
Kemudian aku putuskan untuk pulang dan meninggalkan saung karena waktu tidak akan lama lagi
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta menuju pagi. Bahkan aku semakin yakin bahwa cerita-cerita yang pernah ada sama sekali tidak benar, dengan satu malam yang sudah aku lewati, tidak ada keanehan yang berkaitan dengan cerita itu. Terus berjalan dan keluar dari kebun tebu dengan rasa mengantuk, aku melihat dari jarak
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang tidak terlalu jauh ada orang yang akan berpapasan denganku, namun belum terlalu jelas tapi sudah terlihat bahwa itu adalah perempuan.
“Pulang Kang…” ucap perempuan yang rambutnya di sanggul menggunakan kebaya merah, membawa boboko di samping pingganya.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Eh iyah Neng… mau kemana…” jawabku.
“Ke sawah kang biasa, mari duluan…” jawab perempuan sambil kembali berjalan, yang setelah terkena cahaya obor benar-benar sangat cantik dengan wajah yang sangat mulus sekali.
“Iyah silahkan Neng….” Jawabku yang sama kembali berjalan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta setelah melewati jembatan.
Karena aku yang masih mengantuk terus saja aku berjalan sambil tersenyum melihat perempuan barusan, malah aku berpikir apakah perempuan itu sama dengan yang pernah aku lihat.
“Kalau itu perempuan yang sama, ah mana mungkin aku berani suka padanya, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - begitu sempurna” ucapku sambil terus berjalan.
Tidak lama aku sudah masuk perkampungan kembali sebelum beduk subuh aku dengar, anehnya pertemuan tadi cukup membuatku kadang tersenyum berkali-kali, apalagi suaranya masih jelas aku ingat walaupun masih keadaan mengantuk.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Nanti kalau aku jumpa lagi, akan aku beranikan bertanya siapa namanya” ucapku.
Tidak tahu kenapa malam pertamaku yang dipenuhi rasa penasaran sebelum berangkat, malah diberikan begitu banyak kebahagian bagaimana aku ingat perempuan yang pernah aku lihat dan di perjalanan pulang
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ketemu lagi dengan perempuan yang teramat sempurna itu.
Sampai di rumah bahkan Mak dan Euis belum terlihat bangun, ketika aku membuka pintu dapur, setelah mematikan obor. Selesai minum aku masuk ke dalam kamar untuk melanjutkan tidur, padahal badanku yang berjalan dari kebun tebu
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta menuju rumah sebenarnya cukup mengeluarkan keringat namun anehnya rasa mengantuk ini benar-benar aku rasakan.
“Ada janji ke sawah enggak atau ke kebun Man” ucap Mak.
“Hah… engga ada Mak baru besok…” ucapku sambil membuka mata.
“Jagain dulu Abah Mak mau ke warung, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - Euis lagi masak” ucap Mak kemudian berjalan keluar kamar.
Segera aku paksakan bagun dan berjalan menuju Abah yang sama denganku sudah terbangun, namun keringat di badan nya pagi ini benar-benar banyak sekali. Ketika melihat jam bahkan aku tidak percaya sudah jam 8 pagi.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Semalam Maman lancar Bah, sudah jangan dipaksakan dan jangan jadi pikiran…” ucapku.
“Bah Ajan ada Man…” tanya Abah dengan suara yang jauh lebih pelan.
“Ada cuman sebentar, oiyah malah keluarnya semalam dari ujung kebun tebu Bah, emang ada jalan yah?” tanyaku tiba-tiba.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Abah terlihat sangat kaget dengan ucapanku, bahkan mata yang sedikit terbukanya itu saking kagetnya langsung seperti terpaksa terbuka, lalu mengelengkan kepalanya sambil Abah tetap terbaring.
“Itukan hutan dan jurang mungkin Bah Ajan keliling saja…” ucap Abah dengan nafas
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang sangat pengap yang aku lihat.
“Euis sudah titipkan surat Kang tadi pagi buat Teh Ecih dan Teh Titin, siapa tau Karim mau ke kota dan bisa titip” ucap Euis sambil membawa makan untuk Abah.
“Padahal jangan Euis, biarkan saja takutnya malah merepotkan Teteh-teteh kamu”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta jawab Abah pelan sekali suaranya.
“Obatnya bukan sekalian titip Euis nanti akang ada uang simpanan akang tambahin” sahutku.
“Iyah udah obat biar panasnya turun dulu saja kang…” jawab Euis.
“Sudah Bah urusan kebun tebu ada Maman, sawah ini itu nanti Maman bilang juga sama -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - Pak Haji di kampung di sebelah kalau Abah sakit biar Maman yang gantiin juga untuk sementara yah” ucapku.

***

Hari-hari selanjutnya sudah tiga malam aku kembali menggantikan Abah yang sakitnya semakin parah dan kondisinya semakin memburuk, walaupun sama sekali penyakitnya
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta tidak pernah diketahui yang pasti, karena untuk dibawa ke rumah sakit kota pasti memerlukan biaya yang cukup mahal, sementa adik-adik aku atau kakak perempuanya Euis belum sama sekali datang yang aku yakini surat belum sampai ke rumah Ecih dan Titin walaupun sudah aku pastikan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta kepada Karim bahwa surat itu sudah di kirimnya tepat dimana Euis memberikan suratnya kepada Karim.
Bahkan Bah Ajan sudah hampir dua malam setiap selesai dari masjid selalu menjenguk Abah dan malam sekarang sudah ada Ki Badar yang berada didalam rumah bersama Bah Ajan yang sedang
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta berusaha mengobati Abah yang sudah dua hari tidak bicara apapun, sementara aku tidak mengalami hal apapun di kebun tebu, karena setiap di kebun tebu rasa takut yang datang sesekali, selalu kalah dengan cara aku membayangkan perempuan yang pernah berjumpa denganku.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Man sana masuk di panggil Ki Badar…” ucap Bah Ajan yang baru membuka pintu dan keluar.
“Kenapa emangnya Bah?” tanyaku.
“Tidak tahu, saran Abah jangan terlalu didengarkan semua ucapanya” ucap Bah Ajan berbisik ketika berpapasan denganku yang akan masuk ke dalam rumah,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta untungnya aku sudah mengetahui betul Bah Ajan seperti apa karena sering bicara dengan nya.
Malah dari kejauhan Abdul sedang berjalan ke arah rumah dengan membawa obor, yang memang kabar sakitnya Abah warga sekitaran kampung sudah mendengarnya. Mak dan Euis hanya melihatku dan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Bah Ajan saja, kemudian aku masuk dan langsung duduk di sebelah Ki Badar setelah menutup pintu.
“Abah sudah bicara panjang belum Man…” tanya Ki Badar sambil mengusap rambut belakang aku.
“Belum Ki, hanya maaf dan maaf saja telah merepotkan aku jadi yang urus sawah pak Haji -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -yang punya kampung sebelah dan menjaga kebun tebu… mungkin tidak enak saja, lagian aku jarang bicara dengan Abah…” ucapku perlahan.
“Aki takutnya Abah belum sempat wasiat saja, Bah ini ada Maman bangun paksakan…” ucap Ki Badar.
Seketika mata Abah perlahan terbuka sangat pelan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Abah kalau belum sempat bicara semuanya kasian anak Abah laki-laki ini apa tega hidupnya akan seperti ini semuanya…” ucap Ki Badar pelan sekali berbisik kepada Abah yang masih bisa aku dengar dengan sangat jelas.
Abah hanya menggelengkan kepalanya dan kemudian air matanya
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta keluar dari matanya begitu saja. Sementara aku tidak mengerti dengan ucapan Ki Badar saat ini.
“Maafkan Abah Man… Abah tidak tahu apa-apa…” ucap Abah perlahan.
“Susah Abah kamu ini Man, maksud aki kasihan saja sakitnya begini, lihat badanya semakin mengecil…” sahut Ki Badar.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Iyah Ki, padahal Maman juga berharap ada obrolan panjang dari Abah, soal memaafkan… Maman juga bingung maaf untuk apa Ki…” jawabku, sambil terus melihat ke arah wajah Abah yang masih meneteskan air mata membasahi pipinya.
“Aki juga tidak tahu Man, cuman sepertinya -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - ada kesalahan lama yang sudah diperbuat sehingga menjadikan Maman seperti ini…” jawab Ki Badar perlahan.
“Menjadikan seperti apa Ki, perasaan Maman biasa saja” ucapku.
“Tidak Man, aki juga tidak paham, cuman ini sakitnya tidak biasa saja… dekat-dekatlah dengan Abah siapa -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - tau nanti mau bicara apapun juga yah kasihan” ucap Ki Badar, sambil memijat lengan Abah.
Sementara Abah langsung kembali terpejam matanya malam ini, aku langsung keluar sementara di ikuti dengan Ki Badar yang langsung pamit kepada Mak dan Euis
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan juga Abdul yang sudah duduk di teras depan.
Setelah menjelaskan sakitnya Abah dengan sangat menjaga perasaan Mak dan Euis, Ki Badar pamit diantar Bah Ajan.
“tidak apa-apa Man kalau malam ini tidak ke kebun tebu, biar Abah saja gantian di kebun tebu” ucap Bah Ajan kemudian
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta berjalan setelah menyalakan senter baterai nya.
Mak dan Euis langsung masuk ke dalam rumah sementara aku dan Abdul berdiam di teras depan saat ini.
“Aku kira tidak akan jadi begini Bah Warman, kirain bakalan sama kaya sakit kemarin sembuhnya cepet Man, kemarin sibuk aku di rumah-
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - mertua baru sempat kesini” ucap Abdul perlahan.
“Tidak apa-apa Dul… beda Dul sekarang makin seperti itu sakitnya, padahal sudah beberapa malam dan pagi semua pekerjaan Abah aku kerjakan, termasuk jaga kebun tebu” jawabku sambil melinting kembali tembakau yang tergeletak
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta di atas teras bambu.
“Gimana ada yang aneh-aneh tidak Man di kebun tebu?” tanya Abdul penasaran.
“Tidak sih Dul, biasa saja… yah sama kayak pindah tidur saja, aku semakin yakin cerita-cerita itu hanya yah cerita tidak nyata, buktinya Abah puluhan tahun dan aku sudah beberapa-
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - malam juga disana biasa saja…” jawabku menjelaskan.
“Iyah sih bener kata kamu Man… aku membenarkan karena kamu sudah mengalaminya Man disana” jawab Abdul perlahan.
“Pasti Abdul senang dengar kabar ini sudah lama aku ingin cerita soal pertemuan dengan perempuan -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - pas pulang dari kebun tebu malam pertama itu” ucapku dalam hati.
“Malah melamun sih Man, mikirin apa” ucap Abdul sambil menghisap rokok kreteknya.
“Wajar mungkin yah Dul, kamu saja anaknya sudah satu… padahal usia kamu dengan aku sama…” ucapku perlahan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Wajar dong… sebentar Man, lagi suka sama perempuan, siapa Man kenal belum perempuanya” jawab Abdul sangat senang.
“Nah ini masalahnya Dul pertemuan itu bener-bener membuat aku kepikiran Dul sama perempuan ini, rambutnya disanggul pakai kebaya merah ah cantik pokoknya Dul…”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ucapku.
“Waduh kebayang Man cantiknya, terus Man…” tanya Abdul yang sangat menunggu hal berikutnya aku ucapkan.
“Dua hari yang lalu Dul aku ketemunya sempat bertanya juga, namun setelah itu belum ketemu juga aku yakin sih bukan dari kampung sini bisa jadi dari kampung sebelah…”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta jawabku.
“Benar-benar bahagia aku Man dengernya, terus dong Man jangan setengah-setengah” ucap Abdul sangat penasaran.
Bahkan ketika aku menceritakan hal ini juga benar-benar sangat bahagian perasaanku.
“Waktu malam pertama Dul aku jaga pulang jam 4 dan berpapasan dengan -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - perempuan itu Dul dia menyapa duluan terus aku tanya mau kemana, dia jawab mau ke sawah, gak jauhlah dari kebun tebu… cantik banget dan sampai sekarang aku ingat terus” ucapku dengan tersenyum menjelaskan kepada Abdul.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Namun anehnya Abdul hanya menggelengkan kepalanya berkali-kali dan berubah yang awalnya sangat senang sama sepertiku, malah sebaliknya memasang wajah seolah tidak percaya dan tidak suka dengan apa yang aku katakan, dan anehnya bulu pundak aku berdiri begitu saja.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Man… Ya allah cerita itu benar adanya berarti, dan kebun tebu itu memang benar sesuai cerita yang banyak warga sini ketahui… tidak ada sawah ke arah sana, ingat tidak ada sawah! sawah dari mana? kebun kemudian hutan sudah, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -jam 4? Siapa juga perempuan cantik yang mau lewat kesitu Maman…” ucap Abdul perlahan dan tegas.

Bersambung

***

Segala kejadian dan pertemuanya dengan perempuan yang Maman rasakan menjadi kebahagian kini perlahan menjadi hal yang mengecewakan malah menjadi hal yang menambah
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta kenehan Maman rasakan saat ini. Apalagi pekerjaan Bah Warman, sudah Maman ambil alih selama Bah Warman sakit yang semakin menjadi.
“Baru saja kebahagian itu datang, apakah mungkin perempuan dan segala cerita tentang kebun tebu itu nyata!”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Cerita dan masa lalu apa yang sebenarnya terjadi di kebun tebu dan apa dosa lama yang membuat Bah Warman enggan bicara pada Maman dalam kondisi sakitnya? Sampai berjumpa di bagian 4 – Penjaga Kebun Tebu, Sebuah Kisah Warisan Pekerjaan, akan terus berlanjut!
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Bagian IV sudah bisa teman-teman baca duluan, Klik link di bawah.
karyakarsa.com/qwertyping/pen…
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Bagian V juga sudah bisa teman-teman baca duluan, karena cerita masih berlanjut.
karyakarsa.com/qwertyping/pen…
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Bagian V juga sudah bisa teman-teman baca duluan, karena cerita masih berlanjut.
karyakarsa.com/qwertyping/pen…
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Bagian VI sudah bisa di baca duluan, karena ini adalah bagian yang membawa pada bagian terakhir sebelum tamat, klik link di bawah.
karyakarsa.com/qwertyping/pen…
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Dan untuk memberikan support/ TIP yang bagi saya sangat berharga sekali, teman-teman bisa klik link yang dibawah ini juga.
karyakarsa.com/qwertyping
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Kita akan berjumpa lagi sesuai informasi di bawah ini, silakan untuk meninggalkan retweet, love dan replynya teman-teman, agar mempermudah nanti membaca kembali di Bagian 4! Sampai berjuma tanggal 10 February.
“Typing to give you a horror thread! You give me support!” Image
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta PENJAGA KEBUN TEBU

Sebuah kisah warisan pekerjaan
Tahun 1988-an

Bagian IV

"Sebelum tubuh ini utuh, sebelum penasaran ini selesai, dan sebelum dendam ini tuntas, ini adalah tempatku."

@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Image
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta BAGIAN IV – KENYATAAN KEMATIAN

“Kenyataannya setelah kematian itu, semuanya datang dan ini adalah yang akan aku hadapi”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Man… Ya allah cerita itu benar adanya berarti, dan kebun tebu itu memang benar sesuai cerita yang banyak warga sini ketahui… tidak ada sawah ke arah sana, ingat tidak ada sawah! sawah dari mana? kebun kemudian hutan sudah, jam 4? -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - Siapa juga perempuan cantik yang mau lewat kesitu Maman…” ucap Abdul perlahan dan tegas.
Aku benar-benar kaget dengan ucapan Abdul, apalagi orang modelan Abdul jarang sekali berbicara seperti itu kepadaku, wajah dan ucapanya benar-benar sangat serius Abdul katakan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Dul lagian kalau perempuan itu sesuai dengan cerita disini mana ada benar-benar manusia wujudnya manusia Dul, kalaupun benar itu sama dengan hal yang banyak terjadi dengan cerita di kampung ini, sudah sejak hari itu juga aku ketakutan dan pasti cerita!” jawabku sedikit keras.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Man… tidak ada sawah ke sana tidak ada sawah, misalkan iyah ada juga dari mana Man, atau kamu salah dengar, misal… ya mau kemana perempuan jam segitu Maman… sudahlah aku tidak mau bertengkar hal ini, cuman saranku hati-hati saja Man, ini baru pertama kejadian seperti ini”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta jawab Abdul sambil membuang rokoknya yang mulai habis.
“Engga aku engga salah dengar… benar perempuan itu bilang ke sawah, bisa saja dia tidak tahu Dul jalan ke sawah dan…” ucapku.
“Dan kamu tidak bisa jelaskan secara akal Man, sudah cukup cerita tempo hari Mak dan Euis soal -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - kamu melihat perempuan pas sore menjelang magrib, malah sekarang seperti ini, sudah terserah kamu aku hanya tidak mau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan saja, apalagi Bah Warman sedang sakit seperti itu, kasihan” jawab Abdul.
“Yasudah lagian aku yakin perempuan itu -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - benar nyata berwujud…” jawabku.
“Mahluk gaib juga berwujud kalau dia ingin mewujudkan dirinya, sudah aku pulang dulu sudah malam…” ucap Abdul sambil berdiri dan menyalakan obornya kemudian pergi begitu saja setelah berteriak pamit kepada Mak dan Euis.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Dari setiap melihat langkah Abdul yang semakin menjauh, pikiranku malam ini tetap pada apa yang aku lihat karena tidak mungkin waktu itu kedua mataku salah, walaupun dalam keadaan mengantuk sekalipun, bahkan berkali-kali aku pikirkan ucapan Abdul sama sekali tidak membuat goyah
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta keyakinanku dengan apa yang aku lihat.
“Lihat saja Dul, nanti pasti kamu bilang; Maaf Man malam itu aku cuman khawatir saja… bla… bla… bla…” ucapku, sambil memperagakan jika Abdul bicara.
Setelah Abdul berbelok untuk menuju jalan rumahnya, segera aku merapikan tembakau
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan semuanya aku masukan ke dalam plastik, apalagi tidak tahu kenapa dorongan untuk ke kebun tebu, malam ini begitu besar aku rasakan, ditambah jika di kebun tebu selalu saja bayangan bagaimana pertemuan malam itu dengan perempuan itu selalu ada dalam kepalaku.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Mak sepertinya Maman mau ke kebun tebu saja, tidak enak Bah Ajan harus jaga malam ini” ucapku, sambil melihat Mak dan Euis sedang memijat Abah yang sedang terlelap, apalagi malam ini keringatnya semakin banyak.
“Yasudah, tuh Euis tadi pagi beli baterai buat senter -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - takutnya habis ganti dulu” jawab Mak.
Kemudian Euis berdiri dan memberikan lampu senter dan juga baterai kepadaku.
“Semakin banyak yah Mak keringatnya…” ucapku, sambil duduk dan mengeluarkan batu baterai didalam lampu senter dan memasukan batu baterai yang baru.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Iyah Man tidak tahu sakitnya semakin aneh saja, dosa apa Abah kamu ini sampai harus mengalami hal seperti ini” ucap Mak dengan perlahan.
“Mak kan Euis bilang jangan bicara yang aneh-aneh doakan saja sudah, siapa tau besok atau lusa Teh Ecih dan Teh Titin sudah bisa pulang dan -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - bisa menjenguk Abah, siapa tau juga kalau anak-anaknya kumpul bisa buat Abah sembuh” sahut Euis perlahan.
Aku yang mendengarkan ucapan Euis hanya mengangguk saja dan setuju pada Euis, namun tetap saja pikiranku ingin membuktikan kepada Abdul bahwa ucapanya salah
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan ingin segera sampai malam ini di kebun tebu apalagi sudah pasti Bah Ajan ada disana.
“Apa tidak terlalu malam Man, ini sudah mau jam 11” ucap Mak.
“Tidak apa-apa Mak, Bah Ajan juga kalau keliling temuin Maman juga suka jam segini jadi tidak apa-apa” jawabku,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sambil berjalan perlahan masuk ke kamar, untuk memakai jaket dan tidak lupa sarung yang aku sampaikan di bahu.
“Maman berangkat dulu Mak” ucapku, turun dari rumah panggung dan sudah berada di dapur.
Setelah lampu senter aku kalungkan talinya ke leher dan golok yang biasa
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta aku bawa juga aku ikatkan ke pinggang, juga obor sudah aku genggam di tangaku, segera aku keluar dapur dan langsung menguncinya.
“Bah Ajan pasti senang aku datang dan Bah Ajan bisa langsung pulang juga malam ini, kasian sudah mulai tua, angin malam tidak baik juga, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - ujung-ujungnya sakit kaya Abah di rumah” ucapku, sambil berjalan semakin menjauh dibawah sinar obor malam ini menuju kebun tebu.
Selama Abah sakit dan aku sudah ambil alih pekerjaan Abah, anehnya rasa peduli kepada keadaan Abah perlahan berubah menjadi biasa saja,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta apalagi sakitnya Abah tidak pernah punya alasan yang masuk akal untuk aku.
Beberapa orang yang di pos ronda meneriaki aku dan bertanya aku hanya melambaikan tangan dan menunjuk ke arah dimana kebun tebu berada, dan sudah pasti mereka mengerti apalagi kabar sakitnya Abah juga
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta perlahan dari mulut ke mulut sudah tersebar di kampung ini. Setelah kembali keluar dari pemukiman, aku sudah berjalan kembali di atas jalan bebatuan, satu-satunya jalan menuju kebun tebu berada.
“Memang benar ucapan Abdul itu, tapi aku yakin penglihatanku jauh lebih benar dan -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -sampai aku terus mengingat perempuan itu juga berarti pikiranku dan hatiku benar” ucapku bicara sendiri, sambil terus berjalan.
Waktu berangkat sudah bisa aku pastikan sekitar sekitar 15 atau 20 menit menuju kebun tebu ini karena saja jalanan yang berbelok serta bebatuan saja,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta andai kata jalanya sama dengan jalan dalam pemukiman mungkin bisa lebih cepat.
“Disini, iyah disini waktu itu aku bertemu…” ucapku, mengingat kembali pada kejadian pertemuan dengan perempuan cantik itu, yang hampir dekat dengan jembatan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Segera aku masuk ke dalam kebun tebu, setelah melewati jembatan yang terkenal banyak kejadian, namun sama sekali selama beberapa malam terakhir selama Abah sakit tidak pernah kejadian itu menimpaku sama sekali, walaupun memang kesan menakutkan tidak jarang juga aku rasakan,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta namun tetap saja di pikiranku kesan itu kalah dengan bagaimana indahnya wajah perempuan itu.
“Iyah. Bah Ajan sudah ada…” ucapku dari kejauhan melihat api yang sudah menyala.
Segera aku percepat jalanku, agar Bah Ajan bisa pulang dan beristirahat tidur dengan nyenyak saja
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta di rumahnya tidak di saung yang hanya beralaskan kayu, setelah sampai aku kaget tidak melihat sama sekali Bah Ajan dan segera aku matikan obor.
“Kemana Bah Ajan kok tidak ada…” ucapku.
Namun yang membuatku kaget selanjutnya, sudah dua gelas kopi diatas teras.
“Masih hangat…”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ucapku, sambil duduk dan meraba dua gelas kopi yang aku taksir belum lama di seduh.
“Pada kemana ini, siapa lagi tumben Bah Ajan bawa teman” ucapku.
Anehnya setiap angin yang berhembus melewati badanku terasa sangat dingin malam ini, apalagi tidak tahu kenapa rasa penasaran
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta kepada Bah Ajan yang sebenarnya sudah lama aku menyimpan curiga ketika malam pertama berjaga di kebun tebu ini perlahan datang kembali.
“Apa jangan-jangan ke tepian jurang itu lagi” ucapku sambil merasa sangat tidak tenang, apalagi memang ujung kebun tebu yang berada jurang
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sudah menjadi rasa penasaranku.
Segera aku bangun dan sempat-sempatnya aku mengeluarkan tembakau dari saku celana dan melintingnya dengan cepat diatas kertas papir.
“Penasaran sekali aku ini pada Bah Ajan… pasti ada disana” ucapku, sambil berjalan menuju arah ujung kebun tebu
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang terpisah oleh jurang sebelum menuju hutan belantara.
Dengan perasaan entah dari mana datangnya dan dorongan rasa keingintahuan aku yang sangat tinggi malam ini pada kemana Bah Ajan, aku paksakan langkah kaki menuju satu-satunya jalan ke arah ujung kebun tebu, dengan denyut
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta jantungku yang semakin cepat berdetak.
“Tapi apa mungkin Bah Ajan ada disana…” ucapku terus berjalan menggunakan pencahayaan senter cahaya dari baterai yang aku pegang saat ini, dan hanya beberapa kali saja aku hidupkan, sementara obor aku simpan di saung.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Harusnya aku berjalan lurus menuju ujung kebun tebu, setelah cukup lumayan puluhan langkah kakiku, tidak tahu kenapa ada langkah yang mengarahkan agar kaki berbelok masuk ke jalan celah kecil, dimana kebun tebu yang baru aku sadari sudah terikat sampai ujung dengan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta kebun tebu lainya. Aku terus berjalan dengan perlahan agar tidak menimbulkan suara dari gesekan sandal yang aku gunakan pada daun-daun yang beberapa berjatuhan.
“Kenapa kesini…” ucapku dalam hati terus masuk semakin dalam dan berbelok sehingga lurus kembali
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ke ujung kebun tebu.
Dalam gelapnya malam dan dibawah sinar bulan yang cukup terang malam ini, dengan langkah perlahan dan melewati berpuluh-puluh bahkan tidak terhitung olehku tebu-tebu yang berdiri menutupi langkahku.
Dari jarak yang tidak terlalu jauh, dengan langkah yang
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta semakin dekat, bahkan sudah tidak pernah lagi senter baterai itu aku nyalakan kembali, aku sudah melihat sinar kuning yang aku yakini kalau tidak dari cahaya senter seperti yang sekarang aku bawa pasti dari cahaya obor.
“Semakin dekat…” ucapku, sambil mengurangi kecepatan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta langkahku, bahkan aku semakin berhati-hati dan sekarang rasa ketakutan mulai aku rasakan, apalagi di belakang sudah beberapa kali aku menengok seperti ada yang mengikuti langkah perlahanku, keringat juga perlahan mengalir begitu saja dari dahi dan belakang punggungku saat ini.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Bahkan aku dalam keadaan seperti ini tidak mempunyai alasan kuat kenapa langkah membawa aku ke arah dimana ujung kebun tebu ini yang sudah lama menjadikan rasa penasaran, apalagi niat awalku malam ini datang ke kebun tebu, ingin membayangkan betapa indahnya pertemuan dengan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta perempuan yang bisa membuatku hatiku terasa hidup kembali dan anehnya hanya di saung itu bisa hampir setiap malam aku bermimpi indah dan kebahagian hati bisa mengikutinya ketika aku dalam perjalanan pulang.
Terus saja aku mendekat dengan berjalan sedikit menundukan badanku,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta apalagi tadi satu kali sinar cahaya dari senter baterai mengarah ke bagian dimana aku sedang berjalan dengan tambah mengurangi langkah kakiku, aku terus berjalan ke arah dimana cahaya itu berada, semakin mendekat dan sekarang aku bisa semakin jelas melihat dua orang yang berdiri.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Sudah disini saja… benar sangkaanku, itu Bah Ajan” ucapku, sambil berjongkok dan tanganku sudah berada tepat dimana kepala golok berada.
Aku benar-benar hafal dengan bagaimana cara Bah Ajan berpakaian apalagi pakaian yang sama yang pernah digunakan saat pertama kali malam itu
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta aku mulai menaruh kecurigaan pada Bah Ajan, karena keluar bukan dari arah masuk kebun melainkan dari arah ujung kebun tebu yang memiliki jurang, dan aku yakin tidak akan salah bahwa itu adalah Bah Ajan.
Namun sama sekali aku tidak mengenal orang satunya lagi yang sedang berdiri
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta di dekat Bah Ajan, apalagi dengan rambut yang terikat panjang terurai sampai menutupi punggungnya, dengan perawakan lebih tinggi dari Bah Ajan menggunakan jaket hitam yang aku yakin semua orang laki-laki di kampung ini tidak akan sanggup untuk memilikinya.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Aku hanya melihat saja dua orang itu berdiri menghadap ke arah jurang dengan penerangan obor yang Abah pegang di tangan kanannya, kemudian baterai senter di tangan kirinya. Sementara orang yang tidak aku ketahui itu hanya melipatkan tangannya ke bagian badanya, sambil kaki kanan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta terus saja bergerak terlihat dari sandal mewahnya itu jingkat dan kembali rata ke arah tanah terus menerus seperti itu.
“Apa sebenarnya yang mereka lakukan…” ucapku dalam hati dengan keringat yang semakin mengucur deras dan juga detak jantung yang tidak pernah kembali tenang.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Tidak lama dari aku merubah tumpuan jongkok aku yang menggunakan kaki kiri, seperti akan melakukan start lomba lari, aku pindahkan tumpuan jongok aku ke kaki kanan dengan perlahan, bahkan tidak tahu kenapa sarung yang menyampai sedari tadi di bahuku yang biasa aku gunakan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta untuk menjadi selimut ketika tidur, aku ikatkan menjadi menutup wajahku malam ini, karena aku berada di ujung perasaan takut ketahuan keberadaanku oleh Bah Ajan ataupun orang disamping nya itu.
“Waktu itu, malam itu juga Bah Ajan sangat kaget aku ketahui keberadaannya kembali -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - dari arah ujung kebun tebu, yang artinya Bah Ajan tidak mau mengakui atau ada hal yang disembunyikan dariku, jika aku ketahuan sedang mengintip aku akan lari lebih dalam dan bisa berbelok setelah masuk ke dalam lubang yang bekas sungai itu, kemudian aku bisa berlari -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - dengan cepat masuk ke dalam kampung dan bisa menginap di rumah Abdul menghindari kecurigaan dari Mak” ucapku perlahan dalam hati dengan denyut jantung yang semakin tidak tenang. Dan anehnya pikiran itu datang begitu saja dari pikiranku, sambil mataku melihat ke arah Bah Ajan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang sudah lama berdiri dengan orang yang tidak aku kenal, bahkan suasana menakutkan di belakang badanku aku abaikan padahal jika bukan dalam keadaan seperti ini sudah pasti aku berlari terbirit-birit, karena aku merasakan dan mendengar gesekan langkah dari arah belakangku,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta walaupun aku pastikan berkali-kali tidak ada apapun di belakang badanku saat ini, hanya ada tebu-tebu yang sedang berdiri tinggi, sebagaimana mestinya.
Gerakan yang aku tunggu bagaimana selanjutnya dan sedang apa mereka berdua ini perlahan terjadi setelah sudah cukup lama
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta aku berjongkok bahkan beberapa aku bergantian tumpuan kaki untuk menahan beban badanku yang kurus ini.
Setelah orang dengan rambut panjang yang terikat berbadan besar itu menepuk pundak Bah Ajan, Bah Ajan kemudian meletakkan obor dengan cara ditancapkannya ujung obor ke tanah
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sebagai pencahayaan yang digunakan walaupun sedari tadi obor itu terus menerus tidak bisa diam apinya karena terkena hembusan angin malam ini.
“Apa itu? Hah? Untuk apa segala menaburkan bunga” ucapku dalam hati, setelah melihat Bah Ajan dan orang yang tidak aku kenal perlahan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta menaburkan berbagai bunga dari plastik hitam yang Bah Ajan sekarang pegang di tangan kanannya, yang tidak pasti aku ketahui jenisnya karena jarak yang cukup jauh aku melihatnya.
Hal itu malah menjadi betapa semakin besarnya pertanyaanku malam ini melihat yang sedang mereka
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta lakukan, bahkan aku sampai menggocek kedua mataku untuk memastikan benar sekarang apa yang aku lihat ini.
Kemudian hal yang kedua membuatku cukup kaget adalah, ketika plastik hitam berisikan bunga yang tidak sedikit itu, karena berkali-kali di buang begitu saja ke arah yang aku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yakini jurang di depan Bah Ajan dan orang yang tidak aku kenal, berganti dengan Bah Ajan dan orang yang tidak aku kenal itu berjongkok dan kemudian berdiri.
“Hah! Itukan biasanya digunakan untuk sesajen tumbal…” ucapku perlahan dan seolah tidak percaya dengan apa
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang aku lihat sekarang.
Perlahan ayam hitam yang berukuran normal, di pegang oleh Bah Ajan, di potong kepalanya sampai putus oleh orang yang tidak aku kenal dan baru sekarang aku melihatnya dengan jelas dari samping dan bisa memastikan bahwa itu benar Bah Ajan dan wajah orang
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta tidak aku kenal itu aku ingat baik-baik.
Setelah kepala ayam hitam itu terputus di ambilah kepalanya kemudian di lemparkan ke arah jurang, oleh orang yang tidak aku kenal, kemudian orang itu juga dengan cepat mengambil ayam yang bah Ajan pegang dan membuang darahnya ke arah yang
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sama dengan bunga-bunga dan kepala ayam itu.
“Ini ritual…” ucapku, sambil mendengar kembali langkah kaki dari belakang dan perasaan mencekam sekarang sedang aku alami.
Namun lagi-lagi untuk kesekian kalinya lagi aku pastikan dan melihat ke arah belakang tidak ada apapun juga,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sama seperti sebelumnya.
Setelah hampir 3 kepala ayam hitam di lempar dan darahnya kemudian ayam itu juga di lempar, sekarang Bah Ajan dengan perlahan memberikan dalam karung putih yang biasa aku gunakan untuk memasukan beras, namun karung putih ukuran kecil itu sudah penuh darah
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang tidak aku ketahui isinya apa, namun dibuang begitu saja oleh orang yang tidak aku kenal, kemudian Bah Ajan dengan cepat membawa kembali obor yang sebelumnya Bah Ajan tancapkan di tanah.
“Sudah… sudah cukup ini…” ucapku dengan semakin tidak tenang dibawah sinar bulan yang
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta semakin terang malam ini, apalagi aku sudah benar-benar pegal.
Sebelum aku memutuskan untuk berbalik badan terlihat dari samping Bah Ajan berbicara karena jaraknya dengan orang yang tidak aku kenal itu semakin dekat sekali.
Ketika aku berbalik badan perlahan, dan kembali berjalan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta pelan berjongkok, aku sangat hati-hati sekali melangkah apalagi sarung masih aku gunakan untuk menutup wajahku, namun tiba-tiba ada cahaya sorotan dari senter baterai yang lebih terang bukan seperti milik aku dan Bah Ajan yang biasa digunakan menyorot ke arah tebu-tebu,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dimana aku sedang bersembunyi dan berjalan perlahan membelakangi dimana Bah Ajan berada.
“Siapa itu woy!” teriak suara yang aku yakin dari orang yang tidak aku kenal karena jika dari suara Bah Ajan aku yakin tidak mungkin suara itu keluar sangat keras.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Dengan cepat segera aku menjatuhkan badan langsung dalam posisi tengkurap dengan detak jantung yang semakin tidak tenang.
“Kalau sampai ketahuan bisa mati disini aku…” ucapku dalam hati dengan perasaan yang tidak tenang.
Namun karena terhalang beberapa tebu dan jarak yang
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta beruntungnya tidak terlalu dekat, sepertinya aku sama sekali tidak terlihat oleh Bah Ajan dan orang yang tidak aku kenal itu, walaupun beberapa kali sorotan lampu itu aku lihat kembali karena posisiku masih tengkurap diatas tanah membelakangi mereka.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Jika langkahnya terdengar mendekat, aku bisa lari ke arah sana” ucapku dalam hati, dengan nafas yang semakin tidak tenang.
Sudah beberapa menit berlalu dan sepertinya malam ini keberuntungan lebih jatuh kepadaku, aku perlahan memutarkan badan dalam keadaan tengkurap ke arah
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dimana Bah Ajan dan orang yang tidak kenal itu sebelumnya berdiri.
“Untung tidak mendekat masuk ke dalam” ucapku perlahan, sambil melihat Bah Ajan dan orang yang tidak aku kenal perlahan berjalan kembali setelah apa yang mereka lakukan mungkin sudah dianggap selesai.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Tidak bisa aku kembali ke saung, benar aku harus berjalan masuk semakin dalam, dan keluar bukan di arah masuk biasanya” ucapku dengan terus memperhatikan Bah Ajan bersama orang yang tidak aku kenal, perlahan berjalan bahkan sudah sejajar dan begitu saja melewati aku yang
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sedang dalam tengkurap walaupun jaraknya cukup jauh, aku hanya melihat dari cahaya obor Bah Ajan yang semakin menjauh ke arah dimana saung berada.
“Iyah benar kopi dua gelas itu satunya lagi buat orang itu berarti” ucapku langsung perlahan bangun dari posisi tengkurap.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Dan untuk pertama kalinya mungkin sudah pertengahan malam ini, aku masuk perlahan berjalan masuk semakin dalam untuk menuju ujung samping kebun tebu ini, dan keberanianku untuk menyalakan lampu senter sama sekali tidak ada, takutnya malah ketahuan dari arah saung.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Anehnya karena perasaan takut di ketahui keberadaanku oleh Bah Ajan dan orang yang tidak aku kenal itu, keberanianku begitu saja hadir yang mengiringi langkahku semakin dalam berjalan masuk ke kebun tebu.
“Itu, sebentar lagi ujungnya…” ucapku dengan nafas yang sama sekali
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta tidak pernah tenang, bahkan keringat sekarang sudah mengucur deras di bagian kepalaku yang masih tertutup oleh sarung.
Perlahan semakin mendekat pada ujung samping kebun tebu, aku yakin bakalan ada lubang yang cukup dalam karena sejajar dengan jembatan yang akan aku lalui,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan tidak mungkin untuk masuk ke dalamnya.
“Lewat sampingnya saja, seharusnya masih bisa” ucapku, sambil terus berjalan mendekat ke ujung samping kebun tebu.
Setibanya di ujung aku berhenti sejenak, dan melihat semua jaketku sangat kotor sekali, bekas tengkurap barusan di tanah,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta aku masih sempat melihat ke kanan dan ke kiri untuk memastikan semuanya aman.
“Semoga ketika aku lewat samping, Bah Ajan dan orang itu tidak keluar dari kebun tebu, andai mereka keluar caranya hanya satu masuk ke lubang ini” ucapku sambil melihat tidak jelas ke arah lubang
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta pemisah tanah dengan kebun tebu, karena hanya pencahayaan dari terang bulan malam ini, kedalamanya tidak bisa aku pastikan sama sekali.
Perlahan aku langsung melewati samping kebun tebu, karena kejar-kejaran waktu dan tidak mau hal yang barusan aku ucapkan terjadi,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta walaupun cukup jauh terus aku berjalan dengan pelan sekali, anehnya pikiran tentang bagaimana semua cerita kebun tebu dan jembatan ini tiba-tiba datang, dan anehnya bukan rasa takut yang wajar hadir, malah kesedihan yang aku rasakan.
“Kenapa jadi begini…” ucapku dalam hati.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Ketika sudah berjalan hampir beberapa menit, dan semoga saja tidak berbarengan dengan Bah Ajan dan orang yang tidak aku kenal itu keluar dari kebun tebu, aku sudah berada di dekat jembatan dan akan segera keluar dari kebun tebu.
“Lari, tidak ada pilihan…” ucapku, sambil membuka
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sandal dan aku jepitkan dua sandal di kedua tangan kanan dan kiriku.
Setelah memastikan dua kali aku melihat ke arah kebun tebu, walaupun kemungkinan yang terjadi bisa saja Bah Ajan sudah keluar dari kebun tebu sedang berjalan, atau Bah Ajan masih di saung.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Harusnya masih ada disana Bah Ajan” ucapku perlahan.
Dengan cepat segera aku berlari sangat kencang sekali, bahkan sakit yang aku rasakan menginjak beberapa bebatuan jalanan tidak aku pedulikan sama sekali, setelah melewati jembatan, aku benar-benar berlari sekuat tenaga dengan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta bekal apa yang sudah aku lihat barusan.
“Rumah Abdul tidak ada pilihan…” ucapku dalam hati.
Bahkan tidak biasanya dan sudah lama aku berlari sekencang ini, hanya baterai senter saja yang tidak bisa diam karena aku kalungkan talinya di leher, sementara samping yang menjadi
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta penutup kepalaku tetap aku gunakan.
“Hah? Perempuan itu lagi…” ucapku dari kejauhan melihat perempuan yang sedang berjalan ke arahku dengan pakain yang sama dan dengan membawa boboko yang sama, semuanya sama bahkan rambut yang aku yakin tersanggul karena tidak terlihat terurai.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Aku semakin saja tambah kecepatan lariku, agar segera bisa menyapa perempuan itu, apalagi tujuanku ke rumah Abdul dan bisa aku ceritakan kembali kepada Abdul pertemuan kedua malam ini.
Namun aku merasakan hal yang janggal, padahal aku sadar betul kaki aku masih merasakan sakit
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ketika berlari karena menginjak bebatuan kecil jalan ini, yang artinya aku masih benar-benar sadar, namun anehnya jarak dengan wajah perempuan itu sama sekali tidak semakin mendekat untuk terjadinya papasan dengan perempuan itu, padahal aku jelas, terus maju menuju jalan pulang
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang niatku menuju rumah Abdul, bahkan jalanan masuk ke perkampungan sudah semakin mendekat.
Ketika sampai di jalanan masuk ke dalam perkampungan, sama sekali aku tidak berpapasan dengan perempuan itu, walaupun masih jelas jaraknya sama dengan pertama kali aku melihatnya,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta bahkan ketika aku berhenti di ujung jalan karena aku akan berbelok masuk, perempuan itu masih saja seperti jalan mendekat kepadaku, namun tidak pernah benar-benar sampai.
“Tidak mungkin ini…” ucapku sambil mengucek kedua mataku.
“Lah! Malah hilang, kemana…” ucapku kaget padahal
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta baru membuka mataku dengan sedikit menarik urat mata agar penglihatanku tidak salah.
“Apa sekarang benar-benar aku salah… ah mungkin saja karena pikiran dan niat awalku memang datang ke kebun tebu untuk memikirnya, pantas saja…” ucapku perlahan dan berjalan masuk ke dalam
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta perkampungan yang sebelumnya aku gunakan kembali sandal dan melepas sarung yang sudah penuh dengan keringat di kepalaku, karena kejadian di kebun tebu dan lari barusan.
Sambil berjalan menuju rumah Abdul, bahkan jalanku benar-benar tidak seperti biasanya, karena tidak mau
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ketahuan oleh Bah Ajan kedatanganku ke kebun tebu dan bagian depan jaketku benar-benar kotor, aku gunakan sarung untuk menutupi bagian depan jaket.
“Semoga tidak berjumpa dengan orang di pos ronda” ucapku sambil terus berjalan dan menyalakan baterai senter berkali-kali.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Ketika melewati pos, aku melihat dua orang sedang terbaring dan hanya melihat bagian kakinya saja, dan aku yakin sisanya sedang keliling, dengan mempercepat langkahku, aku yang seharusnya lurus pulang ke rumah sudah aku urungkan niat itu dan berbelok menuju rumah Abdul,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta karena tidak ingin menambah kecurigaan Mak dan Euis saja di rumah apalagi dalam kondisi seperti ini.
“Dul… Dul…” ucapku, sambil mengetuk pintu rumah Abdul yang sudah sangat gelap.
“Dul” teriakku semakin kencang begitu juga dengan ketukan tanganku pada pintu rumah panggung Abdul
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Ketika terdengar langkah didalam rumah panggung Abdul perasaanku cukup lega, apalagi suara terbukanya pintu.
“Man, kenapa, tumben jam segini ini udah malem, Abah baik-baik sajakan?” ucap Abdul berdiri didekat pintu.
“Panjang ceritanya, ngopi di belakang Dul, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - eh aku nginap yah disini, istri ada?” tanyaku.
“Segala panjang lagi ceritanya, tau begitu kenapa engga tadi aja pas aku di rumah kamu bareng kesini, makanya aku ke rumah kamu kan istriku lagi engga ada Man… masuk jalan dapur saja yah” ucap Abdul kemudian masuk kembali
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan mengunci pintu.
“Baru saja mau bilang…” ucapku, langsung berjalan ke samping rumah Abdul.
Aku masih saja berpikir apakah aku harus bercerita tentang kejadian tadi ke Abdul di kebun tebu atau tidak walaupun jelas tidak bakal aku ceritakan kepada Abdul tentang kejadian
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta perjumpaan yang janggal dengan perempuan barusan.
“Masuk Man udah malam ini lihat sudah hampir jam 1, emang besok tidak ke sawah?” tanya Abdul, sambil membuka pintu kemudian menutupnya kembali.
“Besok ke sawah biasa Dul, tolong jangan ceritakan kepada Mak dan Euis yah malam ini -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - aku nginap disini taunya mereka aku jaga di kebun tebu” ucapku.
Abdul yang baru saja menyalakan lampu semprong sebagai alat penerangan begitu kaget melihat ke arahku.
“Pasti ini ada hal-hal aneh lagikan Man? Lihat jaket kamu kotor banget mana sarung dan baju banyak -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - keringatnya juga lagi…” ucap Abdul perlahan sambil duduk.
Segera aku melepaskan sarung dari bahuku yang sebelumnya tersampai dan menutupi badanku, kemudian melepaskan jaket yang aku juga sangat kaget ternyata sekotor ini.
“Iyah Dul ceritanya panjang di kebun tebu…” ucapku,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sambil menuangkan air ke dalam gelas yang sudah Abdul sediakan untuk aku.
“Sebentar Man, aku baru sadar… tumben tidak bawa obor…” tanya Abdul sangat heran.
“Aduh… masalah ini…” jawabku sangat kaget dan baru sadar obor tertinggal di saung dan pastinya Bah Ajan benar-benar
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta tahu kalau aku sebelumnya datang ke saung dan tahu bahwa aku yang bersembunyi mengintipnya, dan sekarang aku benar-benar sangat khawatir akan hal yang akan terjadi kedepannya.
“Man… Maman… malah melamun, bukanya menjawab” ucap Abdul sambil mengeluarkan rokok kreteknya.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Sudah Dul diam dulu, aku juga masih bingung ini…” jawabku sambil mengeluarkan tembakau dan melintingnya langsung.
“Sudah tanggung aku ceritakan saja kejadian itu…” ucapku dalam hati.
“Aneh sudah jaket kotor, sebelumnya perempuan yang aneh, sekarang tambah aneh, Maman… -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - ampun ah…” Ucap Abdul sambil menyalakan tungku yang sudah terisi kayu bakar, yang akan Abdul gunakan untuk menyeduh air panas.
Sementara aku masih memikirkan bagaimana selanjutnya yang akan terjadi kepadaku, apalagi aku yakin hal yang dilakukan Bah Ajan dan orang yang tidak
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta aku kenal itu begitu sangat penting sehingga sama sekali Bah Ajan tidak pernah cerita kepadaku.
“Sudahlah Man, aku sudah tanggung tahu… lagianya, aku ini sahabat dari kecilmu, aku yang ikut sedih jika ada yang meremehkan keluargamu… aku yang ikut marah jika ada yang menghinamu-
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - soal pernikahan dan bujang lapuk itu… kurang percaya apalagi sama aku ini, ceritakan saja, aku juga tahu kenapa kamu tidak pulang ke rumah…” ucap Abdul perlahan sambil membawa dua gelas kopi yang akan aku dan Abdul minum.
Aku masih saja diam belum selesai kejadian malam ini
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ditambah ada satu kebodohanku, menyimpan obor di saung dan hal itu bisa membuat aku celaka di esok hari.
“Benar kata Abdul…” ucapku dalam hati, sambil kembali melinting tembakau.
Belum selesai dan belum turun semua keringatku malam ini, segala hal datang di luar dugaanku.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Dul, bisa janji?” tanyaku perlahan.
“Apa Man…” tanya Abdul.
“Kalau Bah Ajan nyari kesini bilang aku sudah tidur, takutnya nyusul ke rumah dan aku tidak ada, pasti Mak bilang aku disini… bilang dari tadi kesini dan sudah tidur…” ucapku serius berkata pada Abdul,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sambil memberikan jaket kotorku.
“Baik bisa Man, ini kenapa jaket” jawab Abdul sama seriusnya denganku.
“Simpan di wadah cucianmu, jangan sampai ketahuan aku pulang dari kebun tebu Dul…” ucapku.
Segera dengan cepat di bawah pecahayaan lampu semprong Abdul memasukan ke wadah
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang mungkin biasanya untuk cucian kotor.
“Sudah, lalu… apa sebenarnya yang terjadi” tanya Abdul dengan wajah yang sangat serius dan sangat penasaran.
Setelah meminum sedikit kopi dan kembali menghisap rokok yang terjepit diantara belahan jariku, segera dengan perlahan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta aku ceritakan dari awal aku melihat Bah Ajan dengan lengkap kepada Abdul, hanya beberapa kejadian anehnya saja tidak aku ceritakan, Abdul hanya memperhatikan setiap kata yang keluar dari mulutku, bahkan tidak jarang Abdul mengelengkan kepalanya, akibat rasa ketidak percayaanya
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta akan hal yang keluar dari mulutku saat ini.
“Kalau seperti itu Man, harusnya Bah Ajan dan Bah Warman bapak kamu juga tahu sebenarnya hal itukan?” ucap Abdul perlahan.
Aku yang lagi-lagi tidak terpikiran pada hal itu kembali di buat sadar untuk kesekian kalinya karena mungkin
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta memang keadaan sedang datang mendesaku malam ini.
“Iyah Dul, cuman itu tidak penting yang penting adalah bagaimana caranya aku memberikan alasan, karena obor tertinggal di saung dan kemungkinanya Bah Ajan tahu hal itu…” ucapku.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Bego! Emang kamu bodoh itu susah, soalnya hanya kamu dan Bah Ajan yang datang kesana… tidak mungkin orang dengan ciri-ciri yang kamu ceritakan barusan bawa obor, walaupun bentuk obor sama gitu-gitu aja Man, ini susah…” ucap Abdul perlahan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Kecemasanku bukanya berkurang malah bertambah dengan ucapan Abdul seperti itu, dan aku hanya bisa diam tanpa keluar kata lagi.
“Mungkin Man, Bah Ajan datang ke rumah dan datang kesini…” ucap Abdul.
Baru saja rokok aku habis dan aku buang di atas tanah dapur rumah Abdul
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan aku injak, tiba-tiba terdengar ucapan salam di depan rumah Abdul.
“Bah Ajan…” ucapku, yang kenal dengan suaranya.
Segera Abdul melepas sarung yang digunakan dan melemparkannya ke arahku dengan cepat.
“Ganti sarung kamu kotor cepat!” bisik Abdul dengan nada marah.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Segera Abdul mengecilkan cahaya lampu semprongan, dan menyuruhku tidur di atas teras dapur.
“Kaki kamu masukan selimut bego! Celana kamu kotor” ucap Abdul.
Aku segera pura-pura tertidur di atas teras di dalam dapur, dengan kepala di bantal yang sudah tersedia sebelumnya,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dengan menuruti semua perintah Abdul.
“Iyah Bah sebentar…” jawab Abdul sedikit berteriak.
Segera aku menutupkan satu bantalnya lagi ke bagian wajahku, agar menutupi rambutku yang masih berkeringat, dan benar-benar dalam kondisi seperti ini aku sangat ketakutan,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta apalagi dari suara Abdul bicara bukan dengan Bah Ajan saja, bisa jadi dengan orang yang tidak aku kenal.
Semakin berdetak tidak tenang jantungku, karena terdengar tiga orang berjalan menuju dapur dan sudah masuk ke dalam rumah Abdul terdengar dari langkahnya menginjak lantai kayu
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dengan berusaha seperti orang yang benar-benar tidur aku merapatkan lututku ke badan, yang menjadi kebiasaanku tidur, yang sebenarnya agar bagian celanaku yang kotor tidak terlihat.
“Tuh Bah sudah tidur, abis ngobrol… kopinya saja sudah dingin engga di habisin katanya capek -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - sudah dari sawah seharian dan untungnya bisa tidur disini, karena istri saya lagi di rumah ibunya… niatnya mau aku bangunkan pulang tapi kasian melihatnya begitu, apalagi Bah Warman sedang sakit…” ucap Abdul.
Yang beruntungnya Bah Ajan tidak sampai turun ke lantai dapur
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan semakin mendekat.
“Maaf Bah, sangkaan Rojak salah berarti… benar ucapan Mak nya barusan di rumah ini” ucap orang yang tidak aku kenal yang ternyata bernama Rojak dengan suara yang sangat berat.
Aku hanya bernafas sebisa mungkin sambil terus saja aku merasa tidak tenang.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Iyah Pak, Maman jarang kemana-mana apa mau saya bangunkan? Takutnya penting” jawab Abdul.
“Jangan sudah biarkan saja, kasian benar kata kamu Dul, jangan bilang Abah kesini yah, sudah Abah mau pulang dan maaf merepotkan jam segini” sahut Bah Ajan perlahan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Aku yang mendengarkan ucapan Bah Ajan tidak tahu kenapa sangat begitu marah entah apa alasanya namun ucapanya itu pasti menyimpan sesuatu apalagi sebelumnya aku melihat dengan mata kepalaku sendiri dengan apa yang sudah Bah Ajan dan Rojak yang belum aku ketahui orang itu siapa
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan punya kepentingan apa di kebun tebu.
Perlahan suara langkah kaki Abdul, Bah Ajan dan Rojak kembali menjauh dari dapur dimana aku masih saja pura-pura tertidur, namun membuatku sedikit lega, karena mereka sudah menjauh.
“Untung saja…” ucapku perlahan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Anehnya Abdul tidak langsung kembali ke dapur, bahkan aku sudah langsung duduk kembali di kursi dapur dan untuk meredakan rasa panik aku langsung melinting tembakau dengan perlahan, setelah sedikit kopi aku minum barulah korek api aku nyalakan dan rokok perlahan aku hisap.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Tumben Abdul lama sekali…” ucapku dalam hati, yang bisa belum tenang sama sekali, apalagi ini adalah malam dimana belum pernah terlintas dalam pikiranku akan terjadi hal-hal seperti ini.
“Kemana dulu Dul, kok lama sih…” ucapku sedikit keras ketika melihat Abdul berjalan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ke arahku dan segera turun menggunakan sandal.
“Jangan pake urat bego! Hampir ketahuan kan barusan, aku pastikan dulu Bah Ajan dan siapa barusan namanya di sebut sama Bah Ajan benar-benar pergi” jawab Abdul perlahan.
“Rojak Dul, dan orang itu Dul yang aku ceritakan, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - percayakan sama ceritaku hah?” tanyaku.
“Iyah percaya Man, pantas saja mereka langsung mencari kamu, tapi tidak bawa obor Man, hanya Bah Ajan saja barusan…” jawab Abdul yang sama sekali tidak membuatku tenang.
“Sudahlah Dul biarkan saja, dalam keadaan mendesak aku juga bisa -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - jelaskan semuanya karena salah Bah Ajan dan Abah saja tidak pernah cerita, bereskan, berantem-berantem deh sekalian, lagian aneh juga ngapain harus begitukan…” ucapku sedikit kesal.
Abdul hanya mengangguk saja berkali-kali dan seperti ada yang sedang dia pikirkan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Tapi Man bisa jadi Bah Warman benar-benar sakit… maaf karena gangguan makhluk perempuan disana…” ucap Abdul perlahan.
Dan ucapan Abdul benar-benar sangat membuatku merasa sakit hati, apalagi melihat hal-hal yang Bah Ajan dan Rojak lakukan membuang sesajen itu.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Gila! Jadi supaya Abah meninggal gitu?!” ucapku keras membentak Abdul.
“Tenang Man… Abah Warman dan Mak Idah sudah aku anggap seperti orang tua aku juga mana tega maksudku ke arah situ... maksudku apa mungkin cerita ritual sesajen itu berkaitan dengan sakitnya Abah” ucap Abdul
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sambil memegang lenganku.
Aku kemudian tiba-tiba berpikir pada semua kejadian yang datang kepadaku, dari mulai decitan suara di rumah, bayangan sosok wanita dan segala hal aneh termasuk kejadian di kamar mandi, semuanya setelah Abah sakit.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Dan kan Man biasanya menuju panen tebu, ingat semua kejadian itu selalu datang…” ucap Abdul.
“Tapi Dul… jika iyah benar sesuai perkataan kamu barusan, aku bisa apa…” jawabku dengan lemas.
“Berani bicara pada Bah Ajan…” tanya Abdul.
“Jangakan tanya, ada apa-apa dengan Abah -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - gara-gara Si Ajan, nih nempel di lehernya” ucapku dengan gemetar, sambil memegang golok.
“Sudah, tidak semua masalah selesai dengan begitu Man… bicara baik-baik maksudku” jawab Abdul yang cukup kaget dengan ucapan dari mulutku.
“Aku memang tidak berhutang apapun pada Abah, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - besar dan dibesarkan hanya itu Dul, anaknya dihina sampai semua orang di kampung soal bujang lapuk, mana Abah tidak pernah marah, tapi… kalau mati dengan cara Bah Ajan seperti yang sudah aku lihat, Bah Ajan juga harus mati dengan caraku sendiri” jawabku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Sudah… aku paham di posisi kamu, tidurlah cape kamu itu Man, istirahat besok siang aku mau jemput istriku, mau disini apa didalam…” jawab Abdul.
“Duluan saja Dul, tidak apa-apa di sana aja aku tidur lagian ada bantal juga” jawabku.
Abdul kemudian mematikan rokoknya
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan langsung berjalan masuk ke dalam ruangan rumah.
“Kalau mau tidur matiin lampunya Man…” ucap Abdul.
Namun tidak aku jawab, malah aku yang awalnya tidak pernah begitu peduli dengan sakitnya Abah, malam ini di rumah Abdul ada rasa sakit hati dimana pikiranku kembali membawaku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ke masa dimana aku dan Abah belajar banyak hal ketika aku masih kecil. Namun semuanya berubah ketika Ecih lahir adiku, kemudian Titin dan Euis semuanya benar-benar berubah apalagi semenjak aku ingat betul Abah mulai menjaga kebun tebu saat itu, setelah itu tidak pernah ada lagi
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta obrolan dan apapun juga yang aku dapatkan dari sosok Abah, walaupun seperti itu tidak tahu kenapa malam ini juga aku sangat kehilangan dan merasakan iri jika melihat kedekatan Abdul dengan Bapaknya.
“Kadang memang sebenarnya aku ingin menikah atau dinikahkan oleh Abah, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - Abahnya Abdul bahkan seperti itu, namun karena harapan itu tidak mungkin dan karena aku juga seperti ini, wajar… ketemu satu kali lagi dengan perempuan itu aku niatkan berkenalan dan mengajaknya menikah!” ucapku, sambil menghisap rokok yang terakhir dan kemudian mematikanya.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Segera aku beranjak berdiri dari duduk, dan menuju dimana lampu semprong di simpan untuk mematikannya. Lalu berjalan menuju teras yang sebelumnya aku gunakan untuk berpura-pura tidur. Setelah melepaskan baterai yang sedari tadi di kalungkan di leher aku segera menutup mata,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dengan bayangan yang ada dalam pikiranku masih tentang kelakuan Bah Ajan dan Rojak, juga kejanggalan dari pertemuanku kedua kalinya dengan perempuan itu.
“Benar juga semua perkataan Abdul besok aku harus bicara dengan Abah dan Bah Ajan bila perlu aku bereskan semuanya…” ucapku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sambil mata terpejam sambil merasakan sakit hati yang teramat sakit malam ini, anehnya semua sakit hati itu tanpa sebab, hanya dengan mengingat bagaimana Bah Ajan dan Rojak lempar segala sesuatu ke jurang di ujung kebun tebu, semakin sakit aku rasakan.

***
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Man… udah siang ini… jaket dan sarung aku jemur… bangun…” ucap suara Abdul masuk ke dalam telingaku.
“Iyah Dul titip dulu sampai kering, jam berapa ini, sebentar lagi aja Dul…” jawabku dengan kondisi masih mengantuk sekali.
“Gila sudah jam 8 Man…” ucap Abdul perlahan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Iyah udah ah berisik, sebentar lagi aja…” jawabku.
Tidak lama ada suara keras sekali memanggil nama aku dan Abdul dari depan pintu rumah Abdul, dan sepertinya suara itu benar-benar aku ingat.
“Iyah ini ada sebentar…” jawab Abdul berteriak yang benar-benar menggangguku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang masih dalam keadaan mengantuk sekali.
Masih dalam setengah sadar, anehnya suara perempuan yang aku kenal itu malah menangis sangat kencang.
“Man… Man… Bangun… Man… Bah Warman Man… Abah…” ucap Abdul berteriak sambil berlari ke arahku.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Aku yang sangat kaget langsung membuka mata, dan duduk dalam keadaan mengantuk dan mengucek-ngucek kedua mataku.
“Kenapa Dul Abah…” tanyaku pelan.
“Di depan Euis nyusul kamu, di rumah juga pagi tadi ada Ecih dan Kang Sanim suaminya, juga Titin dan Kang Rahmat sudah sampai rumah”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ucap Abdul yang anehnya matanya seperti menahan tangisan.
“Iyah emang bagus dong Man, bisa rawat Abah… emang Euis pernah kirim surat juga Dul, terus kenapa…” jawabku masih bingung.
“Sudah pulang dulu sana…” ucap Abdul sambil meneteskan air matanya.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Aneh Dul segala nangis, yasudah aku pulang nanti sarung sama jaket anterin ke rumah yah” jawabku sambil berdiri dari tempat tidurku semalam.
“Iyah Man nanti aku ke rumah, sudah beres semuanya” jawab Abdul masih dengan mengeluarkan air matanya.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Segera aku berjalan keluar rumah Abdul melalui dapur, dan berjalan melalui pinggir seperti malam, didepan Euis juga terlihat wajahnya seperti sudah menangis. Melihat keberadaanku, Euis langsung berlari dan memeluk aku.
“kang… Abah Kang…” ucap Euis menangis sejadi-jadinya.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Kenapa Abah Euis…” tanyaku yang kaget karena baru pertama lagi melihat dan mendengar Euis menangis kejar seperti ini sambil memeluk aku.
“Ayo pulang…” jawab Euis sambil menarik tanganku dan berjalan dengan cepat meninggalkan rumah Abdul.
Aku hanya berjalan dengan perasaan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang tidak menentu apalagi pagi ini setelah kejadian semalam sudah cukup hal itu tidak mau aku ulang lagi.
“Ecih sama Titin sudah ada di rumah?” tanyaku.
Euis hanya mengangguk saja bahkan tidak biasanya langkahnya begitu cepat, dari kejauhan rumah sudah terlihat beberapa warga
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang berkumpul, sementara Kang Darma suaminya Euis langsung berdiri dari duduknya ketika melihat kedatanganku dari kejauhan.
Semakin mendekat langkahku menuju rumah, semua orang yang ada di depan rumah menatap ke arahku, seketika Kang Darma langsung memeluk aku dengan sangat erat
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Yang sabar, Abah sudah pulang…” Bisik Kang Darma.
Seketika itu juga, aku lepaskan pelukan Kang Darma dengan sekuat tenaga, ucapan Kang Darma adalah ucapan yang tidak pernah ingin aku dengar, apalagi semalam rasanya sakit hatiku terbukti pagi ini.
“Sabar Man…” ucap Bah Ajan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang menghampiriku.
Aku hanya menatap tajam saja ke arah wajah Bah Ajan, seolah wajah dan tubuhnya akan aku makan hidup-hidup. Kemudian aku melangkah masuk ke dalam rumah.
Tubu Abah sudah tertutup sarung semuanya, di atas tikar pandan dan hanya tangisan dari Ecih, Titin dan Mak
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta saja yang terdengar olehku, aku benar-benar tidak percaya pagi ini datang dengan memberikan aku sejuta kejutan tentang arti melepaskan seorang Bah Warman, dan menyesalnya aku tidak ada di dekat Abah ketika pergi, malah malamnya aku berada dalam keadaan yang sebelumnya aku tidak
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta pernah benar-benar tahu tentang kebun tebu.
Aku hanya duduk didekat Mak, tepat di samping kepala Abah yang sudah tertutup sarung, air mata Mak mungkin tidak akan pernah habis mengantarkan kepergian Abah. Ecih dan Titin hanya mencium tanganku ketika sudah lama tidak berjumpa dan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta tidak beruntungnya perjumpaan dengan dua adik aku ini dalam keadaan seperti ini.
“Titin datang duluan Kang… jam 6 lebihan kondisi Abah sudah mengigil parah dan keringatnya bahkan sangat banyak, tidak lama Ecih datang… Abah sempat melihat Titin dan Ecih kemudian tersenyum… -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - namun setelah itu badannya kejang-kejang… Mak dan Euis datang karena Ecih teriak begitu juga Kang Darma, Kang Sanim dan Kang Rahmat… setelah itu Abah meninggal…” ucap Titin perlahan menjelaskan di sampingku.
Aku hanya mengangguk saja mendengarkan penjelasan Titin,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sementara air mata tidak bisa aku tahan lagi, perlahan menetes begitu saja, apalagi ketika aku melihat ke luar sudah banyak warga yang datang ke rumah untuk melayat.
Segera dengan perlahan aku berdiri kembali meninggalkan Abah yang sudah tidak bernyawa dan berjalan dengan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta perlahan ke dapur, di dapur Kang Darma langsung mengajak aku duduk.
“Kang… kebumikan saja jangan terlalu lama…” ucapku perlahan, sambil menerima rokok kretek yang Kang Darma berikan.
“Iyah Man, lagian anak-anaknya sudah berkumpul juga, ini pemandian sebentar lagi selesai…”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta jawab Kang Darma.
“Man…” ucap Abdul yang terlihat masuk dari pintu dapur.
“Sini Dul… sama siapa Dul…” tanyaku.
“Semuanya Man lengkap, Istri, Abah dan Mak aku juga didepan ada giliran melayat masuk… maaf yah Man aku tidak bilang langsung barusan…” ucap Abdul dengan sangat
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta merasa bersalah.
“Jam 7 kurang Man, setelah semuanya beres baru Euis menyusul Maman, bukan apa-apa, keburu banyak warga yang datang” sahut Kang Darma.
“Iyah Kang tidak apa-apa, untung Ecih dan Titin juga sudah sampai rumah jadi bisa segera cepat dikebumikan Abah, kasihan” ucapku.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Semalam kata Euis ke kebun tebu Man? Akang dari kota saja jam 4 pagi Man, untung malah duluan akang sampai kesini” ucap Kang Darma, sementara Abdul hanya berdiri di dekatku.
“Engga Kang ke rumah Abdul menginap sendirian di rumahnya” jawabku yang berbohong pada Kang Darma.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Iyah soalnya kata Mak dan Euis, semalam Bah Ajan nyari Maman dan mengembalikan obor Maman datang kesini sama temanya Man, aneh…” ucap Kang Darma.
Ucapan Kang Darma cukup membuatku kaget dalam kondisi seperti ini, walaupun sangat wajar karena Kang Darma tentunya tidak tahu
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta apa-apa, dan harusnya aku berterimakasih mendengarkan informasi ini. Bahkan Abdul yang mengetahui apa yang terjadi cukup kaget mendengarkan ucapan Kang Darma.
“Temui Si Ajan, bilang jangan dulu muncul di hadapanku takutnya aku kelepasan Dul… bilang kalau mau membereskan -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - sesuatu jangankan tubuh ini, nyawa juga aku siap lepas! Kita lihat siapa yang mati duluan!” ucapku dengan tegas kepada Abdul.
Tanpa menjawab dan pasti Abdul tahu betul bagaimana aku semalam, Abdul langsung bergegas keluar dari dapur, bahkan ujung rokok kretek yang sedari aku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta hisap, ujungnya yang masih menyala aku matikan dengan ujung jariku saking kesalnya pada Bah Ajan.
“Sudah Man, jangan sampai begitu… sabar, kondisinya lagi begini yah, kasihan Abah” jawab Kang Darma sambil tanganya bergetar karena kaget dengan ucapanku yang pasti didengar
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta jelas oleh Kang Darma.
Tidak lama Abdul kembali dan Kang Darma berdiri dari duduknya, karena semua yang mengatur pemandian sampai dikebumikan Abah adalah Kang Darma yang memang sudah sangat kenal dengan warga kampung ini, karena selama menikah dengan Euis tinggal bersama
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta di rumah panggung ini.
“Sudah Dul…” tanyaku.
“Sudah Man…” jawab Abdul singkat namun seperti menyembunyikan sesuatu dariku.
“Berarti Man semalam sudah tahu kalau aku pura-pura tidur Bah Ajan buktinya Bah Ajan kamu dengar sendiri Kang Darma barusan bilang mengembalikan obor, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - sudah tidak ada pilihan…” ucapku perlahan.
“Man kondisinya lagi begini, sudah buang dulu pikiran semuanya kita antarkan dulu Bah Warman sampai tempat terakhirnya, setelah itu baru kita pikirkan lagi tentang bagaimana kebun tebu kedepannya…” jawab Abdul menenangkan aku.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Tidak lama mayat Abah di angkat oleh beberapa orang termasuk suami Ecih dan Titin ikut mengangkat untuk segera di mandikan, segera aku berdiri.
“Jagain aku Dul, takutnya tiba-tiba emosi” ucapku sambil berdiri dan mengikuti mayat Abah untuk segera dimandikan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Selama proses pemandian mayat Abah aku benar-benar terpukul apalagi tidak sempat semuanya Abah ceritakan tentang semuanya kepadaku termasuk kebun tebu, badanya sangatlah kecil berbeda ketika dalam keadaan sehat semasa hidupnya, yang baru aku tahu, di mulutnya tidak jarang keluar
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta darah dan itu membuat aku kaget, bahkan penjelasan dari Kang Ramat suaminya adikku Titin tidak sama sekali masuk dalam akal aku. Tidak lama semua proses pemandian selesai Abdul tetap berada di belakangku, kembali mayat Abah dibawa masuk ke dalam untuk segera di kafani.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Aku kembali lagi duduk bahkan ketika dipanggil untuk membantu mengkafani aku menolak karena tidak kuat melihat kondisi Abah terakhir, walaupun dalam hatiku mencoba untuk ikhlas tapi tidak bisa sama sekali, apalagi sakitnya Abah belum bisa aku ketahui dengan benar semuanya apa,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta terlepas udah cara tuhan membuatnya kembali.
Beberapa warga silih bergantian datang dan suara orang mengaji sudah kembali aku dengar, namun aku masih saja bertarung dengan sengit dalam pikiranku, apalagi ini semua seperti mimpi di pagi hari yang sebelumnya tidak pernah menyangka
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta melepas kepergian Abah dengan meninggalkan banyak pertanyaan untuk aku anak laki-laki, satu-satunya ini.
Karena Mak memanggilku, segera aku masuk ke dalam rumah meninggalkan Abdul di dapur.
“Man, Bah Ajan bilang jangan dulu dimakamkan ada tamu yang belum datang” ucap Mak perlahan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta di samping Euis, Titin dan Ecih yang selalu dekat dengan Mak.
Segera aku keluar berjalan dengan cepat, mencari dimana Bah Ajan berada, yang ternyata sedang bicara dengan Kang Darma dan Kang Ramat, juga Kang Sanim semua menantu Abah.
“Kang, makanya sudah siap?” tanyaku.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Siap Man, barusan Kang Sanim pastikan dari pemakaman umum…” jawab Kang Darma.
“Iyah Man sudah siap tinggal kesana saja, orang-orang pengali juga sudah siap alhamdulillah lancar” sahut Kang Sanim.
“Yasudah sekarang saja, jangan kelamaan…” jawabku dengan tegas.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Man tunggu dulu sebentar ada tamu yang belum datang” sahut Bah Ajan yang memang aku menunggu keluar ucapan itu keluar.
“Tamu? Siapa tamu? Dengar saya ini anaknya! Tamu siapa! Lagian Abah bukan siapa-siapa di keluarga kami, tidak perlu mengatur! Atur saja kematian Abah nanti, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - kalau mau ikut mengatur!” ucapku dengan nada keras, dan hal itu membuat beberapa warga yang mendengar ucapanku langsung melihat ke arah aku sedang berdiri sekarang.
“Man tidak baik bicara seperti itu… kan Abah Ajan sahabat almarhum Man, sama-sama mengurus semua pekerjaan -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - termasuk kebun tebu juga” sahut Kang Rahmat suami adikku Titin.
“Jangan ikut campur Kang! Akang mantu bukan anak! Kang makamkan sekarang peduli setan siapa tamu itu, suruh saja kalau keberatan berhadapan denganku” ucapku dengan keras.
Terlihat Abdul berjalan mendekat ke arahku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan mencoba menenangkan aku yang sudah dalam kondisi sangat emosi, bahkan melihat wajah Bah Ajan benar-benar rasanya ingin aku makan hidup-hidup.
“Baik Man, akan segera sekarang juga Abah dimakamkan” jawab Kang Darma yang sebelumnya sudah mengetahui ucapanku tentang Bah Ajan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta di dapur, dan segera pergi masuk ke dalam di ikuti oleh langkahku kemudian Abdul, apalagi keranda sudah siap dan berada di samping rumah.
Tidak lama setelah beberapa warga juga membantu memasukan Abah ke dalam keranda mayat, aku dan semuanya yang ada di rumah kecuali Mak, Euis,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Ecih dan Titin saja dan beberapa tetangga perempuan tidak mengantarkan Abah ke pemakaman.
Walaupun jaraknya terbilang tidak cukup dekat dan tidak terlalu jauh aku memangku keranda di bagian depan yang di sebelahnya adalah kang Darma, dalam perjalanan menuju pemakaman,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta bercampur aduk sudah perasaanku, walaupun aku berusaha sekuat tenaga tidak untuk meneteskan air mata, karena takut dilihat beberapa warga yang terlewati oleh rombongan menuju pemakaman ini, yang bisa di bilang cukup banyak apalagi Abah memang semasa hidupnya dikenal juga oleh
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta semua warga kampung ini.
Setelah matahari mulai meninggi proses pemakamana Abah berjalan sangat lancar apalagi aku yang ikut masuk ke liang lahat dengan Kang Darma dan salah satu ustad di kampung ini. Setelah masuk liang lahat dan penutup liang lahat selsai, sebelumnya adzan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta juga di kumandangankan, barulah aku merasa bersalah sambil menginjak tanah yang di turunkan dari atas oleh beberapa penggali.
“Maafkan Bah, tapi Maman janji akan membereskan semua wasiat pekerjaan yang Abah berikan termasuk semuanya Bah…” ucapku dalam hati.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Bahkan aku yang saking merasa lelah dan tidak tahu kenapa air mata keluar begitu saja, bahkan aku menerima lambaian tangan Abdul dari tas, kemudian beberapa warga yang dekat dengan Abah menggantikan aku menginjak tanah agar makan semakin terisi dan penuh sampai atas.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Beberapa teman-temanku silih menyapa dan mengucapkan rasa belasungkawanya kepdaku, aku hanya membalasnya dengan ucapan terimakasih saja. Seketika mataku mencari dimana Bah Ajan berada namun sama sekali tidak aku lihat, apalagi pemakaman kampung ini dikelilingi beberapa
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta pohon bambu yang sangat rindang. Beberapa kali aku melihat sekitar untuk memastikan sama sekali Bah Ajan tidak aku lihat.
“Lihat saja Bah…” ucapku dalam hati.
Tidak lama setelah proses pemakaman selesai, ustad di kampung ini memimpin doa untuk mengiringi kepulangan Abah
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta pada penciptanya, sambil berjongkok, Abdul tetap saja berada di sampingku dan tidak jarang selalu memberikan ucapan-ucapan agar aku berusaha kuat.
Setelah selesai semua, aku dan Abdul juga beberapa warga yang ikut mengantar Abah pulang, aku seperti meninggalkan separuh hidupku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dengan banyak pertanyaan ketika melihat nama Abah dan Binnya lengkap dengan tanggal meninggal Abah dan lahirnya tertulis di nisan kayu yang sudah tertancap di atas makam Abah.
Dari kejauhan sebelum sampai rumah, aku melihat Mak dan adik-adik aku sedang duduk mengobrol dengan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dua orang yang tidak aku kenal sama sekali walaupun semakin mendekat aku baru sadar bahwa orang itu Rojak, orang yang semalam aku lihat dengan Bah Ajan. Karena tidak enak Abdul menjauh begitu saja dariku.
“Man… ini Pak Bramantio yang punya kebun tebu…” ucap Mak.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Oh iyah” jawabku, anehnya Rojak menatap ke arahku seperti ada yang aneh dan salah dariku.
Pak Bram dengan perawakan yang besar dan berjanggut, langsung memberikan tangannya kepadaku.
“Bramantio, ini anak laki-lakinya Bah Warman yah” ucap Pak Bram dengan suara yang sangat serak.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Maman Suherman…” jawabku, sambil menerima salamnya.
Sementara Rojak juga ikut mengenalkan namanya, walaupun aku sudah tahu ketika malam datang ke rumah Abdul mencariku.
“Hanya itu Mak Idah yang ingin saya sampaikan dan mohon maaf jika pemberian saya kurang, Bah Warman -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - orang baik bahkan puluhan tahun sudah menjaga tanah dan kebun saya, namun maaf baru bisa datang dalam kondisi seperti ini” ucap Pak Bram.
“Selanjutnya mungkin bila berkenan anak Bah Warman saja yang meneruskan Pak” ucap Rojak dengan suara yang sudah pernah aku dengar
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta karena hampir mengetahui persembunyianku malam kemarin di kebun tebu.
“Bagaimana Maman bersedia?” tanya Pak Bram sambil melihat ke arahku dengan tatapan aneh.
“Bersedia…” ucapku.
“Bagus, apalagi sebulan lagi panen kan yah Bah Ajan…” jawab Pak Bram.
“Iyah betul Pak…” jawab Bah
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Ajan yang sudah tidak berani menatapku sama sekali.
Karena aku rasa selesai ucapanku basa-basi dengan Pak Bram dan Rojak aku duduk, dan kagetnya Rojak mengikuti dimana sekarang aku duduk.
“Maman Suherman… semalam ada orang lain yang masuk ke dalam kebun tebu, ada hama, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - namanya manusia! Kedepannya kamu harus curiga orang itu untuk apa datang!” ucap Rojak dengan suara tegasnya, sambil menepuk pundakku, sementara badan Rojak jauh sangat besar dengan rambut panjang yang terikat.
“Maaf Pak maksudnya apa?” jawabku, yang sebenarnya hama itu
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta adalah aku dan aku berusaha cukup tenang.
“Ajan bilang, kamu sering ketinggalan obor di saung benar? malam itu aku menyangka kamu hama itu, ternyata salah, kamu tidur dan menginap di rumah orang yang barusan juga aku lihat, bahkan semalam aku datang kesini sebelum Bah Warman -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - meninggal pagi nya” jawab Rojak dengan perlahan.
Aku benar-benar di buat bingung oleh ucapan Rojak apalagi Bah Ajan berbohong kepada Rojak, dan aku tidak mengerti apa yang sebenar-benar terjadi di kebun tebu itu, dan aku masih berusaha tenang agar menjawab ucapan Rojak sebenar
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta mungkin agar yakin dan percaya, supaya tidak menimbulkan kecurigaan dari Rojak.

Bersambung

***
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Perlahan dan pasti kebingungan akhirnya sampai pada Maman setelah semua kejadian yang Maman lihat dengan mata kepalanya sendiri mengantarkan kebingungan itu, apalagi kematian Bah Warman sudah cukup membuat Maman semakin mempertanyakan segala ritual di kebun tebu,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta juga pertemuannya dengan perempuan itu yang sudah terhitung dua kali. Warisan pekerjaan sudah Maman dapatkan namun apakah warisan itulah yang akan membawa Maman pada kenyataan yang sebenar-benarnya?
“Kepergian memang meninggalkan luka, dan tidak pernah ada yang -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - benar-benar ikhlas mengantarkannya, apalagi kepergian menuju kematian yang masih menjadi misteri, juga pertanyaan yang tidak pernah selesai”
Apakah hal-hal yang Maman inginkan akan diaminkan oleh keadaan? Dan apa yang sebenarnya terjadi di kebun tebu,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta setelah merenggut nyawa Bah Warman? Kita berjumpa di Bagian V – Penjaga Kebun Tebu, Sebuah Kisah Warisan Pekerjaan, akan terus berlanjut!

Bagian V juga sudah bisa teman-teman baca duluan dengan memberikan dukungannya, klik link di bawah.

karyakarsa.com/qwertyping/pen…
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Bagian VI yang membawa pada bagian terakhir sebelum tamat, klik link di bawah.
karyakarsa.com/qwertyping/pen…
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Dan ini adalah Bagian VII Tamat, bagian paling panjang ceritanya dan menuntaskan akhir dari cerita ini, bisa klik link di bawah, baca duluan sambil memberikan dukunganya.
karyakarsa.com/qwertyping/pen…
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Dan untuk memberikan support/ TIP yang bagi saya sangat berharga sekali, teman-teman bisa klik link yang dibawah ini juga.
karyakarsa.com/qwertyping
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Kita akan berjumpa lagi sesuai informasi di bawah ini, silakan untuk meninggalkan retweet, love dan replynya teman-teman, agar mempermudah nanti membaca kembali di Bagian 5! Sampai berjuma tanggal 17 February.
“Typing to give you a horror thread! You give me support!” Image
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta PENJAGA KEBUN TEBU

Sebuah kisah warisan pekerjaan
Tahun 1988-an

Bagian V

"Sebelum tubuh ini utuh, sebelum penasaran ini selesai, dan sebelum dendam ini tuntas, ini adalah tempatku."

@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Image
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta BAGIAN V – SEKAR WANGI

“Setelah kepergian ada yang tertinggal sesuatu hal yang tidak bisa di ulangi oleh waktu, sekalipun penyesalan dan maaf untuk menebusnya. Kini semua benar adanya, menuntut balas.”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Aku benar-benar di buat bingung oleh ucapan Rojak apalagi Bah Ajan berbohong kepada Rojak, dan aku tidak mengerti apa yang sebenar-benar terjadi di kebun tebu itu, dan aku masih berusaha tenang agar menjawab ucapan Rojak sebenar mungkin agar yakin dan percaya, s
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta supaya tidak menimbulkan kecurigaan dari Rojak.Tetangga dan para menantu Mak bahkan sesekali mencuri pandang ke arahku, karena oborlanku saat ini hanya bersebelahan dengan Rojak, apalagi dari segi postur tubuh jelas jauh berbeda aku yang kurus dengan rambut yang pedek,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sementara Rojak sebalikanya.nBaru saja aku akan menjawab ucapan Rojak, melihat Pak Bram sudah bermapitan kepada Mak dan anak-anak perempuan Mak, seketika Rojak ikut berdiri juga.
“Benar berati Bah Ajan tidak berbohong kepadaku, dia semalam bercerita panjang tentang bagaimana -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - Maman dan benar, lupakan soal ucapanku barusan hanya ingin memastikan saja” ucap Rojak, sambil memberikan tanganya di hadapanku untuk bersalam.
Karena masih bergelut dengan perasaan kaget di hari kematian Abah, aku hanya menerimanya dengan sangat lemas sekali jabatan tangan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dari Rojak, apalagi semua yang aku pikirkan semalam dan barusan sebelum Abah di kebumikan tentang Bah Ajan benar-benar salah.
“Apa sebenarnya semua ini?” ucapku dalam hati, sambil mengusap muka sekuat tenaga oleh kedua tanganku sendiri,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta bahkan keadaan saat ini membuatku tidak percaya begitu saja datang kepadaku dengan sendirinya dengan waktu yang sangat cepat.
“Man… gimana aman tidak?” tanya Abdul tiba-tiba duduk di sebelahku dengan wajah yang cemas.
“Ayo ke dapur…” jawabku sambil berdiri.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Abdul hanya mengikuti langkahku, dan aku sambil menerima beberapa salam dari tetangga yang masih berdatangan hari ini, walaupun hari semakin siang.
“Man aku lihat barusan Rojak sebegitu seriusnya bicara sama kamu…” ucap Abdul sambil membawa kopi
“Susah Dul, aku jadi bingung… -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -malah Bah Ajan yang berbohong kepada Rojak seolah melindungi aku kejadian semalam…” ucapku pelan sekali kepada Abdul.
“Maksudnya Man aku tidak paham” jawab Abdul makin penasaran yang berganti awalnya sangat khawatir kepadaku.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Segera aku jelaskan kembali obrolanku dengan Rojak walaupun Abdul hanya mengangguk saja berkali-kali dan mencoba memahami apa yang aku ucapkan kepadanya.
“Man… sebentar… Bah Ajan sudah jadi kunci pahamkan maksud ucapanku” ucap Abdul pelan sekali sama dengan nada bicaraku.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Aku hanya menganggukan kepala dan sangat setuju dengan ucapan Abdul, walaupun sebenarnya aku masih berada dalam kesedihan hari ini harus perlahan masuk pada suatu masalah yang sebenarnya tidak tahu masalah apa yang sedang aku hadapi saat ini.
“Tenang Man, ada apa-apa jangan -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -sungkan bicara kepadaku, almarhum Bah Warman udah aku anggap seperti bapaku juga…” ucap Abdul sambil menepuk pundaku berkali-kali dengan air mata yang menetes begitu saja dari mata Abdul.
Barulah air mata yang sedari tadi sekuat tenaga aku tahan sejak dari pemakaman
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sudah tidak bisa aku tahan lagi, air mata mengalir begitu saja dengan perlahan kepalaku menunduk. Setelah itu Abdul berdiri karena Euis dan Titin memanggilnya karena membutuhkan bantuan untuk memindahkan karung beras dari hasil orang-orang yang melayat dari pagi sampai siang,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sementara Ecih dan Mak masih menerima tetangga yang datang ke rumah.
“Man… akang minta, sudah redakan emosi kamu sama Bah Ajan, tahan, suasana masih berduka, jujur Akang juga penasaran dengan Pak Bram dan orang yang barusan bicara sama Maman, entah kenapa -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - ada rasa yang menganjal di hati Akang melepas kepergian Abah” ucap Kang Darma sambil duduk di sebelahku.Aku hanya mengangguk sambil mengelap air mata dari kedua mataku perlahan.
“Iyah kang… Maman rasa cukup, sudah cukup kesal sama Bah Ajan” jawabku, sambil mengingat ucapan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Rojak yang sebelumnya masih terngiang di telingaku. Dan selama Kang Darma duduk di sebelahku, hanya berbatang-batang rokok saja yang aku hisap dan Kang Darma tanpa ada ucapan apapun, dan aku yakin Kang Darma pikiranya sedang ke satu titik yang sama denganku yaitu kebun tebu.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Sampai tidak terasa hari ini waktu berjalan dengan sangat cepat, pikiranku dan perasaanku masih belum bisa berdamai melewati hari yang berat di tahun ini, Mak adik-adiku sibuk membereskan semuanya ketika hari dari siang berganti menuju sore, apalagi Abdul sudah pamit pulang,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta karena sudah sedari tadi menemani aku yang hanya bisa duduk saja di dapur.
“Man sini…” teriak Mak.
“Ayo Man, harus ada yang di bicarakan Mak, lagian sudah pegal dari tadi hanya duduk” ucap Kang Darma sambil menarik tanganku.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Bahkan aku benar-benar tidak siap melihat rumah panggung berukuran kecil bagian tengahnya ini, yang pagi tadi Abah terbaring sudah tidak bernyawa, dan aku harus duduk disana. Euis, Ecih, Titin dan para suaminya sudah berkumpul duduk begitu juga dengan Mak.
“Jadi begini Man, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - kamu anak paling gede dan paling tua… Abah tidak meninggalkan apapun kecuali radio bututnya dan segala peralatan ke sawahnya… Mak minta sebagai bekal kamu, ambilah semua pekerjaan Abah sebagai warisan… Ecih, Titi dan Euis juga suaminya juga setuju, apalagi selama beberapa -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - hari adik-adik kamu juga tidak langsung pulang untuk menemani Mak dulu sementara disini…” ucap Mak sambil meneteskan air matanya.
“Iyah Mak tidak apa-apa, cuman sayang sekali Abah keburu pergi disaat anak satunya lagi belum menikah… padahal beberapa hari Maman pengen bahas -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - ini sama Abah, cuman sudah begini mungkin waktunya… iyah Mak tidak perlu khawatir, warisan pekerjaan akan Maman teruskan termasuk menjaga kebun tebu…” ucapku perlahan.
“Maafkan Abah yah Man…” ucap Mak sambil semakin menjadi tangisanya, dan setika Euis yang duduk paling dekat
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dengan Mak memeluk Mak langsung.
“Sudahlah Mak, sudah Maman maafkan…” ucapku, yang sebenarnya tidak tega mengucapkan hal barusan, karena itu seperti bahasa emosi yang harus keluar dari mulutku.
Setelah itu Kang Darma berjanji tidak akan pernah membawa Euis ikut denganya
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan memilih untuk seperti biasanya pulang kerja dari kota ke rumah ini tiap satu minggu sekali, dan beberapa janji dari Titin dan juga Ecih yang berjanji akan sering menjenguk Mak dan merasa menyesal tidak merawat Abah selama dalam keadaan sakit.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Sampai perlahan langit sore berganti dengan malam, dan baru saja bedug magrib aku dengan dengan jelas, perlahan aku mundur dari obrolan keluarga, kembali duduk di dapur dan melinting tembakau yang saat ini hanya inilah yang bisa membuatku tenang.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Tidak lama terlihat Euis turun dari rumah dan berjalan mendekat setelah memakai sandal, sambil membawa lampu semprong ke arahku.
“Sebelum subuh Abah bangun memanggil satu nama Kang… Mak masih tidur lelap…” ucap Euis perlahan sambil duduk di depanku.
“Nama… maksudnya Euis -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - Akang tidak paham…” jawabku yang langsung kaget dengan ucapan Euis.
“Sebenarnya tidak baik mungkin belum satu hari kepergian Abah, Euis sudah bicara yang tidak-tidak, tapi Euis merasa sangat takut sendiri dan kepada Akang saja Euis berani bicara, karena sebelumnya juga -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - kejadian di kamar mandi sebelumnya malam itu Akang ingat…” ucap Euis perlahan.
“iyah Akang ingat, yang Akang bawa obor ke kamar mandi kan Euis juga ikut sama Akang… malah yang ngajak ke dalam Euis, lalu kenapa dengan tadi Euis bilang Nama dan subuh tadi kenapa” jawabku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang semakin penasaran, dan ingat betul kejadian itu.Baru saja mulut Euis terbuka akan menjawab ucapanku tiba-tiba pintu dapur tertutup sangat kencang, dan mengeluarkan suara yang sangat keras karena sebelumnya tidak ada yang pernah menutup pintu dapur sekencang itu.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Aku dan Euis hanya saling menatap aneh, dan terlihat Euis semakin menunjukan wajah yang sangat ketakutan sekali.
“Sudah tenang, palingan angin…” ucapku langsung berdiri dan membuka pintu dapur, sambil memperhatikan sekitar.
Ketika mataku tertuju pada kamar mandi,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta di belakang kamar mandi aku melihat hal yang seharusnya mungkin mataku tidak harus melihat ke arah sana.
“Siapa itu…” ucapku pelan dengan badan yang langsung bergetar dengan perlahan.
Setengah badanya tetutup oleh sebagian kamar mandi yang terbuat dari bilik bambu,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta apalagi semakin jelas karena malam dengan waktu magrib gelapnya belum begitu pekat. Dengan wajah yang tertutup rambut yang mengambai begitu panjang.
“Hitam…” ucapku perlahan di ikuti dengan getaran pada tubuhku yang tidak tahu kenapa bisa seperti ini.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “kang!”“Euis bikin kaget saja!” ucapku, langsung buru-buru mundur dan hampir saja menabrak badan Euis.
“Ada apa sih Kang, liat apa…” ucap Euis sambil berjalan dan akan keluar dapur.
“Sudah sudah sini duduk lagi…” ucapku, sambil sedikit menarik badan Euis.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Aku berusaha dengan sangat untuk segera menenangkan diriku di hadapan Euis apalagi wanita yang aku lihat tidak jauh posisinya dari pemandian jenazah dimana pagi tadi Abah di mandikan.
“Semoga tidak ada kaitanya…” ucapku dalam hati, sambil menarik nafas sangat dalam
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan mengeluarkanya secara perlahan.
“Akang lupa sampai dimana barusan…” ucapku mencoba tenang dan mencairkan suasana.
“Sampai Akang tanya, kenapa kejadian semalam dan nama yang subuh itu Kang…” ucap Euis kembali dengan tatapanya yang beda tidak seperti biasanya ke arahku.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Lalu… coba pelan-pelan jelaskan sama Euis biar Akang paham” ucapku, yang memang sudah terbiasa bicara banyak dengan Euis.
“Makanya barusan Euis penasaran Akang liat apa, malam itu… maaf kang bukan apa-apa Euis melihat perempuan agak jauh di kebun singkong -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - melihat ke arah Akang dan Euis… pake baju hitam, rambutnya panjang... dan Euis penasaran itu manusia atau bukan soalnya pas Euis nepuk badan Akang, pelan sekali jalanya seperti orang yang sudah kecapean… mendekat, dan terus mendekat ke arah Euis…” ucap Euis perlahan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Baru aja apa yang aku dengar dengan apa yang aku lihat seperti di benarkan penglihatanku barusan dengan ucapan Euis, apalagi waktunya benar-benar barusan terjadi.
“Kang percayakan ucapan Euis barusan…” tanya Euis.
“Iyah Euis Akang percaya, ini lihat…” jawabku,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sambil menunjukan berdirinya bulu di bagian lenganku.
“Nah Kang… maksudnya apa wanita yang yang Abah sebut namanya sebelum subuh yang Euis dengar itu sama sosok wanita yang malam itu berjalan mendekat…” ucap Euis dengan semakin ketakutan.
“Siapa namanya Euis emang…” jawabku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta semakin penasaran.
“Abah bilangnya hanya maafkan saya Sekar Wangi… Maafkan… setelah itu ada suara keras di dapur kaya hentakan injakan manusia sangat keras” ucap Euis perlahan sekali.
“Asatgpirulloh Kang!” teriak Euis sangat kencang sekali, karena duduknya memang meghadap
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ke arah pintu dapur.
Segera dengan cepat aku melihat ke arah dimana pandangan Euis berada, ketika berbalik badan, dengan cepat dan keras aku tutup pintu dapur.
“Kenapa ada apa!” ucap Kang Darma dari dalam berjalan dengan cepat menghampiri Euis yang sudah menutup kepalanya dengan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta kedua tanganya.
“Bawa Euis ke dalam Kang, cepat!” ucapku, sambil mengunci pintu dapur.
“Ada apa Man...” sahut Mak yang hanya berdiri di ujung rumah sebelum turun ke dapur.Sementara Ecih dan Titin langsung membantu Kang Darma membawa Euis masuk ke dalam rumah.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Sekar Wangi… aku harus ingat nama ini” ucapku dalam hati.
Bahkan aku tidak menjawab dan hanya langsung membawa lampu semprongan ke tengah rumah, dimana Euis sudah duduk dengan wajah yang benar-benar ketakutan dan aku langsung memberikan lampu kepada Mak. Segera aku ke kamar,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan mengambil salah satu pisau yang dengan cepat aku masukan di antara celanku tepatnya di pinggang, dengan nafas yang semakin tidak tenang.
“Man mau kemana…” ucap Kang Darma.
“Kang sebenarnya barusan ada apa?” tanya Titin yang sangat khawatir, apalagi Ecih yang sambil memeluk
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta erat Euis hanya melihat ke arahku dengan aneh juga.
Tanpa menjawab aku kembali ke dapur dengan perasaan yang semakin tidak tenang setelah sebelumnya juga batrai senter milik Abah sudah aku pengang, apalagi sebelumnya yang sekarang aku yakini bukan manusia itu sudah di lihat Euis
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dengan sangat jelas dan dengan cepat membuka pintu dapur yang sebelumnya karena panik sudah aku kunci, bahkan aku tidak mengunakan sandal sama sekali.
“Siapa kamu ini…” ucapku penasaran, sambil melihat sekitar sama sekali keberadaanya sudah tidak ada, cahaya dari lampu batrai
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta senter aku arahkan ke setiap gelap malam ini padahal suara bedug isya juga belum aku dengar sebelumnya.
Perlahan aku berjalan memastikan dimana tempat sebelumnya aku lihat sosok gaib perempuan dengan serba hitam itu, di belakang kamar mandi, setelah terlebih dahulu lampu senter
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta aku arahkan, sama sekali sosok perempuan itu sudah tidak ada.
“Kenapa Bah ini ada apa sebenarnya…” ucapku tiba-tiba karena perasaanku sendiri membawa pada sebuah keyakinan bahwa semuanya bersangkutan apalagi hal seperti ini buka sekali saja aku alami.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Sudah hampir segala sudut gelap dan kebun singkong yang tidak telalu luas aku soroti dengan lampu senter namun keberadaanya sama sekali tidak terlihat lagi, dan aku sangat yakin sewaktu-waktu bakalan muncul lagi sosok itu.
“Sekar Wangi…” ucapku perlahan, sambil berjalan melewati
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta kamar mandi kembali, dan dengan tiba-tiba aku melihat dengan kepalaku sendiri, air dalam wadah di kamar mandi berjatuhan begitu saja dengan perlahan, padahal sama sekali tidak ada siapa-siapa didalam kamar mandi, berjatuhannya air bukan karena wadah penampung air penuh melainkan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta turun dengan perlahan begitu saja, mengeluarkan suara layaknya air jatuh menyentuh bambu. Penasaran yang di balut oleh rasa keberanianku hilang begitu saja ketika kedua mataku yang normal dan dalam keadaan sadar melihat berjatuhannya air dengan perlahan, tiba-tiba berganti dengan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta rasa takut yang sebelumnya pernah mendengar untuk yang pertama kalinya suara decitan kayu di dalam rumah ketika Abah sakit, kini hadir kembali malah lebih menakutkan.
Segera aku berjalan dengan cepat masuk ke dalam dapur kembali, dan kejadian barusan sudah cukup meyakinanku bahwa
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sosok perempuan selama Abah sakit benar-benar nyata adanya, apalagi bukan aku sendiri yang menjadi saksi melainkan ada Euis adik aku sendiri.
“Gimana Euis kang…” tanyaku.
“Di dalam kamar Man, lagi ditemanin sama Mak dan Ecih, lagian barusan kenapa sih Man, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - awalnya Akang lagi bicara sama Mak sambil itung amplop setelah Kang Sanim dan Kang Rahmat pergi ke masjid” tanya Kang Darma sangat cemas.
“Tidak tahu Kang, Maman tidak bisa jelaskan” jawabku yang sebenarnya berusaha menenangkan diri di hadapan Kang Darma setelah menyaksikan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta kejadian barusan.
“Tapi tidak biasanya Euis seperti itu, belum saja satu hari Abah meninggal perasaan di rumah ini sudah beda sejak Akang dan rombongan mengantarkan Abah ke kuburan Kang...” sahut Titin yang duduk di dekat pintu kamar Euis yang sedikit terbuka.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Sudah Titin jangan jadi berpikiran aneh-aneh juga, semoga saja semuanya baik-baik saja dan barusan Euis tidak melihat apa-apa hanya kaget saja” Ucap Kang Darma.
Tidak lama suara bedug isya aku dengar dengan jelas dan anehnya Sanim dan Rahmat sejak tadi belum pulang dari masjid.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Anginya emang akhir-akhir ini di kampung ini seperti ini Mak?” tanya Titin.
“Tidak tahu Tin, cuman memang beberapa malam terakhir atau lupa kapan pernah kaya begini juga mau ganti cuaca kali” jawab Mak di dalam kamar Euis yang suaranya masih jelas aku dengar.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Ganti cuaca gimana Mak ini, orang masih lama ke musim hujan” sahut Ecih dari dalam kamar Euis.
Aku yang mendengar ucapan adik-adik aku dan Mak tiba-tiba ke ingat pada malam dimana pertama kali aku mengantarkan jaket almarhum Abah ke kebun tebun benar sekali angin nya malam ini
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta benar-benar sama kencangnya, apalagi pintu depan rumah masih terbuka.
“Nanti Titin tidur di kamar Mak saja, bareng sama Mak, Euis sama Ecih biar yang lainya di tengah rumah saja” ucap Mak sambil keluar kamar.
“Gimana Mak?” tanya Kang Darma sangat khawatir dengan keadaan Euis.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Sudah, sudah tidur…” jawab Mak sambil mengecilkan cahaya lampu dari semprongan.
Mak kemudian masuk ke dalam kamar, sementara aku masih saja duduk bersebelahan dengan Kang Darma tidak lama terlihat dari kejuahan Kang Sanim dan Kang Rahmat berjalan dengan cepat,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta seperti orang yang terburu-buru aku melihatnya, sementara diamnya aku malam ini diam dengan segala khawatiran yang sudah terjadi dan yang akan terjadi kedepanya.
“Tumben buru-buru sekali…” ucap Kang Darma.
“Man, Darma barusan lihat perempuan cantik pake kebaya -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - masuk jalan kesini tidak? Jalannya cepat sekali…” ucap Kang Sanim sambil berjalan masuk.
“Iyah masa kalian tidak lihat, tadi dari jauh diam di dekat pemandian Abah waktu pagi , pas aku lihat dari arah sana tidak ada jalan lagi…” sahut Kang Rahmat yang memang barusan aku lihat
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta berjalan sebentar ke arah samping rumah.Aku dan Kang Darma yang mendengarkan ucapan Kang Sanim dan Kang Rahmat setuju dan mengatakan hal yang sama tidak melihat siapapun yang berjalan ke arah rumah ini, bahkan Kang Sanim bicara perlahan wanita itu mengeluarkan bau minyak mayat
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang sama sebelumnya pagi tadi digunakan oleh Abah, dan hal itu cukup menambah kaget ketika aku mendengarnya apalagi kejadian itu sudah Euis dan Abdul alami sebelumnya.
“Aneh baru pertama…” ucap Kang Rahmat sambi menjatuhkan badanya untuk terbaring di atas lantai kayu
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ruangan tengah.
“Apa mungkin perempuan itu sama dengan barusan” ucapku dalam hati, di ikuti kembalinya berdiri bulu pundakku.
“Mungkin tetangga Kang di sebelah sana Kang…” jawab Kang Darma yang aku tahu hanya berusaha menenangkan saja.
“Kang di kamar saja tidak aku pakai, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - biar aku saja yang tidur disini” sahutku.
Karena mungkin Kang Ramhat mengerti juga jika tidur semuanya di tengah rumah tidak akan cukup, Kang Ramhat lalu masuk ke dalam kamar untuk beristirahat sementara Kang Sanim tetap saja merasa ada yang aneh dengan perempuan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang di lihatnya barusan sepulang dari masjid, dan hal itu membuat yakin dalam diriku bahwa perempuan yang sama selama ini pernah aku lihat dan aku yakini bisa jadi salah dan benar seperti apa yang pernah Abdul katakan kepadaku.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Berkecamuk sudah pikiranku malam ini, bahkan ketika Kang Darma mengajak aku untuk merokok di luarpun sudah aku tolak dan memilih untuk membaringkan badan di lantai kayu yang paginya untuk yang terakhir kali Abah terbaring juga disini hanya saja berbeda posisinya.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Satu persatu mungkin aku harus bicarakan dengan Bah Ajan besok…” ucapku dalam hati sambil memejamkan mata, yang menjadi cara satu-satunya untuk melupakan sejenak semuanya, walaupun tidak mudah cara satu-satunya ini.

***
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Pagi yang sudah datang seperti biasanya aku lewati dengan terlambat, sementara hanya tersisa aku yang masih terbaring di ruangan tengah rumah ini, ketika memaksakan badan untuk duduk benar-benar terasa pegal sekali.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Kang Darma, Kang Sanim dan Kang Rahmat juga istri-istirnya sedang duduk di depan teras depan rumah, hanya kurang Euis dan Mak, namun aku sangat kaget ketika melihat Bah Ajan dan Ki Badar keluar dari kamar Euis.
“Man…” ucap Ki Badar, sambil duduk di sebelahku.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Sementara Bah Ajan langsung menghidari aku, bahkan tanpa melihat sama sekali ke arahku.
“Sudah lupakan kejadian semalam, harus kasihan sama Abah kamu… Euis kaget dan masih kebawa pikiranya, jangan sampai Maman seperti Euis…” ucap Ki Badar, sambil menepuk pundaku berkali-kali.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Siapa Bah sosok perempuan itu? Apa hubunganya dengan Abah, Abah sudah meninggal seharusnya sudah selsai jika benar ada kaitanya…” jawabku perlahan sama dengan nada Ki Badar.
“Bukan apa-apa hanya kebetulan saja… almarhum pernah berwasiat apa kepada kamu Man? Dan itu jangan -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - pernah di ingkari…” ucap Ki Badar, sambil berdiri kembali.
“Tidak pernah Ki, sama sekali tidak ada hanya wasiat pekerjaan saja…” jawabku, sambil berdiri.
Ki Badar hanya mengelengkan kepalanya, dan seolah tidak percaya dengan apa yang aku ucapkan, padahal aku sudah jujur
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan memang hanya itu yang aku terima sekarang.
“Yang sabar… waktu bakalan terus berjalan…” ucap Ki Badar sambil mengusap rambutku, lalu memeluk aku dengan erat padahal aku sama sekali tidak mengerti dengan ucapan dan sikap Ki Badar pagi ini.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Setelah ucapan dan pelukan itu Ki Badar dan Bah Ajan pamit pada semua orang yang sedang duduk di teras depan, namun anehnya Ecih dan Titin tidak tahu kenapa malah tatapanya berubah kepadaku, memandangku pagi ini sangat penuh kebencian.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Sambil berjalan perlahan karena merasakan pegal di badan, aku sudah berjalan menuju kamar mandi dengan membawa handuk yang aku sampaikan di bahuku.
“Disini semalam wanita itu, mungkin itu benar Sekar Wangi sesuai cerita Euis…” ucapku dalam hati sambil memperhatikan sekitar.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Didepan ada Abdul katanya penting Man, cepat mandinya, Kang Sanim dan Kang Rahmat mau pada pulang juga hari ini…” teriak Kang Darma.
“Baru saja hari pertama Abah pergi cepat sekali sih…” ucapku sambil mempercepat mandi.
Selsai mandi, sudah terlihat Abdul menunggu aku didepan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta walaupun cukup penasaran ada hal penting apa dari Abdul sepagi ini, sementara Ecih dan Titin sibuk berkemas, begitu juga dengan Kang Sanim dan Kang Rahmat. Setelah mereka berbasa basi kepada Mak, aku baru keluar dari kamar.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Apa tidak nanti dulu saja, kasian Mak baru hari pertama ini” ucapku.
Euis dan Ecih bahkan tidak menjawab yang aku katakan, hanya menunduk saja, begitu juga dengan Kang Sanim dan Kang Rahmat yang sepertinya sudah tidak mau menjawab ucapanku.
“Sudahlah Man mengerti mereka, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - mereka punya keluarga… mereka punya pekerjaan” sahut Mak yang menjawab ucapanku, karena suasana berubah menjadi tidak enak di tengah rumah.
“Lah aneh, mereka datang pas Abah mati! Dan mereka sudah begitu saja pulang! Padahal jangan kesini saja kalian! Percuma! -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - Pergi sekarang juga, tidak berguna! Kalau bisa jangan kesini lagi… segala bawa-bawa keluarga!” ucapku dengan keras, dan hal itu cukup membuat seisi rumah kaget.
“Man bukan begitu…” ucap Kang Rahmat.
“Bukan begitu gimana, apa bedanya kalian dengan tetangga, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - aku kira kalian keluarga, sudah-sudah pergi! pergi!” bentaku dengan suara lebih keras dari sebelumnya.
Bahkan Kang Darma hanya diam begitu juga dengan Mak, dan Euis hanya melihatku sambil terbaring badanya di atas kasur, bahkan aku cukup kecewa dengan kalimat yang
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Mak ucapkan barusan setidaknya itu cukup menyakitkan aku yang menjadi kakak-kakaknya yang belum berkeluarga.
Bahkan dari luar, karena suara kerasku barusan, membuat Abdul sampai berdiri dari duduknya dan terus saja melihat ke arah dalam rumah.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Ingat kalau bisa kalian jangan kembali!” bentak aku didepan muka Titin dan Ecih dan didepan muka suaminya.
Seisi rumah hanya diam dan tidak ada yang berani lagi keluar ucapan dari mulutnya, karena aku semakin kesal dan emosi apalagi baru hari pertama Abah meninggal,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta aku berjalan dengan kesal menemui Abdul.
“Di rumah aku saja, cepat ikut” ucap Abdul dengan wajah yang sangat serius.
Segera aku berjalan bahkan tanpa mengunakan sandal terlebih dahulu karena masih bergelut dengan emosiku, dan hanya berjalan mengikuti langkah Abdul.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Lewat dapur…” ucap Abdul sambil mengerakan kepalanya ke samping.
Tanpa menjawab aku langsung berjalan dengan cepat menuju dapur Abdul, sementara istirnya Abdul sedang menjemur pakaian pagi ini.
“Kenapa barusan Man, tenang harus banyak sabar, anak Bah Warman laki-laki hanya kamu
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta harus bisa menjadi orang tua di rumah kasian Mak Idah…” ucap Abdul sambil memberikan rokok.
“Harusnya aku yang tanya duluan, ada penting apa…” jawabku.
“Ini Kang kopinya…” sahut istri Abdul dan langsung mengucapkan bela sungkawa kepadaku atas kematian Abah,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan aku hanya menjawbanya dengan memberikan senyuman.
“Sudahlah barusan aku sedang emosi saja Ecih dan Titin malah sudah mau pulang, padahal maksudku kasihan Mak, Mak malah bela mereka membawa nama keluarga Dul, akunya saja yang tersingung mungkin” jawabku,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sambil meminum sedikit kopi yang masih panas dan langsung membakar rokok.
“Mungkin ini tidak ada kaitanya Man dengan kepulangan Ecih dan Titin tapi bisa saja ada, dan yang pasti ini ada kaitanya dengan kejadian Euis kemarin magrib…” ucap Abdul.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Aku benar-benar kaget bahkan kopi yang kedua kalinya yang barusan aku minum belum sampai ke tenggorokan akan keluar lagi, dan kenapa Abdul bisa tahu.
“Kamu tahu dari mana Dul?” tanyaku.
“Kang Sanim cerita padaku yang memanggil Bah Ajan, sebelum kamu selsai mandi...” jawab Abdul.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Aku cukup bisa menerimanya, dan memang tidak mungkin Euis bisa tahan sendiri dengan apa yang di lihatnya kemarin.
“Lalu kenapa…” tanyaku semakin penasaran.
“Sepagi ini kamu harus tahu, sebelum kabar tersebar di kampung ini dan sampai pada Euis dan Mak… Kuburan Bah Warman -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - ada yang menunggunya, perempuan Man… rambutnya panjang, dan satu orang yang lainya melihat perempuan itu cantik, dan satunya lagi melihatnya wajahnya ancur…” ucap Abdul perlahan menjelaskan.
“Serius ini Dul?” tanyaku sangat kaget dan tidak percaya dengan ucapan Abdul apalagi
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta kemarin di waktu magrib aku juga melihat hal yang sama di dekat bekas pemandian mayat Abah.
“Tiga orang Man… tiga orang ini bukan satu orang mungkin kalau satu orang aku tidak akan secemas ini, dan jalan ke kuburan umumkan emang di lalui yang ingin keluar ke kampung sebelah, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - atau yang mau masuk kampung ini, letaknya juga hampir dekat perbatasan…” ucap Abdul menjelaskan dengan sangat khawatir.
Aku hanya bisa menerima kenyataan dari cerita Abdul walupun kemungkinan benarnya sangat besar, tapi aku harus percaya bahwa memang kejadian itu
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sudah aku alami.
“Man, jangan jadi emosi tolong ini, sampaikan kepada Mak agar tidak sakit hatinya, apalagi kepada Euis kabar seperti ini bakalan jadi gosip di kampung ini percaya saja kepadaku…” ucap Abdul sambil menepuk pahaku dengan pelan.
“Aneh Dul, aku kasihan kepada Abah,-
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - sebenarnya dosa apa yang membuatnya harus seperti ini bahkan sebelum meninggal Euis bilang Abah menyebutkan nama Sekar Wangi dan megucapkan maaf berkali-kali, apa itu dosanya Dul? Lantas jika benar kasihan Abah, lalu siapa Sekar Wangi itu…” ucapku perlahan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Bahkan kopi panas yang berubah menjadi hangat dan batang rokok yang semakin terbakar sama sekali tidak mengeluarkan rasa nikmat seperti biasa, untuk sekedar menenangkan aku saat inipun sama sekali tidak bisa.
“Man… satu-satunya kunci untuk memastikan kebun tebu tidak ada -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - kaitanya dengan Abah dan segala kejadian barusan apalagi itu nama keluar dari mulut Bah Warman, hanya Bah Ajan… hanya orang itu…” ucap Abdul.
Dan untuk pertama kalinya aku langsung setuju dengan perkataan Abdul, apalagi sebelum tidur semalam sudah aku inginkan hal itu untuk
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta segera aku lakukan.
“Bapak aku bahkan malam bilang, setelah magrib Kang Sanim suaminya Ecih adik kamu, dan Kang Rahmat suaminya Titin bicara lama didepan masjid, mikir tidak kenapa mereka pulang duluan? Tapi semoga tidak ada kaitan apapun…” ucap Abdul.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Lalu ingatlah aku sesuatu hal dari obrolan aku dengan Abdul pagi ini.
“Ada Dul ada kaitanya, Kang Sanim dan Kang Rahmat pulang dari masjid isya dan melihat perempuan yang mengeluarkan bau minyak mayat seperti kamu dan Euis pernah menyiumnya dari Abah kan? Benar?” tanyaku.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Iyah malam terakhir Abah pulang dari kebun tebu, soal Euis yang mencium baunya juga aku baru dengar sekarang…” ucap Abdul.
“Iyah aku juga baru bilang maaf, setelah pagi itu pasti Kang Sanim sudah mendengarkan cerita dari Euis atau Mak dan lansgung meminta bantu kepada Bah Ajan-
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - dan Ki Badar yang barusan…” ucapku.
“Nah… lalu Man…” ucap Abdul sambil membakar roko kreteknya lagi.
“Berarti mereka setuju benar adanya sosok perempuan itu, dan pasti Bah Ajan akan mendengar kabar perempuan yang di lihat di kuburan Abah, semuanya berkaitan Dul, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - dan benar Bah Ajan kuncinya… itulah yang membuat Ecih dan Titin barusan beda sikapnya kepadaku dan Mak juga” ucapku perlahan.
“Sudah tidak ada cara lain, tekan kali ini Bah Ajan kasihan Abah kamu Man kalau sudah meninggal masih saja jadi bahan gosipan jelek disini…”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Jawab Abdul yang setuju dengan ucapaku.
“Pasti hari ini juga aku selsaikan Dul” ucapku.
“Tapi ingat Man pakai cara yang baik” jawab Abdul.
Seketika ucapan Abdul mengingat kembali bagaimana Bah Ajan membohongi Rojak malam itu dan hal ini yang membuatku semakin penasaran dan butuh
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sebuah pembenaran, dengan hal yang akan nantinya aku dengar dari Bah Ajan.Karena matahari mulai meninggi dan pasti dua adik aku sudah bakalan tidak ada dari rumah, aku meminjam sandal Abdul agar bisa langsung menuju rumah Bah Ajan.
“Ini amplop dari anak-anak ronda Man, terima…”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ucap Abdul sambil mengeluarkan amplopnya dari saku celana.
“Padahal tidak usah merepotkan Dul…” jawabku sambil menerimanya.
“Anggap saja buat beli tembakau dan kertas papir…” ucap Abdul.
Aku hanya tersenyum dan langsung berjalan ke arah dimana rumah Bah Ajan berada apalagi
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dalam hati dan pikiranku beradu kuat untuk menilai Bah Ajan sebenarnya, dan aku juga yakin bahwa Bah Ajan akan mengetahui sebenarnya yang terjadi.
Sambil perlahan berjalan, beberapa warga kampung yang berpapasan denganku hanya memberikan kalimat belasungkawa dan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta bertanya kepadaku saja, namun aku hanya menjawab dengan senyuman apalagi pikiranku sedang berkecamuk sedari malam kemarin dan pagi ini sudah cukup, walaupun sebenarnya rasa pegal di badanku ingin rasanya hari ini aku pakai untuk beristirahat karena besok sudah pasti
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta aku kembali ke sawah dan malamnya ke kebun tebu, untuk melanjutkan warisan pekerjaan dari Abahku.Melewati beberapa rumah warga kampung dengan pikiran yang tidak tahu hal mana dulu yang harus aku dahulukan membuatku hanya menunjukan wajah biasa saja, walaupun dibalik semua ini,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sudah tidak bisa lagi aku tahan apapun yang selama ini aku rasakan.
“Asalamualakium Bah…” ucapku sedikit berteriak karena melihat di dalam rumah Bah Ajan sepertinya tidak ada siapa-siapa.
“Asalamualaikum…” ucapku sedikit lebih keras sambil mengetuk pintu.
“Sebentar…”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ucap suara yang aku kenal istri Bah Ajan.
“Man… cari Abah Ajan yah? Bah Ajan ke kota, ke anak pertamanya, sambil nyari rumah buat bulan depankan mau pindahan, Abah memang tidak bilang tadi pagi…” ucap Istri Bah Ajan.
“Lah kok pindahan, pindahan rumah maksudnya Bu?” jawabku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang sebenarnya sangat kaget.
“Iyah anak pertama Ibu beli rumah disana, ini mau di jual buat tambah-tambah ngebangun dan Bah Ajan juga ngajak pindah kesana dua anak perempuan Ibu juga sudah jarang pulangkan kesini…” jawab Istri Bah Ajan, sambil mempersilahkan aku masuk.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Namun aku tolak apalagi di rumah Bah Ajan hanya istirnya saja.
“Oh begitu Bu, sepeti tadi bilang cuman Maman engga denger aja Bu, kapan memangnya?” tanyaku sangat penasaran, karena aku banyak hal yang belum aku selsaikan dengan Bah Ajan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Nah sepertinya begitu, barusan juga katanya sudah bilang sama Mak Idah, apalagi setelah kemarin Bah Warman bapak Maman berpulangkan kasihan Bah Ajan siapa lagi sahabatnya disini… rencana bulan depan setelah penen kebun tebu saja Man…” jawab Istri Bah Ajan menjelaskan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Baik Bu terimakasih informasinya, palingan Maman titip pesan saja barusan kesini ada hal yang perlu di bicarakan dengan Bah Ajan” ucapku, sambil kemudian pamit.
Rencana kepindahan Bah Ajan tidak terlalu aku pusingkan sebenarnya, apalagi itu adalah keputusan keluarga Bah Ajan,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta namun selama yang ingin aku tahu belum sempat Bah Ajan jelaskan mungkin aku akan mengejarnya sampai aku ketahui, apalagi pikiranku buruk aku, ini adalah salah satu caranya menghindar dari aku, walaupun memang benar adanya dua anak perempuan Bah Ajan memang sudah seumuran Ecih
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta adik paling besarku dan sudah lama tinggal di kota.Karena gagal berjumpa dengan Bah Ajan dan hari semakin panas juga, aku menyempatkan berbeda jalur pulang agar bisa melewati warung Karim untuk mengikuti saran Abdul mengunakan uang di dalam amplop membeli tembakau
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan kertas papir yang memang hampir habis.Terlihat dari jauh warung Karim sedang kosong tanpa ada seorangpun yang berbelanja disana, aku langkahkan kaki sedikit cepat.
“Man… tembakau pasti ini sama kertasnya?” ucap Karim yang baru saja melihat ke arahku,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta anehnya seperti kaget Karim dengan kedatangku ke warungnya.
“Biasa saja Karim melihatku seperti melihat setan sih… iyah biasa ini uangnya…” ucapku sambil memberikan uang yang sebelumnya aku ambil dari dalam amplop.
“He-he-he… maaf Man bukan begitu, duh tadi pagi malah ramai…”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ucap Karim sangat malu.
“Iyah sudah jangan di teruskan Karim… aku sudah dengar…” ucapku, pasti sesuai dengan cerita Abdul sebelumnya.
“Iyah Man, maaf masa mereka bilang ibu-ibu itu… perempuan itu di kuburan Bah Warman sama dengan yang suka muncul di kebun tebu dan bilang
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta selanjutnya anaknya juga bakalan sama nasibnya…” ucap Karim.
“Ini paskan uangnya! Mulut kamu sama ibu-ibu tidak beda jauhnya, biadab!” ucapku membentak sambil mengebrak meja sayur dan hanya menyimpan uang kemudian memberikan tatapan tajam ke arah Karim.
“Maaf Man… Maaf…”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ucap Karim benar-benar ketakutan dan baru pertama kali juga aku membentak Karim.Tetap saja aku pandang wajahnya, apalagi ucapan Karim lah yang seperti membangkitkan emosiku, apalagi emosiku akhir-akhir ini tidak pernah benar-benar tenang.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Setelah di rasa cukup memberikan pelajaran kepada Karim kembali aku berjalan ke arah rumah dan membernarkan semua perkataan Abdul apalagi mungkin sudah sampai ke telinga Mak dan Euis apalagi kabar seperti ini, yang sepertinya benar akan cepat meluas dan menjadi bahan bahasan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta tentang Abah.
“Malam ini juga aku pastikan, akan aku datangi kuburan Abah sebelum ke kebun tebu” ucapku.
Tidak lama karena aku percepat langkahku, setelah melihat rumah dari kejauhan karena rasa khawatir dan tidak tega aku kepada Mak dan Euis jika mendengar hal yang sama seperti
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Karim ucapkan kepadaku tentang Abah.
“Mak… Euis…” teriaku sambil melihat ke dalam rumah, namun aku yakin bakalan ada di dalam dapur.
“Mak…” ucapku.
Benar saja Mak dan Euis sedang makan bersama Kang Darma, langsung saja Mak menyuruhku untuk makan bersama namun aku tolak dan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta menunggu makan mereka selsai semua.
“Sudah cepat makan, jangan didengar omongan tetangga atau siapapun juga, Mak tidak sakit hati kok, sudah dengar juga barusan sekali sebelum Maman sampai…” ucap Mak.
“Iyah Kang Euis juga sudah sembuh kok…” sahut Euis sambil menguyah makanannya
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Tidak bukan begitu… Maman tidak mau saja Mak sakit hati dan Euis dengan ucapan-ucapan dan gosip yang sedang ramai Mak…” jawabku perlahan.
“Man sudah akang selama satu minggu disini engga kerja dulu menemani kalian, sudah biarkan saja, bisa jadi benar bisa jadi salah… -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - tugas kita kuatkan Mak, Euis dan diri kamu juga…” ucap Kang Darma dengan sangat bijaksana, walaupun aku tahu kang Darma pasti menyimpan rasa penasaran yang sama denganku, karena jauh sebelum hari ini pernah membahas soal kebun tebu yang di ceritakan Euis kepada Kang Darma
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta lengkap dengan penasarannya kepada Abah saat itu.Aku hanya duduk saja melihat Mak, Euis dan Kang Darma makan bersama sementara pikiranku belum benar-benar tenang apalagi informasi dari istrinya Bah Ajan tentang rencana kepindahannya setelah panen tebu.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Pagi Bah Ajan bilang mau pindah rumah?” tanyaku, sambil menghisap rokok yang sudah aku linting sebelumnya.
“Iyah Man, tahu dari mana?” tanya Mak.
“Barusan Maman ke rumahnya, ada yang perlu di obrolkan saja masalah kebun tebu Mak” ucapku, berbohong padahal
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta tentunya ada tujuan lain.
“Oh pantesan tahu, padahal Mak belum bilang” jawab Mak, sambil berdiri dan membereskan makanan karena telah selsai makan.
Kang Darma hanya mengangguk saja tanpa keluar ucapan apapun lagi, sementara Euis langsung membantu Mak,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta rencanaku hari ini untuk pergi ke sawah pak haji, aku urungkan apalagi setelah Mak memberikan saran kepadaku untuk memulai aktivitasku besok saja.

***

“Dul… Abdul…” ucapku di depan rumah Abdul ketika hari menjelang sore, karena dari siang sampai sore aku habiskan waktu
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta untuk tidur saja di rumah dan belum ada kesempatan bicara empat mata dengan Euis, padahal banyak hal yang ingin aku bicarakan.
“Masuk Man, baru selsai mandi, tumben sudah bawa senter mau kemana” tanya Abdul.
“Dul tidak lama lagi akan mendekat waktu magrib, aku ingin membuktikan -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - datang ke kuburan Abah… mau antar?” tanyaku.
Abdul yang mendengarkan ucapanku langsung mengkerutkan dahinya.
“Aku bawa obor dulu sebentar tunggu” jawab Abdul tergesa-gesa.
“Aku sudah bawa lampu senter ini Dul” ucapku, sambil menunjukanya peninggalan Abah yang sekarang
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sudah aku kalungkan talinya seperti biasa.
Tidak lama Abdul sudah keluar rumah melalui jalan dapur rumahnya, dengan tergesa-gesa dan obor yang belum menyala sudah di pegang tangan Abdul.
“Aku bilang ke rumah kamu, Mak Idah perlu bantuan… ayo cepat sebelum istriku tanya -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - sama kamu Man” ucap Abdul, sambil menerima juga sandal yang sebelumnya aku pinjam pagi tadi.
Selama perjalanan menuju kuburan Abah aku bercerita kepada Abdul soal rencana kepindahan Bah Ajan ke kota, dan hal itu cukup membuat Abdul juga heran dan tidak percaya, namun setelah
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta aku jelaskan dengan rinci barulah Abdul mengerti, dan obrolan itulah yang mengantarkan langkahku menuju kuburan Abah.Bahkan hari sudah semakin sore ketika aku baru setengah jalan, dan perlahan langit berubah menuju gelap.
“Jalan ini kemungkinan kemarin yang sama Man di lalui -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -mereka yang melihat penampakan itu” ucap Abdul.
“Iyah wajar jalan setapak lebih dekat masuk dan keluar kampung Dul” jawabku.
Dari kejuahan kuburan dimana kemarin siang Abah di makamkan sudah terlihat jelas olehku, bahkan aku melarang Abdul untuk menyalakan obornya.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Aku mau sambil membersihkan makam Abah… pasti banyak daun bambu diatasnya…” ucapku yang semakin dekat.
“Wajar Man lihat saja sekelilingnya pohon bambu…” jawab Abdul.
Benar saja dan baru pertama kali aku masuk area kuburan yang hanya beberapa saja setiap kuburan yang sudah di
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta kelilingi oleh batu-batu sebagai tandanya dan hanya makam Abah saja yang masih menancap nisanya dari kayu.
Aku tidak tahu apa yang di rasakan Abdul karena hari semakin gelap dan aku yakin waktu magrib sudah berlalu beberapa menit yang lalu, mengakibatkan cahaya gelap semakin
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta pekat apalagi cahaya dari langit tetutup oleh beberapa pohon bambu yang banyak.
“Sabar Man…” ucap Abdul sambil mengusap pundaku, sementara aku sedang menyingkirkan daun-daun bambu diatas kuburan yang masih berwarna merah tanah.
“Iyah Dul…” jawabku yang masih setengah jongkok.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Pandangan mataku melihat sekitar dengan samar-samar gelap, hanya asap dari rokok Abdul saja yang aku lihat.
“Nyalakan saja obornya…” ucapku, karena semakin gelap, dan beberapa pohon bambu yang terkena angin mengeluarkan suara khasnya.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Perlahan terdengar suara korek yang begesekan dengan wadahnya dan perlahan juga cahaya dari api obor menyala dari tangan Abdul.
“Sudah ayo Man… tidak ada berarti” ucap Abdul.
Aku hanya mengangguk bahkan rasa penasaran yang besar yang sedari tadi membawaku ke kuburan Abah
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta saat ini perlahan jadi berubah dengan rasa tidak tega dengan keadaan yang terjadi.
“Ayo pulang saja, kemarin mungkin jam segini sama yah Dul dan mungkin kemarin yang melihatnya sosok perempuan itu kebetulan saja” ucapku, sambil berjalan melangkah membelakangi kuburan Abah.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Iyah sudahlah Man, tidak mungkin juga dua kali atau dua malam sosok perempuan itu ada” jawab Abdul sambil melewati beberapa makam yang berbatu sebagai nisan, dan perlahan keluar dari area kuburan.
“Man… siapa Sekar Wangi itu yah kira-kira, penasaran sebenarnya aku ini, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - apa mungkin ada kaitanya dengan kebun tebu” tanya Abdul.Aku hanya mengelengkan kepala, karena aku merasakan ada sesuatu hal yang menarikku untuk melihat kembali ke belakang, apalagi setelah ucapan Abdul itu yang sontak membuat bulu pundak aku berdiri.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Baru saja kurang dari sepuluh langkah, aku langsung berhenti.
“Dul, perasaan aku tidak enak” ucapku di bawah sinar obor yang Abdul pegang.
“Sama Man…” ucap Abdul yang langsung berbalik badan.
Segera aku ikuti gerakan badan Abdul, dan memang tidak ada apa-apa dibelakang.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Karena semakin tidak enaknya perasaanku, aku nyalakan lampu senter dan menyorti ke arah kuburan tepatnya dimana makam Abah berada.
“Aman tapi Dul…” ucapku sambil melihat ke arah Abdul.
“Itu man siapa!” jawab Abdul dengan keras karena kaget.
“Mana Dul?” ucapku sambil mengarahkan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta batrai ke arah dimana tangan Abdul menunjuk.Sama sekali aku tidak melihat apapun dari cahaya kuning lampu senter.
“Tidak ada siapa-siapa juga Dul…” ucapku.
“Ada Man sumpah ada, barusan jalan ke dekat makam Bah Warman…” jawab Abdul yang mulai ketakutan terlihat dari wajahnya
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta keluar keringat.
“Tuh lihat mana tidak ada apa-apa…” ucapku, sambil kembali mengarahkan lampu senter ke seluruh penjuru makam.
“Sudah-sudah Man, ayo pulang…” jawab Abdul sambil menarik lenganku dan berjalan dengan langkah yang cepat.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Sampai pada masuk ke pemukiman warga dan lumayan jauh dari kuburan langkah Abdul terhenti, dan mengeluarkan rokoknya.
“Serius Man, kamu boleh tidak percaya, ada Man sosok itu serius ada benar adanya… lihat aku lihat… tidak pernahkan aku sepanik ini dan keringatan seperti ini, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - untuk apa juga aku berbohong atau mengada-adakan, pelan jalanya aku lihat pakai baju hitam rambutnya panjang menutupi wajahnya Man… pecayakan sama aku Man?!” ucap Abdul dengan sangat panik.
Benar juga ucapan Abdul apalagi baru pertama kali aku melihatnya seperti itu.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Iyah aku percaya Dul, kalau sesuai yang kamu lihat… sama dengan apa yang aku lihat di rumah” ucapku, sambil memberikan korek api, agar Abdul menyalakan rokok yang dari hanya di pengangnya.
Abdul hanya mengangguk sambil membakar rokoknya dan kembali lagi berjalan denganku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta menuju rumahnya, di sepanjang jalan aku mengucapkan maaf kepada Abdul karena harus ikut pada masalah yang sekarang aku alami, dan tidak beruntungnya barusan aku tidak melihatnya langsung sosok perempuan di kuburan dekat makam Abah itu.
“Kan aku sudah pernah bilang Man, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - Bah Warman sudah seperti bapak aku juga, sudah memang harus seperti ini mungkin caranya…” ucap Abdul yang mulai turun keringatnya dari bagian wajahnya.
“Apa mungkin semua yang aku alami dengan segala keanehannya benar ada tujuanya, yaitu Abah” ucapku dalam hati.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Suara bedug isya terdengar ketika aku baru sampai di rumah Abdul, dan aku membayangkan dengan waktu yang belum cukup malam sekali. terbayang bagaimana kemarin orang-orang yang melihat perempuan di kuburan Abah,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sementara sekarang menjadi gosip di warga kampung adalah hal yang wajar.
“Terimakasih Dul… aku besok malam mulai ke kebun tebu lagi, mungkin dari sana dan dari pekerjaan Abah akan jelas semuanya, walaupun aku tidak tahu caranya…” ucapku sambil pamit kepada Abdul.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Baik Man, tenang saja aku tidak akan seperti orang-orang itu… akan aku jadikan rahasia kejadian barusan” jawab Abdul.
Dengan langkah dan perasaan yang semakin berkecamuk, apalagi setiap kejadian baru saja hari kedua kematian Abah selalu langsung di tunjukan kebenarannya,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta aku semakin bingung dengan semua ini, namun pada sisi lain merasa kasihan hal ini menimpa Abah.
“Dari mana Man, sini duduk dulu…” ucap Kang Darma ketika melihatku sampai didepan rumah.
“Kuburan Abah Kang…” ucapku sambil duduk dan meninum kopi yang di sodorkan tangan Kang Darma.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Pasti, Akang juga pasti nyangka kamu dari sana… gimana” tanya Kang Darma.
“Iyah ada Abdul lihat kang…” jawabku datar, sambil membakar rokok Kang Darma.
“Pasti Man, Akang sudah cukup percaya dengan ucapan Euis istri Akang juga… dan benar kata Euis… sosok perempuan itu sama -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -dengan apa yang Euis lihat…” ucap Kang Darma.
“Mak percaya Kang?” tanyaku.
“Tidak pernah percaya… wajar Mak juga masih suasana duka…” jawab Kang Darma.
“Kang…” sahut Euis sambil berjalan keluar.
“Mak tidur?” jawab Kang Darma.
“Iyah barusan udah ngecilin lampu semprong nya…”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ucap Euis.
Aku melihat ke dalam memang tidak terlalu terang seperti barusan lampu semprongan yang tertempel di dinding sudah kecil keluar cahayanya.
“Di mimpi Euis kang, Abah ada di jurang, samar-samar seperti ti kebun tebu… teriak sangat kencang minta tolong…” ucap Euis.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Dan aku benar-benar kaget mendengar ucapan Euis itu apalagi malam sebelum paginya Abah meninggal aku melihat Bah Ajan dan Rojak melakukan ritual yang tidak aku pahami.
“Akang baru dengar Euis…” ucap Kang Darma.
“Sengaja Euis nunggu Mak tidur biar bisa bicara bertiga seperti ini-
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - percaya tidak percaya, Abah berjalan bareng dengan perempuan yang sama dengan yang Euis lihat di pintu dapur Kang, Wajahnya sama percis darah di muka dan sekujur tubuhnya sama, bekas sayatan pisau di lenganya… dan bagian lehernya juga sama semua…” ucap Euis perlahan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta menjelaskan denga wajah yang ketakutan.Bulu pundak aku berdiri begitu saja, apalagi setiap ucapan Euis memutar kembali dalam ingatanku setelah sekian banyak kejadian yang sudah aku alami di tambah ucapan Euis kebun tebu dan jurang.
“Lalu maksudnya apa Euis, apa yang di bicarakan-
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - Ki Badar, soal sudah lupakan… sudah lupakan… Akang dengar beberapa kali pagi tadi pas Maman masih tidur…” jawab Kang Darma, sangat penasaran.
“Iyah soal barusan Kang, maksudnya jangan di bicarakan begini, jangan di ceritakan kepada siapapun makanya bilang, sudah lupakan dan-
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - pas Euis bilang nama Sekar Wangi dan bertanya kepada Ki Badar, Ki Badar dan Bah Ajan yang ada di samping Euis langsung kaget terutama Bah Ajan…” jawab Euis.
Tiba-tiba dari arah samping rumah, tepatnya dari dekat kamar mandi terdengar benda jatuh yang sangat keras,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sontak membuat aku dan Kang Darma melihat ke arah situ, dan tidak ada apapun.
“Euis lupa, kata Bah Ajan jangan sebut nama itu dan jangan kasih tahu siapapun, namun sudah terlanjur Akang dan Kang Maman juga tahu” ucap Euis tiba-tiba ketika aku dan Kang Darma sudah duduk kembali
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dengan perasaan yang sama merasakan keanehan dari suara barusan.
“Sudah Euis kalau takut jangan bilang lagi nama itu, ini harus selsai cepat, Akang tahu dimana rumah Ki Badar…?” tanyaku tiba-tiba.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Tahu, kang Sanim cerita dan pasti Akang tahu patokan-patokanya, Kang Sanim pagi itu bareng Bah Ajan menyusul Ki Badar, dan Akang juga curiga, Sanim dan Rahmat pasti tahu satu hal dari Bah Ajan pas kemarin pulang dari masjid, makanya pagi tadi mereka pulang…” ucap Kang Darma.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Bisa jadi Kang, namun Teh Titin dan Teh Ecih bilangnya ketakutan semalam pas bangun lihat sosok perempuan berdiri didapur ketika terbangun ingin mengambil minum… anehnya Teh Titin dan Teh Ecih bangun bisa barengan…” jawab Euis.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Akang jelaskan dimana rumah Ki Badar, malam ini Maman tidak akan ke kebun tebu, dan sebelum berjumpa dengan Bah Ajan untuk menanyakan yang sebenarnya, kita temui dahulu Ki Badar…” sahutku.
Apalagi keadaanya ternyata jauh lebih buruk yang menimpa aku dan Abdul, bahkan semua
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta adik-adik aku sudah melihat sosok perempuan itu, yang aku yakini sosok itu sama dengan yang ada di kuburan.
“Jangan sendirian Kang… temani saja sama Kang Darma… biar cepat sampai, soalnya ini sudah parah dan Euis yakin dan membernarkan gosip yang melihat perempuan di kuburan-
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - Abah juga…” ucap Euis yang sangat khawatir.
Sementara Kang Darma dan Aku hanya saling menatap seolah setuju dengan pikiran seorang laki-laki selanjutnya harus seperti apa.
“Euis disini bisa jaga Mak, bilang saja Kang Abdul sering-sering cek kesini malam ini selama Akang -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - dan Kang Darma pergi…” ucap Euis.
“Iyah Man, cepat siap-siap duluan ke rumah Abdul, Akang nanti bawa obor dua sekalian nyusul ke rumah Abdul…” sahut Kang Darma.
Aku segera masuk ke dalam di ikuti oleh langkah Euis, dan sangat khawatir apalagi melihat Mak sedang tertidur lelap
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta suara decitan kayu yang aku injak dan Euis injak benar-benar mengingatkan aku dimana semua keadaan ini berawal.
“Pengang ini simpan dimana kamu tidur di bawah kasur, kalau ada apa-apa teriak dan jangan tinggalkan Mak yah…” ucapku, sambil memberikan pisau aku kepada Euis,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta apalagi keadaan sedang mencekam seperti ini.
“Iyah Kang siap, Akang hati-hati jagain juga Kang Darma…” ucap Euis.
“Bawa saja lampu semprogan ini ke dalam kamar Mak, bilang Maman dan Kang Darma lagi ada penting gitu saja, sebisa-bisa yakin Mak semuanya baik-baik saja” ucapku,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sambil menyabut lampu semprongan yang menyala dan menempel di dinding.Euis hanya menganngguk dan menerima lampu semprongan, sementara Kang Darma lagi bersalin dan membawa samping sepertiku yang tersampai di bahunya.
“Nanti Akang kunci semua, duluan saja Maman” ucap Kang Darma.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Tanpa menjawab segera aku keluar rumah dengan senter lampu masih mengalung talinya di kepalaku dan berjalan cepat ke arah rumah Abdul kembali.
“Harus selsai, siapapun perempuan itu, dan bagaimanapun semua ini harus selsai, kasihan Abah…” ucapku sambil berjalan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Sesampai di rumah Abdul aku sangat beruntung dan senang lampu semprongan dan obor didepan rumahnya masih menyala, segera aku memanggil Abdul.
“Lah Man balik lagi…” tanya Abdul kaget sekali.
“Minta tolong Dul dan harus bisa keadaanya semakin genting… aku dan Kang Darma akan -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - berkunjung malam ini juga ke rumah Ki Badar, tolong awasi rumah sesekali saja di rumah ada Euis dan Mak saja…” ucapku, sementara dari kejauhan sudah terlihat cahaya obor yang dibawa oleh Kang Darma.
“Baik Man bisa, pasti aku cek sesekali kesana tiap satu jam… hati-hati, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -benar siapa tau Ki Badar bisa kasih jalan pertama sebelum kamu bicara dengan Bah Ajan, pergi saja tenang urusan rumah, Euis dan Mak tanggung jawabku…” ucap Abdul sangat memberikan keyakinan kepadaku.
“Man…” teriak Kang Darma.
“Baik Kang…” jawabku, sambil pamit kepada Abdul.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Man… hati-hati” sahut Abdul.
Segera aku berjalan dengan Kang Darma untuk keluar kampung melalui jalan kuburan satu-satunya jalan pintas keluar dari kampung ini, bahkan Kang Darma yang menyarankan jalan ini.
“Perasaan Akang seperti di kabulkan Man, apalagi dari sakitnya Abah -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - dan sampai meninggalnya Akang yakin ada hal yang belum selsai semua ini” ucap Kang Darma.
Sambil berjalan bersebelahan denganku yang sama memegang obor setelah sebelumnya aku nyalakan.
“Iyah Kang… tidak tahu kenapa dari ucapan Euis dan mimpinya, Maman yakin ada hubunganya -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - dengan kebun tebu…” ucapku.Kang Darma hanya mengangguk dan setuju dengan ucapanku, apalagi yang mengiringi langkahku malam ini penuh kecemasan meninggalkan rumah dalam keadaan seperti ini.
“Akang sedikit tenang Abdul bisa diandalkan” ucap Kang Darma, yang tidak terasa sudah
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta melewati kuburan Abah kembali untuk kedua kalinya malam ini, walaupun ini jauh lebih malam.
“Iyah kang, ini kang disana mereka sering melihatnya…” ucapku, sambil menyorotkan lampu senter ke arah kuburan.
“Sudah Man biarkan saja, yang terpenting kita harus segera tahu agar semua-
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - ini cepat selsai, ini baru hari kedua Abah pergi dan semuanya sudah seperti ini” jawab Kang Darma.
Aku menuruti ucapan Kang Darma dan mengikuti langkahnya yang terbilang cepat, karena untuk sampai ke rumah Ki Badar harus melewati satu kampung tetangga, dan rumahnya dari
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Kang Darma yang tahu dari cerita Kang Sanim di pebatasan kampung tetangga.
Sudah hampir tidak terhitung berapa jam aku berjalan mungkin lebih dari satu jam, setelah melewati jalanan umum kampung tetangga yang sama sepinya dengan kampung dimana rumahku berada, aku dan Kang Darma
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sudah beberapa kali berbelok, barulah terlihat rumah yang tidak beda jauh denganku, masih panggung dan banyak obor yang menyala.
“Ingat yah Man yang barusan Akang bilang, jangan banyak basa-basi kita tidak punya waktu banyak, kasihan Mak dan Euis di rumah…” ucap Kang Darma
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ketika sebentar lagi akan sampai di rumah Ki Badar.Setelah beberapa kali ucapan salam, keluarlah anak kecil yang aku yakin itu adalah cucu dari Ki Badar, dan menyuruhku untuk duduk menunggu di luar, barulah obor yang aku pengang dan Kang Darma pegang di matikan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Bahkan sudah dua batang rokok aku habiskan dengan Kang Darma sama sekali Ki Badar belum keluar dari rumahnya.
“Maaf harus menunggu lama… dan saya yakin sekali kalian pasti kembali… silahkan masuk… kita bicara di dalam” ucap Ki Badar dengan suara khasnya, membukan pintu.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Terimakasih Ki, saya hanya mengantar saja Maman kesini…” ucap Kang Darma setelah duduk bersila.
“Tahu saya tahu dan paham kenapa kalian datang kesini, walaupun kedatangan kalian kesini tidak akan merubah apapun yang terjadi… semuanya sudah perjanjian… -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -kenapa Maman apa yang mau di bicarakan…” ucap Ki Badar.
Aku yang berniatan tidak akan basa-basi malah Ki Badar sendiri yang melakukan hal itu, apalagi ucapan pembukanya cukup membuatku kaget dengan ada kalimat perjanjian.
“Setelah Abah meninggal Ki, semua -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -penampakan sosok perempuan menganggu keluarga… Euis, Ecih, Titin dan terutama Maman sudah melihat dan merasakan semua gangguan itu, apalagi sudah tiga orang warga melihat sosok perempuan itu di kuburan apa, siapa Ki perempuan itu sebenarnya…” ucapku langsung bicara
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sesuai apa yang ingin aku tahu.
“Ha-ha-ha… ingat ketika sakit abah kamu, saya bilang tanyakan dan ajak bicara tapi kamu tidak melakukan, benar saya tanya sekali lagi tidak ada apapun yang di wasiatkan?!” tanya Ki Badar.
Kang Darma hanya memperhatikan aku dan Ki Badar yang sedang
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta berbicara apalagi kecemasan dari wajahnya cukup mengambarkan pasti pikiran kepada Mak dan Euis yang kang Darma pikirkan saat ini.
“Tidak Ki, tidak ada wasiat apapun, tidak ada yang dititipkan… sekalipun warisan, hanya warisan pekerjaan saja yang Maman terima…” ucapku perlahan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Kalau begitu sulit… dan kalian salah rumah… harusnya kalian tanya siapa perempuan itu kepada orang yang setelah penen kebun tebu akan pindah rumahnya… orang itu bukan orang biasa hati-hati Man, saya tahu pernah orang itu bilang jangan percayakan kamu kepada saya, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -tapi untungnya terbukti malam ini juga kamu datang kesini…” jawab Ki Badar perlahan.Seketika dan dengan cepat aku paham yang di maksud orang itu oleh Ki Badar siapa dan aku juga ingat orang itu pernah dan benar melarang aku tidak percaya kepada ucapan Ki Badar.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “lalu Ki kalau begitu, tolonglah kami jalan keluar seperti apa yang harus kami ambil, mertua saya Bah Warman belum tepat satu minggu di hari pertama dan kedua malam ini sudah banyak gangguan dan kasihan sama almarhum…” sahut Kang Darma.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Ki Badar kemudian berdiri dan berjalan masuk ke dalam rumah, aku dan Kang Darma hanya mengelengkan kepala seolah tidak paham kenapa tiba-tiba seperti itu Ki Badar.
Tidak lama Ki Badar keluar dengan membawa kotak yang terbuat dari kayu, dan duduk bersila kembali di sebelahku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta seperti semula.
“Lihat… saya tidak pernah sepeserpun berani mengunakan apa yang di berikan orang itu… kalian paham kenapa?” tanya Ki Badar, sambil membuka kotak kayu.
Dan terlihatlah uang dengan jumlah yang bukan sedikit benar-benar sangat banyak aku dan Kang Darma benar-benar
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta terkejut dan kaget baru pertama melihat uang dalam kotak kayu sangat banyak.
“Setiap orang itu datang bahkan sering dengan almarhum Bah Warman bicara apapun soal hidup dan kebun tebu tidak pernah saya bantu sebenarnya berkali-kali saya sudah larang dan minta untuk mengakhiri -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - kebun tebu itu, kenyataanya, mereka lupa bahwa ada dendam dalam perjanjian yang sudah mereka orang-orang itu piara sejak lama waktunya, dan sudah bertepanlah kejadian itu seumuran kamu Man… waktunya telah tiba…” ucap Ki Badar perlahan dengan sangat serius.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Aku bahkan sangat kaget dan tidak mengerti dengan semua ucapan Ki Badar.
“Pesugihan Ki?” tanya Kang Darma.
“Bukan, dosa lama penuh dendam, pengantin gagal pernikahanya… nyawanya hilang… hasrat nafsu yang tidak terpuaskan menghalakan segala cara! Kamu sadar dampaknya -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - kamu tidak menikah-menikah dan sulit jodoh kamu Maman?” ucap Ki Badar.
“Lalu siapa Sekar Wangi ki?” tanyaku tiba-tiba.
Ki Badar benar-benar kaget dengan pertanyaanku dan baru pertama kalinya aku melihat Ki Badar sangat kaget dengan wajah yang langsung berubah menjadi merah.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Jangan sebut nama itu paham!” bentak Ki Badar dengan suara yang keras, dan seketika obor-obor di depan rumah Ki Badar padam begitu saja padahal tidak ada angin sekalipun malam ini.

Bersambung

***

Keadaan yang semakin memburuk membawa Maman setelah kepergian Bah Ajan Bapaknya
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ke dalam satu kenyataan sebuah gangguan yang tidak pernah ada hentinya, segala kejutan bagaimana cara kehidupan berkerja sekarang sedang Maman hadapi.
“Apakah ini yang sebenarnya ingin aku ketahui? Jika aku rasa semua ini benar, dan jika ada pilihan, mungkin aku tidak akan -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - pernah sudi berada dalam keadaan seperti ini”
Ki Badar menjadi jalan pembuka walaupun setuja kejutan Maman ketahui saat ini, namun apakah benar kunci dari semua ini untuk membuka kilasan peristiwa waktu masa lalu yang pernah terjadi akan terjadi lagi sekarang?
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Dan apa sebenarnya tujuan dari tujuan Kebu Tebu itu harus di jaga sampai berpuluh tahun lamanya? Kita berjumpa di Bagian VI – Penjaga Kebun Tebu, Sebuah Kisah Warisan Pekerjaan, akan terus berlanjut!
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Baca duluan Bagian VI yang membawa pada bagian terakhir sebelum tamat, klik link di bawah.
karyakarsa.com/qwertyping/pen…
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Dan ini adalah Bagian VII Tamat, bagian paling panjang ceritanya dan menuntaskan akhir dari cerita ini, bisa klik link di bawah, baca duluan sambil memberikan dukunganya.
karyakarsa.com/qwertyping/pen…
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Judul lama dengan cerita baru semuanya berawal dari sebuah kisah misteri turun temurun dan akan berlanjut setelah cerita ini selesai, Penghuni Pabrik Tahu Keluarga – Bagian 1&2 sudah bisa di baca terlebih dahulu, klik link.
karyakarsa.com/qwertyping/pen…
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Kita akan berjumpa lagi sesuai informasi di bawah ini, silakan untuk meninggalkan retweet, love dan replynya teman-teman, agar mempermudah nanti membaca kembali di Bagian 6! Sampai berjuma tanggal 23 February.
“Typing to give you a horror thread! You give me support!” Image
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta PENJAGA KEBUN TEBU

Sebuah kisah warisan pekerjaan
Tahun 1988-an

Bagian VI

"Sebelum tubuh ini utuh, sebelum penasaran ini selesai, dan sebelum dendam ini tuntas, ini adalah tempatku."

@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Image
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta BAGIAN VI – JAWABAN KELAM

“Ini mungkin yang selama ini aku ingin ketahui, penebusan dosa masa kelam dan kenyataan yang aku kira hanya ada dalam cerita kini benar-benar nyata! Alasan kenapa kebun tebu harus di jaga”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Lalu siapa Sekar Wangi ki?” tanyaku tiba-tiba.
Ki Badar benar-benar kaget dengan pertanyaanku dan baru pertama kalinya aku melihat Ki Badar sangat kaget dengan wajah yang langsung berubah menjadi merah.
“Jangan sebut nama itu paham!” bentak Ki Badar dengan suara yang keras,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan seketika obor-obor di depan rumah Ki Badar padam begitu saja padahal tidak ada angin sekalipun malam ini.
Suara bentakan Ki Badar sontak membuat aku dan Kang Darma benar-benar kaget apa lagi ini adalah kali pertama aku melihat tatapan Ki Badar benar-benar jauh seperti
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta biasanya, apalagi obor-obor yang berjajar di luar barusan bisa padam dengan sendirinya dengan serentak pula, benar-benar di luar nalarku sebagai manusia.
Ki Badar lantas berdiri dengan cepat, langsung membawa lampu semprongan yang jauh lebih besar ukuranya,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dari pada yang ada di rumahku, yang tertempel di rumah setengah biliknya.
“Ikut saya Man…” ucap Ki Badar yang mulai sedikit tenang.
Aku langsung berdiri tanpa berpikir apapun lagi, sementara Kang Darma hanya diam saja, dan masih dengan wajah yang sangat kaget,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta apalagi di rumah sebelum sampai ke rumah Ki Badar setelah menyebutkan nama itu kejadian aneh juga sudah terjadi sebelumnya.
Segera aku mengikuti langkah Ki Badar yang keluar rumah dengan membawa lampu semprongan, berjalan ke ujung obor pertama berada di ujung.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Dari mana kamu tau nama itu…” tanya Ki Badar, sambil mengeluarkan korek api dan memberikan lampu semprongan kepadaku untuk aku pegang.
“Euis bilang, subuh sebelum Abah meninggal… nama itu terucap, lalu Abah berkali-kali meminta maaf… hanya itu Ki, makanya Maman barusan -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - lancang dan mungkin salah menyebut nama itu barusan” ucapku dengan perlahan dan takut Ki Badar membentak seperti barusan.
Mendengar ucapanku, Ki Badar langsung melihat ke arah wajahku dengan tatapan yang sangat heran, dan tidak tahu dalam isi kepala Ki Badar sedang berpikir apa
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sehingga menatapku seolah tidak percaya.
“Kalau kamu anggap Aki ini dukun dengan ilmu hitam, salah besar Man… Ajan dan Warman almarhum bapak kamu setiap datang ke rumah ini hanya meminta tolong jika terjadi yang tidak-tidak di kebun tebu… setiap kali saya tanya, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - saya tahu mereka berbohong apalagi Ajan… namun tetap saja beberapa kali saya penasaran dan saya ikhtiarkan apa sebenarnya yang terjadi disana… namun itu selalu gagal, bukan sekali Man… bahkan berpuluh tahun, sampai akhirnya saya menyerah dan tidak berani ikut campur… -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -itulah kenapa barusan saya bilang Maman salah datang ke rumah saya…” ucap Ki Badar menjelaskan, sambil berganti menyalakan obor satu persatu, sementara Kang Darma terlihat berpindah duduk jadi di luar rumah Ki Badar.
Aku yang mendengar ucapan Ki Badar sangat percaya apalagi
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dari gerakan badan dan ucapan yang keluar dari mulutnya benar-benar beda, terasa sekali dengan apa yang aku rasakan sekarang.
“Lalu kenapa barusan setelah Maman bilang nama itu Aki langsung kaget…” tanyaku.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Saya pernah larang, namun mereka tidak pernah mendengar… nama itu beda rasanya ketika saya dengar… dan saya yakin nama itu juga yang memiliki dendam, perjanjian, dan sudah waktunya telah tiba…” ucap Ki Badar, yang baru selesai menyalakan semua obor, diikuti oleh langkahku.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Baik Ki Maman sekarang paham, satu lagi tolong jawab Ki… dari mana Aki bisa tahu semua ini, benar-benar Ki keluarga Maman, Mak dan Euis benar-benar ketakutan akan hal ini, ini baru dua hari kematian Abah Ki…” tanyaku dengan perlahan.
“Aki paham dan yakin -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - waktu seperti ini akan terjadi, jauh sebelum hari ini kamu perlahan tahu, ingat sakit pertama Bah Warman Almarhum… perempuan itu sudah sering mengintai rumah… dari situlah perlahan Aki penasaran, beberapa kali Aki mencoba berkomunikasi hanya inilah -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - yang perempuan itu bilang…” ucap Ki Badar dengan perlahan.
Aku sudah tidak kaget lagi, apalagi sejak perjalan menuju rumah Ki Badar dengan segala kejadian yang aku alami dari awal Abah sakit, sudah ada rasa curiga akan hal ini, walaupun sedikit rasa itu ada.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Ki Badar kemudian berjalan dengan pelan, menuju dimana Kang Darma sedang duduk, sementara aku tidak berani bertanya lagi, walaupun aku menunggu ucapan itu.
“Hanya sedikit Man yang perempuan itu bilang…” ucap Ki Badar sambil duduk di dekat Kang Darma.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Apa itu Ki…” ucapku, sambil melihat ke arah Ki Badar seperti sedang memikirkan hal lain dalam pikirannya.
“Sebelum tubuh ini utuh, sebelum perasaan ini selesai, dan sebelum dendam ini tuntas, ini adalah tempatku…” ucap Ki Badar dengan perlahan, sambil matanya berlinang.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Benar-benar ucapan Ki Badar membuat bulu pundakku berdiri seketika dan api-api yang menyala dari obor bergerak, padahal sama sekali tidak ada angin malam ini yang semakin larut. Mulutku seperti di bungkam, hatiku seperti mati, dan perasaanku sudah tidak lagi berguna
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ketika ucapan Ki Badar masuk dalam telingaku.
Seketika hening, sejuta pertanyaan dan penasaran yang ada dalam hatiku mati begitu saja, apalagi melihat Kang Darma mungkin sama dengan apa yang aku rasakan sekarang.
“Tempat yang di maksud Maman paham? Dan selanjutnya Maman -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - sudah tahu harus datang pada siapa setelah ke rumah ini?” ucap Ki Badar sambil mengelap kedua matanya.
Sementara kedua tanganku masih bergetar memegang lampu semprongan, dan hanya menganggukkan kepalaku berkali-kali.
“Kalau ucapan itu adalah dari nama yang barusan Maman -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - sebut salah, tidak mungkin keadaanya malam ini Maman datang kesini jadi seperti ini, saya bilang berkali-kali waktunya sudah tiba… kejadianya sudah sama dengan umur kamu Man… sudah tiga kali saya coba dan ucapanya selalu itu, ketika saya kilas balik waktu mencoba meminta -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - kepada pencipta itulah yang saya dapatkan…” ucap Ki Badar sambil berdiri dan perlahan masuk ke dalam rumahnya.
“Man Akang pikir sudah cukup, dan Akang juga tahu siapa selanjutnya yang harus Maman datangi…” ucap Kang Darma perlahan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Sudah kalian pulang, aman tidak akan terjadi apa-apa… ambil jalan lain jangan lewat kuburan Abah kamu, percaya sama saya tujuh hari akan tetap sama dan ada…” ucap Ki Badar.
“Baik Ki terimakasih… Maman pamit pulang…” ucapku berdiri.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Tidak tahu kenapa Ki Badar langsung menutup pintu dengan cepat, padahal aku dan Kang Darma baru saja berdiri belum keluar dari halaman rumahnya.
“Ini bawa siramkan di bekas pemandian Warman kemarin sebelum di makamkan… setengahnya lagi di kamar mandi” ucap Ki Badar setelah pintu
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta rumahnya kembali terbuka.
Kang Darma langsung menerimanya, dan kembali dengan cepat Ki Badar menutup pintu rumahnya.
“Sudah Man, kita ambil jalan lain Akang tahu yang tidak terlalu jauh… sekarang sudah jelas Man… kalaupun salah ucapan Ki Badar semuanya barusan, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - setidaknya Bah Ajan yang tahu sebenarnya…” ucap Kang Darma, sambil berjalan sangat cepat, sama seperti waktu keberangkatan menuju rumah Ki Badar.
Andai Kang Darma tahu dan aku cerita kejadian malam di kebun tebu sebelum Abah meninggal , pasti kang Darma akan membenarkan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta seperti perasaanku saat ini, namun biar aku saja yang menyelesaikan apa yang sudah aku mulai terseret dalam keadaan ini.
“Kang… apa baiknya sebelum tujuh hari itu Maman sudah berjumpa dengan Bah Ajan…” ucapku, sambil menyeimbangkan kecepatan langkah kaki dengan Kang Darma.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Baiknya seperti itu, ke kota tidak akan lama kok Man… Besok sudah saja jangan ke kebun tebu dulu… takutnya tempat yang perempuan itu bilang adalah kebun tebu Man…” jawab Kang Darma sangat khawatir.
“Tidak Kang, tetap Maman akan jaga bagaimana juga sudah jadi pekerjaan Abah -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - yang di wariskan itu…” ucapku yang sudah tahu nanti di kebun tebu akan berbuat seperti apa.
Dengan langkah kaki yang berjalan cepat, karena segala khawatiran kepada Euis dan Mak di rumah walaupun aku sangat percaya kepada Abdul, tetap saja rasa kepercayaan itu tidak membuatku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta tenang. Dua obor yang aku pengang dan Kang Darma, juga air dalam botol gelas yang Kang Darma pegang mengringi langkahku menuju rumah.
“Akang pikir sudah cukup Man…” ucap Kang Darma perlahan sambil tatp berjalan cepat.
“Iyah Kang, Maman juga begitu… hanya saja semua akan jelas-
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - setelah ada obrolan dengan Bah Ajan… Mak juga harusnya tahu semua ini anehnya malah diam saja, mana mungkin seorang istrikan tidak mengetahuinya” jawabku.
Kang Darma hanya mengangguk saja, seolah sebuah persetujuan. Tidak lama kampung Ki Badar sudah aku lewati,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta untungnya karena Kang Darma hafal betul jalan karena sering pulang dan pergi ke kota. Tidak terasa berjalan di bawah gelapnya malam ini hanya sedikit cahaya bulan yang menerangi, dan sudah tidak tahu lagi berapa lama berjalan kaki, akhirnya aku dan Kang Darma sudah memasuki
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta perkampungan kembali, keringat yang aku lihat dari wajah Kang Darma di bawah sinar obor yang di pengangnya hal yang sama sedang aku rasakan sekarang.
“Nanti biar Akang saja yang nuangin ini air Man…” ucap Kang Darma.
“Iyah Kang, mudah-mudahan Euis dan Mak tidak kenapa-kenapa”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ucapku.
Setelah melewati pos ronda, dari kejauhan malah aku melihat Abdul yang langsung berdiri dari duduknya, kemudian berjalan cepat mengejar langkahku menuju rumah. Dari langkah berjalanya yang cepat Abdul mulai muncul sebuah perasaan tidak enak.
“Ajak ke rumah saja Abdul…”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ucap Kang Darma yang sama melihat Abdul menyusul.
“Iyah Kang…” jawabku.
Dari kejauhan melihat rumah barulah aku sadar, biasanya rumah di jam tengah malam seperti ini harusnya gelap, karena kemungkinan Mak dan Euis sudah tertidur, sekarang yang aku lihat malah menyala karena
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta lampu semprongan dari dalam rumah aku yakin di nyalakan.
“Euis…” teriak kang Darma.
Tidak lama pintu Euis buka karena sebelumnya suara decitan kayu yang di injak Euis juga aku dengar dengan jelas.
“Alhamdulillah Kang…” ucap Euis dengan wajah yang sangat ketakutan sekali.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Kenapa Euis…” sahutku.
“Tidak apa-apa Kang hanya tumben saja takut sekali di rumah, Mak tapi tidur lelap untungnya” jawab Euis.
Kang Darma langsung masuk ke dalam rumah dengan cepat apalagi modal informasi dari Ki Badar sudah cukup membuatku dan Kang Darma berhati-hati sekali
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta menghadapi keadaan yang sama sekali belum aku ketahui sebabnya dengan pasti ini.
“Man…” ucap Abdul dengan tergesa-gesa mengatur nafasnya.
“Dul gimana, jangan bilang…” ucapku.
“Iyah ada lagi…” ucap Abdul sambil duduk di sebelahku.
“Dimana?! Seriuskan ini!” jawabku cukup kaget
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta apalagi Euis barusan benar-benar keluar dengan wajah yang ketakutan sekali.
“Sana Man… setengah jam pertama aku kesini Euis dan Mak aku yakin belum menyalakan lampu semprongan di tengah rumah dan aku pikir baik-baik saja, maaf Man aku cuman dua kali barusan datang kesini, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - yang kedua benar-benar Man… di dekat kamar mandi, sama kayak yang di kuburan…” ucap Abdul perlahan, setelah sebelumnya jari tangan nya menunjuk ke arah kamar mandi berada.
“Iyah sudah Dul tenang… tuh lihat Kang Darma sedang menyirami air dari Ki Badar, masalahnya jadi rumit-
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - dan tidak jelas kenapa semua ini jadi seperti ini Dul… hanya satu Dul, usahakan selanjutnya kamu dapat kabar Bah Ajan kabarin aku, bisa” jawabku, sambil menunjuk ke arah Kang Darma yang sedang berada di bekas pemandian Abah dan sangat percaya sekali dengan ucapan Abdul.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Abdul hanya diam dan memperhatikan ke arah dimana Kang Darma sedang melakukan hal yang disuruh oleh Ki Badar, walaupun dari wajahnya benar-benar cemas sekali.
“Man… apa kamu tidak penasaran pada batas kebun itu dan tidak ingin melihatnya dengan dekat kesana, setelah malam -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - itu kamu melihat ritual itu Man?” tanya Abdul tiba-tiba.
Baru saja aku besok akan mengajaknya, ternyata Abdul sudah punya pikiran yang sama, dan jika Euis atau Kang Darma juga mengetahui kejadian malam itu, pasti aku yakin punya pikiran seperti Abdul saat ini.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Besok malam Dul…” ucapku.
“Aku ikut, Bah Warman sama seperti bapak aku Man, kasihan rasanya sudah meninggal namun ada hal yang belum selesai seperti ini” ucap Abdul.
“Jangan bilang Kang Darma yah Dul…” ucapku pelan setelah melihat kang Darma kembali dari kamar mandi
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan berjalan menuju dimana aku dan Abdul duduk.
“Kenapa? Kang Darma tidak tahu itu?” tanya Abdul.
“Iyah, hanya kamu yang tahu… sudah diam” jawabku perlahan dan tegas.
“Dul gimana barusan aman-aman saja?” sahut Kang Darma sambil memberikan rokok kepadaku.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Ini masih ada rokok aku Kang” jawabku, sambil mengeluarkan dari saku celanaku.
Abdul langsung saja menceritakan hal sama kepada Kang Darma dan hal itu tidak jarang membuat Kang Darma menepuk pahaku berkali-kali karena ucapan Ki Badar benar adanya.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Setelah Abdul, aku dan Kang Darma menghabiskan beberapa batang rokok, Abdul pamit dengan memberikan kode kedipakan kepadaku untuk hal besok yang akan aku lakukan di kebun tebu.
“Euis beberapa kali dengar suara langkah orang berjalan di dalam rumah Man…” ucap Kang Darma.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Iyah Kang… tapi sekarang gimana?” ucapku, padahal benar-benar kaget hal yang pernah terjadi bisa terulang dan aku paham Euis bisa sampai ketakutan, karena suara decitan itu benar-benar menyeramkan sekali.
“Tidur disebelah Mak, ayo istirahat Man sudah bekal dari Ki Badar sudah-
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - Akang kerjakan… jangan dulu banyak pikiran Man, semoga saja air tadi bisa mengurangi gangguan itu” ucap Kang Darma.
Karena malam semakin larut dan segala kenyataan memberikan kejutan yang belum pernah sebelumnya aku pikirkan, aku mengikuti langkah Kang Darma masuk ke dalam
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta rumah dan langsung masuk ke dalam kamar untuk menjatuhkan badan ke atas kasur.
“Oh sudah Euis simpan lagi… selama ini juga Euis tahu aku selalu menyimpanya di bawah kasur” ucapku, ketika mengecek sudah ada pisau dibawah kasur kamarku.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Seketika cahaya kuning ke emasan dari lampu semprongan Kang Darma matikan dan masih terdengar jelas langkahnya menuju kamar Euis, seketika itu juga pandanganku berubah menjadi gelap bersamanya apa yang ingin aku ketahui, yang terlahir dari penasaran pikiranku sendiri perlahan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta menemukan hulu siapa yang menjadi kunci permasalahan selama ini.
Apalagi semua ucapan Ki Badar beberapa jam yang lalu di rumahnya sudah cukup membuatku mengerti kenapa semua ini terjadi, yang aku inginkan selanjutnya hanya penjelasan dari Bah Ajan, walaupun penjelasan nantinya
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang akan aku dengar tidak akan membuat Abah kembali bernyawa dan bangkit dari kuburnya.

***

“Bagun… bagun… Kang didepan ada Pak Haji dari kampung sebelah, udah nunggu bangun”
“Hah… serius Euis” ucapku benar-benar kaget apalagi dari kemarin memang aku belum sempat ke sawah.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Serius didepan lagi sama Mak, gak tahu malah ngajak Akang ke sawah, katanya ada penting” jawab Euis yang masih berjongkok membangunkan aku yang masih terbaring di atas kasur yang menyisakan sedikit busa, kasur tua lepek.
“Bilang tunggu sebentar, Akang tidak enak, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - mau mandi dulu buru-buru” ucapku yang langsung bangun.
Segera aku dengan cepat dan masih kaget bangun dari tidurku, Kang Darma hanya terlihat sedang duduk menikmati sarapan pagi ini dan mengarahkan kepalanya ke arah bagian depan, pertanda ada orang yang menungguku pagi ini.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Mandi tercepat selama hidupku, bahkan aku tidak pernah menyangka Pak Haji datang ke rumah, padahal sepanjang abah hidup mungkin bisa dihitung jari saja berkunjung ke sini, lebaran dan beberapa kali kalau sedang panen di sawah itu juga tidak setiap panen datang.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Harusnya tidak ada hal penting apapun” ucapku dalam hati, karena memang sawah masih lama menuju waktu panen.
Tidak lama bahkan kurang dari sepuluh menit setelah beberapa kali gayung mengambil air dalam wadah dan badan di gosok oleh sabun, aku sudah mengunakan handuk untuk
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta mengelap badanku, sambil menggosok gigi pagi ini.
“Benar perasaan tidak ada apa-apa” ucapku, apalagi sebenarnya hari ini yang aku tunggu adalah malamnya untuk kembali ke kebun tebu setelah tiga hari kematian Abah.
Setelah berganti pakaian dan membawa cangkul juga golok
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang terikat di pinggangku yang sebagaimana mestinya sebagai alat kerja aku sehari-hari, aku sudah berjalan ke luar dari dapur, setelah menerima ubi rebus yang Kang Darma berikan, sambil tangan sebelahku memegang rokok dan cangkul yang sudah tersampai di bahuku.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Maaf Pak haji menunggu lama…” ucapku.
“Saya Man yang seharusnya meminta maaf ketika Bah Warman meninggal saya sedang di kota jenguk anak-anak, baru kesini ketemu Mak Idah juga ini, ayo sekarang saja takut keburu siang” jawab Pak Haji sambil berdiri dan pamit kepada Mak.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Kebiasaan Pak Haji, insyaallah nanti pasti pagi di biasain sama kaya Abahnya…” sahut Mak.
“Tidak apa-apa Mak Idah namanya juga anak muda” jawab Pak Haji yang langsung berjalan.
Pak Haji masih dengan Pak Haji yang lama aku tahu, semakin tua umurnya dengan rambut yang hampir
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sudah tidak memiliki warna hitam, namun badanya bahkan bisa menutupi umurnya yang sama sekali sampai saat ini aku berjalan di sebelahnya tidak pernah aku tahu berapa tahun umurnya sekarang.
Pipa cangklong yang berwarna coklat tua bahkan tetap saja menempel di antara dua jarinya,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dengan rokok kretek yang sedang Pak Haji hisap mengiringi langkahku dan Pak Haji menuju sawah.
“Disini saja sudah Man…” ucap Pak Haji sambil berhenti jalanya, karena dari kejauhan beberapa hamparan sawah yang Pak Haji miliki sudah bisa dilihat jelas oleh mata ku pagi ini.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Baik Pak Haji, disana saja Pak Haji bisa duduk” jawabku, sambil menunjuk satu tunggul bekas pohon besar yang kemungkinan beberapa hari kebelakang bekas di tebang oleh pemiliknya.
“Iyah disini jauh lebih enak bisa sekalian duduk Man” jawab Pak Haji setelah aku bersihkan tunggul
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta pohonnya.
“Pak Haji maaf baru sekarang hari ini Maman ke sawah, insyaallah setelah Abah meninggal Maman lanjutkan semuanya… apalagi pas sakit juga sudah sering Maman urus sawah Pak Haji…” ucapku sambil duduk beralaskan daun di sebelahnya, setelah menurunkan cangkul dari bahuku.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Begini Man… urusan itu gampang… Bah Warman sudah pernah cerita?” tanya Pak Haji sambil mengeluarkan korek dan membakar kembali rokok kretek yang sudah mati bara nya.
“Belum Pak Haji, Abah jarang bicara apapun soal sawah, makanya Maman kira kedatangan Pak Haji akan -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - membicarakan hal itu” jawabku perlahan.
“Baik… saya sudah yakin Bah Warman seperti itu… kamu tahu rumah kamu dan keadaan kamu sejak lama seperti itu, itu hasil sedikit dari Bah Warman kerja mengurus sawah saya… ini pesan, wasiat dan amanah almarhum pernah -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - satu waktu dua hari sebelum sakit pertamanya bicara sama saya…” ucap Pak Haji dengan serius dan menatap lurus kosong ke arah sawah.
Baru saja aku hisap asap rokok pertamaku setelah beres melintingnya diatas kertas papir, ucapan Pak Haji benar-benar membuatku kaget sepagi ini,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta bahkan matahari saja baru kelihatan muncul dari timur.
“Suruh Maman dengarkan Pak Haji, jangan suruh dia bertanya kenapa dan harus seperti ini, semuanya tidak akan pernah mengerti nantinya, maaf jika saya lancang pada Pak haji… Ingat betul sore itu dia datang ke rumah, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - dan pamit dengan kalimat itu…” ucap Pak Haji sambil matanya aku lihat menahan air mata keluar, terlihat dari caranya Pak Haji mengedipan matanya.
“Iyah Pak Haji…” jawabku, yang semakin penasaran apa yang Abah pernah wasiatkan kepada juranganya di pekerjaan ini.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Pak haji hanya mengangguk berkali-kali dan seolah dalam tatapan nya itu mendapatkan sebuah kesimpulan.
“Begini Man… kalau suatu saat kamu dan Mak Idah akan meninggalkan kampung ini, menjual tanah di rumah, kepada saya jangan kepada orang lain… nanti hasilnya saya tambahkan -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - dengan simpanan Bah Warman yang maaf tidak bisa diberikan langsung sesuai wasiat, berikan ketika Maman dan keluarga Bah Warman pindah dari kampung ini…” ucap Pak Haji sambil menatap ke arahku, dan sekarang air matanya sudah berjalan perlahan melewati pipinya.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Pak Haji tahu kenapa Abah bilang seperti itu, kenapa harus menjual tanah di rumah dan pindah rumah” ucapku perlahan, karena masih kaget, apalagi sebelumnya aku sudah mengetahui niatan Bah Ajan.
“Tidak Man, cuman sudah puluhan kali saya suruh berhenti jaga kebun tebu tetap -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - saja dengan jawaban dari Bah Warman, bahwa saya tidak akan pernah mengerti keadaan sulit ini… padahal Man, mana gaji dan upah Bah Warman selama ini, semua berbalik dengan keadaan Ajan, saya tahu anak-anaknya di kota rumahnya bagus keadaanya juga berada, untuk sebuah pekerjaan-
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - mengurus kebun tebu, maaf bukan syirik kepada Ajan semuanya tidak sebanding Man…” jawab Pak Haji menjelaskan.
“Iyah Pak Haji… Maman juga paham, namun memang salah Maman juga selama Abah hidup tidak pernah bertanya dan hanya menuju akhir saja itu juga Abah sudah seperti -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - biasanya menutup diri pada Maman…” ucapku seadanya, karena masih tidak percaya dengan ucapan Pak Haji soal Bah Ajan, dan aku simpan baik-baik semua ini.
“Iyah Man, itu saja yang ingin saya bicarakan, karena penting sekali, apalagi matahari semakin meninggi ini… -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -urus saja sawah tiap panen dan bulan seperti biasanya ada bagian nanti saya berikan kepada Maman atau kepada Mak Idah saja…” ucap Pak Haji sambil berusaha berdiri dari duduknya yang langsung aku bantu dengan cepat.
“Iyah Pak Haji buat Mak saja, lagian Maman sudah fokus -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -sama sawah Pak Haji dan kebun tebu… apa Mak tahu soal wasiat Abah ini Pak Haji” jawabku.
Sontak dengan tiba-tiba Pak Haji menatap ke arahku kemudian mengelengkan kepala berkali-kali.
“Bah Warman bilang hal ini harus terdengar oleh telinga kamu sendiri Man, hanya kamu… -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - ingat ini, Bramantio juragan di kota yang punya itu lahan… bukan orang jahat tapi ingat bukan orang baik juga… hati-hati… pengusaha besar…” ucap Pak Haji, sambil menggelengkan kepalanya lalu berjalan perlahan meninggalkan aku yang masih berdiri melihat jalanya yang perlahan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Bramantio, iyah aku ingat orang itu yang datang bersama Bah Ajan dan Rojak…” ucapku, sambil kembali mengingat semua ucap Pak Haji.
Aku langsung duduk di tempat semula Pak Haji duduk sebelumnya di atas tunggul kayu, dengan memikirkan semua ucapan Pak Haji,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta apalagi benar jika selama ini Bah Ajan mempunyai segalanya dari kebun tebu bahkan barusan baru aku ketahui anak-anaknya di kota seperti itu membuatku bertanya lantas kemana larinya segala pengahsilan Abah selama menjadi penjaga kebun tebu dengan waktu yang sangat lama bahkan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta puluhan tahun itu.
“Benar… benar…” ucapku, sambil mengangguk seolah perlahan paham ada hal baru sebuah jalan kecil yang akan membawaku pada hal yang ingin aku ketahui lebih, Bramantio dan Rojak bahkan masuk dalam pikiranku sebagai dua nama yang aku yakin mungkin terlibat.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Setelah hampir tidak terasa enak tenggorokan aku akibat asap dari tembakau segera aku berjalan dengan cepat menginjak setiap pembatas sawah untuk menuju dimana saung berada, untuk menyeduh air dan membuat kopi untuk menjadi tenaga melewati pagi yang mataharinya semakin meninggi.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Setelah lima hari tidak ke sawah bekas pekerjaan Abah ini membuat hari ini benar-benar dibuat sibuk sekali sedari pagi, mengecek saluran air agar tetap aman dan memeriksa keadaan padi yang tidak akan lama lagi panen agar terhindar dari hama sawah membuat sampai hari ini
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta benar-benar panas tidak aku rasa, karena ingin hari besok kembali pada pekerjaan biasanya. Hanya kelapa muda yang sengaja aku petik dari pohonnya dan beberapa singkong yang aku bakar menjadi menu makan siang kali ini, di temani angin-angin yang berhembus menyapa setiap badanku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang penuh dengan keringat.
“Bah Ajan… Bah Ajan…” ucapku, sambil menelan singkong bakar yang sudah masuk ke dalam tenggorokanku.
Bahkan di rasa cukup istirahat siang ini, karena dalam aktivitasku saja semua ucapan Ki Badar malam itu dan pagi tadi Pak Haji, juga setiap obrolan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dengan Abdul saja yang terus aku pikirkan.
“Bah coba semuanya diceritakan pada Maman mungkin tidak seperti ini jadinya…” ucapku, yang sebenarnya ada perasaan kesal namun setelah perlahan tahu rumitnya masalah yang tanpa sebab ini, membuatku anehnya jauh lebih tenang.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Tidak terasa bahkan siang sudah berlalu begitu saja, mengurus sawah yang bukan dengan luas sedikit ini tidak bisa aku kerjakan semuanya, setelah kembali ke saung dan kembali mengambil singkong bakar dari kobakan bara api yang sudah menjadi debu, terus saja segala bayangan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta tentang kebun tebu aku pikirkan.
“Apa mungkin Sekar Wangi itu perempuan yang pernah aku lihat itu” ucapku perlahan, sambil terus berpikir semua ada kaitanya dan tidak tahu kenapa kesadaran itu hadir setelah semuanya aku pikirkan dengan perlahan, apalagi Ki Badar mengucapkan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta hal yang sama dua kali tentang waktunya sudah tiba, dan ucapan dari perempuan yang benar-benar membuatku ketakutan namun juga merasakan sebuah kesedihan ketika mendengar ucapan Ki Badar itu.
“Aku harus segera pulang, biar bisa istirahat sebelum malam ke kebun tebu” ucapku,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sambil dengan cepat mematikan semua bara api di tungku pembakaran di saung dan membawa semua alat-alat yang dibawa pagi tadi.
Di perjalanan pulang tidak lama aku sudah memasuki kampung kembali, lokasi sawah berada memang berlawanan dengan kebun tebu berada hal itu juga
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang membuatku yakin perempuan yang pernah mengaku malam itu akan pergi ke sawah tidak mungkin tidak memiliki tujuan lain muncul menampakan wujudnya padahal aku pernah dibuat tersenyum-tersenyum oleh kehadiran perempuan itu.
“Sudah lupakan rasa itu Maman…” ucapku dengan kesal,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sambil memukul kepalaku sendiri.
Tidak lama berjalan di antara rumah-rumah warga yang tidak berdekatan karena terpisah dengan kebun atau pekarangan yang menjadi ciri khas di kampung, dari kejauhan aku sudah melihat Mak dan Euis sedang mengangkat jemuran sore ini dan terlihat juga
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Kang Darma hanya duduk di teras depan sambil tetap dengan rokoknya.
“Kasihan Kang Darma padahal seharusnya tidak begitu…” ucapku.
“Man sini, masih panas ini kopinya…” teriak Kang Darma ketika melihatku semakin mendekat.
“Iyah Kang banyak kerjaan tapi engga selesai-selesai -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -capek banget makanya jam segini sudah pulang…” ucapku, sambil duduk.
Sementara Euis yang melihatku langsung membawa pakaian yang sudah kering masuk ke dalam dapur dan pasti akan membawakan aku minum. Sementara Mak juga mengikuti langkah Euis masuk ke dalam dapur.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Mak bilang sudah tidak perlu ke kebun tebu lagi, nanti Mak sendiri yang bilang pada Bah Ajan…” ucap Kang Darma pelan sekali.
“Kang… kenapa Mak sendiri yang bilang… alasanya apa, bukannya Mak sendiri yang denger aku iyahkan kepada Pak Bram yang punya…” ucapku,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sambil kembali teringat ucapan Pak Haji pagi itu bagaimana seorang Bramantio.
“Tidak tahu Man alasanya apa, cuman yang akang tangkap dan dengar Mak tidak mau gara-gara kebun tebu, sawah Pak Haji seperti tadi sampai di susul ke rumah…” jawab Kang Darma perlahan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Benar, pelan-pelan Mak sudah mulai seperti Abah, benar ada sesuatu ini dari Mak…” ucapku dalam hati.
“Aneh Kang Mak ini, kan emang Pak Haji datang sekalian bela sungkawa atas meninggalnya Abah, dan sekalian emang ngarahin pekerjaan buat aku tidak lebih…” ucapku.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Sudahlah Man ikutin saja saran Mak kamu ini, kenapa jadi orang jadi seperti itu” sahut Mak yang di ikuti dengan Euis membawa makan ke depan rumah dan hal ini tidak biasa mungkin karena memang ada Kang Darma saja.
“Mak bukan begitu, kan sudah aku iyahkan juga pada Pak Bram… -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - Mak dengar sendiri… lagian itu satu-satunya pekerjaan warisan dari Abah walaupun aku tidak tahu hasilnya seperti apa, selama puluhan tahun menjaga kebun tebu” ucapku tiba-tiba, sengaja menyelipkan hal yang ingin sekali aku dengar jawabanya.
“Sejak kapan kamu punya pikiran -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - seperti itu Man, kamu pikir rumah, tanah ini hasil dari mana mengandalkan sawah tidak cukup Man… janganlah berpikiran aneh-aneh kasihan Abah kamu itu…” ucap Mak sedikit kaget menjawab pertanyaanku kali ini, padahal aku ingat dari Pak Haji semuanya, pantas saja Abah hanya
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta bilang kepadaku.
“Lah kalau begitu Mak, kenapa suruh Maman berhenti jaga kebun tebu kalau semua ini hasil dari kebun tebu, kan tidak masuk akal itu Mak...” ucapku, benar-benar sangat lega mendesak Mak terjebak pada ucapanya sendiri.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Euis dan Kang Darma hanya diam saja memperhatikan aku dan Mak sambil membereskan makananan yang akan disantap sore ini, dan Mak langsung terdiam beberapa detik tidak langsung menjawab seperti barusan.
“Benar Man, kamu sudah berani seperti itu padahal Abah baru meninggal saja -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - belum tujuh hari, sikap kamu jadi begini sama orang tua” ucap Mak perlahan dengan nada lebih pelan.
“Maman cuman tanya, tidak ada maksud apa-apa semua hasilnya juga buat Mak, tidak buat Maman, tidak buat hal-hal yang belum Maman lakukan, harusnya Mak bilang, bicarakan kalau -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -ada sesuatu! Bukan menutupi! Sudah jelas kematian Abah meninggalkan keanehan! Bukanya menjelaskan malah begini!” jawabku dengan nada kesal kepada Mak, walaupun aku sadar hal ini salah, namun untuk membuat Mak berpikir dan memberikan penjelasan hal ini harus aku lakukan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan sudah sejak jalan pulang aku pikirkan.
“Kang sudah-sudah… jangan jadi marah” sahut Euis.
“Iyah Man sudah kamu capek, sudah ini makan dulu…” ucap Kang Darma sambil menepuk pahaku dengan perlahan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Mak langsung terdiam bahkan tatapanya kepadaku jelas sebuah tatapan penuh ketidakpercayaan bahwa anak laki-lakinya yang biasanya penurut berubah hanya hitungan hari, bahkan berubah berani membentaknya itu aku sadari, namun ini demi kebaikan semuanya dan demi terjawab semuanya.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Selama makan sore ini aku yakin Mak tidak enak dengan pikiranya sendiri sementara Kang Darma dan juga Euis aku yakin juga merasakan hal yang sama, apalagi rencanaku malam ini benar-benar sudah tidak bisa aku urungkan sudah terlalu banyak pertanda dan pesan juga ucapan yang datang
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta kepadaku, dan malam ini harus segera aku pastikan datang ke ujung kebun tebu itu, sebelum benar-benar rencana Mak untuk membuatku berhenti menjaga kebun tebu bisa terjadi, apalagi Bah Ajan masih di luar kota.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Tidak lama makan sore bersama selesai dan aku langsung memutuskan untuk mandi setelah keringat benar-benar reda dan aku rasa tidak ada di sekujur tubuhku.
“Yakin Mak tahu sesuatu yang penting ini…” ucapku, sambil mengeringkan badan, dan anehnya sudah beberapa sejak kejadian -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - di kamar mandi, kamar mandi ini berubah secara perlahan memberikan kesan yang berbeda apalagi semenjak kepergian Abah, walaupun selalu aku abaikan tetap saja ada perasaan itu aku rasakan.
Langit sore dengan cahaya kuning keemasan perlahan berubah menjadi gelap malam yang siap
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta menyambut apa yang akan aku lakukan malam ini di kebun tebu, masih dengan memikirkan semua kejadian perlahan dari sakitnya Abah sampai hari dimana meninggal dan penampakan perempuan itu tetap saja ada diam dalam kepalaku saat ini yang sedang duduk di kursi dapur.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Besok Akang mau ke kota dulu Man, ke tempat kerjaan sebentar hanya satu hari saja… takutnya majikan khawatir juga…” ucap Kang Darma sambil membawa lampu semprong berjalan ke arahku dari ruang tengah.
“Iyah Kang tidak apa-apa terimakasih juga hanya Akang yang paham -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - di bandingkan dengan suami Ecih dan Titin… lama juga tidak apa-apa Kang…” ucapku, sambil menghisap kembali rokok yang sedari tadi sedang aku nikmati.
“Maman jadi malam ini ke kebun tebu?” ucap Kang Darma, sambil membakar rokok kreteknya.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Tidak Kang sepertinya mau ngopi aja di rumah Abdul malam ini…” ucapku berbohong, untungnya baterai senter sudah aku kalungkan talinya ke leher dan sudah tertutup oleh jaket yang sudah aku gunakan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Iyah Akang rasa mendingan turuti dulu keinginan Mak, mungkin pikiran saja Mak Idah tuh Man…” ucap Kang Darma.
“Iyah ini juga sebentar lagi Maman mau ke rumah Abdul Kang, kalau Mak tanya bilang saja yah” jawabku, sambil berdiri dan langsung menyalakan obor.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Tanpa menjawab dan pamit lagi pada Kang Darma perlahan aku keluar dapur, dan masih sempat aku melihat ke arah kamar mandi karena tidak tahu kenapa selalu ada dorongan kuat untuk melihat ke arahnya.
“Sudah tidak ada apa-apa Man” ucapku dalam hati.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Dibawah sinar obor seperti biasanya aku sudah berjalan dengan perlahan dan seperti biasanya juga sarung sudah aku sampaikan di bahuku dan golok sudah terikat di pinggangku, bahkan kuat sekali niat ku malam ini untuk datang ke jurang pembatas kebun tebu itu.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Lah tumben banyak orang…” ucapku ketika melihat dari kejauhan rumah Abdul bahkan rumahnya tidak seperti biasanya jam segini sebelum isya sudah terang sekali oleh lampu semprongan dan obor didepan rumahnya menyala juga.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Langsung saja aku percepat langkahku, karena memang sudah sangat dekat sekali.
“Man… Abdul Man…” ucap Hamdi dan Deden langsung mendekat ke arahku.
“Kenapa Di?” tanyaku kaget sekali, apalagi di dalam rumah sudah ada beberapa orang.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Lihat saja, kecelakaan waktu di kebun mertuanya Man…” ucap Hamdi perlahan, sementara Deden hanya menepuk pundakku berkali-kali.
Segera aku padamkan obor dan aku berikan kepada Deden, tanpa menjawab lagi aku perlahan menginjak rumah panggung Abdul.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Ibu dan Bapak Abdul sedang duduk bersila sementara Abdul hanya terbaring dengan badan yang sudah di tutupi selimut.
“Pak, Bu…” ucapku sambil masuk ke dalam rumah, dan bergantian tetangga yang lain keluar rumah beberapa orang, hanya tersisa aku, ibu dan Bapak Abdul,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta untungnya aku lihat beberapa orang yang selesai menjenguk Abdul juga pulang begitu saja, hanya Hamdi dan Deden saja yang masih duduk di luar rumah Abdul.
“Man…” ucap Abdul sambil perlahan membuka matanya.
“Sudah sudah tidur saja Dul… apa yang luka ini Bu?” tanyaku.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Tidak lama keluar istri Abdul untuk mengantarkan kopi kepada Hamdi dan Deden di luar.
“Ini Man… tidak hati-hati saja hampir perutnya tertusuk sama ujung bambu…” ucap Bapak Abdul sambil membuka selimut perlahan.
“Dul… kenapa bisa seperti itu…” tanyaku dengan kaget apalagi
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta luka di baian perut yang menyampingnya masih penuh dengan darah merah yang kulit bagian penutup dagingnya sudah tidak ada, bahkan benar-benar putih daging yang aku lihat.
Abdul hanya mengelengkan kepalanya berkali-kali, sementara ibu Abdul cerita bahwa Abdul untungnya di temukan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta oleh Hamdi yang sedang melewat sore tadi, malah terdengar suara teriakan Abdul meminta tolong karena memang Abdul orang terkahir untuk pulang di kebun bambu milik mertuanya itu.
“Makanya sekarang lemas Man… banyak darah yang keluarnya, walaupun ditanya berkali-kali Abdul -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - tidak bisa menjelaskan” ucap Ibu Abdul perlahan.
“Iyah Bu sudah, tenang sudah ada Maman sekarang… biarkan istirahat dulu saja” ucapku mencoba menenangkan, anehnya timbulah perasaan yang tidak enak aku rasakan, dan ketakutan akan hal yang sedang aku pikirkan apalagi Abdul
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sudah berjanji akan ikut denganku menuju kebun tebu malam ini.
Abdul dengan mata yang sayu nya menatap ke arahku dengan wajah yang benar-benar membuatku kasihan sekali, apalagi lukanya di bagian perut barusan sudah cukup menggambarkan apa yang sedang Abdul rasakan malam ini.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Tidak lama setelah isya berkumandang dan Hamdi menjelaskan bagaimana bisa bertemu dengan Abdul, Ibu dan Bapak Abdul pamit pulang begitu juga dengan Hamdi dan Deden berbarengan pamit karena merasa tenang sudah ada aku di rumah ini.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Melihat jam tua yang menempel di rumah Abdul sudah menunjukan jam 19:30 malam ini, sementara Abdul masih saja belum bisa aku ajak bicara, aku hanya menikmati kopi yang diberikan oleh istrinya Abdul.
“Man…” ucap Abdul perlahan.
Segera aku mendekat kepada Abdul, apalagi istrinya
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sedang menuju warung karim mengambil obat luka yang sudah dipesan ketika sore oleh Hamdi sambil mengantarkan Abdul ke rumahnya.
“Aneh Man… aneh…” ucap Abdul sangat pelan.
Aku mendengarnya semakin dekat aku dekatkan telingaku dengan mulutnya.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Pelan-pelan saja Dul jangan dipaksakan, istri kamu sedang ambil obat ke warung karim… tenang pelan-pelan” jawabku.
“Aku sebelum pulang menebang satu bambu, aku yakin tidak meninggalkan tunggu runcing di bambu itu… namun anehnya aku bisa terpeleset dan tiba-tiba tunggul bambu -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - itu ada jadi runcing menusuk lah ke perutku untungnya aku menghindar sedikit Man… kalau tidak sudah terpangang perut aku…” ucap Abdul pelan sekali, sambil mengatur nafasnya menahan sakit.
“Kenapa bisa begitu sih Dul, puluhan tahun kamu nebang bambu biasa-biasa saja, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -apa kamu melamun?” tanyaku, yang sebenarnya pikiranku sebelumnya ketika mendengar cerita dari Ibunya Abdul seperti diaminkan bahwa khawatiranku bisa saja benar adanya yang terjadi kepada Abdul.
Abdul hanya mengangguk saja menjawab pertanyaanku, namun dari mata sayunya aku yakin
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dalam pikirannya juga sedang memikirkan sesuatu.
“Apa Dul yang kamu lamunkan atau kamu pikirkan jangan begitu Dul bahaya kalau lagi kerja” ucapku.
Dari kejauhan sudah terlihat istri Abdul berjalan dengan membawa obor.
“Aku memikirkan apa bisa jadi Man yang Bah Ajan dan Rojak -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - melakukan ritual itu di jurang untuk Sekar Wangi… perempuan yang Bah Warman sebutkan dan pernah kamu ceritakan… setelah itu barulah kecelakaan tanpa sadar itu alami Man… urungkan saja niat kamu ke kebun tebu malam ini apalagi aku sedang seperti ini, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - bahaya…” ucap Abdul perlahan.
“Sudah jangan dibahas Dul, istri kamu sudah dekat… tetap Dul apalagi sampai kamu seperti ini… ini harus segera selesai, walaupun aku tidak paham cara memulai untuk menyelesaikan semua ini…” ucapku perlahan, dan benar saja kecurigaanku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dari pertama ini terbukti, apalagi Abdul sudah janji akan mengantarku malam ini.
“Terimakasih Dul sudah menjaga semua rahasia ini dan tidak cerita kepada siapapun…” Bisikku di telinganya dan langsung kembali ke tempat semula aku duduk.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Abdul hanya mengangguk kemudian melemparkan senyuman, dan memang aku tidak pernah salah bersahabat dengan Abdul dalam keadaan seperti apapun.
“Kenapa Kang Abdul…” ucap Istri Abdul sambil masuk ke dalam rumah.
“Barusan minta di pindahin posisi kakinya pegel mungkin Teh… -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - sini biar Maman saja minumkan obatnya, teteh yang oleskan ke perutnya” ucapku memberikan alasan sambil memegang kaki Abdul agar mengurangi rasa curiga dan istri Abdul benar-benar percaya.
Dengan aku paksakan bagun sedikit setelah bagian belakang kepalanya aku pegang dan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta aku yakin ini akan membuat Abdul kesakitan sekali apalagi secara bersamaan juga obat di oleskan kebagian luka di perut Abdul dengan perlahan oleh istrinya tidak jarang keluar suara erangan menahan sakit dari Abdul, namun dengan cepat juga setelah obat penahan nyeri masuk dalam
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta mulutnya aku perlahan kembali mengarahkan kepala Abdul berada diatas bantal seperti semula.
“Perempuan itu lagi…” ucapku tiba-tiba dalam hati karena dari kejauhan aku melihat seorang perempuan sedang melihat ke arah rumah Abdul.
“Siapa sih Kang perempuan? Barusan pas berlawan -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -jalan malah bau minyak buat mayat coba, eh sekrang melihatnya gitu lagi…” ucap Istri Abdul.
“Sudah jangan di lihat” ucapku.
“Sudah sana pergi Man…” ucap Abdul dari gerakan mulutnya dengan perlahan tanpa mengeluarkan suaranya, ketika aku tepat melihat ke wajahnya,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sementara istrinya masih melihat ke arah dimana perempuan itu masih berdiri di bawah gelapnya satu pohon yang cukup besar.
“Teh, Maman pamit dulu… kalau ada apa-apa lari saja ke rumah ada Kang Darma suami Euis… ini mau ke kebun tebu dulu biasa kerjaan” ucapku.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Abdul yang melihatku hanya menggelengkan kepalanya berkali-kali untungnya istrinya Abdul masih melihat ke arahku.
“Iyah Kang makasih… besok kesini lagi aja mudah-mudahan obatnya cepat buat Abdul tidur yah” jawab istri Abdul.
Baru saja aku dan istrinya Abdul melihat ke arah yang
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sama perempuan itu sudah kembali tidak ada. Dan bahkan walaupun aku sudah perlahan tahu perempuan itu tetap saja bulu pundakku berdiri dengan sendirinya. Segera aku bangun dan keluar rumah Abdul setelah obor menyala dengan niatan yang makin kuat apalagi sesuatu yang sudah
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta menimpa Abdul menjadi tenaga lebih malam ini.
“Padahal aku mau tanya kepada Abdul apa sudah dapat informasi soal Bah Ajan atau belum” ucapku sambil berjalan perlahan di bawah sinar obor dan membayangkan betapa mengerikanya kejadian yang menimpa Abdul sore tadi, apalagi aku yakin
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta cerita dari Abdul benar adanya dan sebabnya menyebut nama itu lagi.
“Iyah semuanya sekarang jelas… berkaitan…” ucapku perlahan sambil terus berjalan perlahan melewati pos ronda, dan untungnya hanya beberapa orang saja yang tidak melihatku dari kejauhan sedang melewati mereka.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Bahkan untuk kesekian kalinya sekarang aku sudah berjalan diatas jalanan bebatuan menuju kebun tebu, dengan perasaan yang benar-benar bercampur semuanya, dengan pikiran yang tidak menentu bahkan dengan penjelasan yang aku susun sendiri walaupun aku tahu kuncinya
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta hanya Bah Ajan sekarang.
“Dari jalanan ini aku yakin semuanya berawal yah Bah…” ucapku, sambil terus memberanikan diri meneruskan langkahku menuju kebun tebu, walaupun seharusnya benar kata Abdul aku urungkan kedatangan malam ini, begitu juga dengan ucapan Mak,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta tapi tetap saja semuanya sudah terlanjur aku hadapi, apalagi nyawa Abah jika benar kematiannya ada hubungan dengan kebun tebu ini, aku tidak akan pernah benar-benar rela.
Setelah hampir sedikit lama langkah kakiku menuju kebun tebu, karena sembari menambahkan keberanian
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta untuk datang ke ujung kebun tebu sana, di hadapanku sekarang sudah kembali aku lihat jembatan dimana malam itu setelah melihat ritual Bah Ajan dan Rojak pelarian aku di dalam kebun tebu keluar dari sini. Resleting jaket aku buka dan baterai senter sudah aku keluarkan,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta aku sudah berjalan kembali di antara kebun tebu yang semakin meninggi yang tidak akan lama lagi segera panen kembali. Beberapa kali senter lampu aku nyalakan dan menyoroti ke depan tepatnya ke arah saung yang biasa aku gunakan setelah Abah terakhir kali tidak kembali lagi kesini
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta karena sakit dan kemudian meninggal.
Tarikan nafas yang dalam berkali-kali aku lakukan hanya untuk membuatku jauh lebih tenang, angin-angin yang normal menyapa pundakku membuatku sedikit mendapatkan rasa tenang, tidak lama sampailah aku ke saung dengan cahaya dari obor yang
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta menerangi saung terlebih dahulu.
“Kayu bakarnya sudah rapih…” ucapku, sambil berpikir sudah ada orang yang sebelumnya datang kesini, sebelum aku malam ini.
Obor yang aku tancapkan ke tanah di dekat pembakaran kayu di saung ini aku gunakan sebagai pencahayaan sebelum kayu-kayu
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dibakar aku menyusunya seperti biasa, namun beberapa kali aku melihat ke belakang seperti ada yang memperhatikanku yang sedang berjongkok di hadapan kayu-kayu, sama seperti kejadian mengintip ritual di ujung kebun sana.
“Ada yakin… aku yakin ada…” ucapku, sambil dengan cepat -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -berbalik badan dan mengarahkan cahaya senter ke arah dimana aku curiga ada yang memperhatikanku.
“Sial… ini perasaanku saja yang ketakutan…” ucapku dengan tergesa-gesa menyalakan kayu bakar, yang untungnya langsung menyala dari kecil dan sampai membesar karena panik aku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta siramkan minyak tanah dalam botol agar semakin membesar api melahap kayu yang tersusun.
Segera aku membuka kotak yang biasanya berisikan kopi dan gelas-gelas, dan hal yang sama juga aku lihat semuanya gelas sudah rapih bahkan bersih, karena penasaran aku melihat ke wadah air
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan aku sangat kaget airnya masih bersih.
“Apa mungkin Bah Ajan sudah kembali dari kota dan sudah dari malam kemarin kesini” ucapku, sambil menuangkan kopi ke dalam gelas, dan memasukan air bersih dalam botol ke dalam teko yang akan aku panaskan.
“Kalau bukan Bah Ajan siapa -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -lagi yang merapikan saung ini…” ucapku.
“Waktunya telah tiba… benar kata Ki Badar… tiba waktunya besok aku ke rumah Bah Ajan…” ucapku, sambil menunggu air menjadi panas di atas kobaran api malam ini.
“Harusnya Abdul ada disini menemani aku, tapi…” segera aku urungkan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ucapanku hampir saja menyebut nama perempuan itu, karena ingat kembali kejadian yang menimpa Abdul.
Bahkan dorongan besar dan kuat untuk pikiranku mengingat nama perempuan itu bisa aku lawan dengan segera dan cepat melinting tembakau yang sudah aku keluarkan diatas kertas papir,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta karena kobaran api yang besar membuat air mendidih semakin cepat.
“Harusnya barusan tidak menyalakan api agar bisa cepat kembali meninggalkan kebun tebu ini” ucapku, sambil menuangkan kopi ke dalam gelas, namun karena semuanya sudah terlanjur aku menikmati kopi dan satu batang
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta rokok yang sedang aku hisap.
Tidak lama beberapa kali aku minum sedikit kopi yang masih panas, aku sudah kembali berdiri setelah beberapa batang rokok aku linting dan langsung mengarahkan obor ke dalam api yang mulai normal kobaran api nya.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Iyah aku penasaran… sudah waktunya…” ucapku, sambil berjalan membawa obor dan meninggalkan kopi yang panas begitu saja di saung, dengan api yang masih menyala sebagai pencahayaan.
Untuk pertama kalinya, setelah tahu tentang pembatas kebun tebu dan kampung adalah
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sebuah jurang yang menghubungkan ke arah hutan belantara seumur hidupku, sekarang aku sedang benar-benar berjalan sama halnya malam itu Bah Ajan dan Rojak melakukan hal yang sama. Langkahku dan berbagai macam perasaan yang sedang aku alami juga sebuah kenyataan yang sudah aku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta hadapi membawaku semakin mendekat pada ujung kebun tebu, setelah aku melihat kebelakang saung dan cahaya api semakin mengecil dari penglihatanku, hanya kanan dan kiri tebu yang tinggi dan suara angin saja yang aku denganrkan saat ini.
“Apa sebenarnya di ujung sana itu… -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - kenapa Bah Ajan dan Rojak membuang semua yang aku yakini itu ritual…” ucapku semakin mempercepat langkahku.
Sampai di ujung barulah aku membelokan langkah agar letak posisiku nantinya berdiri sama dengan Rojak dan Bah Ajan malam itu.
“Disana malam itu aku mengintip” ucapku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sambil yakin dari sana aku melihatnya, karena memang ada tanah yang masih merah tanpa rumput, seperti tanah yang sudah disiapkan untuk orang berdiri.
“Disini…” ucapku, benar-benar perasaan menakutkan langsung menghampiriku apalagi ketika melihat ke arah jurang yang sebenarnya
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta tidak terlalu dalam mungkin dalamnya seukuran sumur, dengan banyaknya tumbuhan-tumbuhan pohon di bawahnya, hanya menggunakan cahaya dari obor yang aku pegang aku berdiri di posisi yang sama dengan Bah Ajan malam itu.
Aku langsung mengarahkan rokok yang sudah aku linting ke arah
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta obor dan langsung segera aku hisap dengan sangat dalam.
“Ada apa tempat ini… aku yakin dari sini semuanya berawal…” ucapku sambil terus beberapa kali mengarahkan cahaya dari senter baterai ke arah jurang yang berada di depan mataku,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta di bantu oleh cahaya bulan yang tidak terlalu terang.
Aku hanya berdiri dan anehnya semua kejadian yang datang kepadaku aku pikirkan kembali, dari mulai suara decitan di dalam rumah, bayangan hitam perempuan dan semuanya aku ulang, sampai pada ucapan Euis di dapur menyebut nama
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Sekar Wangi yang Euis dengar dari mulut almarhum Abah.
“Disini lihat… lihat kesini…”
Bulu pundakku langsung berdiri dan aku langsung mencari dimana suara yang jelas perempuan aku dengar saat ini, langsung aku tancapkan obor ke tanah dan aku nyalakan senter, mencari dimana
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta suara yang sangat dekat dengan telingaku saat ini.
“Mana dimana… malah tidak ada…” ucap sambil dengan panik mengarahkan senter baterai dengan cahaya nya ke arah segala penjuru dimana aku sedang berdiri termasuk ke arah jurang.
“Apa pendengaranku yang salah…” ucapku,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sambil dengan cepat kembali mencabut obor.
Dengan berusaha agar tidak panik takutnya malah aku yang terjatuh ke jurang karena benar-benar di ujung, hanya tinggal tiga langkah saja aku bisa terjatuh ke dalam jurang itu dan yakin jika terjatuh mungkin malam ini nyawaku langsung
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta hilang, dan bahkan mayatku tidak akan pernah ada orang yang menemukanya.=
“Sini lihat… sini di sini lihat…”
Segera aku menengok ke arah suara yang ada di samping telinga kiriku yang artinya lawan arah dari obor aku pegang, perlahan aku putarkan kepalaku dan aku langsung
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta berjalan dengan cepat meninggalkan tempat dimana aku sedang berdiri dengan tergesa-gesa sambil bulu pundakku berdiri sejadinya-jadinya, bahkan aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat barusan, andai obor bisa mengeluarkan cahaya dari apinya yang menyala lebih terang perempuan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta itu bisa jelas aku lihat wujudnya, namun untuk menyalakan senter baterai pun keberanianku sudah terkalah oleh sebuah kenyataan tangkapan kedua bola mataku yang benar-benar nyata melihatnya.
Dengan langkah yang cepat dan nafas yang semakin tidak teratur dan detak jantung
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang semakin cepat, aku terus percepat langkahku, bahkan tidak berani lagi aku melihat kebelakang, namun aku yakin perempuan itu masih berjalan dengan pelan ingin menghampiriku sama dengan barusan berjalan dengan perlahan ke arahku. Deretan kebun tebu bahkan sudah tidak pernah
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta aku lihat lagi pandanganku hanya ke depan ke arah dimana saung dengan apinya yang masih menyala.
“Cepat Man…” ucapku.
Semakin mendekat pada saung dan cahaya api membuatku sedikit jauh lebih tenang, pikirku akan mematikan api dan akan langsung pulang untuk besok bisa menemui
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Bah Ajan jika benar semuanya yang merapikan saung adalah Bah Ajan, apalagi ada satu hari dimana pagi sekali aku mengambil kayu dengan Abdul juga atas saran Bah Ajan dan bisa aku sedikit pastikan Bah Ajan sudah pulang dari kota.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Namun semakin mendekat aku melihat seorang yang sedang duduk bayangan nya masih hitam karena samar-samar tertutup oleh kebun tebu yang tinggi, belum selesai rasa ketakutanku malam ini sudah bertambah lagi dengan bayangan yang aku lihat sekarang.
“Tidak itu orang… benar orang…”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ucapku meyakinkan diriku.
Semakin mendekat langkahku semakin benar bahwa yang aku lihat benar-benar manusia, dan aku benar-benar dibuat kaget untuk yang sekian kalinya malam ini dan benar-benar nyata juga, semua sangkaan dan pemikiranku sedari tadi di saung benar.
“Bah Ajan…”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ucapku, sambil memperlambat langkahku.
Bahkan aku tidak menyangka Bah Ajan harus mengetahui aku datang dari arah ujung kebun dan benar-benar keadaan ini bisa menjadi pembuka yang sebenarnya sudah beberapa hari aku nantikan selama Bah Ajan ke kota,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta perlahan aku sedikit longgarkan tali golok yang mengikat di pinggang karena aku melihat golok di samping Bah Ajan dan tidak biasanya Bah Ajan ke kebun tebu membawa golok, tatapannya bahkan masih ke arah api yang masih menyala.
“Abah tahu cepat atau lambat Maman pasti datang -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - ke ujung kebun tebu itu… ini kopinya masih hangat masih enak untuk di minum…” ucap Bah Ajan sambil melihat ke arahku.
Segera aku padamkan obor, dengan mengarahkan ke tanah, dan menyimpanya di ujung saung dan aku langsung duduk mencoba mengatur nafas yang masih belum tenang.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Kejadian malam ini sama dengan kejadian waktu itu Bah Ajan pertama kali datang dari ujung kebun tebu dan sekarang posisi jauh terbalik setidaknya aku sudah pastikan semuanya.
“Sore kemarin Abah ke rumah Ki Badar, setelah bicara malah di usir dan di bentak dengan keras… -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - apalagi setelah tahu Maman datang duluan ke rumah Ki Badar…” ucap Bah Ajan.
“Maman tidak paham, semenjak Abah sakit, sampai hari dimana sebelum meninggal malam itu Maman di anggap hama oleh Rojak Bah… setelahnya gangguan datang, hanya itu satu-satu cara yang Maman bisa -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - perbuat, Maman harusnya berterima kasih Abah tidak memberitahu hama itu kepada Rojak… namun setelah itu juga semua terbuka… Abah pahamkan yang Maman bicarakan” ucapku dengan perlahan, dengan keringat yang masih bercucuran.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Bah Ajan tidak langsung menjawab hanya menggerakan jarinya ke kayu berkali-kali seperti sedang berpikir sesuatu yang ingin dia sampaikan kepadaku.
“Paham Man… Abah paham jauh sebelum hari ini tidak menyangka secepat itu akhirnya puluhan tahun yang lalu juga bertemu dengan -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -Bah Warman sama dengan bertemu dengan Maman… kaget sampai menyusul ke rumah, yang artinya Maman ingin tahu sesuatu bukan?” tanya Bah Ajan.
“Harusnya seperti itu banyak hal yang ingin Maman tanyakan Bah, baik dan buruknya kemudian setelah obrolan ini Maman siap menerima” ucapku,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sambil tangan kananku sudah berada di kepala golok yang sedang melilit di pinggang.
Lelaki tua yang berada di sebelahku saat ini yang tidak jauh umurnya dengan almarhum Abah seperti sedang menyusun kalimat dalam kepalanya, padahal aku tahu banyak hal penting yang ingin
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Bah Ajan sampaikan.
“Baik ini dosa lama… ini kesalahan Abah dan bukan kesalahan Bah Warman sehingga semuanya jadi seperti ini… Abah terpaksa harus pindah rumah ke kota, Maman juga sudah tahu dari istri Abah di rumah… dengarkan baik-baik mungkin hanya malam ini setelah puluhan-
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - tahun ternyata semua benar-benar terbukti, dan ketakutan itu yang lama hilang perlahan datang setelah Bah Warma sakit, tidak menyangka sampai nyawa yang di taruhkannya…” ucap Bah Ajan perlahan, sambil menatap ke arah mataku.
Suara gesekan kebun tebu yang terkena angin
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang tiba-tiba datang dengan sangat kencang tidak biasanya bahkan aku ingat sama ketika kedatanganku pertama ke kebun ini. Belum saja ingatanku kejadian di jurang ujung kebun tebu tadi aku lupakan, malam ini juga dengan cepat membawaku pada keadaan yang ingin aku ketahui.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Jangan bilang kematian Bapak Maman, Bah Warman ada kaitanya dengan kebun tebu ini Bah!” ucapku dengan tegas, dan emosiku seolah di bangunkan oleh ucapan Bah Ajan barusan, bahkan kepala golok sudah aku pegang dengan kuat di sebelah kiri pinganggu oleh tangan kananku.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Harus Abah katakan Man… iyah ada hubunganya, erat bahkan dan Abah salut bahkan Abah merasa bersalah sampai sudah beberapa hari tidak bisa tidur… lihat mata ini… untuk membunuh Abah dengan golok yang kamu pegang tidak akan sulit Man… tapi ini kamu harus tahu…” ucap Bah Ajan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dengan gemetar suaranya, karena melihatku sudah hampir gelap oleh sebuah emosi yang sudah benar-benar bangun.
“Baik katakan…” ucapku, sambil nafasku mulai tidak tenang.
“Dari sini harus Abah mulai… seumur kamu baru lahir… kebun tebu sedang disiapkan oleh keluarga Pak Bram -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - kamu sudah bertemu juga… kebetulan Abah yang di percaya dan Abah mengajak untuk kerja, bukan menjadi penjaga kebun tebu ini… Abah yakin Maman curiga kenapa kebun tebu ini harus dijaga bukan? Ada satu kejadian di hari sebelum kebun tebu ini panen pertama kali… -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - sama waktunya mungkin seperti sekarang… datang mobil malam itu Man…” ucap Bah Ajan sambil wajahnya yang benar tidak tidur berhari-hari mulai kelihatan sekarang, dan suaranya benar-benar serius.
“Sebentar Bah… Maman langsung tanya, siapa Sekar Wangi apa perempuan itu yang -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -Abah dan Rojak kasih ritual membuang segala apapun yang Maman lihat malam itu?” ucapku langsung dengan secara tiba-tiba dengan suara yang jauh lebih serius dan tegas.
Langsung saja wajah Bah Ajan sama dengan Ki Badar ketika pertama kali mendengar nama itu, dan baru pertama kali
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta aku melihat Bah Ajan benar-benar sangat kaget.
“Tidak usah kaget Bah, Maman tahu nama Sekar Wangi dari Euis waktu subuh sebelum paginya Abah meninggal… setelah itu kejadianya semakin mengerikan… Abah tinggal benar itu Sekar Wangi? jawab lalu lanjutkan ucapan Bah Ajan…” ucapku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dengan suara bergetar dan benar-benar merasakan sebuah ketakutan yang pertama kali aku rasakan sepanjang hidupku.
“Iyah Man benar, Sekar Wangi…” jawab Bah Ajan sangat pelan dan matanya mengeluarkan air mata.

Bersambung

***
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Perlahan sebuah kejelasan yang ingin Maman ketahui diberikan sebuah jalan yang memang tidak mudah dengan segala gangguan sosok perempuan dan segala kejanggalan setelah kematian Bah Warman. Abdul yang setia kawan yang hanya menyimpan dan mengetahui satu-satunya orang lain sebuah
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta rahasia masalah ini malah tertimpa masalah, juga kehadiran wasiat yang sesungguhnya dari Pak Haji kepada Maman tentang warisan datang tanpa di sangka-sangka. Apalagi sekarang Maman dan Bah Ajan terlibat sebuah keadaan bahwa kenyataan dan kejadian masa lalu harus segera
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta di sampaikan sebelum waktunya tiba.
“Kenyataan dan caranya selalu datang tanpa bisa aku ketahui berasal dari mana, namun kenyataan sekarang yang aku alami adalah kenyataan dimana pertanyaan kenapa kebun tebu harus dijaga dan masa lalu apa yang pernah terjadi akhirnya -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - akan sampai pada dua telingaku.”
Hal yang dibicarakan Maman dan Bah Ajan malam itu di kebun tebu dan kenyataan sebuah jurang yang masih menyimpan pertanyaan, akan menjadi akhir Penjaga Kebun Tebu di bagian VII. Apa yang sebenarnya terjadi?
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Kita berjumpa di Bagian VII – Penjaga Kebun Tebu, Sebuah Kisah Warisan Pekerjaan, akan terus berlanjut!
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Dan ini adalah Bagian VII Tamat, bagian paling panjang ceritanya dan menuntaskan akhir dari cerita ini, bisa klik link di bawah, baca duluan sambil memberikan dukunganya.
karyakarsa.com/qwertyping/pen…
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Judul lama dengan cerita baru semuanya berawal dari sebuah kisah misteri turun temurun dan akan berlanjut setelah cerita ini selesai, Penghuni Pabrik Tahu Keluarga – Bagian 1&2 sudah bisa di baca terlebih dahulu, klik link.
karyakarsa.com/qwertyping/pen…
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Bagian 3 Penghuni Pabrik Tahu Keluarga, sebuah kisah yang ternyata belum benar-benar selesai dan masih menyimpan banyak kisah yang perlu teman-teman ketahui, baca klik link di bawah.

karyakarsa.com/qwertyping/pen…
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Kita akan berjumpa lagi sesuai informasi di bawah ini, silakan untuk meninggalkan retweet, love dan replynya teman-teman, agar mempermudah nanti membaca kembali di Bagian 7 Tamat! Sampai berjuma tanggal 3 Maret.
“Typing to give you a horror thread! You give me support!” Image
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta PENJAGA KEBUN TEBU

Sebuah kisah warisan pekerjaan
Tahun 1988-an

Bagian VII - Tamat

"Sebelum tubuh ini utuh, sebelum penasaran ini selesai, dan sebelum dendam ini tuntas, ini adalah tempatku."

@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Image
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta BAGIAN VII TAMAT – TUNTAS!

“Aku pikir semuanya pantas menerima sebuah balasan atas apa yang terjadi di masa lalu itu, kisah kelam, sebanding dengan kenyataan yang tragis. Kini semua rasa penasaran dan dendam terbayar tuntas.”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Tidak usah kaget Bah, Maman tahu nama Sekar Wangi dari Euis waktu subuh sebelum paginya Abah meninggal… setelah itu kejadianya semakin mengerikan… Abah tinggal, benar itu Sekar Wangi? jawab lalu lanjutkan ucapan Bah Ajan…” ucapku dengan suara bergetar
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan benar-benar merasakan sebuah ketakutan yang pertama kali aku rasakan sepanjang hidupku.
“Iyah Man benar, Sekar Wangi…” jawab Bah Ajan sangat pelan dan matanya mengeluarkan air mata.
Aku yang sebenarnya sangat mengharapkan jawaban itu keluar dari mulut Bah Ajan,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta malah sekarang seolah tidak percaya semua sangkaanku dan setelah semuanya datang sebagai pertanda akhirnya malam ini suara itu aku dengar keluar dari mulut Bah Ajan yang mulai bergetar, sementara air matanya begitu saja menuruni pipi dengan kulit yang sudah tua itu.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Perlahan tenaga di tanganku yang sudah memegangi kepala golok sedari tadi, melemah begitu saja, namun sama sekali malah Bah Ajan tidak melanjutkan ucapannya, hanya tatapan semakin kosong ke arah dimana jurang yang sebagai pembatas kebun tebu itu berada.
“Abah minta maaf Man…”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ucap Bah Ajan sambil tanganya memegang tanganku, sementara aku rasakan tangan Bah Ajan benar-benar bergetar dan aku tidak mengerti maaf yang di maksud Bah Ajan maaf untuk hal apa.
“Sebentar Bah… Maman tidak mengerti dengan maaf itu, harusnya Abah melanjutkan cerita malam itu -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - setelah datang mobil… maaf tidak akan menyelesaikan semuanya bukan, apalagi semua sudah terlanjur datang kepada Maman, selama Abah sakit sampai meninggal…” ucapku sudah mulai tenang, sambil tangan memasukan kayu bakar ke dalam kobaran api.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Bah Ajan hanya menganggukan kepalanya saja berkali-kali setelah tanganya beberapa kali mengelap air mata di pipinya, seolah sudah selesai memikirkan hal yang tidak aku ketahui dari tatapan kosongnya barusan.
“Iyah benar Man… Malam itu mobil bak datang, Pak Bram dan Rojak muda -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - turun malam itu dan duduk di saung ini, sama seperti kita, setelah itu Bah Warman dan Abah melaksanakan perintah tuan, layaknya pegawai semua suruhannya majikan harus di patuhi…” ucap Bah Ajan, seperti mengulang kejadian yang pernah terjadi, dengan suaranya yang semakin pelan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Cukup lama berhenti ucapan Bah Ajan, dan sepertinya masih ragu untuk berbicara langsung semuanya, namun aku yakin malam ini adalah kejadian dengan Bah Ajan yang tidak akan terulang kedua kalinya, aku tetap menanti, bahkan sempat aku membuat satu linting tembakau yang sekarang
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sudah aku bakar.
“Iyah sudah… dengan begini mungkin semuanya akan selesai dan berakhir” ucap Bah Ajan kemudian melihat ke arahku.
“Lanjutkan yang barusan Bah…” ucapku, sambil menghisap rokok, untuk sedikit membuatku semakin tenang, sementara angin semakin kencang malam ini
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta aku rasakan, walaupun perasaanku tidak menentu sama sekali.
“Iyah Man… setelah itu Abah dan Bah Warman membawa karung dalam mobil bak itu atas perintah Pak Bram di bantu Rojak menurunkanya, dan di suruhlah di buang ke dalam jurang, karena jika mobil kesana lihat saja -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - pasti barusan Maman juga tahu, di ujung tidak cukup mobil untuk parkir kecuali waktu panen… tidak curiga awalnya, karena memang ketika Bah Warman mengira dalam karung itu sampah dengan berat yang cukup lumayan…” ucap Bah Ajan sambil terus melihat matanya ke arahku.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Tidak mungkin itu Sekar Wangi” ucapku dalam hati yang sudah mulai curiga arah cerita Bah Ajan ke arah itu, apalagi kejadian barusan sudah aku alami sendiri di ujung kebun tebu ini, aku melihatnya dengan jelas oleh kedua mataku sendiri.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Karena malam itu sama dengan malam sekarang angin nya kencang sampai di ujung Bah Warman mulai curiga karena baunya perlahan seperti darah segar dalam karung itu… sampai di ujung barulah Bah Warman memaksa membuka karung itu, namun tetap Abah larang, walaupun darah yang -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - awalnya tercium, sudah terkena salah satu tangan Abah dan Bah Warman malam itu, karena menembus karung” ucap Bah Ajan dengan semakin perlahan dan benar-benar menunjukan wajah ketakutanya.
Selesai bicara bibirnya Bah Ajan tidak terbuka lagi, barulah aku perlahan mengerti dengan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta pikiranku sendiri yang merangkainya dengan asal dan belum pasti di iringi dengan ketakutan yang aku rasakan sekarang.
“Setelah di buang karung itu ke dalam jurang walaupun Bah Warman dan Abah berjanji tidak akan membicarakan hal ini lagi ketika berjalan kembali ke saung… namun -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - dari kejauhan mobil itu sudah terlihat mundur, Pak Bram dan Rojak sudah pergi sebelum Abah dan Bah Warman sampai ke saung lagi… karena tidak tenang, Bah Warman mengajak pulang malam itu, dengan pertanyaan yang sama kenapa hal itu dilakukan…” ucap Bah Ajan perlahan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Aku hanya mengangguk saja mendengarkan dengan baik cerita yang keluar dari suara Bah Ajan.
“Lalu Bah kenapa kebun tebu ini harus di jaga? Maman sudah penasaran sejak lama, dan kenapa perempuan itu selalu menampakan wujudnya setelah kematian Abah? Apa ada kaitanya?” ucapku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dengan sangat penasaran.
“Ada…” Jawab Bah Ajan sambil mengangguk berkali-kali.
Benar-benar rasa ketidak terimaan yang aku rasakan dalam hatiku sendiri begitu sakit, ingin rasanya emosi datang dengan cepat membuat mataku gelap dan membalas semuanya kepada Bah Ajan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta namun dari sisi lain ada rasa semua penasaranku harus selesai juga malam ini.
“Setelah kejadian di kebun tebu ini, malam itu, berpuluh tahun ke belakang… Abah dan Bah Warman membersihkan darah di pemandian rumah yang sekarang Maman tempati… Besoknya Pak Bram dan Rojak datang -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - lagi, agar menutup mulut kejadian semalam dengan memberikan uang yang sama kepada Bah Warman dan Abah… namun malam-malam selanjutnya penampakan wanita itu terus hadir di kebun tebu ini… barulah Abah dan Bah Warman datang ke orang pintar setelah hampir satu minggu kejadian -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - malam itu… orang pintar hanya bicara, jasadnya telah mati, dendamnya tidak akan mati, sampai kalian punya anak lelaki…” jawab Bah Ajan menjelaskan dengan perlahan.
Malam yang benar-benar aku nanti ini berbicara dengan Bah Ajan ternyata memiliki masa lalu yang tragis,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sebuah kejadian yang bahkan tidak pernah terlintas di pikiranku sebelumnya yang tidak tahu apa-apa tentang kebun tebu ini.
Bahkan sesekali aku melihat jam tua yang tertempel di bambu tua saung sudah jam 11 malam ini, tidak terasa sudah banyak waktu aku duduk berdua yang mungkin
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta seharusnya obrolan ini Abah aku sendiri yang menceritakan nya.
“Yang salahnya Man, Rojak dan Pak Bram tidak pernah cerita saat itu siapa dalam karung itu… hanya sering memberikan uang yang tidak sedikit setelah mendengar sering nampak sosok wanita di kebun ini… -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - dan lagi-lagi Abah dan Bah Warman sering datang ke setiap orang pintar bertanya kenapa jadi Abah dan Bah Warman yang diganggu… yang sakit hatinya salah satu orang pintar pernah bilang, bahwa Abah dan Bah Ajan juga ikut membunuh, karena jasad yang ada di dalam karung -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - masih bernyawa malam itu walaupun kemungkinan hidupnya sedikit… namun Abah dan Bah Warman yang membunuhnya melemparkannya ke dalam jurang karung itu bukan malah menolongnya…” ucap Bah Ajan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Dan dengan sangat tiba-tiba setelah ucapan Bah Ajan masuk ke dalam pikiranku aku simpan baik-baik semuanya, saung seperti ada yang melempar batu kerikil sangat banyak, dan hal itu membuatku dan Bah Ajan benar-benar kaget.
“Sama seperti kejadian di rumah” ucapku dalam hati,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sementara Bah Ajan hanya diam saja tidak langsung bangun dan mencari dari mana batu kerikil itu berasal.
“Baik Bah Maman mulai paham dan mengerti semuanya terlibat berarti jika benar ucapan orang pintar itu, Bramantio, Rojak, Bah Warman dan Abah, lalu kenapa kebun tebu ini -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -harus dijaga Bah?” ucapku kedua kalinya bertanya hal yang sama, dan anehnya perasaanku perlahan semakin bertambah takut setelah kedua bibirku kembali rapat.
“Agar Mak Idah, Maman dan adik-adik Maman selamat begitu juga dengan keluarga Abah… jurang itu harus selalu di lakukan -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - ritual di waktu tertentu dan waktu yang sama ketika pertama Abah dan Bah Warman membuang karung itu, seperti malam itu Maman melihatnya sendiri bukan… ini harus lurus Man semuanya walaupun selanjutnya Abah tahu kemungkinan buruk akan terjadi… tapi rasa bersalah selalu -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - Abah rasakan ketika Bah Warman meninggal dengan cara seperti itu Man…” ucap Bah Ajan dengan perlahan.
“Kemungkinan buruk” ucapku dalam hati, sambil menyimpan ucapan ini di kepalaku, tidak tahu kenapa ada dorongan aku semakin penasaran kepada Bramantio dan Rojak, dan -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -berpikir malam di mana aku melihat Rojak dan Bah Ajan adalah malam yang sama ketika Bah Warman dan Bah Ajan juga membuang karung itu.
Walaupun ucapan terakhirnya sama sekali tidak aku pahami, apalagi sudah beberapa kali aku menambahkan kayu bakar malam ini,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta bahkan pertama kalinya aku bicara dengan Bah Ajan dengan waktu yang lama ini di kebun tebu.
“Maksudnya Bah yang barusan Maman tidak paham… Maman tidak paham dengan anak lelaki…” tanyaku, yang masih terngiang dalam pikiranku saat ini.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Bah Ajan hanya menarik nafasnya sangat dalam secara perlahan, walaupun aku yakin sama tidak tenangnya perasaan Bah Ajan, dengan perasaan aku saat ini apalagi kejadian barusan suara batu kerikil mengenai atap saung tanpa tahu dari masa asalnya.
“Anak lelaki” ucap Bah Ajan perlahan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Iyah yang sebelumnya Abah katakan barusan” jawabku.
“Iyah entah harus percaya atau tidak hal ini Man, orang pintar itu bilang, anak lelakinya yang terlibat sama akan menanggung kesalahan orang tuanya, karena pada saat itu Sekar Wangi sudah ada yang melamarnya untuk dinikahi, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - namun sayang direnggut oleh Bramantio untuk anaknya Rojak, ketika orang tuanya punya masalah hutang dengan Bramantio alih-alih kerja di rumahnya, malah nyawanya yang hilang…” ucap Bah Ajan dengan sangat serius.
Dari sini aku baru tahu kalau Rojak ternyata anak dari Bramantio,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sementara cerita singkat Bah Ajan malam ini benar-benar sedari tadi membuat bulu pundakku berdiri, apalagi angin yang menghembus mengenai tebu-tebu mengeluarkan suara tersendiri yang menambah suasana menakutkan malam ini. Apalagi nama Sekar Wangi sudah beberapa disebutkan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Orang pintar itu Ki Badar Bah?” tanyaku perlahan.
“Bukan Man, Ki Badar malah yang selalu membantu Abah dan Bah Warman walaupun ini kesalah Abah tidak pernah mengikuti saran nya untuk berhenti, namun sulit semuanya sudah terlanjur dan waktu sudah berjalan sangat lama… -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -sudahlah malam ini juga bertepatan sama dengan malam itu, sama keadaanya sama tebu-tebu disana siap panen sebentar lagi, setelah panen Abah akan pindah ke kota dan meninggalkan semua ini, yang terpenting…” ucap Bah Ajan tiba-tiba berhenti, padahal sedari tadi aku sedang
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta mendengarkan setiap ucapannya dengan baik.
“Apa Bah… apa lagi sudahlah bicarakan saja lagian Bah Warman Bapak Maman sudah meninggal tidak pantas rasanya masih menyembunyikan sesuatu dari Maman, setelah Abah pindah Maman juga tidak akan meneruskan pekerjaan ini lagi…” ucapku.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Bah Ajan kemudian berdiri dan menyalakan obor tanpa menjawab pertanyaanku, kemudian mematikan satu per satu api yang masih menyala di tungku saung.
“Ayo pulang saja, tidak baik… besok lagi saja, lagian sudah Abah bicarakan semuanya, dan Abah juga penasaran apakah ucapan -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - semua orang pintar itu benar, jika salah satu keluarganya tahu maka yang menceritakannya akan bernasib sial, sesuai perjanjian Bah Warman dan Abah… hebat sampai akhir hidupnya Bah Warman bisa menepati janji itu…” ucap Bah Ajan perlahan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Aku hanya mengangguk saja dan menyimpan semua ucapan Bah Ajan malam ini sebagai sesuatu baru yang aku ketahui, Segera aku menyalakan obor juga, dan memasukan tembakau ke dalam saku celanaku apalagi jam tidak terasa sudah tengah malam, di tambah angin semakin kencang malam ini.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Aku hanya mengangguk seolah memahami ucapan terakhirnya Bah Ajan soal kesialan nasib itu.
Setelah api di saung perlahan padam, sementara dua obor yang aku pegang sama hal nya dengan Bah Ajan yang menjadi pencahayaan, perlahan langkah kakiku yang sejajar dengan Bah Ajan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta meninggalkan saung, tapi ada satu perasaan yang memaksa menarik diri aku untuk melihat ke belakang ketika berjalan diantara tebu-tebu yang tinggi ini.
“Penasaran” ucapku dalam hati, sementara Bah Ajan hanya melihat ke depan, namun anehnya Bah Ajan seperti masih memikirkan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta banyak hal dari pandangan mata nya itu.
“Ada lagi…” ucapku dalam hati ketika memaksakan melihat ke belakang dari cahaya kuning obor dan dari kejauhan aku melihat perempuan yang barusan di ujung jurang melihat ke arahku,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dengan setengah wajahnya memandang lurus ke arah aku dan Bah Ajan.
“Ayo Bah cepat jalanya…” ucapku, karena sebentar lagi akan keluar dari kebun tebu.
“Kalau mau duluan silahkan Man…” ucap Bah Ajan yang aku melihat anehnya wajah Bah Ajan semakin pucat.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Tidak apa-apa bareng saja Bah” jawabku malah merasa kasihan melihat wajah Bah Ajan untuk yang kedua kalinya walaupun rasa takut barusan yang aku lihat malah membuatku semakin penasaran untuk memastikan.
“Masih ada…” ucapku sambil kembali melihat ke belakang padahal baru saja
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta kaki ini keluar dari kebun tebu dan cahaya dari obor benar-benar tidak sangat terang, hanya dibantu oleh cahaya bulan.
“Kenapa Man kelihatanya sangat tidak tenang nengok terus ke belakang” tanya Bah Ajan.
“Tidak Bah, tidak apa-apa…” jawabku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta tidak mengatakan hal yang sama dengan apa yang aku lihat.
“Puluhan tahun kebelakang rasanya sama dengan malam ini, keluar dari kebun tebu malam itu setelah kejadian di pinggir jurang… berjalan bersamaan dengan almarhum Bah Warman, malam ini dengan anaknya, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - setelah bercerita kejadian puluhan tahun itu… aneh rasanya” ucap Bah Ajan.
Malah ucapan Bah Ajan ini membuat bulu pundakku semakin berdiri, tidak tahu kenapa harusnya sosok perempuan itu lebih menakutkan, ini lebih menakutkan lagi ucapan Bah Ajan apalagi wajahnya semakin pucat
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Aku tidak menjawab lagi dan Bah Ajan bukanya menambah cepat langkah kakinya malah seperti biasa Bah Ajan berjalan, padahal rasanya ingin aku berlari kencang setelah barusan melewati jembatan.
Perlahan tengah malam di bawah sinar bulan yang tidak terlalu terang jalanan yang penuh
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta bebantuan kecil sudah aku lewati dengan langkah yang sama dengan Bah Ajan, harusnya aku terbiasa melewati jalan ini anehnya seperti ada pikiran pertemuan kedua kalinya dengan perempuan itu.
“Sudah jangan dipikirkan Man…” ucapku dalam hati.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Bahkan lebih lama dari perjalan aku datang ke kebun tebu perjalanan pulang dua kali lebih lambat, apalagi pikiranku sudah bercampur dengan cerita Bah Ajan dan dari sisi lain pikiranku tentang semua kenyataan yang datang kepadaku, yang membawa pada situasi saat ini.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Tidak lama barulah langkah kaki aku dan Bah Ajan masuk ke dalam perkampungan, dan ada satu pertanyaan yang masih mengganjal dalam pikiranku pada Bah Ajan.
“Nasib sial itu apa maksudnya Bah… jika Abah yang bercerita kepada Maman berarti nasib itu akan menimpa Abah?” tanyaku.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Iyah benar kata orang pintar seperti itu dan Abah percaya karena ritual itu juga dan orang pintar itu juga sudah di ketahui Pak Bram dan Rojak… harusnya iyah karena Abah bercerita kepada Maman tapi tidak tahu kenapa memang barusan harus diceritakan Man, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - paling sialnya nasib Abah sama dengan Bah Warman atau lebih…” jawab Bah Ajan sambil terus berjalan.
Baru beberapa langkah memasuki perkampungan tengah malam ini, aku baru sadar dari wajahnya Bah Ajan sudah bercucuran keringat dan wajahnya semakin pucat sekali,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta apalagi ketika angin berhembus beberapa kali mengenai badan Bah Ajan dan aku, barulah hidungku mencium bau minyak mayat yang beberapa hari kebelakang sama Bah Warman gunakan sebelum di makamkan jasadnya.
“Tidak mungkin bisa sama seperti ini” ucapku dalam hati,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sementara jalan lurus menuju rumahku sudah terlihat dan pasti Bah Ajan berbelok untuk menginjak jalan yang mengarah ke jalan nya.
“Terimakasih Man, maafkan Abah yah…” ucap Bah Ajan perlahan dengan keringat yang aku lihat semakin banyak.
“Abah sakit?” tanyaku.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Kurang istirahat saja sudah dua hari lebih belum bisa tidur Man, untung nya setelah bercerita merasa tenang…” ucap Bah Ajan dengan memberikan senyum yang benar-benar sama dengan apa yang pernah aku lihat ketika Bah Warman sakit, senyum lebar yang sangat menakutkan sekali.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Segera aku berjalan berpisah dengan Bah Ajan untuk berjalan lurus ke arah rumah setelah melewati pos ronda kembali dan orang-orang untungnya tidak melihatku, karena seperti sibuk sedang mengobrol dari kejauhan aku melihatnya.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Waktu itu Abdul, kemudian Euis cerita dan malam ini aku mencium bau minyak mayat pada badan Bah Ajan” ucapku, semakin mempercepat langkahku untuk menuju rumah, dengan segala hal yang hampir membuat kepalaku pecah malam ini.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Dari kejauhan rumah seperti biasanya gelap dan aku merasa tenang karena mungkin Mak, Euis dan Kang Darma benar-benar sedang tertidur nyenyak malam ini.
“Pantas saja beberapa kali kamar mandi ini dan bekas pemandian mayat Abah beberapa kali juga aku melihat perempuan itu…”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ucapku kembali mengingat cerita Bah Ajan malam itu membersihkan darah di kamar mandi yang sekarang sudah aku lihat secara dekat karena sedang membuka pintu dapur.
Setelah obor aku matikan dan pintu dapur aku kunci, tiba-tiba suara seperti orang yang sedang mandi langsung aku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dengar malam ini, walaupun cukup membuatku kaget namun setelah tahu ceritanya barusan dari Bah Ajan bisa membuatku tenang walaupun tidak bisa membuat perasaan takut yang aku rasakan hilang.
“Pasti itu lagi…” ucapku sambil terburu-buru masuk ke dalam ruang tengah
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan mencoba membiarkan saja tidak seperti pertama kali mendengar suara yang sama.
“Sudah pulang Man…” ucap Kang Darma, ketika aku masuk ke dalam ruang tengah rumah dari arah dapur.
“Eh iyah Kang, sudah lanjutkan tidur Kang, nanti pagi mau ke kota juga…” jawabku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sambil melihat jam sudah jam 12 lebih malam ini.
Kang Darma tidak menjawab lagi, dan anehnya tidak tidur di kamar Euis, aku menyangka Euis tidur menemani Mak malam ini, setelah semua yang ada di badanku aku lepaskan, termasuk golok yang aku lepaskan dari pinggang
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang terikat talinya dan juga lampu senter.
“Apa semuanya sudah selesai tentang kebun tebu yang ingin selama ini aku ketahui, dan benar berarti Abah kematiannya ada sangkut paut dengan kejadian itu…” ucapku, setelah badanku terbaring nyaman di atas kasur lepek.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Benar-benar malam yang kesekian kalinya lagi datang diluar dugaanku sebagai anak lelaki satu-satunya almarhum Abah yang harus merangkai setiap kejadian menjadi sebab penasaran atas kematian Abah dan ternyata benar-benar rumit dan tragis.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Harusnya aku semakin tenang setelah mendengar semuanya dari Bah Ajan walaupun hanya secara singkat kini aku mempunyai sebuah alasan kenapa kebun tebu itu harus dijaga, walaupun alasan itu belum sama sekali bisa membuatku merasa puas apalagi nama Bramantio dan Rojak yang sekarang
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sedang aku pikirkan, sambil memaksa mataku untuk terpejam.
“Bah… coba tidak seperti itu…” ucapku, sambil semakin memaksa mata untuk terpejam, karena mungkin dengan tidur semua lelahnya malam ini dengan segala kejadian yang terjadi bisa di lupakan sejenak.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Kreket…”
“Kreket… Kreket… Kreket…”
“Kang kebangun lagi…” ucapku sambil membuka mata kembali sementara pandanganku gelap karena tidak ada satupun lampu semprong yang menyala.
“Pindah ke kamar mungkin Kang Darma” ucapku perlahan.
“Kreket…”
“Kreket…”
“Kreket…
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Langkah kaki…” ucapku langsung teringat pada kejadian pertama suara decitan kayu seperti itu, malam dimana kepulangan pertama kali dari kebun tebu.
Sementara badanku masih terbaring dan mataku yang padahal tadi akan terlelap kembali sangat terbuka.
“Tidak ada lagi…” ucapku.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Apa mungkin ini belum selesai…” ucapku dalam hati sambil cemas sekali, karena suara decitan itu benar-benar dengan suara khas yang aku dengar.
Perlahan menunggu beberapa menit dengan pandangan yang gelap dari terbaringnya badanku, tidak tahu dari mana datangnya pikiran ini
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta seketika aku ingat ucapan Ki Badar malam itu ketika di rumahnya, sambil mataku kembali perlahan terpejam.
“Sebelum tubuh ini utuh, sebelum penasaran ini selesai dan sebelum dendam ini tuntas, ini adalah tempatku”
Harusnya aku tidak mengingat ucapan itu yang membuat badanku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta langsung bergerak karena merasa sangat takut sekali, padahal mataku sudah terpejam.

***

“Man bangun…”
Seketika aku merasakan sebuah usapan tangan di kepalaku berkali-kali mengenai rambutku yang tidak pendek ini.
“Mak, tumben… kenapa” jawabku, sambil perlahan membuka mata
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta padahal rasanya masih rapat sekali kedua mataku.
“Tidak apa-apa… bangun… Kang Darma katanya mau bicara sebelum berangkat nunggu didepan Euis lagi ke warung Karim…” ucap Mak kemudian perlahan berdiri dari duduknya.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Aku merasa kaget sekali dengan sikap Mak apalagi hal seperti barusan baru pertama kali dilakukannya kepadaku selama aku hidup dan mulai bisa mengingat tentang sesuatu.
Segera aku bangun dan cepat-cepat menuju kamar mandi, walaupun ketika melihat jam sudah jam 7 pagi ini,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta setelah hanya mencuci muka aku segera menemui Kang Darma yang sudah duduk di teras depan, lengkap dengan kopi dan tas yang biasa Kang Darma bawa ketika akan berangkat kerja.
“Man sini cepat…” ucap Kang Darma.
“Ada apa Kang, maaf Maman bangunnya susah” jawabku,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sambil minum kopi Kang Darma dan langsung membakar rokok kretek Kang Darma.
“Semalam kenapa? Akang dengar kok Maman bicara” tanya Kang Darma.
“Benar kejadian yang sama…” ucapku dalam hati, sambil memaksa berpikir kembali dengan cepat untuk berbohong kepada Kang Darma.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Tidak, kirain Akang pindah ke kamar Euis… kata Mak ada yang mau di bicarakan Kang? Tidak mungkin dong hanya mau bicara soal barusan” jawabku, sambil menghisap rokok yang terjepit diantara jariku.
“Iyah sih bener Man, begini Man… Akang sebenarnya belum waktunya masuk -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - ke kerjaan karena memang izinnya sampai tujuh hari kematian almarhum Abah kan, namun rasanya ada penasaran siapa Bramantio dan lelaki satunya lagi itu, siapa tau majikan Akang di tempat kerjaan bisa tahu soal nama itu, kelihatannya juga bukan orang biasa… -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - dan pikiran Akang buat bisa modal nantinya Maman ketika bicara dengan Bah Ajan…” ucap Kang Darma menjelaskan.
“Oh iyah Kang kata Pak Haji kemarin juga pengusaha besar gitu… kemarin sempat cerita sedikit Pak Haji pas ke sawah sama Maman” jawabku,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang hampir saja lupa membicarakan semuanya, apalagi benar Kang Darma belum mengetahui pertemuan aku semalam dengan Bah Ajan di kebun tebu.
“Nah apalagi begitu semakin mudah nanti Akang tanya sama majikan… benar-benar Akang paham… selalu kepikiran Akang ini setelah kembali -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - dari rumah Ki Badar, tiba-tiba rasa ingin tahu soal Bramantio pemilik kebun tebu itu terlintas kemarin dan baru pagi ini Akang bicara sama Maman…” ucap Kang Darma benar-benar sangat serius pagi ini.
Padahal baru saja keinginan tahuanku tentang nama itu ada dalam pikiranku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta malah pagi ini di aminkan oleh keinginan yang sama dari benak Kang Darma, dari kejauhan Euis sudah berjalan menuju rumah dengan membawa belanjaan dari kresek yang tanganya pegang.
“Semoga benar Kang ada jalan tahu akan hal itu…” jawabku yang sebenarnya merasa dilema apakah harus
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta bicara pada Kang Darma soal kejadian semalam atau membiarkannya begitu saja.
Setelah pamit kepada Mak di dapur dan Euis yang baru saja datang, Kang Darma langsung pergi dengan tujuan yang berbeda pagi ini, aku dan Euis yang sedang duduk hanya melihat saja langkahnya Kang Darma
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta semakin menjauh dari rumah.
“Semalam Mak menginggo, kasian Kang nyebut nama Abah berkali-kali, Kang Darma bangunin Euis lalu pindahlah nemenin Mak… gimana Kang… sudah berjumpa dengan Bah Ajan? Euis tahu semuanya dari cerita Kang Darma, kalau benar semua ucapan Ki Badar, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - Bah Ajan yang harus menanggung dosa Abah…” ucap Euis dengan kesal.
Namun aku yang dengar dari Bah Ajan semalam, sebenarnya tidak ada yang salah dan tidak ada yang benar, namun keadaannya memang puluhan tahun itu yang tidak bisa aku mengerti sampai pagi ini kecuali
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sudah mengetahui siapa Bramantio dan Rojak kenapa harus melakukan hal itu.
“Iyah Euis, sudahlah kasian Abah juga… nanti mungkin secepatnya Akang berjumpa dengan Bah Ajan… lagian Abdul juga kecelakaan di kebun tebu sudah tahu belum?” jawabku mengalihkan pembicaraan,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta karena tidak mungkin juga langsung bicara kepada Euis kejadian malam semalam di kebun tebu.
“Ini sebentar lagi mau ke rumah Abdul sama Mak, apalagi barusan juga di warung ramai bicarain celaka Abdul katanya ada gosip di nampakin arwah gentanyangan dari makam Abah, begitu Kang…”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ucap Euis.
“Sudahlah jangan terlalu mendengarkan hal itu, nanti Akang nyusul mau mandi dulu, sekalian mau ke sawah” jawabku, padahal ucapanku pada Euis adalah sebaliknya.
Bahkan nama Abdul sekarang harus disangkutkan pada keluargaku, walaupun memang semua warga kampung sini
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta mengetahui kedekatan aku dan Abdul yang sudah bersahabat sangat lama, namun untuk hal ini aku merasa kasihan dan merasa bersalah, apalagi Abdul mengetahui semuanya permasalahan ini.
Selsai mandi dengan sangat cepat tidak seperti biasanya apalagi ucapan dari Bah Ajan semalam masih
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta terus aku ingat yang mungkin menjadi penyabab perempuan itu selalu ada di sekitaran kamar mandi menampakan wujudnya.
“Kalau Bah Ajan menerima uang saat itu dan bilang sama Abah juga menerima, kemana uang Abah itu… sementara Ki Badar malam itu menunjukan kotak berisi uang dan -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - tidak pernah sama sekali Ki Badar gunakan” ucapku sambil berganti pakaian di kamar.
“Sulit… harusnya urusan uang Mak lebih tahu, dari mana aku harus memulainya bertanya kepada Mak…” ucapku, sambil turun kembali menginjak tanah dapur, setelah melilitkan kembali golok
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ke pinganggu yang semalam aku bawa ke dalam kamar.
Setelah semuanya barang bawaanku menuju sawah siap, aku sudah keluar dapur berjalan dengan ubi rebus yang berada di tanganku sementara cangkul di bahuku.
“Semoga ada kabar baik dari Kang Darma dan cepat pulang” ucapku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sambil berjalan menuju rumah Abdul apalagi Euis dan Mak sudah berangkat terlebih dahulu.
Namun dari kejauhan ternyata banyak warga juga yang baru menjenguk hal ini membuatku mengurungkan niat dan akan kembali nanti saja sore hari pulang dari sawah,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan langsung aku berjalan ke arah sawah.
Baru saja berbalik badan sudah kelihatan olehku istri Bah Ajan berjalan dengan cepat dan berteriak namaku berkali-kali dengan sangat panik.
“Kenapa Bu?” tanyaku.
Istri Bah Ajan tidak langsung menjawab melainkan langsung mengatur nafasnya
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang masih belum tenang.
“Bah Ajan Man semalam ketemu tidak di kebun tebu?” ucap Istri Bah Ajan.
“Kenapa memangnya Bu?” jawabku, tidak langsung menjawab karena takutnya ada hal aneh terjadi apalagi semalam Bah Ajan sudah menunjukan wajah yang pucat sekali.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Sampai sekarang belum pulang Man, terakhir bilang mau ke kebun tebu nemuin Maman ada hal penting setelah Ibu bilang Maman pernah datang ke rumah mencari Bah Ajan…” ucap Istri Bah Ajan sangat panik.
“Untung belum aku jawab barusan” ucapku dalam hati.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Tidak tahu Bu, semalam Maman tidak ke kebun tebu nemenin Abdul habis terkena musibah kecelakaan di kebun bambu, tuh lihat warga juga baru sebagian menjenguk pagi ini” jawabku berbohong, sambil menunjuk ke arah rumah Abdul.
“Ki Badar, iyah… yasudah Ibu paling nanti saja sore -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - ke rumah Abdul tadi juga sudah dengar kok kabarnya” ucap Istri Bah Ajan langsung berjalan pergi ke arah jalan menuju keluar kampung.
“Benar Bu mungkin di rumah Ki Badar…” ucapku perlahan dan langsung berjalan kembali ke arah sawah Pak Haji,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta walaupun aku tidak menyangka dan kaget semalam berarti Bah Ajan tidak langsung pulang ke rumahnya, padahal kondisinya sudah benar-benar penuh keringat dan wajah yang pucat malam itu.
Tidak lama dengan berjalan cukup cepat, aku sudah mencabut beberapa singkong di tanah pak haji
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sebelum menginjak tanah sawah, untuk aku bakar sebagai sarapan pagiku, apalagi hari ini banyak sekali yang aku kerjakan. Sampai di saung sawah sambil menunggu singkong terbakar dengan matang setelah menyalakan api, sepagi ini juga langsung aku melakukan aktivitas.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Bahkan tidak terasa, melihat api di saung sudah hanya menyala baranya saja yang artinya singkong bakar tidak akan lama lagi matang setelah aku kubur di dalam bara-bara api itu, sampai pada setengah sisa pekerjaanku tinggal sedikit lagi dan matahari benar-benar sudah meninggi
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta barulah dengan penuh keringat yang mengalir di tubuhku, aku berjalan ke arah saung.
“Apa mungkin benar Bah Ajan ke rumah Ki Badar” ucapku, sambil membongkar singkong bakar dan duduk di saung.
Sambil memakan singkong pagi menuju siang hari ini, aku merasa khawatir dengan pikiran
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan perasaanku yang tidak tahu setelah semuanya tahu semalam kenapa malah aku bingung selanjutnya harus melakukan hal apa, biasanya Abdul yang selalu mengingatkan aku kalau terjadi seperti ini, namun pagi tadi di rumahnya tidak mungkin mendapatkan kesempatan bicara dengan Abdul
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Setelah singkong bakar aku lahap habis dan menikmati kopi, aku langsung mengerjakan semua pekerjaan sawah hari ini dan menyingkirkan pikiranku sejenak tentang kebun tebu apalagi hanya ingatan dari obrolan Bah Ajan saja yang sekarang harus aku ingat baik-baik.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Hari berjalan sangat cepat, bahkan matahari benar-benar berada di atas kepalaku, yang artinya sebentar lagi aku akan istirahat lama di saung kemudian bisa pulang dengan menyisihkan pekerjaan di sawah yang bisa aku lanjutkan besok harinya lagi.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Setelah hampir dua jam lebih diam di saung sambil beristirahat dan merokok apalagi sore sepertinya akan segera datang, aku sudah bersiap-siap pulang menuju rumah Abdul terlebih dahulu melihat kondisinya.
Tiap langkah kaki aku arahkan sore ini dengan semuanya yang semakin jelas
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta namun perasaanku sendiri yang semakin aneh, apalagi semalam suara decitan kayu di rumah masih saja aku dengar, yang aku kira semuanya akan berakhir ketika aku mengetahui semuanya, beberapa kali aku menggelengkan kepala agar tidak terlalu aku pikirkan namun kenyataan sama sekali
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta tidak bisa dalam kondisi seperti ini.
Setelah kembali masuk ke dalam perkampungan dan sudah terlihat di rumah Abdul hanya ada beberapa orang saja, aku langsung mempercepat langkahku
“Istri Bah Ajan ada disini benar ternyata sore kesini nya” ucapku semakin mendekat ke rumah Abdul
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Langsung saja aku duduk di teras depan rumah Abdul, dan benar di dalam ada istri Bah Ajan dan beberapa warga saja yang sedang bicara dengan istri Abdul.
“Penasaran apakah Bah Ajan sudah ketemu” ucapku dalam hati, sambil membuka plastik tembakau.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Eh Maman… Bu duluan saja ini mau bicara sama Maman dulu” ucap Istri Bah Ajan ketika melihatku sedang duduk.
“Gimana Bu?” tanyaku.
“Sudah ada benar di rumah Ki Badar, Ibu saja yang cemas, barusan pesan katanya malam ini ketemu di kebun tebu saja Bah Ajan ada penting mau bicara”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ucap Istri Bah Ajan.
“Oh iyah syukurlah Bu…” jawabku.
Padahal ingin aku tanyakan keadaan Bah Ajan namun terlanjur aku bilang tidak bersama Bah Ajan malam kemarin.
“Iyah Bah Ajan juga bilang benar semalam Maman tidak ke kebun tebu pas Ibu tanya… makannya takut Maman belum tahu -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - Bah Ajan sudah pulang…” jawab Istri Bah Ajan kemudian pamit pulang.
“Benar-benar aku tidak paham dengan pikiran Bah Ajan” ucapku dalam hati, sambil berdiri untuk masuk ke dalam, apalagi hanya ada istri Abdul dan Abdul didalam rumah.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Sudah dua kali Bah Ajan melakukan hal yang sama seperti ini, membohongi Rojak dan sekarang istrinya, yang berarti Bah Ajan tahu niatku mencari aman ketika ditanya oleh istrinya, namun yang membuatku malah tidak tenang kedatanganya ke rumah Ki Badar.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Padahal aku rasa selesai, benar ternyata belum” ucapku dalam hati.
“Eh malah melamun Man… sana buatkan dulu Maman kopi sama bawa air putih, kasian pulang dari sawah pasti” ucap Abdul yang duduk menyeder agar luka di perutnya tidak terlipat.
“Dul…” ucapku pelan sambil mendekat
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Gimana semalam… barusan katanya Bah Ajan sudah pulang…” ucap Abdul.
“Aku semalam sudah bicara dengan Bah Ajan, dan benar Dul jurang itu ada kesalahan lama oleh Abah dan Bah Ajan… yang aku bingung sekarang siapa Bramantio dan Rojak…” ucapku,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sambil meneruskan semua cerita semalam kepada Abdul dengan perlahan.
Sementara Abdul tidak memotong ucapanku hanya mengangguk saja berkali-kali mendengarkan aku yang bicara panjang sore ini.
“Man sebentar… kalau begitu Bah Ajan akan…” ucap Abdul
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Iyah semalam sudah bau minyak mayat juga Dul…” jawabku.
“Siapin makan juga sekalian biar Maman makan disini yah maaf…” teriak Abdul dengan keras, walaupun wajahnya kelihatan sangat kaget mendengarkan ucapanku.
“Biar lama istriku Man di dapur…” ucap Abdul,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta padahal aku baru paham maksudnya adalah itu.
“Man kamu harus sadar, berarti kalau ceritanya benar begitu Bah Warman memang benar-benar tidak ingin cerita soal kebun tebu itu, karena sudah perjanjian dan melindungi kamu anak lelakinya sampai meninggal… coba pikir!” ucap Abdul
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta .
“Benar juga…” jawabku.
“Apa kalau begini selesai Dul, semalam gangguan itu masih ada…” tanyaku.
“Harusnya sudah Man, lagian percaya tidak percaya selain mati bukan urusan manusia itu urusan tuhan dengan ucapan orang pintar itu, kamu harus tahu Man, perempuan itu masih -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - ada di makam Abah aku dengar lagi dari beberapa orang yang melihatnya… memberikannya disini sambil menjenguk aku!” ucap Abdul dengan serius.
Aku langsung diam tanpa bisa keluar lagi ucapanku, dan tidak menyangka dan dalam keadaan bingung ternyata belum selesai semua ini.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Sudah saranku, tadi aku lihat kamu bicara dengan istri Bah Ajan, temui saja…” ucap Abdul.
“Iyah mungkin ada hal lagi yang belum disampaikan Bah Ajan…” jawabku.
“Tragis sekali, kejam Bramantio dan Rojak itu dari awal aku melihatnya di hari Abah meninggal sudah curiga sih Man -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - pantas saja Sekar Wangi sampai gentayangan seperti itu, bayangkan Man perempuan di lakukan seperti itu, Euis, Titin, Ecih adik kamu di gitukan aku juga bakalan marah apalagi kamu benar kan…” ucap Abdul perlahan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Barulah kali ini hatiku bergetar dengan ucapan Abdul dan benar-benar merasa kasihan kepada Sekar Wangi mendapatkan kisah hidupnya seperti itu jika benar semua cerita dari Bah Ajan.
“Puluhan tahun baru tahu aku seperti itu di balik kebun tebu itu Man, namun sayang Abah -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - sudah pergi duluan yah…” ucap Abdul.
“kang ini kopinya dulu saja yah, sama air putihnya… nasinya belum matang, maklum Abdul hanya makan sedikit biar masuk obat saja” ucap Istri Abdul memberikan kopi dan air putih.
“Tidak apa-apa tenang saja, sekalian ngobrol…” sahut Abdul.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Untungnya istri Abdul benar-benar mengerti dan kembali ke dapur meninggalkan aku berdua dengan Abdul.
“Hah…” ucapku sambil mengusap muka dengan kedua tanganku sekuat tenaga.
“Sudah jangan begitu, kasianlah sama Mak… Mak bilang kamu suruh berhenti di kebun tebu Man… -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -tapi Man satu lagi… aku rasa kalau benar Bah Ajan akan pindah seperti tadi yang kamu ceritakan, rasanya tidak mungkin siapa lagi yang mau mengurus kebun tebu itu? Warga disini sudah terlanjur tahu cerita dan penampakan mengerikan itu, kemungkinan ditutup atau pekerjaanya -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - langsung dari Bramantio di kota sana… tapi lihat aku bicara Maman!” bentak Abdul pelan dengan sangat serius.
“Iyah Dul dari tadi aku dengarkan juga, tapi apa?” ucapku.
“Tapi apa bakalan tahan dengan cerita seperti Bah Ajan dan Bah Warman dengan gangguan itu…” ucap Abdul.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Benar Dul kesalahan fatal membuang karung itu sih…” jawabku.
“Merenggut nyawa dari cerita kamu barusan” ucap Abdul.
“Iyah maksudnya itu Dul…” jawabku.
“Sudah malam ini terakhir… dengar ucapanku, setelah malam ini berhenti Man di kebun tebu, Mak sampai menangis bicara disini-
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - pagi tadi, saks inya Euis dan Istriku…” ucap Abdul.
“Iyah Dul benar, mungkin dengan berhenti semuanya selesai…” jawabku yang benar-benar menuruti kata Abdul.
“Kecuali nasibmu sama ingin seperti Bah Warman…” ucap Abdul dengan kesal.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Sekarang aku paham Dul… tinggal menunggu kabar dari Kang Darma yang ke kota mencari tahu soal Bramantio dan Rojak saja…” ucapku.
“Bagus itu terbaik Man, semoga cepat pulang agar semuanya jelas kebenaran bahwa itu Sekar Wangi atau bukan, begitukan?” tanya Abdul.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Ini disini saja yah Man makanya, biar sekalian sama Abdul juga” ucap Istri Abdul dengan tiba-tiba membuatku sebenarnya cukup kaget.
Segera aku membantu istri Abdul membawa makanan ke ruangan tengah, sementara luka dan kondisi Abdul semakin membaik tinggal menunggu di bagian
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta perutnya saja kering, dan beruntungnya tidak terlalu dalam luka itu tidak sampai menyentuh kulit perutnya Abdul.
Sampai sore semakin datang dengan awan kuningnya aku baru saja selesai makan dan membereskan semuanya, sementara Istri Abdul memberikan obat anti nyerinya untuk
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta di minum Abdul.
“Malam kalau bisa kesini dulu Man…” ucap Abdul.
“Iyah Man kasian suka tidak ada teman Abdul ini, mau merokok masih aku larang” sahut Istri Abdul.
“Siap sebelum ke kebun tebu aku kesini dulu…” ucapku sambil pamit setelah isi perutku terisi.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Setelah golok dan cangkul aku bawa kembali, barulah aku berjalan dengan perlahan menuju rumah, sementara hari semakin sore, bahkan mungkin tidak akan lama lagi akan segera datang waktu magrib.
“Hah! Kang Darma?” ucapku dari kejauhan melihatnya sedang duduk di teras depan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Segera aku percepat langkahku dan benar saja Kang Darma bahkan sudah pulang aku melihatnya jelas.
“Cepat mandi ada hal penting sekali ini” ucap Kang Darma.
Pertanyaan Mak dan Euis saja aku abaikan dan langsung mengambil handuk setelah menyimpan cangkul dan golok di dapur
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta aku langsung dengan cepat mandi, walaupun perasaan takut di kamar mandi masih aku rasakan namun bisa aku abaikan apalagi Kang Darma sudah menungguku di depan.
“Maman sudah makan Mak, Euis di rumah Abdul habiskan saja makanya” ucapku sambil melewati Mak dan Euis yang sedang makan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Abdul sudah bicara Man?” tanya Mak.
“Sudah Mak, tenang saja Maman bakalan menurut sama Mak…” jawabku sambil bergegas dengan cepat melepaskan handuk dan berganti pakaian apalagi suara bedug magrib baru aku dengar.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Gimana Kang…” ucapku sambil berjalan menghampiri Kang Darma yang masih duduk didepan teras rumah.
“Man, kalau Euis tanya memang Akang ini ke kota untuk kerja, dan pulang lagi karena belum ada kerjaan, intinya jangan bilang tadi berangkat cari tahu soal Bramantio yah, pahamkan”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta jawabnya perlahan, sambil membakar rokok kretek.
“Iyah Kang Maman paham tenang saja…” ucap Kang Darma.
Dengan cepat Kang Darma mengeluarkan secarik kertas dan langsung di berikanya kepadaku, tertulis sebuah alamat lengkap isi dalam lipatan kertas itu.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Ini apa Kang? Maman belum paham?” tanyaku.
“Itu alamat rumah Bramantio, majikan aku tahu betul ternayat Bramantio semua bahan kasar seperti besi dan bahan-bahan bangunan di ambil dari Bram Man… makanya sampai di kasihlah alamat itu, agar kamu juga percaya sebegitu kenalnya…”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta jawab Kang Darma yang tidak biasanya, suaranya sangat pelan.
Barulah aku paham dan benar-benar percaya bahwa majikan Kang Darma sangat dekat apalagi sampai memberikan sebuah alamat di kota yang lumayan cukup jauh dari kampung aku berada.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Iyah Kang Maman baru paham, lalu apa majikan Akang tahu soal nama perempuan itu…” ucapku, menyamakan pelan dengan suara barusan Kang Darma.
“Tahu… malah tahu betul dan kaget kalau kebun tebu itu yang jaga Bah Warman mertua Akang… karena Akang ceritakan semuanya -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - Abah sudah meninggal… barulah majikan Akang cerita Man…” jawab Kang Darma.
Aku sangat kaget dengan keadaan yang ternyata semakin cepat dan dimudahkan semuanya yang awalnya berpikiran Kang Darma akan lama di kota, kenyataanya cepat dan langsung mendapatkan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta apa yang ingin aku ketahui.
“Kasihan Man, 20 tahun yang lalu tepatnya… namun bilang ini majikan Akang juga lupa pastinya, namun nama Sekar Wangi benar! Benar ada! Dan memang pembantu Bramantio…” ucap Kang Darma.
Bulu pundakku tidak menunggu waktu lama untuk berdiri bahkan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Kang Darma yang bicara langsung mengusap pundaknya sendiri dan kedua tangannya.
“Padahal Euis dengar dari Abah sebelum meninggal paginya kan, itu juga dari sangkaan Euis kalau Abah menginggo Kang…” ucapku.
“Benar, Akang sudah dengar cerita ini…” jawab Kang Darma.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Magrib Kang masuk ke dalam malah ngobrol di luar pindah saja ke dapur…” sahut Euis tiba-tiba yang keluar dari arah pintu depan.
“Kamu ini Akang kaget ah, ayo Man ke dapur saja sekalian ngopi disana” ucap Kang Darma sambil menarik tanganku agar tidak masuk ke dalam rumah lagi
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan berjalan mengikuti langkahnya padahal aku sama sekali tidak menggunakan sandal.
“Lagian tumben…” ucap Euis kemudian terdengar suara mengunci pintu, dan lampu semprongan baru saja Mak nyalakan di tengah rumah.
Sementara aku dan Kang Darma sudah berada di meja makan dapur,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dengan Euis yang memberikan lampu semprongan kecil, bahkan Kang Darma langsung menutup pintu dapur, aku berpikir takut kejadian yang menimpa Euis waktu itu terulang kembali.
“Sampai mana barusan Man?” tanya Kang Darma perlahan.
“Sampai benar Sekar Wangi pembantu Bram dan -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - Euis dengar nama Sekar Wangi sebelum Abah meninggal Kang…” jawabku langsung karena benar-benar penasaran dengan sebuah kebenaran.
“Nah iyah, Akang juga kaget nama itu sama, bahkan samanya dengan nama lengkapnya kan? Lalu… dan benar katanya pembantu itu tidak lama kerja -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - di rumah Bramantio, waktu itu Rojak juga suka kepadanya, padahal Bram pernah cerita kepada majikan Akang, kalau Sekar Wangi adalah tebusan hutang kedua orang tuanya yang sudah meninggal… namun setelah itu tidak pernah terlihat lagi… ada kabar meninggal -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - namun teman-teman majikanya Akang lagi bilang karena hamil oleh Rojak di ungsingkan… namun tidak pernah ada yang tahu kemana setelah itu…” ucap Kang Darma menjelaskan.
“Gimana majikan Akang masih ingat kejadian sudah lama seperti itu…” ucapku dengan serius,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta bahkan rokok yang sekarang aku pegang belum sempat aku bakar sama sekali.
“Karena Sekar Wangi cantik! Tidak jarang semua teman-teman Bram yang pernah melihatnya suka, dan satu lagi Man… Bram bukan orang yang diam dalam bisnisnya dia terkenal juga pesugihan… itulah kenapa -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - Sekar Wangi tidak berani menuntut dendam kepada Bram dan Rojak karena arwah penasaran yang dipiara oleh ritual… itu majikan Akang sendiri yang bilang Man… dan itu sudah menjadi kabar angin di kalangan sesama pebisnis gitu, jadi ada dua kemungkinan -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - apakah benar meninggal Sekar Wangi…” ucap Kang Darma.
“Ritual, iyah aku melihatnya langsung” ucapku tiba-tiba dan langsung percaya dengan ucapan Kang Darma malam ini.
Aku hanya menganggukkan kepalaku saja berkali-kali dan tidak tahu kenapa sakit rasanya hati ini mendengarkan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ucapan dari Kang Darma.
“Sayangnya Man ada satu lagi cerita yang bikin sakit hati…” ucap Kang Darma.
“Apa itu Kang? Katakan saja semuanya, malam ini Maman mau bicara sama Bah Ajan juga…” ucapku yang yakin Kang Darma juga sudah mengetahui Bah Ajan dari Euis atau Mak karena
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sehabis pulang dari rumah Abdul.
“Makanya Akang juga sudah tahu Bah Ajan sudah ada di kampung… ternyata Sekar Wangi sudah dilamar oleh lelaki saat Bram membawa ke rumahnya, dan Akang merasa takut majikan Akang adalah orang terdekat Bram… tapi setelah mendengarkan semua cerita-
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - Bah Warman barulah majikan Akang mau cerita seperti barusan dan menjamin semuanya aman…” ucap Kang Darma sambil melihat ke arahku.
“Benar ternyata sama dengan cerita Bah Ajan semalam, benar-benar sama” ucapku dalam hati, walaupun sangat kaget dengan semua kesamaan cerita
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta tragis Sekar Wangi ini.
“Berarti Kang kalau begitu sudah pasti meninggalnya Abah karena salah satu penjaga kebun tebu, dan tidak menikahnya Maman adalah balasan karena Abah terlibat? Benarkan seperti itu?” ucapku dalam hati, menahan ucapan ini karena Kang Darma belum tahu kalau
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Sekar Wangi lah yang ada di kebun itu, dan segala ritual yang aku ketahui Kang Darma tidak mengetahuinya sama sekali, hanya Abdul seorang yang tahu.
“Yang akang takutkan Bah Warman dan Bah Ajan terlibat apalagi nama itu Abah sendiri yang bilang, sementara kebun tebu… -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - tidak tahu kenapa buruk sekali sangkaan Akang ini” ucap Kang Darma bahkan sakar di rokoknya jatuh begitu saja, karena sangat seriusnya pembicaraan ini.
Padahal rasanya ingin aku benarkan kepada Kang Darma, namun waktunya tidak tepat, malah akan menambah beban pikiran Kang Darma
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta karena sekarang aku sudah tahu dan menjadi modal untuk bicara kedua kalinya dengan Bah Ajan malam ini.
“Baik Kang Maman rasa benar semua cerita dari majikan Akang itu” ucapku singkat, karena sambil mencocokan kembali apa yang dikatakan Bah Ajan malam itu
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dengan cerita yang Kang Darma dapatkan.
Segera aku berdiri dengan cepat, apalagi takutnya mengundang kerugiaan Mak dan Euis, setelah masuk kamar mengambil sarung dan membawa baterai seperti biasanya perlengkapan untuk ke kebun tebu.
“Man mau kemana?” tanya Mak dari kamarnya.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Rumah Abdul saja Mak, mau nemenin kalau tidak pulang nginep paling” jawabku berbohong.
Setelah itu tidak ada lagi ucapan dari Mak ataupun Euis yang sedang beristirahat di kamar Mak, sementara Kang Darma masih saja duduk dengan wajah yang tidak tenang,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sama dengan apa yang pernah aku lihat di rumah Ki Badar malam itu.
“Hati-hati Man…” ucap Kang Badar, ketika melihatku sedang melilitkan golok ke pinggangku, dan juga baru terdengar suara bedug isya.
“Iyah Kang… sore juga istrinya Bah Ajan sudah berpesan bilang malam ini mau -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - bertemu di kebun tebu” jawabku sambil pamit setelah obor aku nyalakan.
Kang Darma hanya mengangguk saja dan kemudian menutup kembali pintu dapur yang sudah aku buka.
“Bau yang sama” ucapku, yang yakin bau ini sama dengan pada tubuh Bah Ajan malam kemarin dan sepertinya
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dari arah kamar mandi.
Namun tetap aku abaikan dengan terus berjalan di samping rumah, kemudian di dalam terlihat Kang Darma mematikan lampu semprongan yang membuat rumah kembali gelap sama seperti malam biasanya.
Tidak lama aku sudah sampai di rumah Abdul namun sayang sekali
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta di rumahnya seperti banyak orang, namun tetap saja aku melangkah semakin mendekat, benar saja ada orang tua Abdul di dalam.
“Man masuk saja… untung sudah datang Ibu sama Bapak lagian sudah mau pulang ini” ucap Ibu Abdul.
“Iyah Bu, sebentar tanggung ini lagi ngerokok” jawabku,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang memang sedang melinting tembakau di tanganku, setelah mematikan obor.
Tidak berselang lama Bapak Abdul dan Ibunya benar saja dan beberapa keluarga lainya keluar dari dalam rumah.
“Alhamdulilah terang bulan yah Bu malam ini” ucap Bapak Abdul yang sangat jelas aku dengar
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta bahkan sempat aku juga melihat langit malam ini.
“Iyah udah keliatan pak pasti malam lebih terang” jawab Ibunya Abdul.
Yang tidak lama langsung berpamitan juga kepadaku yang masih duduk di teras sama seperti barusan.
“Kang masuk saja di dalam merokoknya” ucap Istri Abdul
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang berdiri di dekat pintu.
“Tanggung ini…” jawabku.
“Tuh Abdul juga sudah merokok sudah di larangnya padahal belum sembuh juga” ucap Istri Abdul sambil kembali masuk ke dalam.
Segera aku berdiri dengan cepat dan menaiki teras lalu masuk ke dalam rumah, terlihat Abdul langsung
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta tersenyum melihatku dan benar saja badan Abdul yang masih tertutup selimut sementara jari tangan nya sudah menjepit rokok kretek.
“Ada kabar baik tapi buruk Dul…” ucapku, sambil duduk tepat di sebelah Abdul yang sudah bisa bersandar.
“Apa lagi Man…” tanya Abdul.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Kang Darma sudah dapat cerita soal siapa Bram dan Rojak” ucapku.
“Emang sudah pulang?” tanya Abdul benar-benar kaget.
“Cepat bilang minta di buatin kopi, cepat…” ucap Abdul.
“Teh maaf Maman pengen kopi yah” ucapku sedikit keras.
“Iyah Kang ini lagi panasin dulu airnya” jawab
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta istri Abdul yang sedang berada di dapur.
Langsung saja aku ceritakan kembali lengkap apa yang Kang Darma ceritakan semuanya kepada Abdul, berkali-kali kepala Abdul mengangguk dan benar-benar memperhatikan setiap ucapan yang keluar dari mulutku malam ini.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Sudah Man, bicarakan sama Bah Ajan semuanya… dan langsung saja tanya gimana caranya agar gangguan Sekar Wangi itu bisa berhenti, apalagi kisahnya tragis tidak menyangka seperti itu…” ucap Abdul.
“Benar Dul… benar yang kamu ucapkan…” jawabku yang malah selalu di sadarkan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta oleh ucapan-ucapan Abdul.
“Berkaitan, tapi wajar pesugihan yah makanya sama Bah Warman saja Bah Ajan nampakin wujudnya, tapi aku rasa yang namanya dendam pasti akan berlanjut terus, apalagi dengan kisah seperti itu, walaupun sakit hati Bah Warman harus terlibat…” ucap Abdul.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Aku hanya diam saja apalagi tidak lama Istrinya Abdul datang dengan membawa kopi.
“Tapi Man, anggap saja kematian Abah bukan karena itu, buktinya Bah Ajan saja masih hidup sama sekarang…” ucap Abdul sangat pelan setelah istrinya masuk ke dalam kamar.
“Tapi Dul…” jawabku.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Abdul tidak menjawab lagi langsung kembali membakar rokoknya, sementara aku melakukan hal yang sama juga.
Tidak terasa setelah membicarakan bagaimana keadaan luka di perut Abdul jam di dinding bilik rumah Abdul ternyata berjalan dengan cepat, dan tidak terasa juga satu gelas
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta kopi dan berbatang-batang rokok sudah aku dan Abdul habiskan malam ini.
“Teh Maman mau pulang dulu ini…” ucapku sedikit keras.
“Iyah sok Kang… ini lagi ngelipet baju tanggung…” jawab istri Abdul.
“Hati-hati Man…” ucap Abdul dengan wajah sayang sangat khawatir,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta apalagi Abdul tahu sebenarnya aku akan langsung ke kebun tebu melihat jam sudah jam 9 malam lebih tiga puluh menit.
Segera aku keluar dari rumah Abdul dan menyalakan obor, namun anehnya berat sekali perasaanku untuk menuju kebun tebu malam ini, padahal benar bulan sedang
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta terang-terangnya tidak seperti malam kemarin, dan harusnya aku jauh lebih tenang karena perlahan tahu apa yang sebenarnya sudah terjadi di kebun tebu itu, ini malah sebaliknya setiap langkah yang aku arahkan ke arah dimana ujung kampung untuk menuju kebun tebu benar-benar
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sangat berat, seolah kaki aku ada yang menahannya agar tidak kesana.
“Ada apa lagi ini…” ucapku dalam hati bertanya kepada diriku sendiri.
Setelah pos ronda aku lewati dan tidak seperti biasanya belum ada orang, aku sudah kembali berjalan berada di ujung kampung,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta tinggal satu langkah lagi menginjak jalanan menuju kebun tebu.
“Apa aku urungkan kesana, tidak enak hati rasanya…” ucapku sambil berhenti jalan dan langsung menancapkan obor ke tanah, agar aku bisa melinting tembakau terlebih dahulu.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Bahkan sampai rokok yang aku jepit hampir setengahnya lagi belum lagi aku melanjutkan langkahku, masih merasakan perasaanku sendiri, bukan lagi tentang ketakutan tapi ada rasa yang tidak bisa aku jelaskan menahan langkahku berdiam disini, hanya asap saja yang keluar dari mulutku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta berwarna putih yang menemani aku berdiri.
“Harusnya selesai malam ini… terakhir dan benar aku tidak akan kembali lagi ke kebun tebu itu…” ucapku sambil mematikan rokok dengan aku injak oleh sandal.
Setelah obor aku ambil dari tancapan tanah, aku perlahan kembali
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta berjalan di atas jalan berbatu ini untuk menuju kebun tebu dengan langkah yang semakin yakin, apalagi tanggung jawabku sampai bertanya kepada Bah Ajan tentang bagaimana mengakhiri semua ini.
Dibawah sinar terang bulan malam ini dan cahaya kuning dari obor yang aku pegang,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta aku mengingat semua dari awal, hanya anggukan kepala yang aku lakukan sebagai persetujuan bahwa semuanya memang benar berkaitan.
Sudah hampir setengahnya lagi langkahku akan sampai apalagi jembatan yang sesudahnya kebun tebu, bahkan sudah aku lihat jelas walaupun masih jauh.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Anehnya semakin mendekat dan melihat hamparan kebun tebu yang tidak terlalu luas, ada perasaan yang semakin menakutkan setiap langkahku, padahal ini bukan kali pertama.
“Tidak mungkin…” ucapku sambil seluruh badanku terasa berkeringat dan tidak sadar dari mana awalnya
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta keringat ini datang, namun tetap saja aku langkahkan kaki secara perlahan.
Bahkan sudah berkali-kali aku mengelap keringat yang banyak seperti ini, sama halnya ketika Abah sakit sebelum meninggal dan malam kemarin ketika pulang dengan Bah Ajan, padahal kondisiku baik-baik saja.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Kenapa ini” ucapku mulai panik dengan beberapa kali tangan kanan mengelap bagian jidat dan belakang leher, semakin aku lap keringat itu semakin banyak keluarnya.
Padahal sudah sangat dekat dengan jembatan dan kebun tebu yang sudah jelas aku lihat dari pada sebelumnya,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta angin yang menerpa badanku malam tidak bisa sama sekali membuat aku merasa nyaman dengan keringat ini, yang seharusnya sebaliknya.
“Man… Maman…”
Langsung saja aku melihat sorot cahaya yang melewati badanku, karena kaget aku langsung berbalik badan sekaligus.
“Siapa itu…”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ucapku sambil melihat dari jarak yang cukup jauh berjalan ke arahku dengan cahaya obor yang dipegang nya, bahkan aku belum bisa jelas melihatnya.
Dari sorotan senter baterai nya yang berkali-kali menandakan aku seperti harus berdiam terlebih dahulu, apalagi cahayanya
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta berkali-kali menyorot ke arahku. Semakin mendekat langkah itu semakin aku tahu siapa orang yang sedang berjalan ke arahku, sementara tanganku masih saja mengelap keringat yang semakin mengalir, bahkan ini untuk yang pertama kalinya aku rasakan.
“Man tunggu jangan…”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Semakin mendekat ke arahku dan semakin jelas dengan di tangan satunya lagi memegang botol berisikan air.
“Ki Badar…” ucapku, langsung mencoba berjalan ke arah Ki Badar yang semakin dekat, namun anehnya, sulit sekali langkah kaki ini aku gerakan lagi.
“Lah kenapa ini…” ucapku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta mulai panik, sementara aku coba mundurkan langkahku bisa yang berarti ke arah kebun tebu.
“Susah lagi…” ucapku sambil keringat hampir menutupi pandanganku airnya, hanya beberapa kali aku usap kembali dengan tanganku, sementara untuk berjalan ke arah sebaliknya
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sudah sangat susah ke arah perkampungan.
“Untung masih bisa ke kejar kamu Man… ini minum cepat, kasian badan kamu sudah seperti itu…” ucap Ki Badar yang sudah berada tepat di depanku, dengan langsung mengambil obor yang aku pegang.
“Ini kenapa Ki…” ucapku benar-benar panik.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Sudah cepat minum tidak ada waktu lagi, cepat habiskan!” bentak Ki Badar sambil mengatur nafasnya yang masih belum teratur karena di usianya yang semakin tua.
Segera aku aku habiskan air dalam botol yang sudah sebelumnya sudah Ki Badar buka, perlahan air itu masuk
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ke dalam tenggorokan dengan sangat dingin sekali, padahal aku yang masih memegang botolnya airnya sama sekali tidak dingin.
“Ikuti ucapan saya Man, dalam hati” ucap Ki Badar, yang langsung mengucapkan ayat.
Aku hanya mengangguk saja dan langsung mengikuti setiap kata
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang aku dengar dari ucapan Ki Badar, tepat sekali air dalam botol habis ayat yang di bacakan Ki Badar juga selsai.
“Coba berbalik dan langsung jalan” ucap Ki Badar.
Langsung aku mencoba melangkah kaki ke arah dimana Ki Badar berdiri dan langsung bisa tidak seperti barusan,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta bahkan aku baru sadar dari mana Ki Badar bisa tahu akan kejadian barusan yang membuatku panik ketakutan sekali.
“Kenapa barusan Ki?” tanyaku yang mengelap keringat dan mengambil oborku kembali dari tangan Ki Badar.
“Sudah pulang, jangan ke kebun tebu lagi seumur hidup kamu”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ucap Ki Badar pelahan dengan nafasnya yang sudah kembali normal.
“Tapi Bah, semuanya harus jelas… tidak bisa semuanya yang sudah di mulai harus berhenti” jawabku perlahan, di tengah jalan yang biasa aku lalui ini, apalagi jembatan dan kebun tebu sudah sangat dekat.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Sudah selesai, malam ini juga selesai… percaya sama saya ini sudah selesai, ayo pulang saja sudah!” ucap Ki Badar di bawah sinar obor yang aku dan Ki Badar pegang malam ini.
“Aku harus berjumpa dengan Bah Ajan… Ki biar semuanya jelas…” ucapku,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang masih bersih kukuh untuk menuju kebun tebu walaupun ucapan seumur hidup tidak boleh ke kebun tebu lagi dari Ki Badar masih aku pertanyakan.
“Yausudah kalau tidak percaya, ayo saya temani sampai sana saja…” ucap Ki Badar sambil menggelengkan kepalanya berkali-kali.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Di bawah sinar terang bulan langkahku dengan Ki Badar menuju kebun dengan sangat cepat, apalagi Ki Badar beberapa bertanya kepadaku tidak akan menyesal mendekat ke arah kebun tebu berkali-kali.
“Bah Ajan sudah ada disana Man, yakin tidak akan menyesal?”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta tanya Ki Badar kesekian kalinya lagi.
“Tidak Ki tidak akan menyesal… yakin pasti disana Bah Ajan, biasanya juga Maman jam 9 sudah ada di saung, apalagi ada hal penting yang ingin Bah Ajan bicarakan Ki…” jawabku.
“Maman… Maman…” ucap Ki Badar yang langsung menarik langkahku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta setelah melewati jembatan dan akan masuk ke kebun tebu.
“Kenapa Ki…” tanyaku benar-benar kaget.
“Tepat sekali waktunya…” jawab Ki Badar, dengan pandangan nya lurus ke jalan untuk masuk kebun tebu, sementara jalanan lurus ini juga setelah saung akan menuju ke ujung jurang.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Maksudnya Ki…” tanyaku yang belum mengerti dengan apa yang diucapkan Ki Badar barusan.
“Lihat itu siapa? Pernah lihat bukan Maman juga ketika di ujung kebun tebu ini… di jurang itu” ucap Ki Badar sambil menunjuk lurus ke arah jalan yang sebenarnya tidak akan lama lagi -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -menuju saung, apalagi dari kejauhan juga api dalam saung sudah terlihat cahaya, yang berarti benar Bah Ajan sudah ada di saung.
“Ki… serius…” jawabku dengan perlahan dan kaki ku benar-benar langsung lemas, dan ketakutan sedang aku rasakan apalagi na,pak wajahnya perempuan itu
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta masih aku ingat dalam pikiranku.
Terlihat perempuan yang sudah berkali-kali aku lihat di rumah dan perempuan yang sama di jurang sesuai ucapan Ki Badar, sedang berjalan perlahan ke arah saung yang terdapat Bah Ajan, aku melihatnya dari kejauhan di bantu oleh sinar terang bulan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta malam ini bahkan aku benar-benar tidak percaya untuk yang sekian kalinya lagi melihat sosok perempuan itu.
“Sudah cukup… Ayo Man” ucap Ki Badar.
“Ki… perempuan itu akan ke saung…” ucapku perlahan dan masih melihat lurus ke arah sosok perempuan itu terus berjalan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Sudah bukan lagi urusan kamu… cepat! Sebelum telat!” ucap Ki Badar perlahan sambil menarik dengan kasar tanganku.
Aku masih tidak percaya sama sekali dengan apa yang aku lihat, sementara sekarang tanganku bahkan sama sekali tidak dilepaskan oleh Ki Badar
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan kepalaku masih melihat ke arah kebun tebu.
“Sudah kena ini…” ucap Ki Badar.
“Ki lepaskan Maman ingin kesana Ki…” ucapku yang tidak tahu kenapa mengatakan hal itu.
Sementara Ki Badar tidak lagi menjawab ucapanku, hanya mulutnya tidak berhenti bergerak seperti membaca sesuatu
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dalam mulutnya, padahal langkahku benar-benar semakin lemas di seret oleh tangan Ki Badar yang semakin cepat langkahnya. Pandangan kebun tebu semakin menjauh sementara langkah aku dan Ki Badar semakin cepat namun tetap saja kepalaku ke belakang melihat ke arah kebun tebu.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Dengan tiba-tiba dan membuatku kaget Ki Badar mengusap wajahku dengan kedua tanganya, setelah satu tangannya melepaskan tanganku, bahkan benar-benar kuat sekali.
“Tahan… sampai rumah saja Man… Ayo…” ucap Ki Badar.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Dari gelapnya yang aku lihat akibat di usap seluruh wajahku oleh Ki Badar, malah aku melihat bayangan Abah yang sangat dekat, anehnya wajah Abah malam terilihat meneteskan air matanya dengan perlahan.
“Iyah Ki… ayo jangan lihat kebelakang lagi…” ucap Ki Badar yang semakin
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta mempercepat langkahnya diikuti oleh langkah kaki aku juga.
“Jangan bicara apapun ingat! Paham!” ucap Ki Badar sambil menatap ke arahku dengan keras sekali suaranya membentakku.
“Paham Ki Paham…” jawabku sambil bergetar karena kaget, dan tidak mengerti dengan maksudnya.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Itu juga kalau kamu ingin selamat tidak seperti Warman!” ucap Ki Badar.
Tidak lama aku dan Ki Badar sudah memasuki perkampungan anehnya malah langkah dengan cepatnya Ki Badar malah mengarah ke rumah Abdul bukan ke arah rumahku.
“Inikan Ki mau ke rumah Abdul…” ucapku.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Ikuti saja sudah… diam! Jangan banyak bicara dulu” jawab Ki Badar.
Setelah pos ronda yang untungnya kosong tanpa ada orang yang aku pikir sedang berkeliling kampung, malah aku semakin mendekat melihat rumahnya Abdul masih menyala cahaya dari lampu semprongan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan pintunya masih terbuka.
“Dul…” ucap Ki Badar.
Sementara aku langsung duduk di teras rumah Abdul.
“Iyah Ki masuk saja…” jawab Abdul yang memang aku tahu belum bisa bangun dari tidurnya akibat luka di perutnya belum mengering.
“Ayo masuk Man cepat” ucap Ki Badar.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Alhamdulillah Man…” sahut Abdul bangun perlahan dan menyenderkan badanya seperti ketika sore hari.
“Ingat yah Dul, Maman… jangan ada yang tahu kejadian malam ini, anggap Maman tidak ke kebun tebu, apalagi istri Abdul juga taunya Maman pulangkan, ini bahaya,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta tidak perlu tanya kenapa turuti saja ucapan saya, jadi kalau ada yang tanya ingat kan Dul…” ucap Ki Badar, sementara badanku benar-benar semakin lemas.
“Ingat Ki Maman sampai jam sekarang jam 10 lebih disini tidak kemana-mana dan Aki datang untuk menjenguk… begitu bukan”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ucap Abdul
Sementara aku mulai mengerti kenapa Ki Badar membawaku ke rumah Abdul.
“Dan kamu Man bilang sama orang rumah siapapun tidak ke kebun tebu tapi di rumah Abdul malam ini…” ucap Ki Badar dengan sangat serius.
“Baik Ki Maman paham… tapi Ki Badan Maman lemas sekali…”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ucapku perlahan.
“Ini Ki satu botolnya lagi…” ucap Abdul sambil memberikan botol kepada Ki Badar.
“Sengaja sudah saya siapkan semuanya, untung perasaanku benar kamu ada disini Man, Abdul yang kasih tahu kenapa saya nyusul kamu kalau tidak… sudah ini minum cepat, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -setelah itu pulang ayo saya antar” ucap Ki Badar.
“Tenang Ki… istiri Abdul kalau sudah tidur pasti lelap jadi aman…” sahut Abdul perlahan.
Padahal barusan di jalan menuju kebun tebu aku minum air sangat banyak, namun entah kenapa botol yang kedua kalinya Ki Badar berikan juga
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta aku habiskan seolah badanku benar-benar sangat kehausan.
Baru saja semuanya air dalam botol aku minum, Ki Badar sudah berdiri kembali dalam duduknya, Abdul hanya menganggukan kepalanya saja ke arahku, yang aku paham harus menuruti rencana Ki Badar malam ini,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta walaupun sama sekali aku belum paham, apalagi setiap kejadian sebelum tujuh harinya Abah meninggal hampir selalu mengganggu pikiranku sendiri.
“Sudah jangan di nyalakan, pakai satu obor saja, gimana masih lemas kan Man badannya” ucap Ki Badar ketika keluar dari rumah Abdul,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sambil menutup pintu rumah Abdul.
“Iyah Ki, masih terasa sekali apalagi kejadian barusan di kebun tebu” jawabku perlahan sambil mengikuti langkah kaki Ki Badar menuju rumahku.
“Masuk jalan dapur saja, waktu itu di siramkan tidak air yang saya berikan ketika Maman dan -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - Kang Darma berkunjung ke rumah” tanya Ki Badar.
“Di siramkan Ki, tiba-tiba atap rumah seperti ada yang melempar…” ucapku.
“Iyah sama dengan kejadian Ajan di saung dengan Maman yah, sudah-sudah intinya istirahat jangan lagi bicara harus kasihan sama badan kamu” ucap Ki Badar
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang mengetahui apa yang akan aku ucapkan.
“Benar berarti malam itu Bah Ajan ke rumah Aki” ucapku.
“Lagian kemana lagi? Ke orang pintar gurunya Bram itu sama saja” jawab Ki Badar.
“Oh itu orang pintar yang pernah diceritakan Bah Ajan kemarin malam” ucapku dalam hati.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Tidak lama aku dan Ki Badar sudah berada di samping dapur, sementara Ki Badar masuk ke dalam kamar mandi dan membawa air dengan mengunakan wadah yang biasa aku pakai, dan menyiramkanya tepat dimana waktu itu Abah di mandikan.
“Man…” ucap Ki Badar.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Kalau malam ini kamu dengar apapun, jangan keluar rumah inget! Sudah saya jaga, air malam itu untuk menjaga malam sekarang yang di siramkan kesini” ucap Ki Badar.
“Iyah Ki paham” jawabku.
Kemudian aku masuk ke dalam dapur, dan terdengar dari langkahnya Ki Badar
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta meninggalkan rumah. Setelah mengunci pintu dan menyimpan obor benar-benar langkahku menaiki rumah panggung dari dapur benar-benar lemas, sementara Kang Badar aku lihat dari gelapnya ruangan tengah terlihat sudah tertidur lelap sekali.
“Man gimana jadi ke kebun tebu nya”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta tanya Kang Darma sambil mengubah posisi tidurnya.
“Tidak Kang, jadinya di rumah Abdul saja ngopi, sudah tidur lagi saja mungkin besok atau lusa niatan berjumpa dengan Bah Ajan” jawabku berusaha terdengar biasa saja padahal aku benar-benar memaksakan.
“Iyah begitu lebih bagus”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta jawab Kang Darma, yang memang selalu terbangun ketika aku pulang seperti malam kemarin.
Segera aku masuk kamar, masih saja aku gunakan sisa tenagaku yang tersisa untuk menganti pakaian malam ini di kamar, dan karena tidak tertahan lagi, jatuhlah perlahan badanku di atas kasur.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Benar-benar aneh malam ini” ucapku dengan mata yang sudah terpejam begitu saja dengan perlahan.
Walaupun dalam gelapnya mata ini masih saja pikiranku memikirkan apa yang bakalan terjadi selanjutnya, apalagi masih aku ingat betul sosok perempuan yang tidak aku ketahui datangnya
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta berjalan ke arah saung yang mana Bah Ajan aku yakin ada disana.
“Apakah nasib sial yang Bah Ajan maksud malam kemarin adalah seperti malam ini” ucapku dalam hati yang sudah tidak bisa lagi menahan diriku untuk terlelap malam ini.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Baru saja aku merasakan tenang, dengan tiba-tiba di belakang kepalaku yang terhalang bilik terdengar suara perempuan yang sedang menangis, walaupun mataku ingin aku buka karena sudah tidak ada tenaga dalam masih terpejam, aku masih berpikir itu bukan suara Euis apalagi Mak,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta namun untungnya aku masih ingat ucapan Ki Badar agar jangan lagi keluar rumah, apalagi tenagaku sudah habis.

***

“Maman! Maman! Ini bangun sudah siang, didepan banyak orang Man… Man bangun…”
“Iyah ini bangun jam berapa Mak?” tanyaku.
“Sudah jam 10 Man… itu sana -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - kamu dicari banyak orang, ada Ki Badar juga…” ucap Mak sambil menangis yang baru aku sadar ketika membuka mata.
“Mak! Kenapa nangis” ucapku kaget melihat dari matanya sudah banyak keluar air mata.
“Cepat temui dulu sana orang di luar, ya allah susah sekali cepat!”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ucap Mak semakin panik.
Segera aku berdiri karena kaget juga dengan sikap Mak pagi menjelang siang ini, sementara ketika aku keluar kamar, di depan sudah banyak sekali orang, sementara Ki Badar dan Kang Darma sedang duduk bersama yang lainya juga, dan beberapa orang lagi berdiri.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Sementara Euis sedang membawa air dalam teko melewatiku yang masih berdiri.
“Cepat temui Kang takutnya salah paham…” ucap Euis, dengan wajah sembab seperti orang yang sudah menangis.
“Ada yang aneh ini” ucapku sambil berjalan mengucek kedua mataku berkali-kali.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Nah ini Maman, saya dengar semalam juga dia pulang kurang dari jam dua belas, dan memang bilang dari rumah Abdul benarkan Man?” ucap Kang Darma.
Sementara yang lainya memandang aneh dan seperti curiga kepadaku.
“Iyah benar, malah bertemu dengan Ki Badar juga di rumah Abdul -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - pas menjenguk, saksinya Abdul dan tanya saja sama Ki Badar ini ada” jawabku sambil duduk di sebelah Kang Darma dan meminum air kemudian membakar rokok kretek.
“Kan sudah saya bilang barusan juga di rumah Bah Ajan kenapa kalian tidak percaya… malah menuduh Maman yang melakukan-
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - hal itu… ini saksinya, Kang Darma, Abdul, yang barusan kalian tanyakan jugakan terus ini saya juga tahu Maman tidak ke kebun tebu” sahut Ki Badar menjelaskan dengan tenangnya sambil menghisap rokok.
Barulah aku kaget apalagi Ki Badar menyebut rumah Bah Ajan,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan rencana semalam baru lah aku mengerti dengan kejadian pagi ini walaupun belum tahu apa yang terjadi.
“Syukurlah kalau begitu Ki Badar, ini supaya tidak menjadi tuduhan saja saya sebagai tokoh disini wajib memberikan keterangan nantinya kalau sudah sampai pihak berwajib -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - pasti saya yang di mintai keterangan, sebelum datang dan pasti datang…” ucap salah satu tokoh kampung ini.
“Sebentar memangnya kenapa Bah Ajan…” tanyaku.
“Tadi jam 8 tidak pulang Man, saya cari dan istrinya ternyata ketemu di kebun tebu dalam keadaan tidak bernyawa, dan -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -kasihanya almarhum dalam keadaan mengerikan ditemukan di saung kebun tebu, ini pasti pembunuhan…” jawab salah satu tokoh.
Aku langsung terdiam kaget dan tidak mengucapkan apapun lagi, sementara Kang Darma langsung menepuk pundakku berkali-kali.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Yasudah Ki mohon maaf tuduhannya, Kang Darma dan bilang juga sama Abdul, maaf sebelumnya Man sudah menyangka Maman ikut terlibat, tadinya mau dijadikan saksi, kalau tersangka tidak mungkin rasanya, cuman aneh saja, perasaan Bah Ajan tidak pernah memiliki musuh”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ucap salah satu tokoh kampung ini.
Sementara mereka langsung pamit dan kembali menuju rumah almarhum Bah Ajan.
“Ada musuh Bah Ajan masa lalunya…” bisik Ki Badar perlahan sambil berdiri, dan kemudian menyuruhku datang ke rumah Bah Ajan sekarang juga.
“Akang semakin yakin Man… -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -kalau kebun tebu itu memang ada sesuatunya…” ucap Kang Darma perlahan.
“Man… Mak dan Euis duluan cepat mandi, nanti nyusul sama Kang Darma” sahut Mak sambil berjalan dari samping rumah dengan Euis.
“Untung semalam Maman tidak ke kebun tebu…” ucap Kang Darma.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Aku tidak menjawab ucapan Kang Darma hanya diam saja dan masih tidak percaya hal yang menimpa Bah Ajan malam itu, sementara Kang Darma langsung bersiap-siap sambil menungguku untuk mandi terlebih dahulu untuk melayat.
Selsai dengan cepat mandiku ini aku dan Kang Darma langsung
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta berjalan menuju rumah Bah Ajan padahal hari kematian Abah saja belum lewat sepuluh hari tidak menyangka Bah Ajan pergi dengan begitu cepat, apalagi benar aku saksinya malam itu dengan Ki Badar, dan benar juga ucapan Ki Badar musuhnya adalah masa lalunya.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Jangan aneh nanti di rumah Bah Ajan warga kampung sini menyangka Maman terlibat, yang penting aman sudah, Akang siap bersaksi kalau ada apa-apa tenang saja” ucap Kang Darma.
Tidak lama sampailah aku dan Kang Darma di rumah Bah Ajan, orang-orang sudah banyak sekali,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta apalagi terlihat Pak Bramantio dan Rojak sudah datang dengan beberapa pihak berwajib, Ki Badar dan Istrinya Bah Ajan yang duduk di sebelah rumahnya, seperti sedang mengobrol, dan ada juga beberapa tokoh warga kampung sini.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Seketika orang-orang yang melihatku mentap ke arahku dengan aneh sekali, pasti mereka benar ucapan Kang Darma barusan pasti menyangka aku terlibat, dan dari kejauhan Ki Badar melambaikan tanganya, segera aku mendekat tetap di dampingi Kang Darma.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Silahkan Pak Bram, Bapak juga tanya saja sama anaknya langsung, dan ini saudaranya yang tahu malam itu bisa jadi saksi, kalau saksi satu mungkin masih kurang ini tiga Pak” ucap Ki Badar menjelaskan.
Pak Bram dan Rojak malah melihat ke arahku dengan tersenyum,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan langsung percaya dengan ucapan Ki Badar, sementara aku kembali menjelaskan bagaimana semalam di rumah Abdul.
“Iyah cukup Ki, saya juga bukan pertama kali menangani kasus seperti ini jauh kemungkinan anak ini terlibat” jawab salah satu dari pihak berwajib.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Sudah saya rasa cukup, kalau mau di cari silahkan siapa pelakunya, tapi izinkanlah suami saya dikebumikan hari ini juga kasihan, lihat saja kain putihnya saja harus berlapis-lapis menutupi bekas darah” Sahut istri Bah Ajan.
“Lagian sulit Pak Bram, apalagi jejak korban -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - tidak sama sekali mempunyai jejak musuh…” ucap salah satu pihak berwajib.
Dari kejauhan tidak jarang tatapan warga yang melayat siang ini melihat ke arahku.
“Baik Pak, saya minta sudah saja jangan di proses… tapi jika mau silahkan bagaimana baiknya saja” jawab Pak Bram.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Aku melihatnya bukan malah kagum dan kaget seperti pertemuan awal ketika hari dimana Abah meninggal malah sangat menjijikan sekali atas apa sudah diperbuat pada Sekar Wangi.
“Tidak ada salahnya langsung saja kebumikan almarhum, anak-anaknya lagian sudah datang juga kasihan -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - dari pada warga semakin banyak berdatangan…” sahut istri Bah Ajan.
Tidak lama bubarlah obrolan di samping rumah Bah Ajan, dan baru saja aku akan melangkah, Rojak langsung menarik tanganku dan meminta izin untuk bicara denganku kepada Kang Darma dan Ki Badar,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sementara Ki Badar hanya memberikan isyarat mengangguk saja kepadaku.
“Maman Suherman… cukup dengarkan saja saya tidak banyak waktu… salah malam dan pagi itu kenapa aku percaya dengan Ajan soal kamu, hama yang ternyata manusia di kebun tebu itu bisa lolos ternyata…” ucap Rojak
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta kemudian berjalan kembali menyusul langkah Pak Bram, bapaknya.
“Hama itu sebenarnya kamu Rojak dan Bram!” jawabku pelan kesali sambil menahan kesal, karena aku simpulkan sendiri Bah Warman dan Bah Ajan meninggal akibat perbuatan meraka,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang tidak di sadari oleh Rojak dan Pak Bram aku tahu semuanya yang terjadi di masa lalu itu.
Setelah di shalatkan jenazahnya, dan hari semakin siang karena matahari semakin meninggi apalagi warga berdatangan benar-benar banyak yang aku tidak tahu alasanya apa,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta mungkin tiga sampai empat kali lipat dari hari kematian Abah, dan bahkan beberapa orang kampung tetangga juga ada yang datang hari mungkin karena kabar kematian Bah Ajan yang seperti aku tahu.
Langsung saja aku dan Kang Darma mengikuti iringan menuju pemakaman yang ternyata baru
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta aku sadar jalan yang sekarang aku injak dengan semua yang ikut mengarah ke arah makam kampung ini yang memang tidak ada lagi pemakaman umum, yang artinya akan dekat dengan makam Abah.
“Sudah tenang Man, barusan juga warga pada tahu Akang dengar tidak menuduh kamu terlibat”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ucap Kang Darma yang selalu berada di dekatku.
“Disini kemarin-kemarin sosok perempuan itu bahkan Abdul sempat melihatnya” ucapku ketika melangkahkan kaki masuk ke area pemakaman umum.
Bahkan aku yang melihat keluarnya jenazah Bah Ajan dari dalam keranda mayat,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta benar-benar tidak percaya kain putih yang membungkus jasadnya tidak lagi berwarna putih banyak bercak darah yang masih terlihat walaupun tidak jelas karena tebalnya kain itu.
“Sampai sebegitunya…” ucapku dalam hati.
Tidak lama proses pemakaman selesai, dan satu persatu warga
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang ikut mengantar ke tempat peristirahatan terakhir Bah Ajan yang ternyata hanya beda tiga makam saja dengan Abah ku sangat berdekatan sekali. Hanya Pak Bram, Rojak dan beberapa tokoh dan pihak berwajib saja yang masih diam di dekat merahnya tanah makam Bah Ajan.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Barusan Ki Badar bilang, nanti akan berkunjung ke rumah…” ucap Kang Darma.
“Baik Kang…” jawabku.
“Man…”
“Eh pak haji…” jawabku.
Kang Darma yang mengerti langsung berjalan lebih cepat setelah memberikan senyuman pada Pak Haji dan mengerti bahwa Pak Haji ingin bicara denganku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sambil berjalan.
“Ingat ucapan saya di sawah waktu itu, kalau butuh jangan sungkan datanglah ke rumah yah” ucap Pak Haji.
“Sepertinya tidak akan terjadi Pak Haji…” jawabku.
“Saya hanya mengingatkan saja tidak ada salahnya bukan” jawab Pak Haji sambil menepuk pundak aku dan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta kembali berjalan dengan warga lainya.
“Mana mungkin aku harus meninggalkan kampung ini” ucapku dalam hati.
Tidak lama aku langsung mengejar kembali Kang Darma dan sudah hampir mendekat ke arah rumah, sementara Mak dan Euis belum sampai sama sekali,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta apalagi matahari benar-benar panas hari ini.
“Kang… sudah jangan jadi pikiran… mungkin tidak waktunya saja Maman terakhir bicara dengan Bah Ajan…” ucapku, sambil duduk di teras.
“Hanya saja Akang tidak percaya Man mendengar cerita orang yang ikut memandikannya, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - hancur badanya Man bekas sayatan golok sendiri, sementara istrinya bilang, Bah Ajan malam itu tumben membawa golok ke kebun tebu… yang jadi saksi lihat golok Bah Ajan sendiri yang penuh darah…” ucap Kang Darma.
Andai Kang Darma mengetahui semuanya mungkin akan mewajarkan apa
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta yang terjadi kepada Bah Ajan dan juga akan mengerti kenapa Bah Warman mertuanya juga Bapak aku sendiri meninggal dengan cara seperti itu, walaupun masih ada perasaan tidak menerima, namun setelah kenyataan dan keadaan berbicara lain nampaknya menerima
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta adalah jalan yang akan aku ambil untuk masalah ini.

***

3 hari setelah kematian Bah Ajan yang tidak berselang lama dengan kematian Abah sontak membuat bola liar kabar yang tidak baik masuk ke dalam telingaku, apalagi selalu dikaitkan dengan kebun tebu, dan semakin membenarkan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta warga kampung sini kalau kebun tebu itu mempunyai masa lalu yang masih menjadi misteri untuk mereka, sementara untuk aku adalah semuanya nyata, bukan mitos belaka yang aku ketahui dan aku rasakan.
Gangguan penampakan sosok perempuan itu yang aku yakini Sekar Wangi tidak lagi
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta nampak di rumah, namun beda ceritanya ketika mendengar dari Euis dan Kang Darma bahwa makam Abah dan Bah Ajan setiap waktu magrib selalu ada sosok perempuan yang sudah sering di lihat beberapa warga kampung sini, bahkan menjadi semakin liar sekali mengaminkan bahwa perempuan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta itulah yang ikut dari kebun tebu.
Sementara Ki Badar belum juga berkunjung ke rumah setelah 3 hari kematian Bah Ajan, aku hanya sibuk pulang dan pergi ke sawah, sementara kebun tebu yang aku ingat akan panen tidak akan lama lagi itu sudah aku buang jauh-jauh dalam pikiranku,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta apalagi Pak Bramantio dan Rojak tidak pernah datang lagi ke rumahku.
Dan Mak juga Euis lebih terlihat biasa saja menerima kabar kurang baik itu, apalagi beberapa hari kebelakang Mak seperti memikirkan sesuatu beberapa kali aku melihatnya melamun.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Man besok Kang Darma mau ke kota lagi kerja, malam ini Mak mau bicara yah penting dengan Euis dan Kang Darma juga… tadi siang Ki Badar juga kesini jadi sekalian malam ini kita bicara…” ucap Mak kepadaku yang baru saja pulang dari sawah sore ini.
“Ini Mak yang aku tunggu…”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ucapku dalam hati.
Setelah bedug magrib terdengar dan malam datang sebagaimana mestinya aku sedang makan jagung rebus yang Euis buat di dapur, sementara Mak terdengar seperti membuka pintu dan menyuruh seseorang masuk ke dalam rumah.
“Kang… ada Ki Badar cepat bawa saja jagung -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - nya ke tengah rumah” ucap Euis sambil sedikit membesarkan cahaya dari lampu semprongan.
Segera Kang Darma, Euis, Mak dan aku sudah duduk bersama Ki Badar juga malam ini, Ki Badar melihat ke arahku hanya menggelengkan kepalanya saja berkali-kali,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan aku tidak mengerti maksudnya apa.
“Mak Idah sudah bicara sama Maman dan Euis…” tanya Ki Badar.
“Belum Ki… silahkan wakilkan saja sama Aki…” jawab Mak dengan perlahan.
“Bawa saja Mak sekarang keluarkan biar cepat dan paham” ucap Ki Badar.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Mak langsung berdiri dari duduknya dan berjalan masuk ke dalam kamar, sementara aku, Kang Darma dan Euis masih bingung dengan keadaan malam ini di tengah rumah.
“Kemarin Man, saya datang kesini dan ternyata benar Bah Warman sama seperti saya tidak memakai semua uang -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -yang dari dulu diberikan oleh Bah Ajan… Mak Idah sendiri yang bicara, bukan begitu Mak?” ucap Ki Badar.
“Iyah benar Man, Euis, Kang Darma ini yang Mak simpan puluhan tahun semua uang yang di dapat dari hasil kebun tebu di simpan semuanya ke dalam kotak ini” ucap Mak
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sambil berjalan keluar dari dalam kamar membawa kotak yang bahkan baru aku tahu.
“Nah… kematian Abah kalian, termasuk suami Mak Idah dan mertua Kang Darma kalau dibandingkan dengan Bah Ajan kemarin seharusnya kalian bangga dengan Abah kalian… walaupun membandingkan -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - nasib seseorang tidaklah baik, siang tadi Mak bilang kenapa Bah Warman tidak dekat dengan kamu Man, karena tidak tega dan tidak mau nasibnya sama atas kesalahannya yang diperbuat, sudahlah jangan dengarkan omongan tetangga kalian disini… begitu bukan Mak Idah?” ucap Ki Badar.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Maaf Maman, itu semua Abah yang minta Mak layaknya sebagai istrinya hanya bisa menurutinya…” ucap Mak sambil meneteskan air matanya, dan membuka kotak yang masih Mak pegang.
Apalagi aku yang tahu semuanya dan ditambah dengan keadaan saat malam ini,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta malah membuatku sama dengan Mak mengeluarkan air mata begitu saja.
“Itu cukup untuk kalian pindah rumah jangan disini… pindahlah ke kota cari rumah dengan uang secukupnya itu… Maman paham maksud saya…” ucap Ki Badar.
Setelah aku lihat bahkan benar dengan jumlah yang
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta tidak sedikit dan untuk kedua kalinya aku melihat uang yang sama banyaknya bahkan lebih dari kejadian di rumah Ki Badar malam itu.
Aku, Mak, Euis dan Kang Badar hanya mengangguk saja, sementara aku melihat dari wajah Euis sama dengan Mak mengeluarkan air mata dan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta aku yakin semuanya ingat bagaimana Abah salam hidup.
“Iyah Man, kita pindah saja Mak sudah tidak kuat dengan ucapan semua warga sini pada Abah kamu…” ucap Mak.
“Sebentar Ki, apa Mak tahu?” tanyaku tiba-tiba.
“Tidak… Mak sudah jujur semuanya kepada saya dan -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - mewakilkan malam ini bicara” jawab Ki Badar perlahan.
“Saran saya sesudah 40 hari saja Bah Warman barulah kalian persiapan pindah, Kang Darma bisa bantu cari rumah sederhana di kota atau dimana saja… urusan makam dan semuanya disini biar saya yang jelaskan kalau ada -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - yang tanya, percaya atau tidak tadi sore istri Bah Ajan sudah di bawa ke kota, karena tidak tahan selalu disangkut pautkan dengan kebun tebu…” ucap Ki Badar.
“Baik Maman setuju, nanti ini semua bisa kita jual ke Pak Haji Mak… salah satu wasiat Abah juga menyimpan uang -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - di Pak Haji dan Pak Haji siap membelinya, palingan di bikin kebun” ucapku.
Tiba-tiba tangis Mak semakin kencang dan Euis langsung memeluknya dan seketika juga air mataku keluar begitu saja, seolah tidak percaya semua keadaan membawaku ke titik dimana harus meninggalkan kampung
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta ini dan makam Abah.
“Apalagi begitu Man, kamu sudah dewasa carilah jodohmu di tempat lain agar kejadian yang sudah tidak terulang lagi… dan julukan si bujang lapuk lepas dari kamu…” ucap Ki Badar perlahan
Sementara aku paham betul maksud dari ucapan Ki Badar, walaupun Euis,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Mak dan Kang Darma aku yakin bingung dengan maksud ucapanya itu.
“Ki soal perempuan yang ada di makam itu bagaimana?” sahut Euis tiba-tiba.
“Susah Teh… sudahlah… biarkan saja sebagaimana mestinya… urusan semuanya anggap selesai malam ini termasuk kebun tebu…” jawab Ki Badar.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Setelah itu Kang Darma meminta saran pada Ki Badar dengan jumlah uang yang ada, namun Ki Badar lebih menyerahkan semuanya pada Kang Darma, yang yakin lebih paham keadaan di kota seperti apa.
“Masih banyak waktu, pelan-pelan saja hanya itu Man, Euis anak dari Bah Warman -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - yang ada sekarang yang ingin saya bicarakan…” ucap Ki Badar langsung berdiri dari duduknya.
“Iyah Ki terimakasih banyak Mak tidak tahu gimana caranya rasanya masih belum tega dan tidak percaya keadaanya begini” ucap Mak sambil mengelap air matanya.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Ki Badar lalu berjalan ke depan sambil memanggil namaku yang segera aku bangun sambil mengantarnya di depan rumah.
“Jangan mikirin pekerjaan… pindah saja Sekar Wangi tidak akan benar-benar pergi, kalian yang harus pergi… gunakan hasil jerih payah Bah Warman, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - lagian tidak sebanding dengan harga nyawa, saya jamin aman sudah semuanya, dengan kalian pergi dari sini…” ucap Ki Badar perlahan.
“Iyah Ki Maman paham dari saat sakit Abah kenapa Aki selalu bilang bicaralah dengan Abah untuk hal ini ternyata….” jawabku.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Kebun tebu di jaga oleh Abah agar kalian selamat…” ucap Ki Badar yang kemudian langsung menyalakan obor.
Didalam rumah terlihat Mak, Euis dan Kang Darma sedang merapikan uang yang ada didalam kotak, bahkan selama puluhan tahun itu juga tidak pernah di hitung sama sekali
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta oleh Mak dan Abah jumlahnya berapa.
Sementara aku pamit menuju rumah Abdul apalagi terdengar kondisinya semakin membaik dan sudah bisa berjalan walaupun tinggal menunggu luka di perutnya benar-benar sembuh.
“Tidak akan lama sebentar mau ke rumah Abdul…” ucapku
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta sambil melewati Mak, Euis dan Kang Darma di tengah rumah.
“Kadang pak haji suka benar ucapanya itu, padahal baru tiga hari yang lalu” ucapku, sambil memegang obor yang sudah aku nyalakan melangkah menuju rumah Abdul.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Berat rasanya di seret oleh sebuah keadaan sampai sejauh ini, apalagi semua orang yang tidak tahu tentang kebun tebu aku alami sendiri dan ini seperti mimpi di siang bolong.
“Dul…” teriaku di depan rumah Abdul.
“Man… masuk” jawab Abdul sambil menyalakan lampu semprongan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan membuka pintu.
“Tidak lama lagi aku akn pindah rumah Dul…” ucapku.
“Sudah ada perasaanku kesini dari kemarin itu Man…” jawab Abdul sambil membakar rokoknya.
Segera aku ceritakan lagi semuanya kepada Abdul, yang memang satu-satunya yang selalu memberikan aku solusi dan
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta aku juga sangat percaya kepadanya, semua obrolan barusan di rumah.
“Kalau begitu Man, tidak ada pilihan lagi… dari pada hal yang sama terulang kembali, rasanya kematian Bah Ajan sudah cukup menjelaskan semuanya kan” jawab Abdul.

***
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Hari berganti dengan cepat, setiap harinya kabar tentang sosok perempuan yang selalu terlihat di makam Abah dan Bah Ajan selalu sampai di telingaku dan juga keluargaku, tetap saja kebun tebu menjadi alasan kenapa kabar tidak baik itu sampai,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta apalagi hampir semuanya mengetahui Bah Ajan dan Bah Warman sejak dulu menjadi pekerja dan penjaga kebun tebu.
Hari dimana seharusnya panen di kebun tebu sesuai hitunganku sama sekali tidak lagi aku dengar, apalagi pihak berwajib juga tidak melanjutkan proses pencarian penyebab
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta kematian Bah Ajan yang di rasa tidak masuk akal, malah motifnya berubah menjadi bunuh diri, bukan di bunuh, dan lagi-lagi setiap ada perkembangan terbaru, warga kampung semakin di aminkan bahwa Abah dan Bah Ajan mendapatkan balasan dari cerita yang berkembang sejak dulu,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta walaupun kabar itu semakin liar kebenaranya, dan tidak menyangka sampai beberapa kampung juga kabar kebun tebu memakan korban menyebar begitu saja.
40 hari berjalan dengan cepat namun semakin di asingkannya keluargaku oleh kabar miring dan buruk semakin terasa di kampung ini,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta apalagi Titin dan Ecih sudah mengetahui kepindahan rumah, dan sama-sama membantu mencari, sampai akhirnya mendapatkan harga yang sesuai di kota dan untungnya dana juga cukup ditambah hasil penjualan rumah ke pak haji dan uang sisa tabungan Abah untuk memulai semuanya dari awal.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Perlahan tiap hari satu per satu barang dipindahkan oleh Kang Darma di bantu Kang Sanim dan Kang Ramat semua menantu Mak membantu semuanya, masih saja kabar tidak baik di hari kepindahan masih terdengar olehku.
“Tidak terasa Man…” ucap Abdul yang sudah benar-benar sembuh
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta membantu pindahan rumah, karena mobil tidak bisa masuk kampung jadinya harus membawa barang sampai perbatasan.
“Dul kabarin aku kirim surat tentang keadaan makam selanjutnya yah jangan lupa” ucapku, yang mau bagaimanapun juga Bah Warman adalah Bapak kandung aku.

***
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Setelah hampir 6 bulan lamanya berada di rumah baru di kota, yang jaraknya bahkan cukup jauh dari kampung, bahkan rumah baru tidak jauh dari rumah Ecih, dan sekarang aku ikut bekerja dengan Kang Darma, sore itu Mak menerima surat dari Abdul yang langsung aku buka.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Kebun tebu sudah diratakan oleh Bramantio Man, karena tidak ada yang mau lagi warga sini yang mau menggantikan almarhum Bah Ajan dan Bah Warman, tapi warga minta makam dipindahkan karena sering sekali orang-orang yang lewat tetap melihat penampakan perempuan itu… -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta - palingan bulan depan bakalan ada yang izin datang ke rumah Man… pindahlah cerita kebun tebu itu ke makam, aku kirim surat ini agar nantinya kamu dan Mak tidak kaget… nanti aku kirim lagi perkembangan selanjutnya yah” isi surat Abdul.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Benar, sampai kapanpun waktu tidak bisa menutupi sebuah kesalahan yang sudah terjadi di masa lalu, apalagi sebuah kesalahan atas dosa kelam yang telah diperbuat, balasan selalu mengikutinya, hidup rasanya benar-benar adil…
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta walaupun harus ada dua nyawa yang hilang, untuk jadi penebusnya.

Tamat
Panjaga Kebun Tebu
Sebuah Kisah Warisan Pekerjaan

***
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta 33 tahun kemudian tepatnya tahun 2020 ketika saya (penulis) mendapatkan cerita ini, dan berkunjung langsung ke narasumber untuk berjumpa, rasanya tidak percaya dan penasaran dimana dulunya kebun tebu itu berada, karena narasumber masih satu turunan dari keluarga Bah Warman,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta satu kali melihat sekarang lokasi bekas kebun tebu itu di tahun 1988-an itu, hanya membuat saya diam menyaksikan sebuah pemandangan kelam yang pernah terjadi, dan nyatanya cerita ini masih disimpan baik oleh keluarga narasumber untuk terus mengingatkan dari cerita ini.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Gambaran dari cerita memang sudah sangat berbeda namun jembatan yang sampai sekarang masih ada, sudah cukup membuat saya mempunyai amanah untuk membagikannya dalam bentuk tulisan, tujuan nya satu.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta “Dari kisah seburuk apapun selalu ada kebaikan, dan sebaliknya dari kisah sebaik apapun keburukan dan kebaikan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan, tugas kita hanya satu, bisa belajar dari hal itu”
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Begitulah teman-teman pembaca cerita dari Penjaga Kebun Tebu kiranya banyak kekurangan dari segala bentuk penulisan saya mohon maaf sebesar-besarnya, karena saya juga sadar masih banyak kekurangan dan sempurna tentunya bukan milik saya sebagai manusia.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Terimakasih untuk waktunya bisa membaca tulisan saya kali ini, itu sebuah apresiasi berharga dan besar khususnya untuk saya.
“Biarkanlah cerita sebagaimana mestinya, dan tidak perlu dipertanyakan kebenaranya, -
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta -cerita tetaplah cerita karena niat saya hanya ingin berbagi yang kiranya dan mudah-mudahan bisa terima.”

***
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Cerita terbaru dengan judul lama Penghuni Pabrik Tahu Keluarga, sebuah kisah misteri turun temurun ini sebelumnya sudah saya publish di Twitter 9 April 2020 (Part 1) dan 30 April 2020 (Part 2) dua Part yang di dalam penulisanya benar-benar sangat tidak nyaman untuk teman-teman Image
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta menikmatinya ketika membaca, sudut pandang, typo, dan masih banyak lagi kesalahan dalam cerita tersebut. Kenapa saya publish ulang Part satu dan dua? Karena untuk memperbaiki semua kekurangan yang barusan saya sebutkan, walaupun dari besarnya benang merah yang terdapat dalam
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta cerita tetaplah sama, dan tidak mengurangi dan melebihkan isi cerita.

Untuk teman-teman yang ingin membaca dan bisa mendapatkan ebook langsung saja klik link di bawah

karyakarsa.com/qwertyping/pen…
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Cerita ini belum selesai ketika tahun 2020 karena masih menyimpan satu tanda besar yang menjadi ramai dibincangkan pembaca saat itu, banyak hal yang memang tidak saya tuliskan karena sesuai keinginan narasumber, dan beruntungnya di tahun 2021 akhir,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta saya berkesempatan melanjutkan cerita Penghuni Pabrik Tahu Keluarga dengan cerita tambahan yang ternyata masih menyimpan segudang kisah yang tersimpan, maka dari itu di kesempatan kali ini, mari kita selesaikan kisah yang tersimpan dari sebuah misteri turun temurun ini,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta dan dari sinilah semuanya berawal! Part 3 dan Part 4 sudah bisa teman-teman baca terlebih dahulu.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Part 3 “Apa memang benar dari sinilah dia kembali… atau memang masa lalunya itu belum selesai.” Klik link untuk teman-teman mendapatkan ebook dan memberikan dukungannya

karyakarsa.com/qwertyping/pen…
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Part 4 “Harus percaya kepada siapa? Masa lalu yang kelam… kenyataan yang mengerikan… atau sebuah pembalasan yang belum selesai sama sekali…”

karyakarsa.com/qwertyping/pen…
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Dan karena kisah seorang Putra bersama Pabrik Tahu Keluarganya akan terus berlanjut untuk teman-teman bisa mengikuti saya di Karyakarsa atau memberikan dukungan/ Tip bisa langsung klik link di bawah.

karyakarsa.com/qwertyping
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Akhir kata, terimakasih banyak dukungan yang telah teman-teman berikan di KaryaKarsa itu sangat berarti sekali untuk saya, dan mudah-mudahan diganti lebih segala bentuk rezekinya, amin.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Dan untuk teman-teman bisa meninggalkan reply, retweet dan love nya agar yang lainya bisa membaca cerita ini.

Cerita ini berakhir, yang artinya kita akan segera berjumpa kembali di judul yang berbeda, salam.
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Biarkan cerita berjumpa dengan puan dan tuan nya sendiri.
“Typing to give you a horror thread! You give me support!”

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Teguh Faluvie

Teguh Faluvie Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @qwertyping

Oct 4
Permainan yang nggak pernah bakal gw ulang seumur hidup! Sampai gw trauma kalau denger ANAK-ANAK HITUNG 1.. 2.. 3.. SAMPAI 10, saat mereka main PETAK UMPET!

Gw masih ingat di kasih makan dalam wadah batok kelapa, yang ternyata itu cacing hidup!

"A THREAD"

#bacahoror Image
Image
Cerita ini adalah kiriman sender melalui DM, dia dapat teror setelah melanggar sesuatu ketika main petak umpet, ‘DIPIARA’ istri guru ngaji berhari-hari dan ‘TEROR’ yang ngeri! Bayangin dia dikasih makan cacing! bagian paling bikin gw mual!
Yuk langsung aja. Saya disini hanya membagikan cerita yang sudah dirapikan sedikit, atas kesepakatan dengan sender, agar lebih nyaman dibaca.
---------
Read 62 tweets
Sep 5
KAMPUNG KASARUNG

Diatas tanah kampung Jayamati, semua dipertaruhkan. Terdapat harga setimpal untuk kesepakatan, sekalipun itu kesesatan dan kematian.

"A THREAD"

[ Part 4 ]

@bacahorror @IDN_Horor
#bacahoror Image
Selamat datang kembali teman-teman di Kampung Kasarung, mohon maaf beberapa minggu kebelakang harus absen karena ada beberapa kesibukan yang tidak bisa dilewatkan, serta kesehatan yang sedikit terganggu. Semoga upload kali ini seperti biasa dapat menemani kamis malam kalian.
Kini kita akan memasuki Part 4. Tapi sebelum itu ada informasi penting dulu yang harus teman-teman ketahui. Tepat tanggal ini, mulai tanggal 3-9 September, Buku Kampung Jabang Mayit sedang dalam Pre Order.
Read 38 tweets
Jul 4
KAMPUNG KASARUNG

Diatas tanah kampung Jayamati, semua dipertaruhkan. Terdapat harga setimpal untuk kesepakatan, sekalipun itu kesesatan dan kematian.

"A THREAD"

@bacahorror @IDN_Horor
#bacahoror Image
[PROLOG]

Diatas tanah kampung yang mempunyai nama Jayamati dengan segala campur tangan sang pencipta sedang menampakan keberkahan luar biasa. Hasil bumi yang melimpah, ladang peternakan, hingga perkebunan telah menyelimuti kampung itu setidaknya dalam kurun 10 tahun kebelakang.
Hal itu terjadi setelah dapat mengusir monyet-monyet yang kerap turun dari bukit Jayamati yang selalu memakan hasil bumi adalah awal tombak kesejahteraan tertancap, dimana para petani dan orang-orang luar kampung bahkan tidak jarang menaruhkan nasib pada tanah kampung Jayamati.
Read 130 tweets
May 29
PAGELARAN SAREBU LELEMBUT

Lekuk indah tubuh, suara merdu dan senyuman teramat cantik adalah malapetaka yang harus ditebus oleh nyawa. Manakala panggelaran sarebu lemlembut berlangsung.

[ Part 9 Tamat – Tangkal Mayit ]

@bacahorror @IDN_Horor
#bacahorror Image
Selamat datang kembali di Pagelaran Sarebu Lelembut bagian akhir! Untuk teman-teman yang belum baca part sebelumnya, silahkan klik tautan dibawah.
Bantu tinggalkan qoute, repost, dan like pada threadnya yah..

Par (1) Janur Kematian

Part (2) Tapak Sasar

Part (3) Juru Keramat

Part (4) Selendang Mayat



Read 226 tweets
May 23
PAGELARAN SAREBU LELEMBUT

Lekuk indah tubuh, suara merdu dan senyuman teramat cantik adalah malapetaka yang harus ditebus oleh nyawa. Manakala panggelaran sarebu lemlembut berlangsung.

[ Part 8 – Kesumat Rasa ]

@IDN_Horor @bacahorror
#bacahorror Image
Selamat datang kembali di Pagelaran Sarebu Lelembut!

Untuk teman-teman yang belum baca part sebelumnya, silahkan klik tautan thread dibawah.
Bantu tinggalkan qoute, repost, dan like pada threadnya yah..

Part (1) - (4)

Part (1) Janur Kematian


Part (2) Tapak Sasar


Part (3) Juru Keramat


Part (4) Selendang Mayat



Read 135 tweets
May 15
PAGELARAN SAREBU LELEMBUT

Lekuk indah tubuh, suara merdu dan senyuman teramat cantik adalah malapetaka yang harus ditebus oleh nyawa. Manakala panggelaran sarebu lemlembut berlangsung.

[ Part 7 – Tanah Pagelaran ]

@bacahorror @IDN_Horor
#bacahorror Image
Selamat datang kembali di Pagelaran Sarebu Lelembut! Untuk teman-teman yang belum baca part sebelumnya, silahkan klik tautan dibawah.

Bantu tinggalkan qoute, repost, dan like pada threadnya yah..
Read 164 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(